Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membran Sel
Sebagian besar organel Sel dilapisi oleh membran yang terutama tersusun atas
lipid dan protein. Lipid pada membгап membentuk Suatu Sawar yang menghambat
Pergerakan air dan zat larut air, karena air tidak larut dalam lemak. Namun molekul
protein seringkali dapat nembus membran sepenuhnya melalui Suatu Jalur (Hall,
2019)
Membran Sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan Sitoplasma.
Membran sel membungkus organel - organel dalam sel. (Abadi, 2016). Membran sel
merupakan pengatur transportasi zat dari luar ke dalam sel dan Sebaliknya, Menjaga
keseimbangan ion dan air di dalam dan luar sel (Amir, 2019).
Membran sel bersifat selektif permeable (Semipermeabel) yang artinya membran
sel dapat dilalui oleh molekul atau ion tertentu. Perpindahan molekul atau ion
melewati membran ada dua, yaitu:
1. Transpor Rasif Perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi sel
mengikuti aliran perbedaan konsentrasi dari tinggi ke rendah. Contoh: difusi dan
osmosis.
2. Transpor aktif: Perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan energi sel
berupa ATP melawan aliran perbedaan konsentrasi, Contoh: endositosis dan
eksositosis.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui dan memahami membran sel dan transportasi sel.
2. Mengetahui proses terjadinya difusi, osmosis, Plasmolisis, hemolisis, dan krenasi
3. Mengamati proses terjadinya difusi, osmosis, dan Plasmolisis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Difusi
Difusi adalah Proses penyebaran molekul-molekul suatu zat yang ditimbulkan
oleh gaya yang identik dengan energi kinetik dan menyebar ke segala arah hingga
terdapat Suatu konsentrasi yang sama. Difusi zat terjadi dari suatu tempat yang
banyak mengandung molekul-molekul atau tempat yang konsentrasinya tinggi
menuju tempat yang sedikit mengandung molekul atau Konsentrasi rendah (Yahya,
2015). Proses difusi dapat terjadi di zat padat, cair, atau gas.
Tekanan difusi berkorelasi positif dengan konsentrasi zat tersebut. Artinya,
Semakin tinggi konsentrasinya, semakin tinggi pula tekanan difusi zat tersebut. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, diantaranya Suhu dan zat yang
berdifusi. Dengan naiknya suhu, energi kinetik yang dimiliki molekul suatu zat
menjadi lebih tinggi sehingga pergerakan molekul zat menjadi lebih cepat.
Pertukaran O₂ dan CO₂ pada proses respirasi hewan merupakan Salah satu
contoh difusi pada prinsipnya. Pada difusi membran sel tidak mengeluarkan energi
untuk memindahkan molekul ke luar maupun ke dalam sel, karena itulah proses
difusi disebut juga sebagai sistem transpor pasif (Setyawan, 2022).

2.2 Osmosis
Osmosis adalah pergerakan cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi
menuju cairan yang mempunyai Kandungan air lebih tinggi menuju cairan yang
mempunyai Kandungan air lebih rendah (Handayani, dkk, 2021) melalui membran
Semipermeabel.
Pergerakan molekul air melalui membran semipermeabel Selalu dari larutan
hipotonik menuju ke larutan hipertonik sehingga perbandingan konsentrasi zat
terlarut kedua larutan seimbang (isotonik). Misalnya, sebuah sel diletakkan di dalam
air murni konsentrasi zat terlarut di dalam sel lebih besar (hipertonik) karena adanya
garam mineral, asam-asam organik, dan berbagai zat lain yang dikandung sel.
Dengan demikian, air akan terus mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi larutan
di dalam sel dan di luar sel sama.
Contoh Peristiwa osmosis dalam kehidupan sehari-hari: dalam proses
penyerapan air dari dalam tanah oleh akar, Konsentrasi cairan yang berada di dalam
jaringan akar lebih pekat (hipertonik) dibandingkan larutan mineral di dalam tanah
yang mengakibatkan air (pelarut) berpindah dari dalam tanah ke jaringan akar,
pengosongan pori cangkang Nautilus Sehingga memungkinkan hewan ini terapung
di dalam air, keruh atau buramnya warna mata nelayan juga karena adanya Peristiwa
osmosis air laut (Sari, dkk, 2018).

