Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis serta
menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian
dan penggunaannya secara aman. Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia
kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk
kesehatan. Farmasi pada dasarnya merupakan sistem pengetahaun (ilmu, teknologi
dan sosial budaya) yang mengupayakan dan menyelenggarakan jasa kesehatan
dengan melibatkan dirinya dalam mendalami, memperluas, menghasilkan dan
mengembangkan pengetahuan tentang obat dalam arti dan dampak obat yang
seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat pada manusia dan hewan.
Perkembangan farmasi sangat dipengaruhi pula oleh perkembangan orientasi di
bidang kesehatan. Dalam dunia farmasi kita mempelajari berbagai macam cabang
ilmu materi salah satunya yaitu botani.
Botani atau ilmu tumbuh tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang
tumbuh tumbuhan, jamur, dan alga, dengan demikian dalam botani dipelajari semua
disiplin ilmu seperti genetika, pertumbuhan, reproduksi, metabolisme,
perkembangan, interaksi dengan komponen biotik dan komponen abiotik serta
evolusi yang berhubungan dengan tumbuhan. Tumbuhan merupakan makhluk
hidup multiseluler. Sel tumbuhan terdiri atas dinding sel, inti sel dan organel-
organel yang ada didalamnya. Selain itu pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma
yang dibungkus oleh membran plasma yang merupakan membran yang mampu
mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan
sebaliknya (Tjitrosoepomo, 2012).
Tumbuhan adalah flora yang berasal dari Kingdom Plantae. Tumbuhan
berkembang biak secara alami tanpa adanya campur tangan dari manusia.
Pada tumbuhan tingkat tinggi. Dalam praktikum untuk melihat sel-sel seperti
klorofil, kloroplas, dan tilakoid bisa dilihat menggunakan mikroskop. Roobert
Hooke memanfaatkan mikroskop dan berhasil menjadi orang pertama melihat

1
ruang-ruang kecil yang dibentuk oleh irisan pada jaringan tumbuh-tumbuhan.
Jaringan-jaringan itu dilihatnya bagaikan tersusun dari banyak ruang kecil yang
dibatasi dinding-dinding tipis. Ruang-ruang kecil ini dinamakan dengan sel.
Sel adalah bagan terkecil yang terdapat pada makhluk hidup. Setiap
makhluk hidup pasti memiliki sel, jika tidak maka dia bisa dikatakan buka makhluk
hidup, karena dalam tubuh makhluk hidup ada yang namanya organ. Jadi, sel
merupakan hal mendasar dari segala aktifitas dalam tubuh kita. Tidak hanya
makhluk hidup yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan, sel juga
mengalami yang demikian, karena sel juga ada yang hidup dan ada juga yang mati.
Sel hidup merupakan sel yang masih aktif bekerja dibidangnya, artinya sel hidup
adalah sel masih terus bekerja tanpa henti, harus mengalami pembelahan dan lain-
lain. Sedangkan sel mati adalah sel yang sudah tidak bekerja pada tubuh makhluk
hidup, artinya sel ini sudah tidak bekerja untuk kehidupan mahluk hidup.
(Poedjiadi, 2011).
Apabila suatu sel tumbuhan diletakkan didalam suatu larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi dari pada didalam sel, maka air akan meninggalkan sel
sehingga volume isi sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka
ruang antara membran dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini
berlangsung sampai konsentrasi didalam dan diluar sel sama besar. Akibat peristiwa
tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan menyusut volumenya dan
akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa tersebut dinamakan dengan
plasmolisis.
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa keluarnya cairan sel melalui
membrane sel akibat dari pengaruh gradient konsentrasi. Peristiwa plasmolisis
ini terjadi jika sel dimasukkan ke dalam larutan yang hipertonis terhadap
plasma sel, menyebabkan air merembes ke luar dinding sel. Hal ini terjadi
karena deficit tekanan difusi di dalam suatu sel lebih rendah dari deficit
tekanan difusi yang ada di sekitar sel, sehingga air akan meninggalkan sel sampai
deficit tekanan difusi di dalam dan deficit tekanan difusi di luar sel sama besar.
Peristiwa plasmolisis ini terjadi karena adanya perpindahan molekul dari
kerapatan rendah ke kerapatan tinggi. Perpindahan molekul ini dinamakan osmosis.

