Anda di halaman 1dari 10

AMOXICILLIN

1. Farmakodinamik
Amoxicillin adalah moderate-spectrum antibiotic yang active terhadapt banyak bakteri
gram-positif dan beberapa organisme gram-negatif. Obat ini biasanya menjadi pilihan
karena dapat diabsorbsi dengan lebih baik lewat administrasi oral dibandingkan dengan
beta-lactam antibiotics lainnya. Amoxicillin dapat di berikan bersama dengan clavulanic
acid, untuk meningkatkan spektrumnya terhadap organism gram-negative.
2. Farmakokinetik
i. Absorbsi
Amoxicillin tidak terpengaruhi oleh asam lambung, dan akan terserap dengan
cepat setelah administrasi secara oral.
Kapsul Amoxicillin dengan dosis 250mg yang diadministrasikan secara oral, akan
mencapai konsentrasi puncak dalam darah (Cmax) dalam 1 sampai dua jam, sebesar
3.5 mcg/mL sampai 5.0 mcg/mL, sementara dosis 500 mg akan mencapai konsentrasi
puncak dalam 1 sampai 2 jam, sebesar 5,5 mcg/mL sampai 7,5 mcg/mL.
Suspensi Amoxicillin dengan dosis 125 mg/5mL yang diadministrasikan secara
oral akan mencapai Cmax dalam 1 sampai 2 jam sebesar 1.5 mcg/mL sampai 3.0
mcg/mL. Sedangkan suspensi Amoxicillin dengan dosis 250 mg/5mL yang
diadministrasikan secara oral, akan mencapai Cmax dalam 1 sampai 2 jam, sebesar
3.5 sampai 5.0 mcg/mL.
Dibawah ini adalah table yang menunjukan AUC dan Cmax dari amoxicillin
sediaan suspensi oral dengan dosis 400mg/5mL dan sediaan tablet kunyah dengan
dosis 400mg.
ii. Distribusi
Amoxicillin akan berdifusi ke sebagian besar jaringan dan cairan dalam tubuh,
terkecuali otak, dan cairan cerebrospinal. Namun amoxicillin dapat masuk ke otak
atau cairan cerebrospinal saat ada inflamasi pada meningens. Dalam serum darah,
amoxicillin kira-kira 20% terikat dengan protein.
iii. Metabolisme dan Ekskresi
Waktu paruh dari Amoxicillin adalah 61.3 menit. Kurang lebih 60% dari dosis
amoxicillin yang diadministrasikan secara oral akan di ekskresikan dengan urin dalam
6 sampai 8 jam. Level konsentrasi Amoxicillin dalam serum dapat diobservasi sampai
8 jam setelah di administrasikan secara oral. Karena sebagian besar dari amoxicillin
di ekskresikan tanpa diubah di dalam urin, waktu ekskresi ini dapat ditunda dengan
administrasi bersamaan dengan probenecid
3. Penggunaan pada pasien Geriatri
Amoxicillin telah diketahui di ekskresikan dalam jumlah besar lewat ginjal, dan
resiko reaksi toxic dari obat ini akan meningkat pada pasien dengan penurunan fungsi
ginjal. Karena pasien geriatric lebih mungkin memiliki penurunan fungsi ginjal, maka
pemilihan dosis harus lebih diperhatikan, dan sebaiknya dilakukan monitoring fungsi
ginjal.
4. Efek Samping
Efek samping yang paling sering (>1%) di temukan pada kapsul, tablet, atau
suspensi oral dari Amoxicillin adalah diare, ruam, mual dan muntah. Dapat juga terjadi
reaksi anafilaksis dan CDAD.
Reaksi anafilaksis lebih sering ditemukan dengan terapi parenteral, namun dapat
juga ditemukan pada penicillin oral. Reaksi ini lebih mungkin terjadi pada individu
dengan riwaya hipersensitivitas terhadap penicillin dan/atau riwayat sensitivitas terhadap
beberapa allergen. Sebelum diberikan terapi dengan Amoxicillin, sebaiknya gali
informasi mendalam mengenai riwayat hipersensitivitas terhadap obat-obat penicillin,
cephalosporins atau allergen lainnya.
Clostridium difficile associated diarrhea (CDAD) telah ditemukan dengan
penggunaan hampir semua obat antibakteri termasuk Amoxicillin, dan dapat bervariasi
tingkat keparahannya, dari diare ringan sampai colitis fatal. Hal ini terjadi karena terapi
dengan agen antibakteri mengubah flora normal di dalam colon yang kemudian
menyebabkan peningkatan pertumbuhan dari C. difficile. Penggalian informasi secara
hati-hati diperlukam karena CDAD dapat terjadi diatas 2 bulan setelah administrasi dari
agen antibakteri. Jika CDAD dicurigai, atau didapati, penggunaan antibiotic yang tidak di
berikan untuk C.difficile mungkin harus dihentikan. Pengendalian cairan dan elektrolit,
suplementasi protein, terapi antibiotic untuk C. difficile, dan tindakan operasi mungkin
harus dilakukan sesuai dengan indikasi klinis.
