Anda di halaman 1dari 15

“Penentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan Labu Siam (Sechium edule)”

A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang tidak
menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan umbi?
3. Bagaimana cara menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan?

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan
panjang potongan jaringan tumbuhan.
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
perubahan panjang irisan jaringan umbi.
3. Menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan.

C. HIPOTESIS
1. H0 (Hipotesis Nol): Tidak ada pengaruh signifikan dari konsentrasi larutan
sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan.
Ha (Hipotesis Alternatif): Terdapat pengaruh signifikan dari konsentrasi larutan
sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan.

D. KAJIAN PUSTAKA

Air merupakan 85-95% berat tumbuhan herbal yang hidup di air. Air di dalam
sel diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk
mengangkutnya atau yang biasa kita kenal sebagai transportasi (Dwidjoseputro,
2001). Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke
seluruh bagian tubuh tumbuhan, hal ini dikarenakan tumbuhan memerlukan air dan
mineral untuk tumbuh.
Air dan mineral ini diserap dari dalam tanah oleh tumbuhan dengan
menggunakan akar oleh membran sel yang kemudian akan diintegrasikan ke dalam
plasma sel (sitoplasma). Sitoplasma dibungkus oleh selaput tipis yang disebut
membran plasma selaput ini merupakan membran dua lapis yang mampu mengatur
secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya
(Prof. Dr. Yuni Sri Rahayu, 2023). Menurut Campbell (2010: 143), mekanisme lalu
lintas membran sel dibedakan menjadi dua yaitu tanspor pasif dan transport aktif.
Transpor pasif merupakan difusi suatu zat melintasi membran biologis tanpa
pengeluaran energi. Adapun transpor pasif meliputi proses difusi, osmosis, dan difusi
terbantu ( Chatterjea, 2011). Penyerapan dan proses pengangkutan air dan zat terlarut
terjadi melalui pembuluh kayu (xylem), pengangkutan hasil fotosintesis dilakukan
melalui pembuluh tapis (floem). (Dwidjoseputro, 2001).

a. Osmosis

Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah
(Suradinata, 2003). Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan
osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya.Ekstraksi osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel
melalui membran semi permeable dari keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis,
sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding
sel (Rahmasari, 2014).

Terdapat beberapa poin penting tentang osmosis, yaitu :

1. Membran Semipermeabel: Osmosis terjadi melalui membran semipermeabel,


yang memungkinkan air untuk melewati, tetapi mencegah atau memperlambat
pergerakan zat-zat terlarut atau molekul lain yang lebih besar.

2. Gerakan Air: Dalam osmosis, air akan bergerak dari daerah konsentrasi pelarut
yang lebih rendah (hipotonik) ke daerah konsentrasi pelarut yang lebih tinggi
(hipertonik) melalui membran. Tujuan utama osmosis adalah untuk mencapai
keseimbangan osmotik antara kedua sisi membran.

3. Tekanan Osmotik: Tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk


mencegah osmosis dan menjaga keseimbangan antara dua larutan dengan
konsentrasi yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut dalam suatu
larutan, semakin tinggi pula tekanan osmotiknya.

4. Contoh dalam Biologi: Osmosis memiliki banyak peran penting dalam biologi
sel. Misalnya, dalam sel tumbuhan, osmosis adalah mekanisme yang digunakan
untuk menyerap air dari tanah ke dalam sel-sel tumbuhan melalui akar. Sel-sel
darah merah manusia juga mengalami osmosis dalam proses regulasi
keseimbangan air dalam tubuh.

5. Gaya Dorong untuk Regulasi Sel: Osmosis adalah salah satu cara sel-sel
mengatur volume dan tekanan internalnya. Ketika sel berada dalam larutan
hipertonik (konsentrasi pelarut yang lebih tinggi), air akan keluar dari sel,
menyebabkan sel mengerut atau bahkan mengalami plasmolisis. Di sisi lain,
dalam larutan hipotonik (konsentrasi pelarut yang lebih rendah), air akan
memasuki sel, mengembangkan sel dan dapat menyebabkan lisis sel jika terlalu
banyak air masuk.

b. Difusi

Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan
pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke kosentrasi rendah. Contoh-
contohnya adalah difusi zat warna dalam air tenang, difusi glukosa dan teknik
tomografi, difusi zat melalui membran, difusi oksigen dalam membran polimer.
Bahkan difusi tidak hanya terjadi pada skala mikro tetapi juga skala makro, seperti
difusi gas dan galaksi (Trihandaru, 2012:1)

Terdapat beberapa poin penting tentang difusi, yaitu :


1. Mekanisme Difusi: Difusi terjadi tanpa memerlukan energi tambahan. Partikel-
partikel zat bergerak secara acak karena energi termal (gerakan kinetik) mereka.
Akibatnya, mereka bergerak dari daerah konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah
konsentrasi yang lebih rendah hingga mencapai keseimbangan.