2.3 Plasmolisis
Plasmolisis adalah proses terlepasnya Protoplasma dari dinding sel yang
disebabkan oleh air yang berada dalam vakuola merembes keluar dari sel, yaitu bila
tumbuhan berada Pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan akan
sulit menyerap air. Pada kasus tertentu air di dalam sel Juga akan keluar. Bila terjadi
terus menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding sel. Bila plasmolisis
berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati (Sari, dkk, 2014)
Desplasmolisis merupakan menyatunya kembali membran Plasma yang telah
lepas dari dinding sel, hal ini terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan
hipotonik, Sel tumbuhan akan menyerap air dan tekanan turgor meningkat. Membran
Plasma akan mengembang sehingga akan melekat kembali pada dinding sel.

2.4 Hemolisis
Hemolisis yaitu pecahnya sel darah merah dan keluarnya. hemoglobin ke
plasma. (Nugrahena, dkk., 2021). Hemolisis merupakan gangguan yang terjadi pada
membran eritrosit Sehingga terjadi Pelepasan hemoglobin (Riswanto, 2013).
Hemolisis ditandai dengan kondisi serum yang berwarna kemerahan karena lepasnya
hemoglobin dari eritrosit yang rusak. Hemolisis dapat terjadi secara in vitro dan in
vivo. Hemolisis secara in vivo dapat disebabkan oleh adanya infeksi, zat beracun,
reaksi transfusi, dan anemia hemolitik (Elrouf, 2013).
Bila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis, cairan akan masuk ke dalam
eritrosit melalui membran yang bersifat semipermeabel dan menyebabkan eritrosit
menggembung dan Pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas dalam medium
sekelilingnya.
2.5 Krenasi
Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan hipertonis menyebabkan
tekanan osmosis akan terjadi dari dalam sel keluar Sel yang akan mengakibatkan sel
mengalami krenasi (Pengerutan) (Warsita, dkk, 2019).
Krenasi adalah kelainan bentuk eritrosit yang mengkerut dan timbul tonjolan -
tonjolan seperti artefak pada Permukaannya. Krenasi biasanya terbentuk karena suhu
panas yang menyebabkan membran sel eritrosit pecah, akibatnya sel mengalami
pengerutan karena cairan yang berada di dalam sel keluar melalui membran.
Morfologi Krenasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor Seperti terjadinya
kesalahan dalam prosedur pemeriksaan Praanalitik (Gofur, dkk, 2022). Proses yang
sama juga terjadi pada tumbuhan, proses tersebut disebut dengan proses Plasmolisis.
BAB 3
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

Kegiatan 1. Difusi Gas


Alat :
1. Alat difusi gas
2. Lidi
3. Gunting
4. Stopwatch
5. Pipet tetes
6. Kertas lakmus merah dan biru
7. Penggaris
8. Plastisin

Bahan :
1. Larutan HCL
2. NH4OH

Kegiatan 2. Difusi Zat Cair


Alat :
1. Gelas piala
2. Pembakar bunsen
3. Kaki tiga
4. Gelas ukur

Bahan :
1. Air suling dan air panas
2. Teh celup
3. Lidi atau tusuk gigi
Kegiatan 3. Osmosis
Alat :
1. Cawan petri
2. Gelas ukur
3. Sendok teh
4. Lembar pengamatan dan alat tulis

Bahan :
1. Kentang (Solanum tuberosum)
2. Wortel (Daucus carota)
3. Garam dapur halus
4. Larutan gula
5. Sirup
6. Air

