Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum

BOTANI
“PLASMOLISIS"

OLEH

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : A-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : MUHAMAD TAUFIK IRIANTO

LABORATORIUM BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar Pengesahan
BOTANI
“PLASMOLISIS"

OLEH :
KELOMPOK : IV (EMPAT)

1. HARRY HIDAYATULlAH PADE (821421054)


2. MUTIA ALAMRI (821221025)
3. NUR AFNI AMELIA PATEDA (821221017)
4. PUJI RAHAYU (821421053)
5. SRIFANDA HUSAIN (821221026)
6. TIARA DEWI (821421058)
7. YULIANA AMIRA FATINAH (821221041)

Gorontalo, November 2021


NILAI
Mengetahui,
Asisten

MUHAMAD TAUFIK IRIANTO


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena,
dengan rahmat dan karunia-Nya dapat membuat laporan praktikum Botani
Farmasi. Laporan ini ditulis dengan tujuan untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman dalam beberapa kajian tentang Plasmolisis.
Penyusunan materi dalam laporan ini ditulis berdasarkan hasil kegiatan
yang telah kelompok kami lakukan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh karena itu
kami menerima masukan dari pembaca demi penyempurnaan laporan ini. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2021

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Maksud Percobaan .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Percobaan ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
2.1 Dasar Teori ......................................................................................................... 3
2.2 Uraian Tanaman .................................................................................................. 8
2.3 Uraian Bahan ..................................................................................................... 9
BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 13
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................... 13
3.3 Cara Kerja ........................................................................................................... 13
BAB IV HASIL PENGAMATAN ................................................................................ 14
4.1 Hasil Pengamatan ................................................................................................ 14
4.2 Pembahasan ........................................................................................................ 14
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 18
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 18
5.2 Saran ................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang
merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai
tanggung jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Farmasi
juga melingkup ilmu botani.
Botani adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan, terkait dengan
klasifikasi (taksonomi), struktur (anatomi dan morfologi), dan fungsi (fisiologi).
Untuk lebih spesifikasinya maka ilmu botani ini disalurkan memalui suatu
percobaan tentang Plasmolisis.
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang
disebut keitairon. Morfologi adalah ilmu yang mengkaji tentang kata dan
pembentukannya.
Fisiologi tumbuhan dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam tumbuhan.
Mempelajari fisiologi tumbuhan akan menambah kekaguman kita akan banyak hal
yang terjadi didalam kehidupan. Kajian tentang fisiologi tumbuhan lebih
ditunjukan kepada berbagai mekanisme atau proses biologis yang terjadi didalam
tumbuhan. Ruang gerak untuk mencari keterangan keterangan yang berhubungan
dengan kehidupan tumbuhan dibatasi oleh hukum-hukum alam.
Mata kuliah morfologi dan fisiologi tumbuhan membahas mengenai anatomi
morfologi dan fisiologi berbagai bagian tanaman baik makroskopis maupun
mikroskopis seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji yang berguna dalam
identifikasi tanaman untuk mengetahui kebenaran jenisnya sebagai bahan baku
obat tradisional dan juga membahas tentang jaringan pada tumbuhan.
Tumbuhan merupakan makhluk hidup multiseluler. Sel tumbuhan terdiri
atas dinding sel, inti sel, dan organ-organ yang ada di dalamnya. Selain itu pada
sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membran plasma yang
merupakan membran dilapis yang mmapu mengatur secara selektif aliran cairan
dari lingkungan suatu sel kedalam sel dan sebaliknya. Apabila suatu sel tumbuhan