5. Interaksi Obat
i. Probenecid
Probenecid mengurangi sekresi amoxicillin pada tubulus renalis. Penggunaan
amoxicillin dan probenecid secara bersamaan dapat meningkatkan dan
memperpanjang konsentrasi amoxicillin dalam darah
ii. Antikoagulan Oral
Peningkatan abnormal dari Prothrombin time (meningkatnya INR) biasanya
ditemukan pada pasien yang menerima amoxicillin dan antikoagulan oral.
Monitoring harus dilakukan saat antikoagulan sedang dikonsumsi pasien.
Perubahan dosis antikoagulan oral mungkin dibutuhkan untuk mencapai tingkat
koagulasi yang adekuat
iii. Allopurinol
Pemberian allopurinol dan amoxicillin yang bersamaan meningkatkan
kemungkinan munculnya ruam jika dibandingkan dengan pasien yang diberikan
amoxicillin saja. Tidak diketahui dengan pasti apakah peningkatan resiko ini
berhubungan dengan allopurinol atau hiperurisemia pada pasien.
iv. Kontrasepsi Oral
Amoxicillin dapat mempengaruhi flora pada lambung, yang dapat menyebabkan
reabsorbsi esterogen menurun, dan berkurangnya kemanjuran dari kontrasepsi
oral kombinasi (esterogen/progesterone)
v. Antibacterial lainnya
Chloramphenicol, macrolides, sulfonamides dan tetracyclines dapat mengganggu
efek bactericidal dari penicillin. Hal ini telah di demonstrasikan secara in vitro,
namun belum terdokumentasikan dengan baik.
vi. Efek Terhadap Pemeriksaan Lab
Urin dengan konsentrasi ampicillin yang tinggi dapat menyebabkan reaksi false-
positive dalam pemeriksaan glukosa menggunakan CLINITEST, Benedict’s
Solution atau Fehling’s Solution. Karena efek ini mungkin dapat juga terjadi pada
amoxicillin, direkomendasikan untuk melakukan test glukosa menggunakan
reaksi enzymatic glucose oxidase (cth. CLINISTIX)

Sumber

1. FDA (U.S Food and Drug Administration)


(https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2015/50542s02950754s01950760
s01950761s016lbl.pdf)
CIPROFLOXACIN

1. Farmakodinamik
Ciprofloxacin bekerja dengan cara mempengaruhi enzim DNA gyrase pada bakteri. Obat ini
menghambat sintesis DNA bakteri melalui penghambatan topoisomerase II (DNA gyrase)
dan topoisomerase IV bakteri. Inhibisi dari DNA girase akan mencegah relaksasi DNA
supercoiled positif yang diperlukan untuk transkripsi dan replikasi normal. Ciprofloxacin
aktif terhadap bakteri gram positif dan negative namun memiliki aktivitas yang sangat baik
terhadap gram negative termasuk Salmonellam Shigellam Camplybacter, Neisseria, dan
Pseudomonas.Pada gram positif obat ini memiliki aktivitas yang sedang.
2. Farmakokinetik
Fluorokuinolon pada pemberian secara per oral diserap secara baik (bioavailibilitas 80-95%)
dan terdistribusi secara luas dalam cairan tubuh serta jaringan. Waktu paruh untuk
ciprofloxacin adalah 3-5 am dengan kadar puncak serum 2,4µg/ml. kadar serum pada
pemberian oral sama dengan kadar serum pada pemberian intravena, namun pada pemberian
oral efeknya berkurang bila diberikan bersama antasida/zat nesi. Jangan minum antasida;
suplemen dengan kalsium, magnesium, aluminium, atau zat besi; atau multivitamin 6 jam
sebelum atau 2 jam setelah minum ciprofloxacin. Tablet ciprofloxacin dapat dikonsumsi
bersama makanan atau dalam keadaan perut kosong. Harus diperhatikan pada pasien
dengan gangguan ginjal.
i. Absorbsi
Ciprofloxacin diberikan sebagai tablet oral dengan cepat dan diserap dengan baik dari
saluran pencernaan setelah pemberian oral. Bioavailibilitas obat ini kira-kira 70%
tanpa kehilangan substansial oleh metabolisme first pass. Konsentrasi serum
maksimum Ciprofloxacin dan area di bawah kurva ditunjukkan pada grafik untuk
kisaran dosis 250 mg hingga 1000 mg.