2
Osmosis merupakan bagian dari transport pasif. Secara umum perpindahan
molekul atau ion melewati membrane terdiri atas 2 macam, yaitu transport
pasif dan transport aktif.
Transport pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa
menggunakan energi sel. Perpindahan tersebut terjadi secara spontan, dari
konsentrasi tinggi ke rendah. Contohnya difusi, osmosis dan difusi terfasilitasi.
Transport aktif adalah perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan energi
dari sel itu. Perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang konsentrasi.
Contohnya pompa Natrium (Na+)-Kalium (K+), endositosis dan eksositosis
(Seputro.1990).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah praktikum tentang
“Plasmolisis” untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan plasmolisis, serta
bagaimana proses terjadinya plasmolisis.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu plasmolisis pada tumbuhan
2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya plasmolisis pada tumbuhan
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu plasmolisis pada tumbuhan
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya plasmolisis pada
tumbuhan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Plasmolisis
Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan di larutan
garam terkonsentrasi (hipertonik).Akibatnya cairan yang ada di dalam sel keluar
dari sel, sehingga tekanan sel terus berkurang sampai di suatu titik dimana membran
sel terlepas dari dinding sel. Plasmolisis dapat mudah diamati pada sel bawang
merah ataupun daun Rhoe-discolor yang direndam pada larutan sukrose dengan
konsentrasi tertentu.Bagian yang diambil untuk diamati yakni pada selaput tipis
yang biasanya ada diantara umbi bawang merah, atau pada sel selaput epidermis
daunRhoe discolor (Bambang, 2006).
Pergerakkan molekul air melalui membran semipermeable selalu dari
larutan hipotonis menuju larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat
terlarut kedua zat seimbang (isotonik). Pada saat sel diletakkan dalam air suling ,
konsentrasi zat terlarut dalam sel hipertonik karena adanya garam mineral, asam
organik dan berbagai zat lain yang di kandung sel. Dengan demikian air akan terus
mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi larutan di dalam sel dan di luar sel
sama. Namun, membrane sel mempunyai kemampuan yang terbatas untuk
mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah.Pada sel tumbuhan hal ini dapat
teratasi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang menahan sel mengembang
lebih lanjut (Fiktor Ferdinand, 2007).
Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi
kandungan mineral garam dan zat-zat yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini
membuat konsentrasi dalam zat terlarut diluar sel sama besar dibandingkan
konsentrasi air di dalam sel. Pada sel Rhoeo discolor yang di tetesi air suling sel
menjadi membengkak karena air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya
yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding
ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut.
hal ini di sebabkan sel berada pada kondisi paling sehat dalam lingkungan hipotonik

4
dimana kecenderungan untuk menyerap air secara terus-menerus akan diimbangi
oleh dinding lentur yang mendorong sel (Jane B. Reech, 2003).
Sel yang telah mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan semula.
Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal
dengan istilah deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama
dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis,
sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel
dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak
masuk kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel
mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-
molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan
sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya
tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa
ini adalah sel kembali ke keadaan semula (Elsa, 2009).
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di
alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada
larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis
(Buana dkk, 2011).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh
sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung
yang berwarna kebiru-biruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan
protoplas diisi udara Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami
plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal
dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul
tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Lang, Ingeborg, dkk.,
2014).
Plasmolisis merupakan keadaan dimana membran dari sitoplasma akan
keluar dari dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran
protoplasma dengan sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap gula