1
dilietakan di dalam suatu larutan yang konsentrasinya lebih tinggi daripad di
dalam sel, maka air akan meninggalkan sel sehingga volum isi sel berkurang.
Karena dinding sel bersifat permeable mka ruang antara membran dan dinding sel
akan di isi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung sampai konsentrasi di dalam
dan luar sel sama besar. Akibat peristiwa tersebut, maka protoplasma yang
kehilangan air akan menyusut volumenya dan akhirny aakan terlepat dari dinding
sel. peristiwa tersebut dinamakan dengan plasmolisis.
Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena
sel berada dalam larutan hipertonik. Plasmolisi dapat memberkan gambaran untuk
menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel. jika sel tumbuhan ditempatkan
dalam larutan yang hipertonik terhadap caira selnya, maka air akan keluar dari sel
tersebut sehingga plasama akan menyusut. Jika sel tumbuhan, misalnya sel
spirogyra diletakan dalam larutan yang hipertonik terhadap sitosol sel tersebut,
maka air yang berada dala vakuola menembus ke luar sel. akibatnya protoplasma
mengkerut dan terlepas dari dinding sel.
Berdasarkan uraian diatas di lakukan prantikum mengenai plasmolisis untuk
melihat proses terjadinya plasmolisis pada tumbuhan Rhoe discolor.
1.2 Maksud Percobaan
1. Untuk apa yang dimaksud dengan plasmolisis
2. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya plasmolisis
1.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan palsmolisis
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya plasmolisis pada
tumbuhan Rhoe discolor.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 .1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian plasmolisis
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel yang
disebabkan oleh air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu bila
tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan akan
sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar. Bila terjadi
terus-menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding sel. Bila plasmolisis
berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati dan untuk mengembalikannya
diperlukan proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali ke keadaan semula apabila
sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar air yang lebih tinggi (hipotonis).
Peristiwa kembalinya protoplasma ini disebut dengan deplasmolisis (Wilkins, 1992).
Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran sel pada sel tumbuhan
karena sel berada dalam larutan hipertonis. Kondisi sel yang hipertonis terhadap
lingkungan mengakibatkan terjadinya peristiwa osmosis ke lingkungan. Akibatnya
kadar air di dalam sel menurun drastis dan membran sel terlepas dari dinding sel
(Fahn, 1991).
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada
sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya
sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan
materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya
dengan mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar
bisa masuk (Buana, 2011).
2.1.2 Peristiwa plasmolisis
sPeristiwa plasmolisis yaitu keluarnya cairan sel melalui membran sel akibat
dari pengaruh gradien konsentrasi plamolitikum, sedangkan jika cairan sel ini kembali
maka disebut deplasmolisa. Kedua peristiwa ini dapat menjelaskan adanya osmosis
dan difusi yang memang harus terjadi pada sel guna melakukan fungsi transportasi
maupun pengaturan tugor. Mekanisme membuka dan menutupnya stoma kiranya
dipengaruhi oleh tekanan tugor dan kedua sel penutup. Antara difusi, osmosi,dan

3
tugor ketiganya erat kaitannya dengan kelangsungan proses metabolisme (Sumarjan
2007).
Sel yang mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan semula. Proses
pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondidi semula ini dikenal dengan istilah
deplasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis. sehingga
yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran
sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada diluar bergerak masuk kedalam dan
dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air
untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang
sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke
arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air
yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula
(Nugroho, 2004).
Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu selaput
atau membran. Air selalu bergerak melewati membran ke arah sisi yang mengandung
jumlah materi terlarut paling banyak dan kadat air paling sedikit. Osmosis adalah
difusi melalui membran semipermeable. Masuknya larutan ke dalam sel-sel
endodermis merupakan contoh dari osmosis. Dalam tubuh, organisme multiseluler,
air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul
yang berukuran kecil seperti O dan CO₂ juga mudah melewati membran sel. Molekul-
molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Proses osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat dikedua sisi membran sel
tersebut tepat mencapai keseimbangan. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke
organel-organel bermembran. Osmosis dapat di cegah dengan menggunakan tekanan
Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensila
osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ada atau tidaknya plasmolisis menjadi indikator dari ada atau
tidanya osmosis yang terjadi (Lakitan, 2012).
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Plasmolisis
Dalam proses terjadinya dinding sel yang mengalami plasmolisis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, dari terajadinya akibat dari tekana potensial
osmotik ialah antara lain (Nugroho, 2004):

