Anda di halaman 1dari 15

PLASMOLISA

DOSEN PENGAMPU :

DESTIK WULANDARI, S.Pd., M.Si

KELOMPOK : 4-F

TGL PRAKTIKUM : 19 MARET 2016

ANGGOTA : 1. EVI RUKMANA PUTRI (21154529A)

2. NENDIKA TYAS WANDANI (21154566A)

3. SEKAR ARUM R (21154549A)

4. SEPTIAN ABI WINANTO (21154548A)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2016
I. JUDUL LAPORAN : PLASMOLISA
II. TUJUAN :
1. Mengetahui dan memahami terjadinya plasmolisa pada sel tumbuhan
2. Mengetahui & memahami terjadinya deplasmolisa pada sel tumbuhan

III. ALAT & BAHAN

a. Alat :
- Mikroskop
- Jarum ose
- Lampu bunsen
- Object glass
- Deck glass
- Silet
- Tissue

b. Bahan :

1. Aquadest

2. Larutan sukrosa 20%

3. Larutan sukrosa 30%

4. Larutan KNO3 30%

5. Larutan KNO3 10%

6. Rhoe discolor

IV. DASAR TEORI

Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran sel pada sel tumbuhan akibat sel
berada pada lingkungan yang bersifat hipertonis. Plasmolisis juga merupakan peritiwa
lepasnya plasmalemma atau membrane plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel
kehilangan air). Kondisi sel yang hipotonis terhadap lingkungan mengakibatkan terjadinya
peristiwa osmosis dari sel ke lingkungan. Akibatnya kadar air di dalam sel menurun drastis
dan membran sel terlepas dari dinding sel.Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang
ekstrim, dan jarang terjadi di alam. Plasmolisis adalah suatu proses yang secara riil bisa
menunjukkan bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar
masuk suatu zat, artinya suatu zat atau materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui
membrannya. Dalam sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, ternyata dalam
lingkungan berubah menjadi dinamis, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus
mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan
tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.Kondisi sel tidak selalu berada pada
keadaan yang normal yang dengan mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis
(seimbang). Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan
semua isi sel dapaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian
maka terjadilah lisis (plasmolisis) yang membawa sel itu mati. Tapi ketika tanaman
tersebut plasmolisis belum parah dan lingkungan sel segera berubah menjadi hipotonik
terhadap cairan sel sehingga terjadi endoosmosis, yang akhirnya sel mengalami
deplasmolisis. Dan jika Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air
lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di
suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak
antara dinding sel dan membran. Akhirnya runtuhnya seluruh dinding sel dapat terjadi.
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika
sel diletakkan di larutan hipotonik. Bagian yang dapat diamati adalah pada sekaput tipis
yang biasanya ada diantara umbi bawang merah atau pada sel selaput episdermis daun Rhoe
discolor. (Bambang, 2006)
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutaitun gula, maka
arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam
sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih
rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya,
artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan
membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang
dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi
larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel
yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna
kebiru-biruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika
isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi
melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.
Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih
besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995).
Protoplsma dapat Keadaan menahan volume vakuola agar tetap menempel pada
dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari
dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis
insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini
terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis
insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan
tercapai (Salisbury and Ross, 1992)
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah
gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam
sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial
larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun
demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh
dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan
plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami
plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari
proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel
yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara,
maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika
isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi
melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.
Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih
besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995). Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis
(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni
cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air
meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya
sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam
tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-
partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang
diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin
tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan
konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya
semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).
Metabolisme merupakan salah sau ciri makhluk hidup karena dalam tubuh