2. Kecepatan Difusi: Kecepatan difusi dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk


perbedaan konsentrasi, suhu, ukuran partikel, dan sifat membran. Semakin besar
perbedaan konsentrasi antara dua daerah, semakin cepat difusi akan terjadi.

3. Contoh dalam Biologi: Difusi memiliki banyak peran penting dalam biologi.
Misalnya, dalam sel-sel tubuh manusia, nutrisi dan gas seperti oksigen dan
karbon dioksida mengalami difusi melalui membran sel untuk memasuki atau
meninggalkan sel. Proses ini memungkinkan sel-sel untuk mendapatkan nutrisi
dan mengeluarkan produk limbah.

4. Aplikasi dalam Kimia dan Fisika: Difusi adalah konsep yang penting dalam
kimia dan fisika. Contoh aplikasinya termasuk difusi gas dalam ruangan atau
dalam wadah tertutup, difusi zat terlarut dalam larutan, dan banyak lagi.

Jika diaplikasikan pada suatu sel, yang akan terjadi adalah sel akan mengerut
jika berada pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi larutan lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena air akan keluar meninggalkan sel secara osmosis. Sebaliknya, jika sel
berada pada lingkungan yang hipotonis (konsentrasi rendah) sel akan banyak
menyerap air, karena air berosmosis dari lingkungan ke dalam sel. Larutan yang
menyebabkan sel menggelembung, atau tetap penuh, disebabkan oleh masuknya air
disebut larutan hipotonik. Larutan yang menyebabkan sel berkerut disebabkan karena
kehilangan air disebut larutan hipertonik (Campbell, Neil A. 2008). Salah satu bagian
difusi adalah osmosis yaitu perpindahan air dari larutan yang mempunyai konsentarsi
rendah ke larutan yang mempunyai konsentrasi tingi melalui membran semipermiabel
( Tanzyah dkk. 2015).

Di dalam proses osmosis di samping komponen potensial air komponen lain


yang penting adalah potensial osmotik dan potensial tekanan yang pada tumbuhan
timbul dalam bentuk tekanan turgor. Hubungan antara nilai potensial air (PA),
potensial osmotik (PO) dan potensial tekanan (PT) dapat dinyatakan dengan
hubungan sebagai berikut :
=𝑂+𝑇

Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat
digunakan dengan metode plasmolisis. Metode ini ditempuh dengan cara menentukan
pada konsentrasi sukrosa berapa jumlah sel yang mengalami plasmolisis 50%. Pada
kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh
cairan sel (Prof. Dr. Yuni Sri Rahayu, 2023). Jika konsentrasi larutan yang
menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

22,4 × × 𝑇
𝑇𝑂 𝑒 = 273°
Dengan :
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273° + t℃)

Dengan ketentuan tekanan sel bernilai positif sedangkan nilai potensial osmotik
bernilai negatif (Prof. Dr. Yuni Sri Rahayu, 2023).

E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel Kontrol : jenis dan ukuran labu siam
Variabel Manipulasi : konsentrasi larutan sukrosa
Variabel Respon : pertambahan panjang atau mengalami penyusutan panjang.

F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


1. Variabel Utama :
Pertumbuhan panjang umbi tanaman.
2. Dimensi/Aspek :
a. Pertambahan panjang potongan labu siam
b. Pengurangan panjang potongan labu siam
3. Indikator atau Tanda :
Pengukuran panjang labu siam baik sebelum dan sesudah praktikum.
4. Rentang Nilai :
Perubahan numerik dalam satuan panjang (cm) potongan umbi
sebelum dan sesudah praktikum.
5. Satuan Pengukuran:
Centimeter (cm)
6. Prosedur Pengukuran :
Selama praktikum, potongan labu siam akan direndam dalam
berbagai larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda.
Pertambahan panjang labu siam akan diukur sebelum dan sesudah
eksperimen. Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang akar,
tunas, atau panjang total umbi dengan alat pengukur panjang yang
sesuai.

G. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Wadah (6 buah)
2. Gelas Ukur 50 ml (1 buah)
3. Alat Pengebor Gabus (1 buah)
4. Penggaris (1 buah)
5. Pisau (1 buah)
6. Pinset (1 buah)
7. Telenan (1 buah)
b. Bahan
1. Labu Siam (1 buah)
2. Larutan Sukrosa 0 M (25 ml)
3. Larutan Sukrosa 0,2 M (25 ml)
4. Larutan Sukrosa 0,4 M (25 ml)
5. Larutan Sukrosa 0,6 M (25 ml)
6. Larutan Sukrosa 0,8 M (25 ml)
7. Larutan Sukrosa 1 M (25 ml)

H. RANCANGAN PERCOBAAN
Percobaan 2 Penentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan

Labu Siam (Sechium edule) :

Dipotong Labu Siam dengan diameter 2 cm menggunakan penggebor gabus.

Disiapkan larutan Sukrosa 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; 1 M dan


dimasukkan ke dalam cawan petri yang berbeda-beda

Dimasukkan potongan Labu Siam kedalam larutan, tiap wadah berisi 4 potong.

Direndam potongan Labu Siam dalam Sukrosa selama 1,5 jam.

Diamati dan memgukur Labu Siam setelah direndam


Memanjang atau Memendek

I. LANGKAH KERJA
1. Menyediakan 6 cup puding lalu mengisi cup puding ke-1 dengan larutan sukrosa
0 M, cup ke-2 dengan larutan sukrosa 0,2 M, cup ke-3 dengan larutan sukrosa 0,4
M, cup ke-4 dengan larutan sukrosa 0,6 M, cup ke-5 dengan larutan sukrosa 0,8
M dan cup ke-6 dengan larutan sukrosa 1 M. Kemudian memberikan label pada
masing-masing wadah.
2. Membuat silinder pada labu siam dengan menggunakan alat pengebor gabus.
Lalu mengukur dan memotong umbi dengan ketentuan 2 cm.
3. Memasukkan masing-masing 4 potongan umbi tersebut ke dalam puding yang
telah diisi larutan sukrosa dalam berbagai konsentrasi, dengan rentang waktu dari
cup 1 dan cup 2 selama 5 menit.
4. Setelah 1,5 jam (waktu dihitung pada masing-masing cup) mengeluarkan setiap
potongan umbi dengan menggunakan pinset lalu mengukur kembali panjang
potongan umbi.
5. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang umbi untuk setiap konsentrasi
larutan sukrosa.

J. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Penentuan Potensial Air

Konsentrasi Panjang Panjang Pertambahan Rerata Pertambahan Panjang (cm)


Sukrosa awal (cm) akhir (cm) Panjang (cm)
(M)
0 1. 2 cm 1. 2,2 1. 0,2 0,2 + 0 + 0,1 + 0
2. 2 cm 2. 2 2. 0 = 4
3. 2 cm 3. 2,1 3. 0,1 = 0,075
4. 2 cm 4. 2 4. 0
0,2 1. 2 cm 1. 1,9 1. -0,1 (−0,1)+(−0,1)+(−0,2)+(−0,2)
= 4
2. 2 cm 2. 1,9 2. -0,1
= − 0,15
3. 2 cm 3. 1,8 3. -0,2
4. 2 cm 4. 1,8 4. -0,2
0,4 1. 2 cm 1. 1,8 1. -0,2 (−0,2)+(−0,1)+(−0,2)+(−0,2)
= 4
2. 2 cm 2. 1,9 2. -0,1
=− 0,125
3. 2 cm 3. 1,8 3. -0,2
4. 2 cm 4. 1,8 4. -0,2
0,6 1. 2 cm 1. 1,7 1. -0,3 (−0,3)+(−0,2)+(−0,2)+(−0,2)
= 4
2. 2 cm 2. 1,8 2. -0,2
=− 0,125
3. 2 cm 3. 1,8 3. -0,2
4. 2 cm 4. 1,8 4. -0,2
0,8 1. 2 cm 1. 1,7 1. -0,3 (−0,3)+(−0,3)+(−0,2)+(−0,3)
= 4
2. 2 cm 2. 1,7 2. -0,3
=− 0,275
3. 2 cm 3. 1,8 3. -0,2
4. 2 cm 4. 1,7 4. -0,3
1 1. 2 cm 1. 1,7 1. -0,3 (−0,3)+(−0,4)+(−0,4)+(−0,3)
= 4
2. 2 cm 2. 1,6 2. -0,4
3. 2 cm 3. 1,6 3. -0,4 =− 0,35
4. 2 cm 4. 1,7 4. -0,3

