Anda di halaman 1dari 12

POTENSIAL OSMOSIS DAN PLASMOLISIS & HUBUNGAN ANTARA

JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI


Sri Hidayati1, Rizal Maulana Hasby2, Resti Wenda Putri3
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jalan A.H. Nasution No. 105, Cipadung, Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat 40614
email: hidayati.sri31@gmail.com

ABSTRAK

Plasmolisis yaitu pergerakan air terjadi dari potensial air lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah,
dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari larutan yang
lebih encer ke larutan yang lebih kental. Transpirasi tumbuhan adalah proses di mana mahluk hidup
kehilangan air melalui proses penguapan. Proses transpirasi umumnya terjadi pada bagian daun atau
stomata yang tertutup sampai terbuka perlahan. Adapun tujuan dari praktikum adalah menentukan
fakta tentang gejala plasmolisis, menunjuknn faktor penyebab plasmolisis, mendeskripsiikan peristiwa
plasmolisi. Metode yang dilakukan pada percobaan pertama yaitu, menyiapkan larutan sukrosa
dengan kadar yang berbeda yaitu, 0,14M, 0,16 M, 0,18 M, 0,20 M, 0,22 M, 0,24 M, dan 0,26 M.
Kemudaian menyayat daun dengan tipis, lalu masukan hasil sayatan yang tipis tadi kedalam cawan
petri yang berisi larutan dengan kadar yang berbeda,lalu diamkan selama 30 menit, setelah itu diamati
diabawah mikroskop. Metode yang kedua yaitu dilakukan dilapangan dengan mencari terlebih dahulu
daun yang akan diuji, kemudian panaskan kertas kobalt diatas spirtus setelah itu amati warna yang
berubah pada kertas kobalt, kemudian kertas kobalt disimpan pada permukaan bawah dan atas daun
jepitlah dengan lip bersamaan dengan stopwach lalu stelah selesai oleskan kutek pada permukaan
bawah daun dan atas daun dengan titpis, setelah itu daun petik kemudian lihatlah olesan tersebut
dibawah mikroskop. hasil pengamatan bahwa pada tabel pengamatan sel tersebut. Pada konsentrasi
0,14 M sel yang terplasmolisis 17% dan yang tidak terplasmolisis 83%, pada konsentrasi 0,16 M sel
yang terplasmolisis 80% dan yang tidak terplasmolisis 20%, pada konsentrasi 0,18 M sel yang
terplasmolisis 95% dan yang tidak terplasmolisis 5%, pada konsentrasi 0,20 M sel yang terplasmolisis
25% dan yang tidak terplasmolisis 75%, pada konsentrasi 0,22 M sel yang terplasmolisis 36% dan
yang tidak terplasmolisis 64%, pada konsentrasi 0,24 M sel yang terplasmolisis 42% dan yang tidak
terplasmolisis 58% dan pada konsentrasi 0,26 M sel yang terplasmolisis 96% dan yang tidak
terplasmolisis 4%. Dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya konsentrasi larutan maka sel
terplasmolisisnya semakin banyak.

Kata kunci : konsentrasi, plasmolisis, stomata, transpirasi.