Kegiatan 4. Plasmolisis
Alat :
1. Mikroskop cahaya
2. Object glass dan cover glass
3. Korek
4. Silet
5. Pisau potong atau scalpel
6. Lap kering
7. Cawan petri
8. Lembar pengamatan dan alat tulis

Bahan :
1. Kentang (Solanum tuberosum)
2. Daun Adam Eva (Rhoeo discolor)
3. Air suling
4. Larutan garam 10%
5. Larutan garam 10%
3.2. Cara Kerja
Kegiatan 1. Difusi Gas
1. Kertas lakmus merah dan biru dibuat potongan - potongan masing masing 10
potong, sepanjang ± 1 cm.
2. Potongan lakmus tersebut diletakkan dengan posisi sejajar secara berselang -
seling ke dalam tabung difusi.
3. Larutan HCL diteteskan pada salah satu ujungnya dan NH4OH pada ujung yang
lain sebanyak 2 - 4 tetes, kemudian tutup dengan plastisin.
4. Setiap saat perubahan warna kertas lakmus dicatat.

Kegiatan 2. Difusi Zat Cair


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pada gelas ukur air dituang sesuai perlakuan.
3. Agar posisi teh tidak berubah tali teh celup diikat pada lidi atau tusuk gigi,
kemudian diletakkan pada bagian atas gelas ukur.
4. Perubahan yang terjadi pada air selama 20 menit dengan interval waktu 5 menit
dicatat menggunakan penggaris.

Kegiatan 3. Osmosis
1. 4 buah kentang dan wortel disiapkan, kemudian kupas dan potong berbentuk
kubus.
2. Pada sisi sayatan kentang dan wortel yang menghadap ke atas dibuat cekungan
yang cukup dalam.
3. Garam dapur halus, larutan gula, dan sirup masing - masing dimasukkan ke
dalam cekungan 3 potongan kentang dan wortel, sedangkan 1 potongan yang
lain dibiarkan kosong (kontrol).
4. Cawan petri yang telah diisi air terlebih dahulu dan diketahui jumlah volume nya
diletakkan masing - masing potongan kentang dan wortel.
5. Lakukan pengamatan (warna air dalam cawan petri, warna kentang dan wortel,
dan bentuk kentang dan wortel). Setelah dibiarkan selama kurang lebih 30 menit
dan ukur kembali volume air dalam cawan petri setelah kentang dan wortel
dikeluarkan.

Kegiatan 4. Plamolisis
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Masing - masing larutan perlakuan disiapkan lalu tuang ke dalam cawan petri
kira - kira 3/4 tingginya.
3. Kentang dipotong berukuran 5×1×1 cm, lalu dalam masing - masing larutan
perlakuan direndem dan diamati. Secara berkala selama 30 menit dengan
interval 10 menit, perubahan ukurannya dicatat.
4. Bagian bawah daun adam eva dibuat sayatan, lalu pada masing - masing
perlakuan derendem selama 10 menit, kemudian di bawah mikroskop diamati
dan perbedaan nya dibandingkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Kegiatan 1. Difusi gas
Tabel perubahan warna pada kertas lakmus

Senyawa Perubahan Lakmus Waktu (s)

• Lakmus merah tetap berwarna merah


HCl • Lakmus biru berubah menjadi warna 7,01 detik
merah

• Lakmus biru tetap berwarna biru


NH4OH • Lakmus merah berubah menjadi 9,23 detik
warna biru

Total waktu perubahan pada semua kertas lakmus adalah 1 menit 6 detik

Gambar 1. Larutan HCl setelah berdifusi Gambar 2. Larutan NH4OH setelah


berdifusi

Kegiatan 2. Difusi zat cair


Tabel pergerakkan the pada difusi zat cair

Waktu Air suling Air panas


0 menit 0 cm 0 cm
5 menit 0,3 cm 0,5 cm
10 menit 0,6 cm 0,8 cm
15 menit 1.1 cm 1,3 cm
20 menit 1,5 cm 1,7 cm

Gambar 3. Gambar 6. Gambar 9.