5
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Plasmolisis ini sendiri merupakan
contoh kasus tranportasi sel secara osmosis (Syamsuni, 2006).
Apabila suatu sel tumbuhan diletakkan didalam suatu larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi dari pada didalam sel, maka air akan meninggalkan sel
sehingga volume isi sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka
ruang antara membran dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini
berlangsung sampai konsentrasi didalam dan diluar sel sama besar. Akibat peristiwa
tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan menyusut volumenya dan
akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa tersebut dinamakan dengan
plasmolisis (Saifullah, 2020).
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa keluarnya cairan sel melalui
membrane sel akibat dari pengaruh gradient konsentrasi. Peristiwa plasmolisis
ini terjadi jika sel dimasukkan ke dalam larutan yang hipertonis terhadap
plasma sel, menyebabkan air merembes ke luar dinding sel. Hal ini terjadi
karena deficit tekanan difusi di dalam suatu sel lebih rendah dari deficit
tekanan difusi yang ada di sekitar sel, sehingga air akan meninggalkan sel sampai
deficit tekanan difusi di dalam dan deficit tekanan difusi di luar sel sama besar.
Peristiwa plasmolisis ini terjadi karena adanya perpindahan molekul dari
kerapatan rendah ke kerapatan tinggi. Perpindahan molekul ini dinamakan osmosis.
Osmosis merupakan bagian dari transport pasif. Secara umum perpindahan
molekul atau ion melewati membrane terdiri atas 2 macam, yaitu transport
pasif dan transport aktif (Lang, Ingeborg, dkk., 2014).
Transport pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa
menggunakan energi sel. Perpindahan tersebut terjadi secara spontan, dari
konsentrasi tinggi ke rendah. Contohnya difusi, osmosis dan difusi terfasilitasi.
Transport aktif adalah perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan energi
dari sel itu. Perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang konsentrasi.
Contohnya pompa Natrium (Na+)-Kalium (K+), endositosis dan eksositosis
(Seputro.1990).
Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu selaput
atau membran. Air selalu bergerak melewati membran ke arah sisi yang

6
mangandung jumlah materi terlarut paling banyak dan kadar air paling sedikit.
Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan ke
dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh
organisme multiseluler, air bergera dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa.
Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah
melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah
dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmosis akan berhenti jika
konsentrasi zat di kedua sisi membrane tersebut telah mencapai keseimbangan.
Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel
bermembran.Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan.Oleh karena
itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni
tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis.Jadi dapat disimpulkan bahwa
ada atau tidaknya plasmolisis menjadi indikator dari ada atau tidaknya osmosis
yang terjadi, (Ernawati, 2006).
2.1.2 Larutan Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak
ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air
mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan
mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi (Dartius,
2001).
Sebuah larutan hipertonik adalah campuran dengan konsentrasi tinggi zat
terlarut bila dibandingkan dengan larutan lain yang dipisahkan oleh sebuah
membran semi permeabel. Sifat tonisitas sering digunakan untuk menggambarkan
biologis tubuh, dengan konsentrasi zat terlarut sel dan cairan sekitarnya digunakan
sebagai contoh.Tonisitas berkaitan dengan osmosis, di mana cairan mengalir bolak-
balik melintasi membran semipermeabel; osmolaritas berbeda dari tonisitas dalam
hal itu menganggap konsentrasi zat terlarut yang menembus membran dan mereka
yang tidak, sementara tonisitas hanya menganggap mereka yang tidak menembus
(Fatmawati, 2012)