I. PENDAHULUAN digunakan dalam peristiwa ini adalah


Plasmolisis yaitu pergerakan air karena terjadinya peristiwa osmosis
terjadi dari potensial air lebih tinggi ke sebagai akibat adanya perbedaan
potensial yang lebih rendah, dari larutan konsentrasi zat terlarut dalam medium air
dengan konsentrasi lebih rendah ke di banding zat terlarut yang ada di dalam
konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari protoplasma sel atau dapat diartikan
larutan yang lebih encer ke larutan yang sebagai dampak perbedaan potensial air
lebih kental. Tanda-tanda yang terlihat antara dua tempat air yang dibatasi oleh
pada sel yang mengalami plasmolisis ini membrane sel tersebut. Kondisi sel yang
adalah menghilangnya warna yang ada di terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan
dalam sel dan mengerutnya pimggiran ke kondisi semula. Proses pengembalian
membrane sel ke arah dalam. Prinsip yang dari kondisi terplasmolisis ke kondisi
semula ini dikenal dengan istilah akan menarik air yang diperlukan dari
deplasmolisis (Suyitno, 2014). jaringan xylem yang merupakan kolom
Prinsip kerja dari deplasmolisis ini berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh
hampir sama dengan plasmolisis. Tapi karena itu, air kemudian dapat terus dibawa
konsentrasi larutan medium dibuat dari akar ke daun melawan
hipotonis, sehingga yang terjadi adalah arah gaya gravitasi, sehingga proses ini
cairan yang memenuhi ruang antara terus menerus berlanjut. Proses penguapan
dinding sel dengan membrane sel bergerak air dari sel mesofil daun biasa kita sebut
ke luar, sedangkan air yang berada di luar dengan proses transpirasi. Oleh itu,
bergerak masuk ke dalam dan dapat pengambilan air dengan cara ini biasa kita
menembus membrane sel karena sebut dengan proses tarikan transpirasi dan
membrane sel mengijinkan molekul- selama akar terus menerus menyerap air
molekul air untuk masuk ke dalam. dari dalam tanah dan transpirasi terus
Masuknya molekulmolekul air tersebut terjadi, air akan terus dapat diangkut ke
mengakibatkan ruang sitoplasma terisi bagian atas sebuah tanaman (Abidin,
kembali dengan cairan sehingga membrane 2007).
sel kembali terdesak kearah luar sebagai Transpirasi tumbuhan adalah proses
akibat timbulnya tekanan turgor akibat di mana mahluk hidup kehilangan air
gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. melalui proses penguapan. Proses
Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali transpirasi umumnya terjadi pada bagian
ke keadaan semula. Bertahan hidupnya sel daun atau stomata yang tertutup sampai
tergantung pada keseimbangan penyerapan terbuka perlahan. Gerakan membuka dan
air dan pelepasan air (Ferdinand, 2002). menutupnya stomata diakibatkan oleh
Besar jumla potensial air pada intensitas cahaya dan kelembapan di
tumbuhan dipengaruhi olah 4 macam sekitarnya. Semakin lebar stomata terbuka
komponen potensial, yaitu gravitasi maka semakin banyak air yang hilang.
matriks, osmotic dan tekanan. Potensial Luas daerah permukaan daun juga
gravitasi bergantung pada air didalam mempengaruhi proses transpirasi. Makin
daerah gravitasi. potensial matriks luas permukaan daunnya maka makin besar
bergantung pada kekuatan mengikat air transpirasinya (Kimball, 2004).
saat penyerapan. Potensial osmotic Stomata adalah suatu celah pada
bergantung pada hidrostatik atau tekanan epidermis yang dibatasi oleh dua sel
angin dalam air (Lakitan, 2004). penutup yang berisi kloroplas dan
Penyerapan air dari dalam tanah ke mempunyai bentuk serta fungsi yang
bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa berl;ainan dengan epidermis. Sel yang
tanaman tersebut harus mengelilingi stomata atau biasa disebut
melawan gaya gravitasi bumi yang selalu dengan sel tetangga berperan dalam
mengakibatkan benda jatuh ke bawah. perubahan osmotik yang menyebabkan
Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya
hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih
ini menggunakan tekanan akar, tenaga rendah dari sel epidermis lainnya. Bila
kapilari, dan juga tarikan transpirasi. sama tinggi dengan permukaan epidermis
Namun pada tanaman-tanaman yang sangat lainnya disebut faneropor, sedangkan jika
tinggi, yang berperan paling penting adalah menonjol atau tenggelam di bawah
tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika permukaan disebut kriptopor. Setiap sel
air menguap dari sel mesofil, maka cairan penutup mengandung inti yang jelas dan
dalam sel mesofil akan menjadi semakin kloroplas yang secara berkala
jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu menghasilkan pati. Dinding sel penutup
osmosis dari sel-sel yang berada lebih dan sel penjaga sebagian berlapis lignin
dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya (Dwijoseputro, 2002).
Stomata merupakan derivat jaringan bahan yang berbeda, untuk percobaan
epidermis pada daun. Stomata berupa pertama yaitu menggunakan mikroskop
lubang-lubang yang masing-masing untuk melihat spesimen, gelas objek,
dibatasi oleh sel penutup, yaitu selsel penutup, cawan petri digunakan untuk
epidermis yang telah mengalami perubahan menyimpan spesimen, larutan sukrosa,
bentuk dan fungsi. Sel penutup disebut daun rhoe discolor bahan yang digunakan,
juga sel penjaga. Sel penutup terdiri dari dan silet untuk menyayat daun. dan untuk
sepasang sel yang kelihatannya simetris alat bahan yang digunakan pada percobaan
dan umumnya berbentuk ginjal. Sel-sel kedua yaitu dengan menggunakan kertas
penutup merupakan sel-sel aktif (hidup). kobalt klorida, klip penjepit digunakan
Pada sel-sel penutup terdapat kloroplas. Di untuk menjepit daun dektika diuji dengan
antara kedua sel penutup terdapat celah menggunakan kertas kobalt, stopwach,
(porus) yang berupa lubang kecil. Sel bunsen, lampu spirtus, dan mikroskop
penutup dapat mengatur menutup atau yang digunakan untuk nebgamati hasil uji.
membukanya porus berdasarkan perubahan Bahan yang digunakan yaitu dengan pohon
osmosisnya. Sel tetangga merupakan sel- atau daun yang berada disekitaran UIN
sel yang berdampingan atau yang berada di Bandung.
sekitar sel-sel penutup. Sel-sel tetangga
dapat terdiri dari dua buah atau lebih yang Metode yang dilakukan pada
secara khusus melangsungkan fungsinya percobaan pertama yaitu, menyiapkan
secara berasosiasi dengan selsel penutup. larutan sukrosa dengan kadar yang berbeda
Ruang udara merupakan suatu ruang yaitu, 0,14M, 0,16 M, 0,18 M, 0,20 M,
antarsel yang besar dan berfungsi ganda 0,22 M, 0,24 M, dan 0,26 M. Kemudaian
dalam fotosintesis, transpirasi, dan juga menyayat daun dengan tipis, lalu masukan
respirasi. Keadaan keempat bagian tersebut hasil sayatan yang tipis tadi kedalam
berbeda pada saat stomata terbuka dan cawan petri yang berisi larutan dengan
tertutup (Campbell, 2002). kadar yang berbeda,lalu diamkan selama
Stomata fanerofor, yaitu stomata yang 30 menit, setelah itu diamati diabawah
sel-sel penutupnya terletak pada mikroskop.
permukaan daun (menonjol) sehingga
Metode yang kedua yaitu dilakukan
memudahkan pengeluaran air, misalnya
dilapangan dengan mencari terlebih dahulu
pada tumbuhan hidrofit. Stomata kriptofor,
daun yang akan diuji, kemudian panaskan
yaitu stomata yang sel-sel penutupnya
kertas kobalt diatas spirtus setelah itu
berada jauh di bawah permukaan daun
amati warna yang berubah pada kertas
(tersembunyi), fungsinya untuk
kobalt, kemudian kertas kobalt disimpan
mengurangi penguapan yang berlebihan.
pada permukaan bawah dan atas daun
Contohnya pada tumbuhan xerofit
jepitlah dengan lip bersamaan dengan
(Kimball, 1994).
stopwach lalu stelah selesai oleskan kutek
pada permukaan bawah daun dan atas daun
II. METODE dengan titpis, setelah itu daun petik
Pada praktikum ini dilakukan 2 kali kemudian lihatlah olesan tersebut dibawah
percobaan, dengan memakai alat dan mikroskop.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.