4
1. Konsentrasi, meningkatanya konsentrasi suatau lautan kana menurunkan nilai
osmotiknya.
2. Ionisasi zat terlarut, potensial suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat.
tetapi ditentukan oleh jumlah pertikel yang ada didalam larutan tersebut.
3. Suhu, potensial osmotic suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya
suhu
4. Hidrasi molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan pertikel zat terlarut
disebut air hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan
larutan menjadi lebih pekat.
5. Kadar air dan materi yang terlarut didalam sel, hal ini mempengaruhi dari
dinding sel.
2.1.4 Larutan Hipertonik, Hipotonik dan Isotonis
a) Larutan Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan
air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma
akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi
(Dartius, 1991).
Sebuah larutan hipertonik adalah campuran dengan konsentrasi tinggi zat
terlarut bila dibandingkan dengan larutan lain yang dipisahkan oleh sebuah
membran semi permeabel. Sifat tonisitas sering digunakan untuk menggambarkan
biologis tubuh, dengan konsentrasi zat terlarut sel dan cairan sekitarnya digunakan
sebagai contoh Tonisitas berkaitan dengan osmosis, di mana cairan mengalir
bolak-balik melintasi membran semipermeabel; osmolaritas berbeda dari tonisitas
dalam hal itu menganggap konsentrasi zat terlarut yang menembus membran dan
mereka yang tidak, sementara tonisitas hanya menganggap mereka yang tidak
menembus.
Jika suatu larutan adalah hipertonik, itu berarti bahwa fluida akan
mengalir melintasi membran dan ke dalam larutan hipertonik sampai keadaan
isotonik tercapai. Dalam keadaan isotonik, larutan di kedua sisi membran

5
memiliki distribusi yang sama zat terlarut. Sebaliknya, dengan larutan hipotonik,
konsentrasi zat terlarut lebih rendah daripada larutan di sisi lain dari membran,
yang berarti bahwa air akan ditarik keluar dari larutan hipotonik dan menjadi
larutan hipertonik.
b) Larutan Hipotonik
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik.
tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel. sehingga
menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi (Guritno,1995).
Protein lain, yang disebut aquaporin menjaga saluran terbuka sehingga
hanya air yang dapat melewatinya. Semua sel harus mengatur kandungan zat
terlarut mereka, untuk memastikan mereka tidak mengering atau menjadi terlalu
penuh air. Sel dengan sitosol yang merupakan larutan hipotonik terhadap
lingkungan akan kehilangan air ke lingkungan yang lebih hipertonik yang
memiliki lebih banyak zat terlarut. Air, didorong untuk menyamakan dua larutan,
diambil dari sel. Sel yang sitosolnya merupakan larutan sangat hipotonik
dibandingkan dengan lingkungannya akan mengerut. dikatakan plasmolisis. Ini
hampir selalu merupakan kondisi buruk bagi sel, yang membutuhkan air untuk
banyak reaksi kimia.
Dalam situasi sebaliknya, lingkungan bisa menjadi larutan hipotonik
dibandingkan dengan sel Dalam hal ini, air dari lingkungan cenderung berdifusi
ke dalam sel. Jika larutan hipotonik dari lingkungan terlalu kuat, sel bisa melisis
(terbelah).Sel memiliki banyak mekanisme untuk mengendalikan aliran air ini
Pada tumbuhan, jamur, dan sel bakteri, dinding sel terbentuk di sekitar sel, yang
membuatnya tidak meledak Dinding sel ini terdiri dari berbagai polisakarida,
protein, dan molekul lainnya. Saat air mengisi sel dan mendorong dinding sel,
tekanan turgor dibuat. Tekanan ini membantu memaksa air keluar dari sel,
melawan aliran air ke dalam Gambar di bawah ini menunjukkan satu sel
tumbuhan di lingkungan yang berbeda.Sel di paling kanan mewakili sel tumbuhan
yang bombastis dalam larutan hipotonik.