Maksimum konsentrasi serum mencapai 1-2 jam setelah dosis oral. Rata-rata
konsentrasi yang dicapai 12 jam setelah dengan dosis 250,500, atau 750 mg berturut-
turut yaitu 0.1, 0.2, dan 0.4 mcg/mL. waktu paruh eliminasi serum pada pasien
dengan fungsi ginjal normal adalah sekitar 4 jam. Konsentrasi serum meningkat
seimbang dengan dosis hingga 1000 mg.
Dosis oral 500 mg yang diberikan setiap 12 jam telah terbukti menghasilkan area di
bawah kurva waktu konsentrasi serum (Area Under the Curve) yang setara dengan
yang dihasilkan oleh infus 400 mg ciprofloxacin intravena yang diberikan selama 60
menit setiap 12 jam. Dosis oral 750 mg yang diberikan setiap 12 jam telah terbukti
menghasilkan AUC pada kondisi tetap yang setara dengan yang dihasilkan infus
intravena 400 mg yang diberikan lebih dari 60 menit setiap 8 jam. Dosia oral 750 mg
menghasilkan Cmax yang hampir sama dengan 400 mg IV. Dosis oral 250 mg yang
diberikan setiap 12 jam menghasilkan AUC yang setara dengan yang dihasilkan
dengan infus 200 mg ciprofloxacin yang diberikan setiap 12 jam.
ii. Distribusi
Pengikatan ciprofloxacin terhadap protein serum adalah 20-40% yang
memungkinkan tidak cukup tinggi untuk menyebabkan interaksi pengikatan protein
yang signifikan dengan obat lain. Setelah pemberian secara oral, ciprofloxacin
didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh. Konsentrasi jaringan seringkali melebihi
konsentrasi serum. Ciprofloxacin dalam bentuk aktif dalam saliva, sekresi hidung,
dan bronkial, mukosa sinus, dahak, cairan blister kulit, getah bening, cairan
peritoneum, empedu, dan sekresi prostat. Ciprofloxacin juga terdapat di paru-paru,
kulit, lemak, otot, tulang rawan, dan tulang. Obat berdifusi ke dalam cairan
serebrospinal (CSF), namun konsentrasi CSF umumnya kurang dari 10% dari
konsentrasi serum puncak.
iii. Metabolisme dan ekskresi
Waktu paruh eliminasi serum pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah sekitar
4 jam. Sekitar 40 hingga 50% dari dosis yang diberikan secara oral diekskresikan
dalam urin sebagai obat yang tidak berubah. Setelah dosis oral 250 mg, konsentrasi
ciprofloxacin dalam urin biasanya melebihi 200 mcg / mL selama dua jam pertama
dan sekitar 30 mcg / mL pada 8 hingga 12 jam setelah pemberian dosis. Ekskresi
ciprofloxacin dalam urin hampir lengkap dalam 24 jam setelah pemberian dosis.
Ciprofloxacin, yaitu sekitar 300 mL / menit, melebihi laju filtrasi glomerulus normal
sebesar 120 mL / menit. Dengan demikian, sekresi tubular aktif tampaknya akan
memainkan peran penting dalam eliminasi. Pemberian bersama probenecid dengan
ciprofloxacin menghasilkan penurunan sekitar 50% dalam pembersihan ginjal
ciprofloxacin dan peningkatan konsentrasi 50% dalam sirkulasi sistemik.
Walaupun konsentrasi empedu ciprofloxacin beberapa kali lipat lebih tinggi dari
konsentrasi serum setelah pemberian oral, hanya sedikit dosis yang diberikan yang
diambil dari empedu sebagai obat yang tidak berubah. Tambahan 1 hingga 2% dari
dosis diperoleh dari empedu dalam bentuk metabolit. Sekitar 20 hingga 35% dari
dosis oral diambil dari tinja dalam waktu 5 hari setelah pemberian dosis. Ini mungkin
timbul dari pembersihan bilier atau eliminasi transintestinal.
Dengan pemberian oral, dosis 500 mg, diberikan sebagai 10 ml suspense cipro 5%
(mengandung 250 mg ciprofloxacin / 5ml) adalah bioekuivalen dengan tablet 500
mg. 10 ml volume Suspensi CIPRO 5% (mengandung 250 mg siprofloksasin / 5 ml)
adalah bioekivalen dengan volume 5 ml Suspensi CIPRO 10% (mengandung 500 mg
siprofloksasin / 5 ml).