Gambar 1. Hasil Penelitian Pertambahan Panjang Labu Siam (sechium edule)


Perhitungan :
Diketahui :
M = 0,075 M
T = t + 273°
= 33° + 273°
= 306°

Ditanya : PA ?
Jawab :
PA = PO + PT
PA = PO + 0
PO = -TO
22,4 ×0,075 × 306°
=− 273°

= 1,88 atm

K. ANALISIS DATA DAN DISKUSI


1. Analisis

Pada pengamatan ini, digunakan beberapa larutan sukrosa dengan konsentrasi


yang berbeda sebagai variabel manipulasi suatu percobaan. Konsentrasi sukrosa yang
digunakan yaitu : 0 M ; 0,2M ; 0,4M ; 0,6M ; 0,8M ; 1M. Dengan, menggunakan
variabel kontrol yakni Labu Siam (sechium edule). Dalam praktikum ini kami
menggunakan bor gabus untuk membuat potongan silinder pada labu siam, kemudian
memotongnya menjadi sepanjang 2cm.

Dalam praktikum, tiap konsentrasi larutan sukrosa akan dimasukkan masing-


masing 4 potongan labu siam dan menggunakan waktu perendaman yang sama pada
tiap konsentrasinya, yaitu selama 1,5 jam. Setelah melakukan perendaman selama 1,5
jam barulah dihitung berapa perpanjangan akhirnya. Kemudian, didapatkan hasil
praktikum yaitu tiap konsentrasi sukrosa yang digunakan sebagai rendaman pada
potongan labu siam ini mendapatkan perubahan panjang yang berbeda-beda.
Hasil pengamatan yang diperoleh terkait rata-rata pertambahan panjang
potongan labu siam yaitu pada konsentrasi larutan sukrosa sebanyak 0 M
menimbulkan pertambahan panjang sepanjang 0,075 cm. Konsentrasi larutan sukrosa
sebanyak 0,2 M menimbulkan pertambahan panjang sepanjang -0,15cm. Konsentrasi
larutan sukrosa sebanyak 0,4 M menimbulkan pertambahan panjang sepanjang -0,125
cm. Konsentrasi larutan sukrosa sebanyak 0,6 M menimbulkan pertambahan panjang
sepanjang -0,225 cm. Konsentrasi larutan sukrosa sebanyak 0,8 M menimbulkan
pertambahan panjang sepanjang -0,275 cm. Konsentrasi larutan sukrosa sebanyak 1
M menimbulkan pertambahan panjang sepanjang -0,35 cm. Hal ini sangat sesuai
hipotesis alternatif (Ha) yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari
konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan,
serta juga sesaui dengan teori osmosis.

2. Pembahasan

Sesuai teori osmosis, semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, semakin


besar pula kemungkinan untuk molekul air dari dalam suatu jaringan tumbuhan
keluar sehingga sel akan mengkerut dan menyusut. Penyusutan terjadi ketika jaringan
tumbuhan ditempatkan dalam larutan hipertonik, yang memiliki konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi daripada cairan yang ada pada tersebut. Dalam situasi
seperti ini, air akan bergerak keluar dari sel tumbuhan menuju ke luar atau ke larutan
sukrosa dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi, hal inilah yang
menyebabkan potongan labu siam menyusut. Jadi, semakin tinggi konsentrasi sukrosa
atau zat terlarut lainnya dalam larutan, semakin besar tekanan osmotik yang akan
menyebabkan penyusutan pada potongan labu siam.

Konstanta larutan sukrosa merujuk pada konsentrasi sukrosa dalam larutan.


Terdapat perubahan yang terjadi pada panjang potongan labu siam ketika mereka
kehilangan air dalam lingkungan larutan hipertonik. Jadi, ada hubungan langsung
antara konsentrasi larutan sukrosa dan terjadinya perubahan panjang potongan
menjadi pendek. Sebaliknya, ketika potongan labu siam ini ditempatkan dalam
larutan isotonik atau hipotonik (dengan konsentrasi sukrosa yang lebih rendah
daripada dalam sel), maka pengerutan potongan tidak terjadi atau malah potongan
tersebut bertambah panjang karena air masuk melalui membran semipermeabel ke
dalam jaringan potongan.