Perlakuan Keadaan Sel Dalam Satu Bidang Waktu


Sukrosa Tdk Terplasmolisis %
Terplasmolisis %
0,14 M 17 % 83 % 20 Menit
0,16 M 80 % 20% 20 Menit
0,18 M 95% 5% 20 Menit
0,20 M 25% 75% 20 Menit
0,22 M 36% 64 % 20 Menit
0,24 M 42% 58 % 20 Menit
0,26 M 96% 4% 20 Menit

Tabel 2.

No Konsentrasi Gambar Pengamatan Keterangan


Larutan Sukrosa

a. Terplasmolisis
1 0,14 M b. Tidak
b terplasmolisis

Sumber :
(Dok. Pribadi, 2018)
Perbesaran : 0.20

a. Terplasmolisis
2 0,16 M b b. Tidak
terplasmolisis
Sumber :
(Dok. Pribadi, 2018)
Perbesaran : 0.20

a
a. Terplasmolisis
3 0,18 M b. Tidak
terplasmolisis
b

Sumber :
(Dok. Pribadi, 2018)
Perbesaran : 10x0,25

a. Terplasmolisis
4 0,20 M b. Tidak
b terplasmolisis
Sumber :
(Dok. Pribadi, 2018)
Perbesaran : 10x0,25
a

a. Terplasmolisis
5 0,22 M b. Tidak
b
terplasmolisis
Sumber :
Dok. Pribadi, 2018)
Perbesaran : 40

a. Terplasmolisis
6 0,24 M b. Tidak
b terplasmolisis
Sumber :
(Dok. Pribadi, 2018)
Perbesaran : 10x0,25
a
b

a. Terplasmolisis
7 0,26 M b. Tidak
terplasmolisis
Sumber :
(Dok. Pribadi, 2018)
Perbesaran : 10x0,25
120