6
c) Larutan Isotonik
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak
melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak
sempurna. Larutan larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang
berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Ini berbeda
dengan larutan larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan jaringan
molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel. Sebuah larutan yang
mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang normal
dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan
hipotonik.
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki osmolaritas yang sama,
atau konsentrasi zat terlarut, dengan larutan lain. Jika kedua larutan ini dipisahkan
oleh membran semipermeabel, air akan mengalir dalam bagian yang sama dari
setiap larutan dan ke yang lainnya. Efeknya adalah aliran air nol antara dua
larutan, meskipun air bergerak dua arah.
Dalam biologi, beberapa sel harus dipertahankan dalam larutan isotonik
untuk mendukung fungsi seluler. Banyak sel hewan, yang tidak memiliki dinding
sel untuk memberikan dukungan terhadap efek tekanan air, bergantung pada
stabilitas lingkungan eksternal untuk mempertahankan bentuknya. Sebagian besar
hewan mempertahankan pH dan osmolaritas cairan di dalam tubuh mereka untuk
menciptakan larutan isotonik untuk mengaisi sel-sel mereka. Larutan ini dapat
membawa nutrisi dan air, tetapi hanya dalam proporsi yang sama dengan yang ada
di dalam sel.

7
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Jadam (Rhoeo discolor)
A. Klasifikasi Jadam (Tjitrosoepomo, 2010)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
SubDivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Bromeleales
Family : Brome Gambar 2.2
Genus : Rhoeo Jadam
(Rhoeo discolor)
Spesies : Rhoeo discolor
B. Morfologi
Jadam atau nanas kerang tumbuh atau berhabitat di daerah yang
bersemak dan tinggi 40-60 cm. Berbatang yang kasar, pendek, arah tumbuh tegak
Gambar 2.2
lurus (erectus), dan berwarna coklat. Memiliki sifat batang
Jadam yang basah atau
(Rhoeo discolor)
herbaceous dan bulat atau teres. Berdasarkan panjang umurnya merupakan
tumbuhan muda. Sifat permukaan batang memperlihatkan bekas-bekas daun.
Berdaun tunggal, bangun daun seperti pedang (ensiformis), ujung daun runcing
(acutus), pangkal daun yang rata (truncatus), memeluk batang, dan tepi daun rata
(integer) (Rukmana, 1997).
Biasa ditanam orang sebagai tanaman hias, tumbuh subur di tanah yang
lembab. Termasuk anggota suku gawar-gawaran, berasal dari Meksiko dan Hindia
Barat. Tinggi pohon 40 cm-60 cm, batang kasar, pendek, lurus, tidak bercabang
Daun lebar dan panjang, mudah patah, warna daun di permukaan atas adalah
hijau, dan di bagian bawah berwarna merah tengguli. Panjang daun +30 cm, lebar
2,5-6 cm (Tjitrosoepomo, 2010).
C. Kandungan
Daun dan bunga jadam atau nanas kerang mengandung saponin dan
tanin. Sifat kimia dan efek farmakologis yang terdapat pada tanaman ini berupa
rasa manis dan sejuk (Dalimartha, 2008).

8
D. Khasiat
Selain ditanam sebagai tanaman hias, jadam juga memiliki khasiat
sebagai tanaman obat. Bagian yang digunakan sebagai pengobatan adalah bunga
dan daun dengan pemakaian segar dan kering. Sebagai tanaman obat jadam
berkhasiat sebagai anti radang, memelihara paru, mencairkan dahak, anti batuk,
anti diare, dan membersihkan darah (Dalimartha, 2008).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl Alcohol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman.
Khasiat : Sebagai Cairan Antiseptik, sebagai cairan
pembersih pada permukaan elktronik dll.
2.3.2 Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Aquades dan Air suling

9
Rumus molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Untuk diteteskan pada sampel agar selnya bisa
terlihat.
2.3.3 HCl (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
Berat Molekul : 36,46 g/mol
Rumus Molekul : HCl
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang.


Jika diencerkan dengan dua bagian air, asap dan
bau akan hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
2.3.4 NaCl (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRIUM CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
Berat Molekul : 32,04 g/mol
Rumus Molekul : NaCl

10
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk


hablur putih, rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sumber ion klorida dan ion natrium.
2.3.5 KOH (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : KALIUM HYDROXYDUM
Nama Lain : Kalium hidroksida
Rumus Molekul : KOH
Rumus Struktur :

Pemberian : Massa berbentuk batang, atau bongkahan putih,


mudah meleleh.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, dalam 3 bagian etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai titrant
2.3.6 NaOH (Dirjen POM 1979)
Nama Resmi : NATRIUM HYDROXYDIUM
Nama Lain : Natrium hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00 g/mol
Rumus Struktur :

11
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
kaping, kering, keras, rapuh, putih, mudah
meleleh, basah, sangat alkalis dan korosif.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktkum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 20 november 2021,
pukul 07.00 sampai dengan 10.00 WITA. Praktikum ini bertempat di
Laboratorium Bahan Alam, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cutter, cover glass, jarum
pentul, kaca preparat, mikroskop, pipet, silet, tabung reaksi.
3.2.2 Bahan:
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alkohol 70%, aquadest,
daun adam eva (Rhoe discolor folium), HCl, KOH, NaCl 98%, NaOH, tisu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Penampang epidermis bawah daun adam eva (Rhoe discolor folium)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dan bahan menggunakan alkohol 70%
3. Disiapkan tabung reaksi masing-masing larutan
4. Dibuat 4 sayatan epidermis bawah
5. Diletakkan sampel diatas kaca preparat, kemudia ditetesi dengan aquadest
lalu ditutup dengan cover glass
6. Diletakkan dan diamati dibawah mikroskop, kemudian diatur perbesaran
lemah dan kuat
7. Dipindahkan sampel ke dalam gelas kimia yang berisi larutan
8. Direndam sampel didalam larutan selama 30 menit
9. Diambil sayatan sampel dengan menggunakan pipet, kemudian diletakkan
di kaca preparat dan ditetesi aquadest lalu ditutup dengan cover glass
10. Diletakkan dan diamati preparat dibawah mikroskop kemudian dilihat
perbedaannya

13
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
N Perlakuan Sebelum Sesudah
o
1 Plasmolisi Etil Asetat KOH Etil Asetat KOH
s

2 NaOH NaCL NaOH NaCL

4.2 Pembahasan
Menurut Salisbury dkk (1992) plasmolisis adalah suatu proses lepasnya
protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari
vakuola. Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk
suatu zat, artinya suatu zat atau materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui
membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, tetapi
dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus

14
ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi
perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Menurut Goldworty (1992) plasmolisis merupakan keadaan dimana
membran dari sitoplasma akan keluar dari dinding sel. Proses plasmolisis dapat
diketahui dengan membran protoplasma dengan sifat permiabelnya. Permiabel
dinding sel terhadap gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Plasmolisis ini sendiri merupakan contoh kasus tranportasi sel
secara osmosis.
Tujuan percobaan ini untuk mengamati plasmolisis pada tanaman daun
jadam (Rhoe discolor) menggunkan percobaan pada empat larutan yaitu Nacl,
KOH, NaOH dan HCL dengan membedakan perubahan sebelum dan sesudah
direndam pada larutan.
Disiapkan alat dan bahan. Alat yang kami gunakan di praktkum kali ini
terdiri dari kaca preparat, gelas kimia, cover glass, mikroskop, pipet, silet, tabung
reaksi. Dan Adapun bahan yang digunakan yaitu terdiri dari aquadest, alcohol,
Rhoe dscolor folium, NaCL 0,98%, NaOH, KOH, HCL, dan tisu.
Dibersihkan alat dan bahan menggunakan alcohol 70%. Penggunaan
alkohol 70% berfungsi untuk membersihkan bakteri yang ada. Alkohol 70% ini
memiliki fungsi untuk membersihkan bakteri, Menurut Noviansari dkk (2013)
alkohol menunjukan aktifitas sebagai antifungi dan dapat mendenaturasi protein,
alkohol mempunyai aktifitas sebagai bakterisid yang membunuh bakteri dalam
bentuk vegetatifnya.
Dibuat irisan membujur bagian bawah epidermis bunga adam dan hawa.
Menurut Hanifah (2020) irisan membujur adalah irisan yang sejajar dengan
sumbu horizontal dari objek irisan membujur radial. Tipe irisan ini juga disebut
sebagai longitudinal section yang dibagi menjadi 2, yaitu longitudinal tangential
section dan longitudinal radial section. longitudinal tangential section dilakukan
dengan mengiris bagian tanaman di tepi bagian tanaman secara membujur dan
tidak sampai pada titik tengah bagian tanaman. Irisan ini dibuat untuk melihat
struktur vessel, trakeid, parenkin aksial. Longitudinal Cradio section. dilakukan
dengan mengiris bagian tanaman sampel pada titik tengah bagian tanaman irisan

15
ini dibuat untuk melihat struktur parenkim radial (Hanifah, 2020). Irisan yang
dibuat haruslah setipis mungkin dan tembus pandang agar mudah diamati.
Menurut Setjo (2004) tujuan mengiris sampel setipis mungkin adalah agar dapat
terlihat jelas sel-sel yang terdapat dalam tumbuhan tersebut.
Diletakkan sampel diatas kaca preparat kemudian ditetesi aquadest lalu
ditutup dengan cover glass. Menurut Setjo (2004), tujuan menetesi dengan
aquadest untuk menjaga lingkungan sel agar tetap segar, tujuan cover glass
menutupi kaca preparat agar saat melakukan pengamatan objek tidak
terkontaminasi dengan media luar. Diletakkan kaca preparat yang sudah berisi
sampel diatas meja mikroskop dan diamati dengan perbesaran objektif lemah dan
objektif kuat. menurut Yulilina (2016), gunakan perbesaran objektif lemah
terlebih dahulu untuk pengamatan awal, setelah mendapatkan focus lalu ganti
dengan perbesaran yang lebih kuat agar semakin terlihat jelas.
Diamati sampel di bawah mikroskop untuk melihat apakah sampel cukup
baik untuk direndam di dalam larutan. Dimasukkan sampel ke dalam 4 pot salap
yang berisi HCl, KOH, NaCL, NaOH menggunakan pinset dan dibiarkan selama
30 menit. Tujuan sampel direndam selama 30 menit yaitu untuk melihat reaksi
plasmolisis yang terjadi pada setiap sampel.
Berdasarkan hasil mikroskop yang kami dapatkan dari keempat sampel
sebelum dimasukkan kedalam larutan yaitu terdapat banyak bercak-bercak ungu
atau yang biaasa sering disebut dengan pigmen. Menurut Lemmens et al. (1999)
sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan, pada jaringan
tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penghasil warna yang berbeda tergantung
menurut struktur kimianya. Golongan pigmen tumbuhan dapat berbentuk klorofil,
karotenoid, flavonoid dan kuinon
Pada percobaan pertama kami menggunakan larutan HCL. Pada sampel
yang pertama dapat dilihat bahwa sebelum direndam dalam larutan HCL, sampel
tersebut memiliki dinding sel yang kokoh dan warna ungu yang mencolok.
Setelah direndam dalam larutan HCL selama 15-30 menit dinding sel sampel
hancur dan warnanya berubah menjadi warna hijau pucat. Hal ini dikarenakan
HCL merupakan larutan hipertonis yaitu larutan yang memiliki konsentrasi yang

16
tinggi, sehingga cairan yang terdapat di dalam sel ditarik ke luar sel yang
menyebabkan lepasnya protoplasma dari dinding sel dan hancurnya dinding sel.
Pada percobaan kedua kami menggunakan larutan KOH. Pada sampel
yang kedua, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan pada sel sampel sebelum
direndam sampel memiliki warna ungu yang cerah dengan struktur sel yang
teratur. dan sesudah direndam dalam larutan KOH selama 30 menit terjadi
perubahan yaitu warna ungu yang terdapat dalam sampel tidak ada atau habis.
Dari perubahan diatas dapat disimpulkan KOH merupakan larutan dengan
konsentrasi yang tinggi.
Pada sampel yang ketiga, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan pada sel
sampel sebelum dan sesudah direndam dalam larutan NaCl. Sebelum direndam,
sampel memiliki dinding sel yang kokoh dan warna ungu yang mencolok. Setelah
direndam dalam larutan NaCl dinding sel sampel berkerut dan warna ungu dari
sampel berkurang. Hal ini dikarenakan NaCl merupakan larutan hipertonik
sehingga protoplasma lepas dari dinding sel yang menyebabkan keluarnya
sebagian air dari vakuola dan berkurangnya warna pada sel.
Pada percobaan keempat kami menggunakan larutan NaOH. Pada sampel
yang keempat dapat dilihat bahwa terjadi perubahan setelah sampel direndam
dalam larutan NaOh selama 30 menit dimana sebelum sampel direndam memiliki
warna ungu dengan struktur sel yang teratur dengan stomata yang banyak. setelah
direndam terlihat jelas perubahan yang terjadi dimana sampel hampir kehilangan
seluruh warnanya, warna yang terlihat hanya sedikit warna hijau yang tersisa,
Sebagian stomata terlihat hancur dengan memiliki struktur sel yang tetap. Dari
perubahan di atas dapat disimpulkan NaOH merupakan larutan dengan
konsentrasi tinggi.
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu pengirisan sampel yang
terlalu tebal sehingga sel dalam sulit untuk terlihat, tidak dibersihkan kaca objek
sebelum penggunaan sehingga saat mengamati banyak benda-benda asing yang
juga ikut terlihat, dan juga penetasan aquadest yang berlebihan mengakibatkan
terjadinya gelembung.

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya plasama dari dinding sel apabila sel
yang hidup tersebut di letakan dalam suatu larutan yang hipertonis terhadap cairan
sel.
2. Plasmolis merupakan proses terlepasnya plasma dari dinding sel. Proses
terjadinya plasmolisis pada tumbuhan Rhoe discolor, karena tumbuhan Rhoe
discolor memiliki konsentrasi yang tinggi. Proses plasmolisis ditandai dengan
adanya zat konsentrasi yang tinggi maka tumbuhan Rhoe discolor ini di gunakan
sebagai tumbuhan yang akan diamati.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Diharapkan Untuk asisten, agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalakan praktikum sehingga praktikum dapat menjalakan prosedur kegiatan
dengan baik.
5.2.2 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan lebih mengasah lagi kemampuannya dalam mengamati sel-sel
yang terdapat dalam jaringan parenkim maupun pada jaringan eksresi yang
membutuhkan ketelitian dalam melakukan praktikum.
5.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya untuk laboratorium agar dapat menjaga kondusifitas keadaan
ruangan dan kelengkapan peralatan di dalam laboratorium sehingga dapat
memperlancar praktikum.

18
DAFTAR PUSTAKA

Goldsworthy, P.R. dan Fisher N.M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press. 874 Ha
Abdul Kadir, , 2008 Tanaman Hias Bernuansa Varigata, Lily Publisher,
Yogyakarta.
Buana, eqi, et al. 2011. Struktur dan Inti Sel Rhoeo discolor saat normal dan
Plasmolisis. Regina: Bogor.
Dalimartha, S., 2001, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2, 185-186, Trubus
Agriwidya, Jakarta
Dalimartha, Setiawan. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3: Jakarta:
Puspasuar
Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Penerjemah Ahmad Sodiarto dkk.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Karimatulhajj, Hanifah 2020. Modul Petunjuk Praktikum Morfologi dan Fisiologi
Tumbuhan. Universitas PGRI Yogyakarta
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali
press.
Lemmens, H, Wulijarni, N & Soetjipto, 1999,Tumbuhan penghasil pewarna dan
tanin, Balai Pustaka, Jakarta
Noviansari, R., dkk. 2013. Transformasi Menjadi 3-(3,4 Metil Eugenol Dimetoksi
Fenil)-1-Propanol Dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri, Jurnal Jurusan
Kimia ΓΜΙΡΑ Universitas Negeri Semarang
Nugroho, H., dan Sumardi, I., (2004), Biologi Dasar, Jakarta: Penebar Swadaya
Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publ. Co,
USA.
Setjo, s kritini, E saptasari, M dan sulisetijono. 2004. Common textbook anatomi
tumbuhan. Universitas Negeri Malang : Malang
Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM
Press: Yogjakarta
Sumarjan. 2007. Asistensi Biologi Umum. Universitas Negeri Mataram
Wilkins, M. B., 1992. Fisiologi Tanaman. Penerjemah Sutedjo M.M dan
Kartasapoetra A.G. penerbit Bumi Aksara: Jakarta.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat

No. Nama Gambar Kegunaan


Digunakan untuk
1. Cover glass menutup objek
pengamatan mikroskopis
yang akan diamati

2. Cutter Digunakan untuk


memotong sampel

Digunakan untuk
3. Kaca preparat meletakkan objek
pengamatan mikroskopik

Digunakan untuk melihat


4. Mikroskop dan juga mengamati
objek dengan ukuran
sangat kecil yang tidak
bisa dilihat dengan mata
normal
Digunakan untuk menjepit
5. Pinset dan mengangkat sampel

6. Pipet tetes Digunakan untuk


memindahkan sedikit zat
cair atau larutan yang tidak
mempunyai ketelitian
tinggi

Digunakan untuk
7. Silet membuat irisan
yang tipis
2. Bahan
Gambar
No. Nama Kegunaan
Digunakan sebagai
1. Alkohol 70% pembersih sampel

Digunakan sebagailarutan
2. Aquadest

Digunakan sebagai
3. Daun adam eva sampel

Digunakan sebagai larutan


4. HCl
Digunakan sebagai larutan
5. KOH

Digunakan sebagai larutan


6. NaCl

Digunakan sebagai larutan


7. NaOH

Digunakan untuk
8. Tissue membersihkan sampel
Lampiran 2: Diagram Alir
a. Daun Adam Hawa

Sampel
Daun Adam Hawa
(Rhoe discolor folium)

- Disiapkan alat dan bahan

- Dibersihakan alat dan sampel dengan alkohol 70%


- Diiris sampel dengan irisan membujur
- Diiris sampel dengan irisan setipis mungkin
9 - Dipindahkan irisan sampel tadi keatas kaca
preparat
- Ditetesi sampel dengan aquadest secukupnya
Lalu ditutup dengan cover glass
- Dipindahkan kaca preparat keatas meja mikroskop
- Diatur pencahayaan pada mikroskop
- Diamati sampel secara seksama untuk
mendapatkan hasil pengamatan yang diinginkan

Hasil
Lampiran 3: Skema kerja

Disiapkan alat Dibersihkan alat Disiapkan tabung


dan bahan reaksi untuk
Dan bahan larutan
denganalkohol
70 %

Ditutup sampel Diletakkan sayatan di


dengan cover sampel di kaca epidermis
glassDibuat 4 preparat, lalu bawah
tetesi aquadest

Diamati sampel Dipindahkan Diletakkan


dengan sampel ke gelas sampel di kaca
mikroskop kimia, lalu preparat, lalu
diamkan 30 tetesi aquadest
menit
Diamatisampel Ditutup sampel
dengan mikroskop, dengan cover
dan dilihat glass
perbedaannya

Anda mungkin juga menyukai