7
Jika suatu larutan adalah hipertonik, itu berarti bahwa fluida akan mengalir
melintasi membran dan ke dalam larutan hipertonik sampai keadaan isotonik
tercapai. Dalam keadaan isotonik, larutan di kedua sisi membran memiliki
distribusi yang sama zat terlarut. Sebaliknya, dengan larutan hipotonik, konsentrasi
zat terlarut lebih rendah daripada larutan di sisi lain dari membran, yang berarti
bahwa air akan ditarik keluar dari larutan hipotonik dan menjadi larutan hipertonik
(Rahmawati, 2015).
2.1.3 Larutan Hipotonik
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke
dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik, tekanan osmotik
menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel
pecah dan tidak berfungsi (Guritno, 2006).
Sebuah larutan hipotonik adalah setiap larutan yang memiliki tekanan
osmotik lebih rendah dibandingkan larutan lainnya.Dalam bidang biologi, ini
umumnya mengacu pada larutan yang memiliki kurang zat terlarut dan air lebih dari
larutan lainnya.Ini digunakan dalam biologi untuk membantu ilmuwan
mendeskripsikan sel. Mengetahui osmolaritas (konsentrasi larutan dalam jumlah zat
terlarut per liter) dari larutan yang berbeda dapat menunjukkan kepada ilmuwan
cara mana gradien air dan gradien zat terlarut akan terbentuk (Savitri, 2005).
Karena sifat difusi, setiap zat terlarut dalam larutan memiliki kecenderungan
untuk menyebar satu sama lain sampai terdistribusi merata. Dalam larutan berair,
ini terutama disebabkan oleh interaksi yang dimiliki molekul air polar pada zat
terlarut.Ujung berlawanan dari molekul memiliki muatan yang berbeda, yang
membentuk ikatan sementara, yang disebut ikatan hidrogen, dengan bagian
bermuatan molekul terlarut lainnya (Mulyani, 2007).
Molekul air berkelompok di sekitar zat terlarut, menjauhkan mereka dari
konsentrasi tertinggi zat terlarut, dan memungkinkan lebih banyak molekul air
untuk bergerak masuk. Oleh karena itu, jika Anda menuangkan larutan hipotonik
ke dalam larutan hipertonik, larutannya pada awalnya akan memiliki area yang
tinggi dan rendah, tetapi konsentrasi akan cepat mencapai keseimbangan. Jika

8
kedua larutan ini dipisahkan oleh membran yang hanya akan membiarkan air
melalui, air akan keluar dari larutan hipotonik dan ke dalam larutan hipertonik,
sampai keduanya isotonik satu sama lain (Purno basuki, 2011).
Sel hanyalah sebuah larutan yang dikelilingi oleh kantong semipermeabel
yaitu membran plasma. Membran plasma mampu menjaga zat terlarut tidak
menyebar di seluruh membran sel, sementara itu memungkinkan air untuk berdifusi
dengan osmosis melintasi membran ke sitoplasma. Membran tertanam dengan
protein khusus, yang disebut protein transpor membran yang membantu
mengangkut zat terlarut khusus di seluruh membran (Simpson, 2012).
Protein lain, yang disebut aquaporin menjaga saluran terbuka sehingga hanya
air yang dapat melewatinya. Semua sel harus mengatur kandungan zat terlarut
mereka, untuk memastikan mereka tidak mengering atau menjadi terlalu penuh air.
Sel dengan sitosol yang merupakan larutan hipotonik terhadap lingkungan akan
kehilangan air ke lingkungan yang lebih hipertonik yang memiliki lebih banyak zat
terlarut. Air, didorong untuk menyamakan dua larutan, diambil dari sel. Sel yang
sitosolnya merupakan larutan sangat hipotonik dibandingkan dengan
lingkungannya akan mengerut, dan dikatakan plasmolisis. Ini hampir selalu
merupakan kondisi buruk bagi sel, yang membutuhkan air untuk banyak reaksi
kimia (Moenandir, 2013).
Dalam situasi sebaliknya, lingkungan bisa menjadi larutan hipotonik
dibandingkan dengan sel. Dalam hal ini, air dari lingkungan cenderung berdifusi ke
dalam sel. Jika larutan hipotonik dari lingkungan terlalu kuat, sel bisa melisis
(terbelah).Sel memiliki banyak mekanisme untuk mengendalikan aliran air ini.Pada
tumbuhan, jamur, dan sel bakteri, dinding sel terbentuk di sekitar sel, yang
membuatnya tidak meledak. Dinding sel ini terdiri dari berbagai polisakarida,
protein, dan molekul lainnya.Saat air mengisi sel dan mendorong dinding sel,
tekanan turgor dibuat. Tekanan ini membantu memaksa air keluar dari sel, melawan
aliran air ke dalam.Gambar di bawah ini menunjukkan satu sel tumbuhan di
lingkungan yang berbeda. Sel di paling kanan mewakili sel tumbuhan yang
bombastis dalam larutan hipotonik (Ratrani, 2016).