100
persen sel terplasmoisis

80

60
Grafik Hubungan Sel
Terplasmolisis Dan
40 Konsentrasi Sukrosa

20

0
0,14 0,16 0,18 0,20 0,22 0,24 0,26
konsentrasi sukrosa

percobaa kedua adalah potensial dan Zeiger, 2002). Tanaman ini


osmosis dan plasmolisis. Seperti yang kita merupakan tanaman perennial dengan
ketahui bahwa plasmolisis adalah peristiwa habitat di tanah kering atau kebun
lepasnya membran sel dari dinding sel (Rahman, et al. 2015). Berikut ini
sebagai dampak hipertonisnya larutan di merupakan taksonomi dari R. discolor:
luar sel, sehingga cairan yang berada di Kingdom : Plantae
dalam sel keluar dari sel. Divisio : Magnoliophyta
Tumbuhan Rhoeo discolor Classis : Liliopsida
merupakan tanaman herba dengan batang Subclassis : Commeliniidae
yang besar namun pendek dengan daun Ordo : Commelinales
yang tersusun melingkar, berbentuk Famili : Commelinaceae
lancelot berujung lancip, melebar, dimana Genus : Rhoeo
permukaan dorsal berwarna hijau Species : Rhoeo discolor
sedangkan permukaan ventral berwarna (Tantiado, 2012)
ungu yang disebabkan oleh kekurangan Plasmolisis yaitu pergerakan air
krolofil serta adanya pigmen anthocyanin terjadi dari potensial air lebih tinggi ke
(Abdul, 2008 ; Rahman, et al. 2015; potensial yang lebih rendah, dari larutan
Tjitosoepomo, 2010). Perbedaan warna dengan konsentrasi lebih rendah ke
pada daun tersebut membuat tanaman ini konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari
tergolong ke dalam tanaman hias varigata. larutan yang lebih encer ke larutan yang
Varigata adalah daerah dalam daun atau lebih kental. Tanda-tanda yang terlihat
batang yang memiliki warna yang berbeda pada sel yang mengalami plasmolisis ini
dengan bagian lainnya (Tjitosoepomo, adalah menghilangnya warna yang ada di
2010). Daun berjumlah 30-45 helai dalam sel dan mengerutnya pimggiran
berukuran panjang 4-6 cm (Rahman, et al. membrane sel ke arah dalam. Prinsip yang
2015). Daunnya merupakan daun tidak digunakan dalam peristiwa ini adalah
lengkap, dimana hanya terdiri atas helaian karena terjadinya peristiwa osmosis
daun (lamina) saja yang duduk memeluk sebagai akibat adanya perbedaan
batang pada bagian pangkal daunnya. Jenis konsentrasi zat terlarut dalam medium air
daunnya hipsofil (hypsophyllum) atau di banding zat terlarut yang ada di dalam
brachte yakni daun terletak pada dasar protoplasma sel atau dapat diartikan
perbungaan dengan ukuran dan bentuk sebagai dampak perbedaan potensial air
yang berbeda dengan daun yang lain (Taiz antara dua tempat air yang dibatasi oleh
membrane sel tersebut. Kondisi sel yang Menurut Ferdinand (2002) prinsip
terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan yang digunakan dalam peristiwa
ke kondisi semula. Proses pengembalian plasmolisis yaitu karena terjadinya
dari kondisi terplasmolisis ke kondisi peristiwa osmosis sebagai akibat adanya
semula ini dikenal dengan istilah perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam
deplasmolisis (Suyitno, 2014). medium air di banding zat terlarut yang
Dapat dilihat pada hasil ada di dalam protoplasma sel atau dapat
pengamatan bahwa pada tabel pengamatan diartikan sebagai dampak perbedaan
sel tersebut. Pada konsentrasi 0,14 M sel potensial air antara dua tempat air yang
yang terplasmolisis 17% dan yang tidak dibatasi oleh membrane sel tersebut.
terplasmolisis 83%, pada konsentrasi 0,16 Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut
M sel yang terplasmolisis 80% dan yang dapat dikembalikan ke kondisi semula.
tidak terplasmolisis 20%, pada konsentrasi Proses pengembalian dari kondisi
0,18 M sel yang terplasmolisis 95% dan terplasmolisis ke kondisi semula ini
yang tidak terplasmolisis 5%, pada dikenal dengan istilah deplasmolisis.
konsentrasi 0,20 M sel yang terplasmolisis Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir
25% dan yang tidak terplasmolisis 75%, sama dengan plasmolisis. Tapi konsentrasi
pada konsentrasi 0,22 M sel yang larutan medium dibuat hipotonis, sehingga
terplasmolisis 36% dan yang tidak yang terjadi adalah cairan yang memenuhi
terplasmolisis 64%, pada konsentrasi 0,24 ruang antara dinding sel dengan membrane
M sel yang terplasmolisis 42% dan yang sel bergerak ke luar, sedangkan air yang
tidak terplasmolisis 58% dan pada berada di luar bergerak masuk ke dalam
konsentrasi 0,26 M sel yang terplasmolisis dan dapat menembus membrane sel karena
96% dan yang tidak terplasmolisis 4%. membrane sel mengijinkan molekul-
Dapat disimpulkan bahwa semakin molekul air untuk masuk ke dalam.
tingginya konsentrasi larutan maka sel Masuknya molekulmolekul air tersebut
terplasmolisisnya semakin banyak. mengakibatkan ruang sitoplasma terisi
Hal ini sesuaI dengan Tjitrosomo kembali dengan cairan sehingga membrane
(1983) bahwa semakin tinggi konsentrasi sel kembali terdesak kearah luar sebagai
larutan maka semakin banyak sel yang akibat timbulnya tekanan turgor akibat
mengalami plasmolisis. Sel Rhoeo discolor gaya kohesi dan adhesi air yang masuk.
yang mengalami plasmolisis warna Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali
ungunya memudar dan pinggiran membran ke keadaan semula.
selnya kearah dalam.