makhluk hidup banyak terjadi perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi secara kimia .
ribuan reaksi kimia berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup, dan disebut makhluk hidup.
Pada makhluk hidup, banyak reaksi kimia yang terjadi secara simultan. Jika kita melihat
reaksi tersebut satu per satu, akan sulit memahami aliran energi yang terjadi di dalam sel.
Metabolisme dibedakan menjadi dua yaitu reaksi penyusun (anabolisme) dan reaksi
penguraian (katabolisme). Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang hipertonis
terhadap sitoplasma maka air didalam sel akan mengalir keluar sehingga sitoplasma
kekurangan cairan, akibatnya mengerut sel dan terlepas dari dinding sel dan sitoplasma
kembali mengembang (deplasmolisis). Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis
yang disebut membran plasma. Selaput ini mengatur secara selektif aliran cairan dari
lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Pada umumnya membrane pada
organisme hidup bersifat semipermiabel yang berarti hanya molekul-molekul tertentu saja
yang dapat melewatinya.pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi
kandungan mineral garam dan zat-zat lain yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini membuat
konsentrasi dalam zat terlarut di luar sel sama besar dinandingkan konsentrasi air di dalam
sel. Pada sel Rhoe discolor yang ditetesi air suling sel menjadi membengkak karena air
masuk melului osmosis. Akan tetapi dibandingkan yang lentur akan menegmbang hanya
sampai pada ukuran tertentu. Sebelum dinding sel ini mengerahkan tekanan balik pada sel
yang melawan penyerapan air lebih lanjut. Hal ini disebabkan sel berada pada kondisi paling
hebat sehat dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap aitsecara
terus menerus akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel. ( Jane B. Reech,
2003)
Pergerakan molekul air melalui membran semipermeable selalu dari laruran
hipotonis menuju larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut kedua zat
seimbang (isotonik). Pada saat sel di letakkan dalam air suling, konsentrasi zat terlarut dalam
sel hipertonik karen adanya garam mineral, asam organik, dan berbagai zat lain yang di
kandung sel. Dengan demikian, air akan terus mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi
larutan di dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membran sel mempunyai kemampuan
yang terbatas untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah. Pada sel tumbuhan hal
ini dapat teratasi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang menahan sel mengembang
lebih lanjut. (Fiktor Ferdinand. 2007)
Sel yang mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan semula. Proses
pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondidi semula ini dikenal dengan istilah
deplasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang
terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak
ke luar, sedangkan air yang berada diluar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus
membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam.
Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali
dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya
tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah
sel kembali ke keadaan semula. ( Elsa, 2009)
Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu selaput atau
membran. Air selalu bergerak melewati membran ke arah sisi yang mengandung jumlah
materi terlarut paling banyak dan kadat air paling sedikit. Asmosis adalah difusi melalui
membran semipermeable. Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh
dari osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya
dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuaran kecil seperti O2 dan CO2 juga
mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat
dikedua sisi membran sel tersebut tepat mencapai keseimbangan. Osmosis juga dapat terjadi
dari sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapat di cegah dengan
menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan
istilah potensila osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ada atau tidaknya plasmolisis menjadi indikator dari ada atau tidanya
osmosis yang terjadi, (Ernawati, 2006)
Memperoleh cairan murni tumbuhan jauh lebih sulit. Cairan tersebut bisa diperas
keluar dengan cara memberikan tekanan, membekikan jaringan untuk merusak sel, dan
kemudian memeras cairannya ataupun mengocok jaringan dalam blender, lalu menyaring
cairannya semua metode tersebut., bila dipakai untuk jaringan yang sama, akan
menghasilkan nilai ῳs yang berlainan, selisihnya bisa mencapai 50% nilai dari blender
biasanya paling pekat. Sedangkan cairan hasil perasan tangan yang disaring dengan kain
saring yang paling kurang efektif. Masalah utamanya ialah berbagai macam metode ini
menghasilkan tingkat percampuran yang berbeda pada isi sitoplasma, air dinding sel.
(Markhart, 1980)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Plasmolisis & Deplasmolisis
Dalam proses terjadinya dinding sel yang mengalami plasmolisis dan deplasmolisis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, dari terjadinya akibat dari tekanan potensial osmotik ialah
antara lain:
a. Konsentrasi, meningkatnya konsentrasi suatu larutan karena menurunkan nilai
osmotiknya.
b. Ionisasi zat terlarut, potensial suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat, tetapi
ditentukan oleh jumlah pertikel yang ada didalam larutan tersebut.
c. Suhu, potensial osmotic suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
d. Hidrasi molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan pertikel zat terlarut disebut air
hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan menjadi
lebih pekat. Kadar air dan materi yang terlarut didalam sel, hal ini mempengaruhi dari
dinding sel