Meskipun rata-rata hasil yang kami peroleh sessui dengan teori namun ada
satu data yang tidak sesuai dengan teori. Setelah kami berdiskusi hal ini bisa terjadi
kemungkinan dikarenakan kesalahan pengukuran. Selain itu, kemungkinan juga
terdapat kesalahan karena potongan yang digunakan masih mengandung kulit labu
siam jadi membuat perubahan panjang yang terjadi sedikit terhambat.

3. Diskusi

1. Mengapa perlu dicari nilai kosentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang potongan silinder labu siam dalam menentukan nilai
potensial air.

Dalam menentukan nilai potensial air dalam jaringan tumbuhan,


langkah penting adalah mencari konsentrasi larutan sukrosa yang
mempertahankan panjang potongan silinder labu siam pada nilai tetap.
Penentuan nilai ini memiliki relevansi yang besar dalam perhitungan tekanan
osmotik (TO) dan, pada akhirnya, penentuan nilai potensial air (PA) dalam
cairan sel. Panjang potongan silinder labu siam akan selalu tetap pada kondisi
larutan sukrosa yang memiliki nilai PA yang sama dengan potensial air (PO)
dari sel tumbuhan tersebut. Hasilnya, tidak akan ada perubahan dalam panjang
umbi kentang, dan tidak akan ada pergerakan air yang masuk atau keluar dari
sel.

2. Mengapa nilai potensial air sel labu siam yang tidak berubah panjangnya sama
dengan nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang labu siam tersebut.
Situasi ini mencapai keseimbangan osmosis. Ketika tekanan osmotik
di dalam sel labu siam sama dengan tekanan osmotik di luar sel (di dalam
larutan sukrosa), maka panjang sel tetap stabil karena tidak ada aliran bersih
air yang masuk atau keluar dari sel. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi air di
dalam sel dan di luar sel telah mencapai titik keseimbangan, sehingga tidak
ada perubahan dalam nilai potensial air.

L. KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap panjang potongan
jaringan tumbuhan, yaitu semakin tinggi konsentrasi larutan makan potongan
akan semakin pendek.
2. Dari uji yang telah kami lakukan tidak terdapat konsentrasi sukrosa yang tidak
menyebabkan perubahan panajang potongan jaringan labu siam. Namun pada
grafik yang telah dibuat menunjukkan, pada konsentrasi 0,075 tidak ada
perubahan pada labu.
3. Dari perhitungan yang telah kami lakukan, nilai potensial air adalah 1,88 atm.
M. DAFTAR PUSTAKA

Yahya. (2015). Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum Tuberosum
Dan Doucus Carota. Jurnal Biology Education, 4(1): 196-206.

Dwidjoseputro, D.( 2001). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.


Kimbal, Jonh W. (2003). Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Puji Astuti, (2019). Fisiologi Tumbuhan . Jakarta: WordPress.

Soedirokoesoemo, Wibisono. (2003). Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi


Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Prof. Dr. Yuni Sri Rahayu, M. P. (2023). Petunjuk Praktikum mATA kULIAH Fisiologi
Tum,buhan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Suradinata, Tatang.( 2003). Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Trihandaru S. (2012). Pemodelan dan Pengukuran Difusi Larutan Gula dengan


Lintasan Cahaya Laser. Yogyakarta : Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI
Jateng & DIY, Purworejo 14 April 201. ISSN : 0853-0823 : 1.

Syahidah, R. N., Agustin, N., Shalsabilla, S. E., & Ayu, N. DIFUSI, OSMOSIS DAN
IMBIBISI.

Campbell, Neil A, et al. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Gramedia

Rahmasari, Hamita dkk. 2014. Ekstraksi Osmosis Pada Pembuatan Sirup Murbei
(Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa Dan Lama Osmosis. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 3 p.191-197, Juli 2014.

Tanzyah, Lia L dkk. 2015. Profil Miskonsepsi Siswa Pada Subtopik Difusi Kelas XI.
Jurnal Biology Education. Vol. 4 No. 3: 1004-1006. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya

Campbell, Neil A. 2008. Biologi Jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai