Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PCD

“KIE dan Konseling”

Dosen Pengampu :
1. Siti Aisyiyah, M.Sc., Apt
2. Dra. Suhartinah, M.Sc., Apt

Disusun oleh :

Nama : Nendika Tyas Wandani


NIM : 1920384270
No absen : 23

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Konseling kefarmasian merupakan usaha dari apoteker di dalam membantu


masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan yang umumnya terkait dengan sediaan farmasi
agar masyarakat mampu menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan kemampuan dan
kondisi masyarakat itu sendiri. Konseling kefarmasian bukan sekedar PIO atau konsultasi tapi
lebih jauh dari itu. Dan untuk mendapatkan konseling yang efektif, para apoteker praktisi
harus selalu melatih menggunakan teknik-teknik koseling yang dibutuhkan pada praktek
komunitas.

Idealnya, seorang farmasis baik diminta atau pun tidak harus selalu pro aktif
melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat sehingga dapat
membuat pasien merasa aman dengan obat yang dibeli. KIE juga sering disebut sebagai
konseling obat. Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk
memantau perkembangan terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan utama (Three
Prime Questions) yang dapat digunakan oleh apoteker dalam membuka sesi konseling untuk
pertama kalinya.

Konseling biasanya dilakukan pada pasien dengan kondisi tertentu, salah satunya
adalah pada pasien yang mendapatkan obat dengan cara pemberian atau aturan pemakaian
khusus, seperti pada pasien wanita yang mendapatkan obat penunda haid ketika akan
melaksanakan ibadah umroh atau haji. Pengaturan haid dapat dilakukan dengan cara
mengundurkan (menunda) atau memajukan siklus haid. Haid dapat ditunda dengan
pemberian sediaan yang mengandung hormonal. Penggunaan hormonal secara tidak langsung
akan mempengaruhi siklus haid wanita itu sendiri bila penggunaannya tidak tepat. Hormonal
yang digunakan bisa berupa progesterone atau pil kontrasepsi kombinasi. Jenis progesteron
yang digunakan seperti medroksiprogesteron asetat, nomogestrol asetat, noretisteron,
levonorgestrel.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KIE dan Konseling


Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung/tidak langsung
melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan efek.
Komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku
positif dimasyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi pribadi
maupun komunikasi massa.
Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu
diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan).
Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif. Pendidikan
kesehatan merupakan kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan karena
merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan
pelayanan kesehatan.
Konseling kefarmasian merupakan usaha dari apoteker di dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan yang umumnya terkait dengan
sediaan farmasi agar masyarakat mampu menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai
dengan kemampuan dan kondisi masyarakat itu sendiri. Konseling kefarmasian
bukan sekedar PIO atau konsultasi tapi lebih jauh dari itu. Dan untuk mendapatkan
konseling yang efektif, para apoteker praktisi harus selalu melatih menggunakan
teknik-teknik koseling yang dibutuhkan pada praktek komunitas.
Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta
untuk memantau perkembangan terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan
utama (Three Prime Questions) yang dapat digunakan oleh apoteker dalam
membuka sesi konseling untuk pertama kalinya. Pertanyaan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?
2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?
Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak
terjadi pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu); mencegah
pemberian informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan
oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga
pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter atau apoteker; dan juga untuk
menggali informasi seluas-luasnya (dengan tipe open ended question).
Tiga pertanyaan utama tersebut dapat dikembangkan dengan pertanyaan-
pertanyaan berikut sesuai dengan situasi dan kondisi pasien :
1. Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan anda?
 Persoalan apa yang harus dibantu?
 Apa yang harus dilakukan?
 Persoalan apa yang menyebabkan anda ke dokter?
2. Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda?
 Berapa kali menurut dokter anda harus menggunakan obat tersebut?
 Berapa banyak anda harus menggunakannya?
 Berapa lama anda terus menggunakannya?
 Apa yang dikatakan dokter bila anda kelewatan satu dosis?
 Bagaimana anda harus menyimpan obatnya?
 Apa artinya ‘tiga kali sehari’ bagi anda?
3. Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan anda?
 Pengaruh apa yang anda harapkan tampak?
 Bagaimana anda tahu bahwa obatnya bekerja?
 Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter kepada anda untuk
diwaspadai?
 Perhatian apa yang harus anda berikan selama dalam pengobatan ini?
 Apa yang dikatakan dokter apabila anda merasa makin parah/buruk?
 Bagaimana anda bisa tahu bila obatnya tidak bekerja?

Pada akhir konseling perlu dilakukan verifikasi akhir (tunjukkan dan


katakan) untuk lebih memastikan bahwa hal-hal yang dikonselingkan dipahami oleh
pasien terutama dalam hal penggunaan obatnya dapat dilakukan dengan
menyampaikan pernyataan sebagai berikut : ‘sekedar untuk meyakinkan saya supaya
tidak ada yang kelupaan, silakan diulangi bagaimana anda menggunakan obat anda’.

Salah satu ciri khas konseling adalah lebih dari satu kali pertemuan.
Pertemuan-pertemuan selanjutnya dalam konseling dapat dimanfaatkan apoteker
dalam memonitoring kondisi pasien. Pemantauan terhadap kondisi pasien dapat
dilakukan Apoteker pada saat pertemuan konsultasi rutin atau pada saat
pasien menebus obat, atau dengan melakukan komunikasi melalui telepon atau
internet. Pemantauan kondisi pasien sangat diperlukan untuk menyesuaikan jenis dan
dosis terapi obat yang digunakan. Apoteker harus mendorong pasien untuk
melaporkan keluhan ataupun gangguan kesehatan yang dirasakannya sesegera
mungkin.

II. Obat Penunda Haid


Haid (menstruasi) merupakan peristiwa pendarahan secara periodik dan
siklik (bulanan) yang disertai pelepasan selaput lendir rahim. Peristiwa ini
merupakan peristiwa yang alami pada seorang wanita normal. Dikatakan periodik
karena datangnya haid pada seorang wanita mempunyai periode-periode tertentu,
dimana haid pertama kali datang pada usia 12 tahun yang bisa saja belum teratur,
kemudian mulai teratur saat usia reproduksi (20-35 tahun), mulai jarang saat
mendekati menopouse, dan berhenti saat menopouse (49-50 tahun).
Namun terdapat beberapa keadaan yang memungkinkan seorang wanita
untuk menunda haid atau memajukan haidnya karena berbagai alasan, salah satunya
adalah karena kepentingan ibadah haji dan umrah. Pengaturan haid dilakukan karena
ada beberapa ibadah yang tidak boleh dilakukan saat wanita sedang mengalami haid.
Ibadah tersebut antara lain: thawaf, sholat, membaca Al Quran, puasa dan berdiam
diri di masjid. Oleh karena itu, ibadah haji yang memerlukan waktu sekitar 40 hari,
haji menjadi permasalahan bagi wanita muslim karena haid yang memiliki rata-rata
siklus 21-35 hari tidak dapat dihindari oleh setiap wanita normal yang sehat. Solusi
untuk menangani masalah tersebut adalah dengan cara mengatur sikus haid, yaitu
memajukan atau memundurkan (menunda) haid dengan menggunakan preparat
hormonal.
Mekanisme pengaturan haid dengan preparat hormonal adalah dengan
menekan produksi hormon estrogen dan progesteron endogen (ovarium) melalui
pemberian kombinasi hormon eksogen agar ovulasi tidak terjadi. Beberapa rejimen
yang dapat diberikan untuk mengatur siklus haid meliputi pemberian progestin
(turunan progesteron ataupun testosteron), penggunaan kontrasepsi oral kombinasi
hormon estrogen dan progestin, serta pemberian agonis gonadotropin releasing
hormone (GnRH). Pemberian preparat tersebut tidak mengakibatkan infertilitas
permanen dan haid dapat kembali terjadi setelah rejimen pengaturan siklus haid
dihentikan.
Pengaturan haid saat haji dan umrah akan memberikan hasil lebih baik
apabila dilakukan pengaturan siklus haid minimal 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Pengaturan siklus haid, baik memajukan maupun menunda haid, dilakukan dengan
harapan haid terjadi beberapa saat sebelum ibadah haji dimulai. Pemilihan preparat
untuk pengaturan haid tetap perpegang pada prinsip mudah, rasional, efektif, efisien,
dan murah. Noretisteron sebagai salah satu jenis progestin dipilih karena mudah
didapat dan aman serta efektivitas yang tinggi dalam pengaturan haid. Telah menjadi
tanggung jawab para dokter ahli kebidanan dan kandungan untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi terutama mengenai pengaturan haid bagi para calon
jemaah haji wanita agar haid tidak menjadi halangan beribadah haji.
III. Penjelasan tentang obat
1. Primolut – N

 Indikasi Umum
Pendarahan disfungsional, amenore primer dan sekunder, sindrom pra-
menstruasi, mastopati siklik, pengaturan waktu menstruasi, endometriosis.
 Deskripsi
PRIMOLUT N merupakan obat dengan kandungan Norethisterone,
yang merupakan hormon progesteron. Obat ini digunakan untuk pendarahan
disfungsional, amenore primer dan sekunder, sindrom pra-menstruasi,
mastopati siklik, pengaturan waktu menstruasi, endometriosis. Dalam
penggunaan obat ini harus SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.
 Kategori = Kontrasepsi & Hormon
 Komposisi = Norethisterone 5 mg
 Dosis
a. Pendarahan disfungsional : 3 x per hari 1 tablet selama 10 hari, maksimal
30 hari.
b. Amenore primer dan sekunder : 1-2 x sehari 1 tablet selama 10 hari.
Untuk merangsang pendarahan siklus : 2 x sehari 1 tablet dimulai pada
hari ke 16 sampai dengan 25 dari siklus menstruasi.
c. Sindrom pra-menstruasi : 1 - 3 x sehari 1 tablet selama fase luteal dari
siklus.
d. Pengaturan Haid : 2-3 x sehari 1 tablet selama 10-14 hari dimulai 3 hari
sebelum menstruasi yang diharapkan.
e. Endometriosis : Dimulai pada hari 1 sampai dengan ke 5 dari siklus,
dengan dosis 2 x sehari 1 tablet. Pengobatan dapat dilanjutkan 4-6 bulan.
 Interaksi obat
a. Konsentrasi obat Primolut N (Norethisterone) dapat berkurang bila
digunakan dengan induser CYP450 (misalnya phenobarbital, phenytoin,
carbamazepine, rifampicin, rifabutin, nevirapine, efavirenz,
tetracyclines, ampicillin, oxacillin, cotrimoxazole) dan ritonavir,
nelfinavir (biasanya inhibitor CYP450 tetapi memiliki sifat induksi bila
digunakan dengan steroid hormon).
b. Dapat menyebabkan retensi cairan aditif jika digunakan dengan obat-obat
golongan NSAID, vasodilator.
c. Jika digunakan bersama dengan antidiabetik, hormon tiroid
dan antikoagulan mungkin diperlukan penyesuaian dosis.
d. Interaksi yang berpotensi fatal : Dapat meningkatkan konsentrasi
cyclosporine.
 Efek samping Primolut N
a. Efek samping yang umum biasanya selama 1 bulan setelah
dimulainya penggunaan obat dan umumnya hilang seiring waktu
pengobatan.
b. Efek samping saat digunakan dalam indikasi endometriosis,
termasuk perubahan pola perdarahan misalnya pendarahan tidak teratur
dan amenore dapat terjadi.
c. Efek samping lain yang telah dilaporkan pada penggunaan obat pereda
pendarahan dan penunda menstruasi ini adalah depresi mental, ikterus
kolestatik, porfiria,epilepsi, migrain, sakit kepala, ketidaknyamanan
payudara, pusing, mual dan muntah, perubahan libido, nafsu makan dan
berat badan, perubahan pola menstruasi, amenorrhoea, edema,
ruam, melasma atau cholasma, jerawat , urtikaria, LFTs abnormal,
perubahan mood, insomnia, trombolitik dan kejadian tromboemboli,
neuritis optik, dan perubahan profil lipid.
 Kontra Indikasi
Hipersensitif, hamil, menyusui, gangguann tromboembolik vena aktif,
pernah atau sedang menderita penyakit arteri & jantung, diabetes militus
dengan keterlibatan vaskuler, pernah atau sedang menderita penyakit hati
yang parah selama nilai fungsi hati belum kembali normal, pernah atau
sedang menderita tumor hati (ringan atau akut), diketahui atau diduga
menderita keganasan yang tergantung pada hormon seks.
 Hal-hal penting terkait obat Primolut N
a. Beritahukan kepada dokter jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap
Obat pencegah pendarahan dan penunda menstruasi ini atau obat-obat
lainnya. Gejala alergi misalnya ruam, gatal-gatal,
sesak napas, mengi, batuk, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan, atau tanda-tanda lainnya.
b. Sebelum menggunakan obat pereda pendarahan dan penunda haid ini,
pastikan Anda tidak menderita penyakit/kondisi-kondisi yang
dikontraindikasikan.
c. Tablet harus ditelan utuh dengan beberapa cairan.
d. Khasiat Primolut N dapat berkurang jika pasien tidak menggunakan obat
seperti yang diarahkan.
e. Jika Anda melupakan 1 dosis, segera minum tablet yang terlewatkan
terakhir segera setelah ingat dan kemudian melanjutkan asupan tablet
pada waktu yang biasa pada hari berikutnya.
f. Obat ini kontraindikasi untuk ibu hamil. Jika perlindungan kontrasepsi
diperlukan, metode kontrasepsi non hormonal tambahan harus digunakan.
g. Buang semua sisa obat Primolut N yang tidak terpakai saat kedaluwarsa
atau bila tidak lagi dibutuhkan. Jangan minum obat ini setelah tanggal
kedaluwarsa pada label telah berlalu. Obat yang sudah kedaluwarsa dapat
menyebabkan sindrom berbahaya yang mengakibatkan kerusakan pada
ginjal.
h. Gunakan obat Primolut N sesuai dengan aturan. Jangan minum obat ini
dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil atau lebih lama dari yang
dianjurkan.
i. Jangan berbagi obat dengan orang lain, meskipun mereka memiliki gejala
penyakit yang sama dengan Anda.
j. Simpan obat pada suhu ruangan. Hindarkan dari kelembaban dan panas.
k. Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih
besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu,
penggunaan obat Primolut N (Norethisterone) harus sesuai dengan yang
dianjurkan.
2. Becombion Forte



 Komposisi
Vitamin B1 15 mg, vitamin B2 15 mg, vitamin B3 50 mg, vitamin B5
25 mg, vitamin B6 10 mg, vitamin B12 10 mcg, D (+) biotin 0.15 mg.
 Indikasi = Memenuhi kebutuhan vitamin B kompleks.
 Dosis = 1 x sehari 1 tablet
 Cara Pemakaian
Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan. Dapat diberikan
bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada gastrointestinal.
 Cara Penyimpanan
Simpan pada tempat sejuk dan kering, serta terlindung dari cahaya.
 Efek Samping
Jarang sekali terjadi efek samping. Apabila Vitamin B kompleks ini
digunakan secara overdosis dapat ditandai dengan adanya gejala seperti :
pusing, sering buang air kecil, perubahan warna urin, tinja berwarna hitam,
sembelit, diare, sakit perut, mual, muntah, kemerahan pada kulit dan gatal-
gatal.
BAB III

PENYELESAIAN KASUS

Ibu Budi datang ke apotek membawa


resep dari dr. Sugeng, Sp.OG.Pasien bercerita
kalau beliau akan menjalani ibadah umroh
selama 10 hari. informasi apa yang harus
disampaikan kepada pasien mengenai pemakaian
obat yang diperolehnya.

SKENARIO
Apoteker : Selamat siang Ibu, ada yang bisa dibantu ?
Ibu : Siang mbak, saya mau menebus obat di resep ini (sambil menyerahkan
resep).
Apoteker : Baik Ibu, sebelumnya perkenalkan nama saya Nendika dan saya APJ
diapotek ini. Sebelumnya apakah ibu ada waktu 15 menit saja untuk saya
jelaskan terkait penggunaan obat yang ibu dapatkan?
Ibu : Oiya boleh mbak.
Apoteker : Baik kalau begitu, silahkan ikut saya ke ruang konseling dulu ya, Bu.
--Di ruang konseling— Silahkan duduk Ibu, tunggu sebentar ya saya akan
siapkan dulu obatnya.
Ibu : Iya mbak.
Apoteker : Apoteker datang membawa obat yang telah disiapkan. Ibu maaf
sebelumnya, apakah dokter sudah menjelaskan tentang obat yang Ibu
dapatkan?
Ibu : Tadi dokter bilang saya dapat obat untuk menunda haid sama itamin.
Soalnya saya mau pergi umroh mbak 10 hari.
Apoteker : Oh begitu Bu. Lalu apakah dokter sudah menjelaskan cara pemakaian
obatnya ?
Ibu : Belum mbak kalau itu.
Apoteker : Baik Bu. Apakah dokter sudah menjelaskan tentang harapan setelah minum
obat ?
Ibu : Yaa itu mbak biar saya haid nya ditunda dulu supaya tidak mengganggu
ibadah saya ketika umroh.
Apoteker : Oiya baik Bu kalau begitu. Benar sekali apa yang sudah Ibu jelaskan. Saya
akan menjeleskan lebih detail lagi ya Bu tentang obat yang ibu dapatkan. Jadi
ini yang pertama ibu mendapatkan obat Primolut N. Fungsi dari obat ini
adalah sebagai penunda haid. Cara meminum obat ini, hendaknya digunakan
3 sampai 7 hari sebelum menstruasi yang diperkirakan. Jadi, ibu harus tahu
kapan siklus haid Ibu sehingga ibu bisa memperkirakan kapan ibu akan haid
di bulan berikutnya. Obat ini diminum 3x sehari 1 tablet saja ya Bu.
Hendaknya diminum sesudah makan, minumnya usahakan di jam yang sama
setiap harinya. Setelah obat ini dihentikan, 2-3 hari kemudian akan terjadi
menstruasi. Efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan dari obat ini
adalah pusing, sakit kepala, migrain, mual, muntah, jerawat. Obat ini
maksimal digunakan 14 hari saja ya Bu, soalnya nanti kalau lebih dari 14 hari
akan terjadi pendarahan yang berlebihan.
Ibu : Sebentar mbak. Kan saya mau umroh tanggal 12 Oktober sampai 22
Oktober. Nah saya perkirakan saya akan menstruasi tanggal 15 Oktober,
siklus 28 hari, berarti saya minumnya tanggal 12 Oktober berarti mbak?
Apoteker : Iya Ibu benar sekali.
Ibu : Oalah begitu ya mbak. Terus mbak kalau saya lupa minum obatnya
gimana?
Apoteker : Usahakan jangan sampai terlupa ya bu. Kalau memang terlupa, jika Ibu
ingat langsung diminum saja. Tapi kalau ibu ingatnya pas sudah mendekati
waktu minum obat selanjutnya, tidak usah diminum double obat. Langsung
konsumsi 1 saja sesuai hari itu.
Ibu : Oh begitu ya mba, wah saya baru tahu ini mbak. Baru pertama soalnya.
Apoteker : Iya Bu. Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi Bu?
Ibu : Tidak mbak saya sudah paham.
Apoteker : Baik kalau begitu, saya lanjutkan dengan obat yang kedua ya Bu. Ini ada
obat namanya Becombion. Obat ini isinya vitamin B kompleks Bu. Obat ini
sebagai suplemen untuk memenuhi kebutuhan vitamin B kompleks agar
nantinya ketika ibu ibadah tidak gampang kecapekan dan selalu vit terus bu.
Nanti ini diminumnya 1 x sehari 1 tablet saja ya Bu. hendaknya diminum
sesudah makan ya Bu. Efek samping nya jarang terjadi Bu dan cenderung
ringan seperti mual dan muntah. Apabila Ibu meminumnya sesuai aturan,
efek samping tidak akan terjadi Bu.
Ibu : Oiya baik mbak.
Apoteker : Baik Bu, apakah Ibu sudah mengerti dengan apa yang sudah saya jelaskan?
Atau mungkin ada pertanyaan Bu ?
Ibu : Sepertinya sudah tidak ada mbak, saya sudah paham.
Apoteker : Baik Bu, jika Ibu sudah paham, boleh minta tolong diulang apa saja yang
sudah saya jelaskan tadi ?
Ibu : Jadi saya dapat obat 2. Yang 1 Primolut N, untuk penunda haidnya. cara
pakainya 3 x sehari 1 tablet sesudah makan. Dipakainya 3 hari sebelum
tanggal perkiraan menstruasi. Tidak boleh dipakai lebih dari 14 hari karena
akan menyebabkan pendarahan yang berlebihan. Jika terlupa minum obat,
segera minum setelah ingat,tapi jika ingatnya berdekatan dengan wkatu
minum obat berikutnya,abaikan saja. Jangan di double obat, cukup 1 saja.
Menstruasi akan terjadi ketika 2-3 hari setelah obat dihentikan. Terus yang ke
2 saya dapat Becombion, minumnya 1 x sehari 1 tab sesudah makan. Bener
kan mbak ?
Apoteker : Iya Ibu benar sekali. Oiya Bu, nanti obatnya disimpan di dalam tas biasa
atau kotak obat yang penting tempatnya kering, tidak lembab, dan terhindar
dari sinar matahari langsung ya Bu.
Ibu : Oiya baik mbak.
Apoteker : Iya Bu. Ada yang ingin ditanyakan lagi Bu ?
Ibu : Sudah mbak, tidak ada.
Apoteker : Baik Bu kalau begitu. Saya rasa Ibu sudah paham. Untuk pembayarannya
silahkan di kasir ya Bu nanti. Semoga ibadahnya lancar sampai selesai.
Terimakasih atas waktunya dan sudah datang ke Apotek kami.
Ibu : Baik mbak, terima kasih juga sudah melayani saya ya. Senang saya bisa
dilayani seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Baziad. 1998. Petunjuk Pemakaian Hormon Progesteron Untuk Penundaan Haid Selama

Menjalani Ibadah Haji. Jakarta : KSERI.

Astarto NW, Djuwantono D, Tjahyadi D. 2012. Menunda Haid dan Mengatasi Masalahnya

ketika Beribadah Haji dan Umrah. Step by Step Penanganan Kelainan Endokrinologi

reproduksi dan Fertilitas dalam Praktik sehari-hari. Jakarta : CV Sagung Seto.

Dahlan S, Sarjana. Kontroversi Pil Tunda Haid Selama Haji. 2007. Available at:

http://www.wordpress.com/2007.html

Rajuddin.2009. Ibadah Haji dan Upaya Mengatur Siklus Haid.Majalah Ilmiah Ukhuwah.

Universitas Al Wasliyah, Medan,Vol. 4 no 2 : 169-179.

https://www.honestdocs.id/primolut-n, diakses tanggal 20 Oktober 2019, jam 19.20.

Anda mungkin juga menyukai