9
2.1.4 Larutan Isotonik
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga
tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan
pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak
sempurna.Larutan-larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang
berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik.Ini berbeda
dengan larutan-larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan jaringan
molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel. Sebuah larutan yang
mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang normal dan
darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan hipotonik
(Rukmana, 2007).
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki osmolaritas yang sama, atau
konsentrasi zat terlarut, dengan larutan lain. Jika kedua larutan ini dipisahkan oleh
membran semipermeabel, air akan mengalir dalam bagian yang sama dari setiap
larutan dan ke yang lainnya. Efeknya adalah aliran air nol antara dua larutan,
meskipun air bergerak dua arah (Hidayat, 2010).
Dalam biologi, beberapa sel harus dipertahankan dalam larutan isotonik
untuk mendukung fungsi seluler. Banyak sel hewan, yang tidak memiliki dinding
sel untuk memberikan dukungan terhadap efek tekanan air, bergantung pada
stabilitas lingkungan eksternal untuk mempertahankan bentuknya. Sebagian besar
hewan mempertahankan pH dan osmolaritas cairan di dalam tubuh mereka untuk
menciptakan larutan isotonik untuk mengaisi sel-sel mereka. Larutan ini dapat
membawa nutrisi dan air, tetapi hanya dalam proporsi yang sama dengan yang ada
di dalam sel (Suwarno, 2009).

10
2.2 Uraian tanaman
2.2.1 Tanaman jadam (Rhoeo discolor folium)
a. Klasifikasi (Abdul . K., 2008)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Commelinales
Gambar 2.1
Familia : Commelinaceae
Tanaman jadam
Genus : Rhoeo
Rhoeo discolor folium
Species : Rhoeo discolor [L. Her.]
b. Morfologi
Tanaman ini berasal dari Meksiko dan Hindia Barat. Tanaman berupa herba
dengan tinggi pohon antara 40-60 cm. batangnya pendek dan kasar dan tidak
mempunyai percabangan. Daun nya merupakan daun tunggal berbentuk lonjong,
permukaan atas berwarna hijau dan permukaan bawah berwarna merah keunguan.
Batangnya merupakan bunga majemuk, berbentuk mangkok, muncul di ketiak
daun, terbungkus kelopak seperti kerang, mahkota bunga berbentuk segi tiga, terdiri
atas tiga lembaran berwarna putih. Perbanyakan tumbuhan Rhoeo discolor dengan
menggunakan biji. Nanas kerang dirawat dengan disiram air yang cukup, dijaga
kelembaban tanahnya, dan di pupuk dengan pupuk organik (Syamsul, 2008).
c. Kandungan kimia
Rhoeo discolor merupakan salah satu tanaman yang memiliki beberapa
senyawa metabolit sekunder berupa alkaloida, flavonoida, tanin, polifenol.
Senyawa saponin dan tanin terdapat pada daun dan bunga Rhoeo discolor (Kirana,
2011).
d. Manfaat
Selain sebagai tanaman hias dalam pot maupun sebagai pembatas tanaman,
daun dan bunganya berguna sebagai antiradang, memelihara paru, mencairkan
dahak, antidiare, dan membersihkan darah (Arief , dkk., 2010).

11
2.3 Uraian bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Nama Kimia : Alkanol
Rumus Molekul : C₂H₅OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru
yangtidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai pembersih alat dan bahan
Khasiat : Sebagai antiseptik (membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme) untuk pembersih
luka atau alat-alat medis
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 1997)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Nama Kimia : Oxidane, Water
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

12
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Sebagai cairan yang diteteskan pada percobaan
plasmolisis
Khasiat : Sebagai pelarut bahan-bahan kimia dan sebagai
sumber air dalam proses produksi dalam bidang
industri.
2.3.3 HCl (DEPKES, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM CHLORIDIUM
Nama Lain : Asam klorida
Nama Kimia : Hydrogen chloride
Rumus Molekul : HCl
Rumus Struktur :

H-Cl
Berat Molekul : 36,46 gram
Pemerian : Cairan tak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan dua bagian air asap dan
bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai bahan yang akan diteteskan pada sampel
percobaan plasmolisis.
Khasiat : Dapat membantu tubuh untuk memecah, mencerna,
dan menyerap nutrisi pada makanan.
2.2.4 NaCL (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : Natrium Chloridum
Nama Lain : Natrium klorida
Rumus Molekul : NaCl

13
Rumus Struktur :

Na-Cl
Berat Molekul : 32,04 g/mol
Pemerian : Hablur bentuk kubus, serbuk hablur putih, rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaaan : Sebagai bahan yang akan diteteskan pada percobaan
plasmolisis.
2.3.5 NaOH (Kemenkes RI, 2014).
Nama resmi : Natrium hydroxydum
Nama lain : Natrium hedroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Jenis : 40,00g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,


kering, rapuh dan menunjukkan susunan hablur;
mudah meleleh, basah, sangat alkalis, dan korosif,
segera menyerap karbon dioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya
matahari panas, kelembaban, incompatibles.
Kegunaan : Sebagai bahan yang akan diteteskan pada percobaan
plasmolisis.

14
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktikum Botani Farmasi tentang Plasmolisis dilaksanakan pada
hari Senin, 14 November 2022. Dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan jam 13.00
WITA. Bertempat di Universitas Negeri Gorontalo, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan di Laboratorium Bahan Alam
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat alat yang digunakan adalah gelas kimia, kaca objek, micro glass,
mikroskop, pipet, silet.
3.2.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan adalah Aquadest, Alkohol 70%, Alkohol
96%, Bunga jadam (Rhoeo discolor folium), HCl, NaCl, NaOH, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan 5 buah kaca preparat
2. Dibuat beberapa sayatan pada epidermis bawah bunga jadam tersebut.
Usahakan menyayatnya selapis saja
3. Diperiksa dibawah mikroskop apakah sayatan sudah cukup bagus
4. Dibersihkan aquadest dengan tisu, kemudian ditetesi masing masing larutan
Alkohol 96%, Aquadest, HCl, NaCl, dan NaOH pada 5 preparat
5. Dibiarkan preparat tersebut selama 15 menit pada masing masing larutan
lalu diperiksa kembali penampakannya di bawah mikroskop.
6. Diamati masing masing preparat tersebut dan digambar masing masing
perbedaan dari kelima sampel dengan larutan yang berbeda tersebut.

15
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan Literatur
No. Larutan
Sebelum Sesudah Sebeleum Sesudah
1. Alkohol
96%

(Dhiarrafi, (Dhiarrafi,
2016) 2016)

2. Aquadest

(Rusnah, (Rusnah,
2016) 2016)
3. HCl

(Riyaldi, (Riyaldi,
2015) 2015)
4. NaCl

(Hendra, (Hendra,
2012) 2012)