Tabel 3.
Daun Permukaan Atas Jumlah Permukaan Bawah Jumlah
Stomata Stomata

Kel 1 20 28

Sumber : Sumber :
(Dok.Pribadi, 2018) (Dok.Pribadi, 2018)
Perbesaran : 40 Perbesaran : 40

97
Kel 2 - -

Sumber :
(Dok.Pribadi, 2018)
Perbesaran : 10

Kel 3 16 108

Sumber :
(Dok.Pribadi, 2018) Sumber :
Perbesaran : 40 (Dok.Pribadi, 2018)
Perbesaran : 10

120

100
jumlah stomata

80

60
Grafik Hubungan Antara
Jumlah Stomata Dengan
40
Kecepatan Transpirasi

20

0
30
25
50
waktu

Pada praktikum kali ini dalam putih menjadi biru dengan cara
mengetahui hubungan banyaknya stomata memanaskan menggunakan bunzzen atau
terhadap kecepatan transpirasi. Langkah lampu spirtus, usahakan jangan sampai
pertama yang kami lakukan adalah terbakar. Setelah berubah warna, kertas
mengubah warna kertas kobalt kloride dari kobalt tersebut di tempelkan pada daun
menggunakan penjepit, dan menghitung dan semakin dalam keadaan turgid.
waktu perubahan warna kertas kobalt Perubahan tekanan turgor yang
menjadi warna putih kembali. kegiatan ini menyebabkan pembukaan dan penutupan
dilakukan pengulangan sebanyak dua kali stomata terutama disebabkan oleh
yaitu pada daun permukaan atas (yang pengambilan dan kehilangan 5 ion kalium
terkena sinar matahari) dan daun (K) secara reversibel oleh sel penutup
permukaan bawah (yang tidak terkena (Campbell et al, 2003).
matahari). Selain itu, stomata terbuka terjadi
Dari hasil pengukuran laju karena pompa H+ - ATPase mengeluarkan
transpirasi pada bagian permukaan atas H+ dari sel penjaga. Di sel penjaga,
masing – masing daun. Untuk daun aktivitas H+-ATPase diregulasi positif
Spesies 1 dengan jumlah stomata 20 oleh cahaya dan auksin sedangkan Ca2+
memiliki laju transpirasinya sebesar 30 dan ABA sebagai regulator negatif.
detik, untuk daun spesies 2 memiliki Pengeluaran H+ menghiperpolarisasi
jumlah stomata 97 dengan laju membrane plasma dan menyebabkan
transpirasinya sebesar 25 detik, untuk daun penyerapan K+ melalui potassium channel.
spesies 3 memiliki jumlah stomata 108 Penyerapan K+ melalui potassium channel
dengan laju transpirasinya 60 detik, Hal menyebabkan asidifikasi pada apoplas dan
tersebut tidak sesuai dengan literatur membuat sel penjaga kehilangan H+.
Abidin (2007) bahwa laju transpirasi senyawa anionic yaitu malat yang dipecah
dipengaruhi oleh jumlah stomata, dimana dari pati mentransport NO3-, ion
semakin banyak jumlah stomata akan Clberfungsi sebagai sintesis gula. Ion-ion
meningkatkan laju transpirasinya. dan air yang ditransportasikan melalui
Stomata dibatasi oleh adanya sel aquaporin menuju sel penjaga dan
penjaga atau sel penutup (Rahayu, et al. menyebabkan turgor sehingga membuat
2015).Sel penutup adalah serat halus stomata terbuka. Pada saat stomata
selulosa pada dinding selnya yang tersusun tertutup, inhibisi H+-ATPase dan aktivasi
melingkar. Pola susunan ini dikenal channel anion menyebabkan depolarisasi
sebagai miselasi radial. Karena serat membran. Channel anion seperti rapid
selulosa ini relatif tidak elastis, maka jika channel (R-type) dan slow channel (S-
sel penutup menyerap air mengakibatkan type) memfasilitasi pengeluaran malat2-,
diameter tidak membesar melainkan Cl- dan NO3-. Pada waktu yang sama
memanjang , sehingga sel penutup akan terjadi pengeluaran K+ dan mengaktifkan
melengkung ke arah luar dan terbukalah depolarisasi membrane. Penurunan malat2-
porus atau celah stomata. Ketika sel di sel penjaga juga dipengaruhi oleh
penutup mengambil air melalui osmosis, konversi gluconeogenic malat menjadi
sel penutup akan membengkak dan pati. Pada stomata yang tertutup juga
semakin dalam keadaan turgid. Perubahan terjadi peningkatan konsentrasi Ca2+ dan
tekanan turgor yang menyebabkan menyebabkan pelepasan Ca2+ melalui
pembukaan dan penutupan stomata channel di membran plasma dan tonoplas.