III. PROSEDUR / CARA KERJA

1. Plasmolisa

Siapkan objek Tetesi akuades pada objek


Buatlah irisan
glas dan deck glass, lalu letakkan irisan
tipis dari daun
glasss di tengahnya
adam hawa

Letakkan tissu di salah satu ujung deck


glass,lalu masukkan larutan sukrosa atau KNO3
Tutup dengan deck glas,
dari ujung deck glass lainnya menggunakan
amati dengan mikroskop
pipet tetes (pastikan tissu menyerap air dari
deck glass)

Amati irisan daun tersebut pada Secara bertahap, diamati satu persatu rhoe
perbesaran 10x, perhatikan hingga discolor yang ditetesi dengan larutan sukrosa
sitoplasma yang ada di daun tersebut 10%, sukrosa 30%, KNO3 10%, dan KNO3
menjadi mengerut 30%
b. Deplasmolisa

Siapkan objek Buatlah irisan Tetesi akuades pada


glas dan deck tipis dari daun objek glass, lalu letakkan
glasss adam hawa irisan di tengahnya

Letakkan tissu di salah satu ujung deck


glass,lalu masukkan larutan sukrosa/ KNO3
Tutup dengan deck
dari ujung deck glass lainnya menggunakan
glas, amati dengan
pipet tetes (pastikan tissu menyerap air dari
mikroskop
deck glass)

Amati irisan daun tersebut,


perhatikan hingga sitoplasma Setelah mengerut, tambahkan
yang ada di daun tersebut akuades. Amati hingga bentuk
menjadi mengkerut sitoplasma kembali seperti aslinya
VI. HASIL PENGAMATAN

1. Plasmolisa

No Larutan Gambar Keadaan Sel

 Sel dalam keadaan


normal
 Berbentuk persegi 6
 Warna ungu

1. Aquadest nampak hampir


penuh dan merata
 Sel dalam keadaan
isotonis

1.
 Sebagian kecil sel
mengalami
plasmolisis
 Warna ungu
nampak pudar
sedikit
2. Sukrosa 20%
 Sel dalam keadaan
hipertonis
 Mengalami
plasmolisa dalam
waktu 57 detik
1.
 Sel dalam keadaan
hipertonis
 Warna ungu banyak
yang pudar
 Sel mengkerut,
membuat warna
3. Sukrosa 30%
ungu menjadi
condong ke tengah
 Mengalami
plasmolisa dalam
waktu 45 detik

1.
 Sel dalam keadaan
hipertonis
 Warna sel hampir
transparan
 Warna ungu hampir
4. KNO3 10%
hilang
 Mengalami
plasmolisa dalam
waktu 55 detik

1.
 Sel dalam keadaan
hipertonis
 Sel mengkerut jelas
 Warna ungu
5. KNO3 30%
condong ke tengah
 Mengalami
plasmolisa dalam
waktu 48 detik
2. Deplasmolisa

No Larutan Gambar Keadaan Sel

 Sel dalam keadaan


hipotonis
 Warna ungu hampir
kembali seperti

1. Sukrosa 20% awal


 Mengalami
deplasmolisa dalam
waktu 7 menit 45
detik

1.
 Sel dalam keadaan
hipotonis
 Warna ungu hampir
kembali seperti

2. Sukrosa 30% awal


 Mengalami
deplasmolisa dalam
waktu 1 menit 24
detik

1.
 Sel dalam keadaan
hipotonis
 Sel yang tadinya
nampak transparan
menjadi berwarna
3. KNO3 10% ungu meskipun
sedikit
 Mengalami
deplasmolisa dalam
waktu 7 menit
1.
 Sel dalam keadaan
hipotonis
 Warna ungu mulai
kembali akan
memenuhi dinding
4. KNO3 30% sel
 Mengalami
deplasmolisa dalam
waktu 1 menit 43
detik