16
5. NaOH

(Monna, (Monna,
2022) 2022)
4.2 Pembahasan
Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan di larutan
garam terkonsentrasi (hipertonik). Akibatnya cairan yang ada di dalam sel keluar
dari sel, sehingga tekanan sel terus berkurang sampai di suatu titik dimana membran
sel terlepas dari dinding sel. Plasmolisis dapat mudah diamati pada sel bawang
merah ataupun daun Rhoeo discolor yang direndam pada larutan sukrosa dengan
konsentrasi tertentu. Bagian yang diambil untuk diamati yakni pada selaput tipis
yang biasanya ada diantara umbi bawang merah, atau pada sel selaput epidermis
daun Rhoe discolor (Bambang, 2006).
Pada percobaan ini digunakan alat diantaranya adalah cover glass, kaca
preparat, mikroskop, pipet tetes, silet dan tabung reaksi. Adapun bahan yang
digunakan adalah alkohol 96%, alkohol 70%, aquadest, bunga jadam (Rhoeo
discolor folium), HCl, NaCl, NaOH, dan tisu.
Hal pertama dilakukannya itu dengan membersihkan alat menggunakan
alkohol 70% karena alkohol mempunyai aktivitas sebagai bakterisid yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, dan alkohol 70% ini juga mengandung
antiseptic dan desinfektan. (Noviansari, dkk, 2013)
Menurut Levinson (2017), sampel yang telah disiapkan diiris hingga setipis
mungkin, hal ini bertujuan agar struktur sel pada objek bisa diamati dengan jelas
objek pengamatan yang tidak dipotong tipis memiliki struktur yang menumpuk dan
tebal. Hal ini menyulitkan pengamatan. Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang
jelas, maka objek pengamatan harus diiris setipis mungkin kemudian ditetesi 1-2
aquadest. Setelah itu ditutupi dengan microglass dan usahakan jangan sampai ada
gelembung udara di dalam preparat. Hal itu bertujuan agar preparat menempel pada
kaca objek dan bagian sel yang terdapat pada kaca objek lebih mudah diamati, lalu

17
amati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian ganti dengan
perbesaran kuat agar mendapat gambar bagian sel tumbuhan dengan jelas.
Pada percobaan pertama pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
Alkohol 96% mengalami plasmolisis, terlepasnya plasma dari 73 dinding sel.
Menurut (Dirjen POM, 1979), alkohol digunakan untuk antiseptik dan juga sebagai
zat tambahan. Pada percobaan ini tidak ada satu pun plasma yang menempel setelah
15 menit didiamkan dalam larutan Alkohol 96%. Sedangkan pada literatur terjadi
hal yang sama setelah didiamkan pada larutan Alkohol 96% mengalami peristiwa
terlepasnya plasma dari dinding sel. Sampel bunga jadam (Rhoeo discolor folium)
yang ditetesi alkohol 96% mengalami plasmolisis dan menunjukkan kondisi sel
tumbuhan di larutan hipertonis. Hipertonis merupakan larutan yang konsentrasi zat
terlarutnya lebih tinggi daripada cairan di dalam sel (WSS parwata, 2019).
Pada percobaan kedua pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
Aquadest tidak mengalami plasmolisis. Menurut (Dirjen POM, 2020), aquadest
sebagai zat tambahan. Pada percobaan ini plasma yang ada pada dinding sel tidak
terlepas hanya mengalami kepudaran. Sedangkan pada literatur terjadi hal yang
sama yaitu hanya mengalami kepudaran setelah didiamkan 15 menit pada larutan
Aquadest. Sampel bunga jadam (Rhoeo discolor folium) yang ditetesi aquadest
menunjukkan kondisi sel tumbuhan di larutan isotonis. Larutan isotonis merupakan
larutan yang diberikan untuk menambah volume plasma yang menyebabkan
terjadinya peningkatan osmotik sehingga menyebabkan pengenceran glukosa di
plasma (Soegondo, 2005).
Pada percobaan ketiga pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
HCl mengalami plasmolisis, terlepasnya plasma dari 65 dinding sel. Menurut
Rifandi (2014), Asam klorida (HCl) berfungsi untuk memecah protein dalam
makanan. Pada percobaan ini tidak ada satu pun plasma yang menempel setelah 15
menit didiamkan dalam larutan HCl. Sedangkan pada literatur terjadi hal yang sama
setelah didiamkan pada larutan HCl mengalami peristiwa terlepasnya plasma dari
dinding sel. Sampel bunga jadam (Rhoeo discolor folium) yang ditetesi HCl
menunjukkan kondisi sel tumbuhan di larutan hipertonis. Hipertonis adalah larutan
yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi daripada cairan di dalam sel, semakin