terutama disebabkan oleh pengambilan dan kehilangan larutan di sel penjaga
kehilangan ion kalium (K) secara menyebabkan tekanan turgor menurun dan
reversibel oleh sel penutup (Haryanti dan stomata menutup (Golec dan Szarejko,
Meirina, 2011). 2013).Laju transpirasi pada tumbuhan
Sel penutup mengontrol diameter selain dipengaruhi oleh banyaknya jumlah
stomata dengan cara mengubah bentuk stomata pada daun juga dipengaruhi oleh
yang akan melebarkan dan menyempitkan adanya cahaya matahari, karena sinar
celah di antara kedua sel tersebut. Ketika matahari menyebabkan membukanya
sel penutup mengambil air melalui stomata dan gelap menyebabkan
osmosis, sel penutup akan membengkak menutupnya stomata. Jadi, jumlah stomata
pada daun mempengaruhi laju transpirasi penyerapan dari tanah. Hal tersebut
pada tumbuhan (Dwidjoseputro, 1994). menyebabkan devisit air dalam daun
kegiatan transpirasi dipengaruhi sehingga terjadi penyerapan yang besar,
banyak faktor, baik faktor dalam maupun pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika
luar. Faktor dalam antara lain besar kandungan air tanah menurun sebagai
kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
lilin atau tidaknya permukaan daun, melalui tanah ke dalam akar menjadi
banyak sedikitnya bulu pada permukaan lambat. Hal ini cenderung untuk
daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk meningkatkan defisit air pada daun dan
dan letak stomata (Salisbury&Ross.1992) menurunkan laju transpirasi lebih lanjut
dan faktor luar antara lain: (Loveless,1991).
1. Kelembaban 6. Pengaruh cahaya
Bila daun mempunyai kandungan air yang Transpirasi berhubungan langsung dengan
cukup dan stomata terbuka, maka laju intensitas cahaya. Semakin besar intensitas
transpirasi bergantung pada selisih antara cahaya semakin tinggi laju transpirasi.
konsentrasi molekul uap air di dalam Cahaya mempengaruhi laju transpirasi
rongga antar sel di daun dengan melalui dua cara yaitu sebagai berikut :
konsentrasi mulekul uap air di udara. a. Sehelai daun yang dikenai cahaya
2. Suhu matahari lansung akan mengabsorbsi
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F energi radiasi. Hanya sebagian kecil
cenderung untuk meningkatkan penguapan energi tersebut yang digunakan dalam
air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan fotosintesis, selebihnya diubah menjadi
sangat mempengaruhi tekanan turgor daun energi panas. Sebagian dari energi
dan secara otomatis mempengaruhi panas tersebut dilepaskan ke
pembukaan stomata. lingkungan, dan selebihnya
3. Cahaya meningkatkan suhu daun lebih tinggi
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi daripada suhu udara disekitarnya.
melalui dua cara pertama cahaya akan Pemanasan tersebut meningkatkan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat transpirasi, karena suhu daun biasanya
mempengaruhi aktifitas transpirasi dan merupakan faktor terpenting yang
yang kedua dapat mempengaruhi mempengaruhi laju proses tersebut.
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap Fakta yang menunjukkan bahwa daun
buka-tutupnya stomata. yang kena cahaya matahari mempunyai
4. Angin suhu yang lebih tinggi daripada suhu
Angin mempunyai pengaruh ganda yang udara memungkinkan laju transpirasi
cenderung saling bertentangan terhadap yang cepat, bahkan dalam udara yang
laju transpirasi. Angin menyapu uap air jenuh.
hasil transpirasi sehingga angin b. Cahaya dalam bentuk yang tidak
menurunkan kelembanan udara diatas lanGsung dapat pula mempengaruhi
stomata, sehingga meningkatkan transpirasi melalui pengaruhnya
kehilangan neto air. Namun jika angin terhadap buka tutupnya stomata. Pada
menyapu daun, maka akan mempengaruhi siang hari, Ketika ada cahaya matahari,
suhu daun. Suhu daun akan menurun dan stomata membuka karena meningkatnya
hal ini dapat menurunkan tingkat pencahayaan, dan cahaya meningkatkan