VII. PEMBAHASAN

d
b

c e

Keterangan Gambar :

A. Dinding sel

B. Sitoplasma

C. Kloroplas

D. Celah stomata

E. Sel penutup

F. Sel tetangga
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan dan pengamatan terjadinya
plasmolisa dan deplasmolisa pada suatu tumbuhan. Tumbuhan yang kami gunakan adalah rhoe
discolor. Bahan-bahan yang kami gunakan antara lain, sukrosa 20%, sukrosa 30%, KNO3 10%,
dan KNO3 30%. Dalam melakukan pengamatan ini, irisan daun rhoe discolor harus setipis
mungkin, agar saat diamati dengan mikroskop, dinding sel tidak bertumpuk satu sama lain.

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktik plasmolisis pada saat ditetesi dengan
aquadest, kondisi sel daun Rhoeo discolor dalam keadaan normal, terlihat bagian-bagian sel
berbentuk rongga segi enam dengan sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding sel. Air yang
diteteskan membentuk lingkungan isotonik baik di dalam maupun di luar sel, sehingga bentuk
sel normal.

Pengamatan selanjutnya adalah memberi preparat dengan larutan sukrosa 20%. Caranya,
letakkan tissue pada salah satu ujung deck glass, kemudian teteskan larutan sukrosa pada ujung
deck glass agar larutan sukrosa masuk ke preparat dan aquadest sebelumnya yang sudah ada di
preparat terdorong keluar dan menyerap pada kertas tissue. Setelah diamati, ternyata preparat
mengalami plasmolisa. Seperti yang sudah dijelaskan di dasar teori bahwa plasmolisa adalah
proses mengkerut karena terlepasnya sitoplasma & membran plasma pada sel tersebut.
Plasmolisa yang terjadi nampak jelas. Waktu yang diperlukan untuk plasmolisa dengan sukrosa
20% adalah 57 detik. Setelah mengalami plasmolisa, kemudian kami meneteskan aquadest
kembali pada preparat. Preparat kemudian mengalami deplasmolisa, dimana warna ungu
kembali memenuhi dinding sel pada daun rhoe discolor. Waktu yang diperlukan untuk
deplasmolisa cukup lama, yaitu 7 menit 45 detik.

Setelah menggunakan larutan sukrosa 20%, selanjutnya kami gunakan larutan sukrosa
30% yang kadarnya lebih tinggi. Caranya seperti saat penambahan larutan sukrosa 20%. Waktu
yang diperlukan preparat untuk plasmolisa adalah 45 detik, dimana waktu tersebut lebih cepat
dibandingkan sukrosa 20%. Sedangkan untuk mengalami deplasmolisa membutuhkan waktu 1
menit 24 detik.

Percobaan diulang kembali menggunakan larutan KNO3 konsentrasi 10%, dan KNO3
konsentrasi 30%. Untuk mengalami plasmolisa dengan KNO3 10% , preparat memerlukan waktu
55 detik, sedangkan dengan KNO3 30% preparat memerlukan waktu 48 detik. Selanjutnya
dilakukan pengamatan pada proses deplasmolisa. Didapat hasil bahwa, pada larutan KNO3 10%,
preparat memerlukan waktu 7 menit dan pada larutan KNO3 30% memerlukan waktu 1 menit 43
detik untuk mengalami deplasmolisa.

Dari hasil percobaan dan pengamatan yang sudah dilakukan, peristiwa plasmolisis atau
peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel merupakan dampak dari hipertonisnya larutan
diluar sel yang dalam hal ini adalah larutan sukrosa dan KNO3, sehingga cairan yang berada di
dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi tidak ada. Efek selanjutnya
yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air di luar
sel bergerak ke dalam dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan membran sel
terlepas dari dinding sel. Larutan tersebut tidak dapat menembus membran sel karena memiliki
ukuran yang lebih besar dari molekul air. Tanda – tanda yang terlihat pada sel yang mengalami
plasmolisis ini adalah menghilangnya warna yang ada di dalam sel dan mengerutnya pinggiran
membran sel ke arah dalam, seperti pada daun rhoeo discolor.
Prinsip yang digunakan dalam peristiwa plasmolisa adalah karena terjadinya peristiwa
osmosis sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam air medium dibanding
zat terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau dapat diartikan sebagai dampak perbedaan
potensial air antara dua tempat air yang dibatasi oleh membran sel tersebut.
Tetapi, kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke kondisi semula. Proses
pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan istilah
deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi,
konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang
memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang
berada di luar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel
mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air
tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel
kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan
adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
Dari hasil percobaan, juga dapat diketahui bahwa konsentrasi suatu larutan yang lebih
besar akan lebih cepat menyebabkan sel tersebut mengalami plasmolisa, dibandingkan dengan
konsentrasi yang kecil. Konsentrasi yang tinggi akan semakin mendesak membran sel dan
membran sel cepat terlepas dari dinding sel.
Faktor kesalahan yang mungkin terjadi adalah, pada saat pengirisan daun rhoeo discolor yang
kurang tipis sehingga dinding sel nampak bertumpuk yang nantinya juga akan berpengaruh pada
penyerapan larutan yang memakan waktu lama. Faktor kesalahan lain yang mungkin terjadi
disebabkan karena larutan yang akan diganti susah keluar dan menyerap dengan tisu sehingga
masih tersisa larutan hipertonik dan deplasmolisa nampak tidak terlalu jelas.
VIII. KESIMPULAN

1. Plamolisis terjadi karena sel tumbuhan berada di dalam medium yang bersifat hipertonik
(konsentrasi tinggi). Sehingga air dalam sel akan keluar dari dinding sel menuju ke
larutan yang kerapatannya tinggi.
2. Plasmolisis menyebabkan membran sel terlepas dari dinding sel, akibatnya tekanan
turgor sel menjadi tidak ada dan sel mengkerut karena mengalami dehidrasi.
3. Pada saat ditetesi dengan aquadest, kondisi sel daun Rhoeo discolor dalam keadaan
normal, terlihat bagian-bagian sel berbentuk rongga segi enam dengan sitoplasma
berwarna ungu memenuhi dinding sel. Air yang diteteskan membentuk lingkungan
isotonik baik di dalam maupun di luar sel, sehingga bentuk sel normal.
4. Plasmolisa dapat dihilangkan dengan membuat medium dalam lingkungan hipotonis,
sehingga sel akan kembali seperti semula, tidak mengkerut, disebut dengan peristiwa
deplasmolisa.
5. Konsentrasi suatu larutan yang lebih besar akan lebih cepat menyebabkan sel tersebut
mengalami plasmolisa, dibandingkan dengan konsentrasi yang kecil. Konsentrasi yang
tinggi akan semakin mendesak membran sel dan membran sel cepat terlepas dari dinding
sel.

IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: Raja Wali pers


2. Nugroho, Hartanto. 2004. Biologi Dasar. Bandung: Penebar Swadaya
3. Reece. Campbell. 2008. Biologi edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: Erlangga
4. Reshi. Gusta dkk. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Bandar Lampung:
IAIN Raden Intan Lampung
5. Salisbury, Frank B.dkk. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1. Bandung: ITB
6. Bambang. 2006. Biologi. Jakarta : Erlangga
7. Elsa. 2009. Anatomi Tumbuhan. Jakarta : Esis
8. Ernawati. 2006. Biologi. Jakarta : Widya Utama

Surakarta, 26 Maret 2016

Dosen Pengampu, Praktikan,

1. Nendika Tyas W ........................


2. Evi Rukmana P ........................
3. Sekar Arum R ........................
Destik Wulandari, S.Pd.,M.Si 4. Septian Abi W ........................

Anda mungkin juga menyukai