5 menit air suling 10 menit air panas 20 menit air suling

Gambar 4. Gambar 7. Gambar 10.


5 menit air panas 15 menit air suling 20 menit air panas

Gambar 5. Gambar 8.
10 menit air suling 15 menit air panas

Kegiatan 3. Osmosis
Tabel hasil pengamatan osmosis pada kentang dan wortel

Bahan Perlakuan Volume Pengamatan


Warna air di Bentuk
Awal Akhir
cawan petri kentang/wortel
Tetap
Kontrol 30 ml 29 ml Keruh
Tekstur keras
Garam Mengkerut
30 ml 28 ml Jernih
dapur halus Tekstur lunak
Kentang Membesar
Larutan gula 30 ml 29 ml Keruh Tekstur sedikit
lunak
Membesar
Sirup 30 ml 28 ml Keruh
Tekstur lunak
Tetap
Kontrol 30 ml 29 ml Keruh
Tekstur keras
Garam Mengkerut
30 ml 28 ml Jernih
dapur halus Tekstur lunak
Wortel
Membesar
Larutan gula 30 ml 27 ml Keruh
Tekstur keras
Membesar
Sirup 30 ml 28 ml Keruh
Tekstur lunak

Berurutan dari kiri ke kanan


(Kontrol, garam dapur halus, larutan gula, sirup)

Gambar 11. 0 menit Gambar 12. 10 menit


Gambar 13. 20 menit
Gambar 14. 30 menit

Kegiatan 4. Plasmolisis
Tabel perubahan ukuran kentang

Waktu Ukuran kentang (cm)


Air suling: 5 x 1 x 1 cm
0 menit Larutan garam: 5 x 1 x 1 cm
Larutan gula: 5 x 1 x 1 cm
Air suling: 5 x 1 x 1 cm
10 menit Larutan garam: 4,9 x 0,9 x 1 cm
Larutan gula: 5 x 1 x 1 cm
Air suling: 5x1x1 cm
20 menit Larutan garam: 4,9 x 0,9 x 0,9 cm
Larutan gula: 5 x 1 x 1 cm
Air suling: 5 x 1 x 1 cm
30 menit Larutan garam: 4,8 x 0,8 x 0,8 cm
Larutan gula: 5 x 1 x 1 cm
Gambar 15. Air suling Gambar 16. Larutan Gambar 17. Larutan gula
garam

Tabel perbandingan sel daun Adam Eva (Rhoeo discolor)

Air suling
Perbesaran 4x

Perbesaran 10x

Perbesaran 40x
Pada air suling terdapat dinding sel, sitoplasma, kloroplas, dan pigmen antosianin. Pada
air suling ini terjadi pembengkakkan.

Larutan garam
Perbesaran 4x

Perbesaran 10x

Perbesaran 40x
Pada larutan garam 10% terlihat pigmen antosianin mulai hilang (pudar) dan terlihat
stomata menutup.

Larutan gula
Perbesaran 4x

Perbesaran 10x

Perbesaran 40x
Pada larutan gula 10% terlihat pigmen antosianin mulai hilang (pudar) dan terlihat stomata
menutup.