transpirasi. suhu daun sehungga air menguap lebih
5. Kandungan air tanah cepat. Naiknya suhu membuat udara
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh mampu membawa lebih banyak
kandungan air tanah dan alju absorbsi air kelembaban, maka transpirasi
di akar. Pada siang hari biasanya air meningkat dan barangkali bukaan
ditranspirasikan lebih cepat dari pada stomata pun terpengaruh. Angin
membawa lebih banyak CO2 dan memberikan respons terhadap cahaya
mengusir uap air. Hal ini menyebabkan hanya melalui efek fotosintetik dari
penguapan dan penyerapan CO2 konsentrasi CO2 (Salisbury dan Ross,
meningkat, tapi agak kurang dari yang 1995).
diduga, karena meningkatnya CO2
menyebabkan stomata menutup
sebagian. Bila daun dipanaskan oleh
sinar matahari dengan panas yang IV. KESIMPULAN
melabihi suhu udara, angin akan Berdasarkan hasil pengamatan dpat
menurunkan suhunya. Akibatnya, disimpulkan bhwa :
transpirasi menurun. Cahaya Plasmolisis yaitu pergerakan air
mempunyai hubungan langsung dengan terjadi dari potensial air lebih tinggi ke
proses fotosintesis dalam menghasilkan potensial yang lebih rendah, dari larutan
karbohidrat, untuk digunakan dalam dengan konsentrasi lebih rendah ke
proses respirasi sampai dihasilkan konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari
energi dalam bentuk ATP. larutan yang lebih encer ke larutan yang
lebih kental. Pada konsentrasi 0,14 M sel
Yang dibutuhkan pada proses yang terplasmolisis 17% dan yang tidak
absorbsi dan transpirasi. terplasmolisis 83%, pada konsentrasi 0,16
Pengaruh cahaya diyakini mempunyai M sel yang terplasmolisis 80% dan yang
pengaruh tak lansung melalui penurunan tidak terplasmolisis 20%, pada konsentrasi
konsentrasi CO2 oleh fotosintesis. Tapi 0,18 M sel yang terplasmolisis 95% dan
baru baru ini, sejumlah kajian yang tidak terplasmolisis 5%, pada
memperlihatkan bahwa cahaya memiliki konsentrasi 0,20 M sel yang terplasmolisis
pengaruh kuat terhadap stomata, lepas dari 25% dan yang tidak terplasmolisis 75%,
peranannya dalam fotosintesis. Diduga, pada konsentrasi 0,22 M sel yang
cahaya bekerja di sel mesofil, yang lalu terplasmolisis 36% dan yang tidak
mengirim pesan pada sel penjaga. Atau, terplasmolisis 64%, pada konsentrasi 0,24
penerima cahaya terdapat di sel penjaga itu M sel yang terplasmolisis 42% dan yang
sendiri. tidak terplasmolisis 58% dan pada
Pada tingkat cahaya yang tinggi, konsentrasi 0,26 M sel yang terplasmolisis
stomata tanaman memberikan respons 96% dan yang tidak terplasmolisis 4%.
terhadap konsentrasi CO2 antar sel yang Dapat disimpulkan bahwa semakin
rendah. Stomata memberikan respons tingginya konsentrasi larutan maka sel
terhadap cahaya bahkan juga stomata pada terplasmolisisnya semakin banyak.
daun yang fotosintesisnya diturunkan Transpirasi tumbuhan adalah proses di
sampai nol dengan pemberian zat mana mahluk hidup kehilangan air melalui
penghambat (sianazin). Sharkey dan proses penguapan. Dari hasil pengukuran
Raschke berkesimpulan, pada cahaya
laju transpirasi pada bagian permukaan
rendah konsentrasi CO2 antar sel dapat
menjadi factor pengendali yang utama atas masing – masing daun. Untuk daun
pada tingkat cahaya tinggi, respons Spesies 1 dengan jumlah stomata 20
langsung terhadap cahaya dapat melebihi memiliki laju transpirasinya sebesar 30
kebutuhan CO2 untuk fotosintesis dan detik, untuk daun spesies 2 memiliki
menyebabkan peningkatan konsentrasi jumlah stomata 97 dengan laju
CO2 antar sel. Naiknya konsentrasi CO2
transpirasinya sebesar 25 detik, untuk daun
antar sel dapat diamati saat cahaya
ditingkatkan (karena stomata membuka), spesies 3 memiliki jumlah stomata 108
yang ternyata berlawanan sekali dengan dengan laju transpirasinya 60 detik.
yang diperkirakan jika stomata
International Journal of BioScience
V. DAFTAR PUSTAKA and Bio-Technology. Vol. 4 (4).