18
tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis
(Tjitrosomo, 1987).
Pada percobaan keempat pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
NaCl mengalami plasmolisis, terlepasnya plasma dari 78 dinding sel. Menurut
(Masters, 2019) Penambahan NaCl untuk menjaga kandungan cairan elektrolit agar
tetap seimbang. Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya plasma dari dinding sel
apabila sel yang hidup tersebut diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonis
terhadap cairan sel (Bambang, 2006). Pada percobaan ini tidak ada satu pun plasma
yang menempel setelah 15 menit didiamkan dalam larutan NaCl. Sedangkan pada
literatur terjadi hal yang sama setelah didiamkan pada larutan NaCl mengalami
peristiwa terlepasnya plasma dari dinding sel. Sampel bunga jadam (Rhoeo discolor
folium) yang ditetesi NaCl menunjukkan kondisi sel tumbuhan di larutan isotonis.
Larutan isotonis adalah larutan yang mengandung osmolalitas yang mendekati
osmolalitas plasma (Murry, dkk., 2003).
Pada percobaan kelima pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
NaOH mengalami plasmolisis, terlepasnya plasma dari 36 dinding sel. Menurut
(Depkes, 1979), Penambahan NaOH digunakan sebagai zat tambahan. Pada
percobaan ini tidak ada satu pun plasma yang menempel setelah didiamkan 15
menit dalam larutan NaOH. Sedangkan pada literatur terjadi peristiwa plasmolisis
tetapi masih ada pada beberapa dinding sel yang plasmanya masih menempel.
Kemungkinan untuk terlepasnya semua plasma perlu ditambahkan waktu 15 menit
pada saat didiamkan dalam larutan NaOH. Sampel bunga jadam (Rhoeo discolor
folium) yang ditetesi NaOH menunjukkan kondisi sel tumbuhan di larutan
hipertonis. Hipertonik yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang
sama dengan larutan lain (tidak bergerak) terlarut yang lebih tinggi dengan larutan
yang lain (air bergerak keluar sel) (Khasanah, 2020).
Adapun kemungkinan kesalahan yang dilakukan saat praktikum yaitu saat
penyayatan sampel, irisan masih terlalu tebal yang menjadikan struktur sampel
masih tersusun atau masih belum terlihat.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dia atas pada praktikum botani farmasi dengan percobaan
“Plasolisis” dapat disimpulkan bahwa Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel
tumbuhan diletakkan dalam larutan sukrosa yang terkonsentrasi (hipertonik) akibat
cairan yang ada didalam sel keluar dari sel sehingga tekanan sel akan terus
berkembang sampai di suatu titik dimana membran terlepas dari dinding sel.
Plasmolisis dapat diartikan sebagai peristiwa terlepasnya plasma dari dinding sel
apabia sel yang hidup tersebut diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonis
terhadap cairan sel.
Berdasarkan praktikum ini praktikan dapat mampu mengetahui apa yang
dimaksud dengan plasmolisis, serta bagaimana proses terjadinya plasmolisis.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan bahan-
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang dilaksanakan
dapat berjalan dengan lancar.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Diharapkan dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan
laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran untuk Asisten
Saran untuk asisten diharapkan agar kerjasama antara asisten dan praktikan
lebih ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan praktek, hubungan asisten
dengan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya agar dapat tercipta
suasana kerja sama yang baik.

20

Anda mungkin juga menyukai