4.2. Pembahasan

Kegiatan 1. Difusi Gas

Pada kegiatan difusi gas, pengamatan dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus
merah dan biru yang diposisikan sejajar dan berselang - seling sebanyak 10 buah didalam
tabung difusi gas. Diberikan larutan yang berbeda pada tiap ujungnya. Ujung yang diberikan
larutan HCL, kertas lakmus merah akan tetap berwarna merah sedangkan kertas lakmus biru
akan berubah menjadi warna merah. Sedangkan ujung yang diberikan NH4OH, lakmus biru
akan tetap berwarna biru sedangkan lakmus merah berubah menjadi warna biru (Lestari,
2016). Didalam percobaan didapati larutan HCL cepat berubah warna namun lambat dalam
penyebarannya, meskipun 1 menit 6 detik telah berlalu tetap ada bagian lakmus biru yang
tidak berubah menjadi warna merah. Sedangkan pada percobaan NH4OH meskipun dalam
perubahannya lebih lama sedikit dibandingkan dengan HCL namun dalam penyebarannya
cepat dan merata semua lakmus menjadi warna biru. Dapat disimpulkan bahwa larutan HCl
merupakan asam kuat yang ikatannya lebih kuat dan kerapatannya lebih tinggi. Sehingga
sulit melepaskan ion-ionnya dan berdifusi lebih lama, Sedangkan NH4OH merupakan basa
lemah yang lebih cepat berdifusi dan lebih mudah melepaskan ion-ionnya (Chairin, 2019).

Kegiatan 2. Difusi Zat Cair

Pengamatan dilakukan menggunakan teh celup yang dicelupkan Pada zat pelarut
yang berbeda, yaitu air suling dan air panas. Pergerakan teh lebih cepat pada teh yang
dicelupkan pada air panas. Hal ini dipengaruhi oleh salah satu faktor difusi yaitu suhu,
karena suhu yang tinggi akan mempercepat gerakan molekul dan partikel, sehingga
mempercepat laju difusi.

Kegiatan 3. Osmosis

Pada kegiatan osmosis, Pengamatan dilakukan menggunakan 4 kentang dan wortel


yang dibentuk kubus dan dimasukkan masing-masing garam dapur halus, larutan gula, dan
sirup. 1 dibiarkan kosong untuk kontrol. Kentang dan wortel diletakkan. Pada cawan petri
yang berisi 30 ml. Umbi bersifat semipermeabel karena hanya air yang dapat melaluinya,
sedangkan larutan gula tidak bisa (Yahya, 2015). Pada percobaan ini didapatkan hasil, pada
kontrol bentuk kentang dan wortel tetap dan tekstur keras, terjadi perubahan air menjadi
keruh dan volume berkurang menjadi 29 ml. Pada garam dapur halus bentuk kentang dan
wortel mengkerut, tekstur menjadi lunak, warna air tetap jernih, namun volume berkurang
menjadi 28 ml. Pada larutan gula bentuk kentang dan wortel sedikit membesar, tekstur
kentang sedikit lunak tetapi tekstur wortel keras. air berubah menjadi keruh dan volume
berkurang pada kentang menjadi 29 ml sedangkan wortel menjadi 27 ml. pada sirup bentuk
kentang dan wortel

Kegiatan 4. Plasmolisis

Pada pengamatan menggunakan kentang (Solanum tuberosum) ukuran kentang


mula-mula 5x1x1 cm. Setelah direndam selama 30 menit pada larutan garam 10% tekstur
kentang menjadi lunak dan bentuk kentang mengalami penyusutan hingga ukurannya
menjadi 4.8×0.8×0.8 cm. Hal ini dikarenakan, kentang hipotonik terhadap larutan garam, air
yang ada pada kentang keluar. Sedangkan pada larutan gula 10% kentang mengalami
penambahan ukuran menjadi 5×1.1×1 cm dikarenakan kentang (hipertonik) terhadap larutan
gula (hipotonik).

Pada pengamatan menggunakan daun Adam Eva (Rhoeo discolor) dengan


mikroskop cahaya Perbesaran 4x, 10x, dan 40x. Daun adam eva yang diberi air suling masih
terlihat jelas berwarna ungu dari pigmen antosianin dan dinding sel terlihat rapat. Pada daun
adam eva yang diberi larutan garam 10% dan larutan gula 10% mengalami plasmolisis
Sehingga warna dari pigmen antosianin mulai hilang (pudar), karena lingkungan sel
(hipertonik) dan sel tumbuhan (hipotonik) Sehingga cairan dalam sel tumbuhan keluar
menuju larutan hipertonik yang mengakibatkan sel kekurangan air. Pada sel daun adam eva
terlihat stomata yang menutup, karena penurunan tekanan turgor berdampak pada penutupan
stomata (Felania, 2017).
BAB V
KESIMPULAN