Abidin, Z. 2007. Dasar Pengetahuan Ilmu Tjitosoepomo,G. 2010. Taksonomi Tumbuhan


Spermatophyta. Yogyakarta: Gadjah
Tanaman. Angkasa Bandung :
Mada University Press.
Bandung.

Campbell, N. A. 2002. Biologi Jilid I.


Erlangga. Jakarta.

Campbell, Reece. 2003. Biologi. Jakarta :


Penerbit Erlangga

Dwijoseputro,D. 2002. PengantarFisiologi


Tumbuhan.PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.

Kimball.2004. Biologi Jilid 2. Erlangga


:Jakarta.

Lakitan,B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi


Tumbuhan. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Ferdinand, F. 2002. Praktis Belajar
Biologi. Jakarta: PT. Grafindo
Media Pratama.

Haryanti S., Meirina T. 2009. Optimalisasi


Pembukaan Porus Stomata Daun
Kedelai (Glycine max (L) merril)
Pada Pagi Hari dan Sore. J.Bioma
11 (1) : 18-23.

Rahman, A. A. and Oladele, F. A. 2003.


Stomatal complex types, stomatal
size, density and index in some
vegetable species in Nigeria.
Nigerian Journal of Botany, 16;
144-150

Tantiado, R.G. 2012. Survey on


Ethnopharmacology of Medicinal
Plants in Iloilo, Philippines.

Anda mungkin juga menyukai