1) Membran sel adalah lapisan yang melindungi inti sel dan membungkus organel-organel
dalam sel yang bersifat Semipermeabel dan bertugas mengatur transportasi sel.
Transportasi sel ada dua, yaitu transpor pasif (difusi dan osmosis) dan transpor aktif.
2) Difusi adalah proses perpindahan molekul dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke
daerah dengan konsentrasi rendah. Osmosis adalah proses perpindahan air melalui
membran semipermeabel dari daerah dengan konsentrasi air tinggi (hipotonik) ke daerah
dengan konsentrasi air rendah (hipertonik). Plasmolisis adalah proses kehilangan air atau
penyusutan, akibat air keluar dari Sitoplasma menuju lingkungan dengan konsentrasi zat
terlarut tinggi pada Sel tumbuhan. Hemolisis adalah pecahnya sel darah merah (eritrosit)
dan pelepasan hemoglobin ke dalam plasma darah. Krenasi adalah kerutan atau
penyusutan akibat hilangnya air pada sel darah merah sehingga bentuknya lebih cekung.
3) Proses difusi gas: HCI bersifat asam yang mengubah lakmus biru menjadi merah.
Sedangkan NH4OH bersifat basa yang merubah lakmus merah menjadi biru. Proses
difusi zat cair: Faktor yang mempengaruhi laju difusi pada pengamatan difusi zat cair
menggunakan teh celup yaitu suhu. Semakin tinggi suhu, Semakin cepat laju difusi.
Proses Osmosis: Umbi bersifat Semipermeabel oleh karena itu hanya air yang dapat
melaluinya sedangkan larutan gula tidak bisa. Proses plasmolisis: Ketika kentang
(Solanum tuberosum) dan daun adam eva (Rhoeo discolor) diberikan larutan garam 10%
dan larutan gula 10% maka akan terjadi peristiwa plasmolisis dimana terjadi penyusutan
dan keluarnya air menuju lingkungan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, P. (2016). Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Untuk Uji
Larutan Asam-Basa. Jurnal Pendidikan Madrasah, 1(1), 69-84.

Felania, C. (2017). Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan kacang hijau


(Phaceolus radiatus). In Seminar Nasional Pendidikan Biologi (pp. 131-138).

Handayani, H., Darmayani, S., Nendissa, S. J., Hasibuan, A. K. H., Dimenta, R. H.,
Indarjani, I., & Latumahina, F. S. (2021). FISIOLOGI HEWAN.

Hall, J. E. (2019). Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Elsevier Health Sciences.

Warsita, N., & Fikri, Z. (2019). Pengaruh Lama Penundaan Pengecatan Setelah Fiksasi
Apusan Darah Tepi Terhadap Morfologi Eritrosit. Jurnal Analis Medika Biosains
(JAMBS), 6(2), 125-129.

Ghofur, A., Suparyati, T., & Fatimah, S. (2022). Pengaruh Variasi Waktu Fiksasi Sediaan
Apus Darah Tepi (SADT) pada Pengecatan Giemsa terhadap Morfologi Sel Darah
Merah. Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 9(1), 27-33.

Nugrahena, N. P., Sudarsono, T. A., & Wijayanti, L. (2021). Pengaruh Hemolisis Terhadap
Nilai Trombosit Dengan Menggunakan Metode Direct Counting. Jurnal Analis Medika
Biosains (JAMBS), 8(2), 108-113.

Sari, E., & ALAM, F. M. D. I. P. (2014). Metabolisme hewan dan tumbuhan.

Sari, Y. P., Rahman, A., & Kasrina, K. (2018). Pengembangan lembar kerja peserta didik
berdasarkan studi pengaruh osmosis terhadap warna mata. Diklabio: Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Biologi, 2(2), 16-21.

Yahya, Y. (2015). Perbedaan tingkat laju osmosis antara umbi Solonum tuberosum dan
Doucus carota. Jurnal Biology Education, 4(1).
LAMPIRAN

1. Osmosis terjadi pada sel tumbuhan yang dimana apabila sel tumbuhan ditempatkan
dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel dan membuatnya tegang,
Sebaliknya jika sel tumbuhan berada di dalam larutan hipertonik air akan keluar sel
dan menyebabkan sel menjadi kempis. Contohnya pada proses penyerapan air dari
dalam tanah ke akar, konsentrasi cairan yang berada di dalam jaringan akar lebih
pekat (hipertonik) dibandingkan larutan mineral di dalam tanah yang mengakibatkan
air (pelarut) berpindah dari dalam tanah ke jaringan akar, maka tekanan turgor akan
meningkat dan sel akan tegang. Sehingga dinding sel terisi. Dan ketika turgor
memiliki tekanan yang tinggi atau penuh maka kemampuan metabolismenya juga
tinggi dan tumbuhan akan berdiri dengan tegak.
2. Pada difusi seperti ketika membuka botol parfum di satu sudut ruangan, aroma
parfum akan tersebar ke seluruh ruangan atau dari daerah yang memiliki konsentrasi
tinggi. ke daerah yang memiliki konsentrasi rendah tanpa harus melewati membran
semipermeabel, Pada osmosis seperti pada proses pergerakkan air melalui membran
Semipermeabel sel darah merah, ketika sel darah merah ditempatkan dalam larutan
hipotonik air masuk ke dalam sel darah merah dan membuatnya menggembung
begitupun sebaliknya, dimana proses osmosis ini hanya air atau pelarut yang bisa
bergerak melewati membran semipermeabel. Sementara partikel Pelarut dan terlarut
bisa bergerak dengan bebas dalam difusi.
3. Ketika sel darah ditempatkan dalam larutan hipotonik maka air akan bergerak masuk
melalui osmosis untuk mencapai keseimbangan dan menyebabkan sel darah merah
menggembung. Sedangkan krenasi adalah proses yang terjadi dalam sel darah merah
(eritrosit) ketika sel tersebut mengalami kerutan atau penyusutan karena kehilangan
air dan mendekati bentuk yang lebih cekung (biasanya terjadi ketika sel darah merah
ditempatkan dalam lingkungan larutan hipertonik)
4. Plasmolisis bisa mempengaruhi sel tumbuhan karena plasmolisis terjadi karena
paparan larutan hipertonik yang membuat air di dalam sel keluar melalui osmosis
karena perbedaan konsentrasi air yang tinggi di dalam sel dan konsentrasi air yang
rendah di Iuar sel yang mengakibatkan sitoplasma terpisah dari dinding sel. Serta sel
tumbuhan kehilangan turgor dan menjadi kempis, plasmolisis terbalik mungkin
terjadi jika sel tumbuhan yang mengalami plasmolisis ditempatkan kembali ke dalam
larutan isotonik maka air akan masuk kembali ke dalam sel dan sel akan pulih dari
plasmolisis.
5. Plasmolisis dan hemolisis adalah dua proses yang membuat sel kehilangan fungsinya
keduanya dipengaruhi oleh faktor eksternal. Plasmolisis dapat terjadi ketika sel
tumbuhan ditempatkan dalam larutan hipertonik maka air akan keluar dan
Protoplasma sel mengelupas dari dinding sel, meninggalkan celah diantara dinding
sel dan membran sel, sementara selama hemolisis terjadi ketika sel darah merah
terkena paparan larutan hipotonik maka air akan masuk dan membuat sel darah
merah melepaskan isinya ke dalam plasma karena sel darah merah membesar dan
pecah.

Anda mungkin juga menyukai