3. Efek pada Pasien Geriatri
Pasien geriatri berada dalam resiko tinggi dari kelainan tendon, termasuk ruptur tendon
ketika sedang diobati dengan floroquionolone seperti siprofloksasin. Resiko ini semakin
menikan dengan pasien yang menerima pengobatan bersama kortikosteroid. Tendinitis atau
ruptur tendon dapat terjadi di achilles, tangan, bahu, atau tempat tendon yang lain dan dapat
terjadi sebelum atau sesudah diselesaikan terapi. Kasus yang dilaporkan terjadi beberapa
bulan seterlah pengobatan dengan fluoroquinolone.
Siprofloksasin diketahui secara substansial dikeluarkan oleh ginjal, dan resiko reaksi yang
berlawanan lebih besar pada pasien dengan fungsi renal yang terganggu. Ketika pasien
geriatri mengalai penurunan fungsi renal dilihat dari umurnya, perawatan serta dosis harus
lebih diperhatikan untuk orang tua dan terus melakukan monitori fungsi renal.
Pada umumnya, orang tua lebih retan terdapat efek yang ditimbulkan obat terhadap interval
QT, dimana interval QT dapat memanjang, apabila digunakan siprofloxacin bersamaan
dengan obat lain.
4. Efek samping
a. Mual, muntah, diare (colitis akibat antibiotic), sakit perut, sakit kepala, pusing,
gangguan tidur, ruam, pruritus, anafilaksis, fotosensitivitas, peningkatan ureum dan
kreatinin serum, gangguan fungsi hati sementara, atralgia, myalgia, gangguan darah
(eosinophilia, leukopenia, trombositopenia, dan gangguan kadar protrombin).
b. Dari kasus-kasus yang telah dilaporkan, resiko efek samping tendonitis tidak segera
hilang meskipun penggunaan Siprofloksasin dihentikan. Efek samping pada tendon
dapat terjadi sampai beberapa bulan setelah pengobatan dihentikan.
c. Pada saluran cerna dapat terjadi mual, diare, muntah, gangguan pencernaan,
dyspepsia, nyeri abdomen, flatulensi, anoreksia, dispagia.
d. Pada sistem saraf dapat terjadi pusing, sakit kepala, rasa letih, insomnia, agitasi,
tremor. Sangat jarang terjadi : paralgesia perifer, berkeringat, kejang, anxietas, mimpi
buruk, konfusi, depresi, halusinasi, gangguan pengecapan dan penciuman, gangguan
penglihatan (misal penglihatan ganda, warna-warni). Reaksi kadang-kadang timbul
setelah pemberian Siprofloksasin untuk pertama kalinya. Dalam hal ini
Siprofloksasin harus segera dihentikan dan segera konsultasi pada dokter.
e. Dapat juga terjadi reaksi hipersensitifitas.
f. Pada kulit terjadi terjadi reaksi kulit seperti drug eruption, urtikaria, makulaeritema,
Steven Johnson Syndrome, kemerahan pada kulit, pruritus, drug fever. Reaksi
anafilaktik/anafilaktoid (seperti edema pada wajah, vaskuler dan larynx, dispnea yang
bertambah berat sehingga terjadi syok yang mengancam jiwa). Dalam hal ini
Siprofloksasin segera di stop, tindakan kedaruratan medis (misal mengalami syok)
harus segera dilakukan. Hemoragia punklata (petechiae), pembentukan blister disertai
perdarahan kulit (bullae haemorrhagica) dan nodulus-nodulus kecil (papula) disertai
pembentukan krusta yang menunjukkan adanya kelainan vaskuler (vaskulitis),
sindroma Steven-Johnson
g. Efek terhadap renal/urogenital dapat terjadi nefritis interstisial, gagal ginjal, termasuk
gagal ginjal yang transient, polyuria, retensi urine, perdarahan urethal, vaginitis dan
acidosis.
h. Efek terhadap hati dapat berupa Hepatitis, sangat jarang : kelainan hati yang luas
seperti nekrosis hati.
i. Efek terhadap system kardiovaskuler, jarang terjadi takikardia, palpitasi, atrial flutter,
ventricular ectopi, sinkope, hipertensi, angina pectoris, infark myocardial,
cardiopulmonary arrest, cerebral thrombosis, wajah merah dan panas, migren,
pingsan.
j. Efek samping lain yang jarang terjadi adalah nyeri sendi, lemas seluruh tubuh, nyeri
otot, tendovaginitas, fotosensitivitas ringan, tinnitus, gangguan pendengaran terutama
untuk frekuensi tinggi, epistaksis, larynghial atau pulmonary edema, hemoptysis,
dyspenia, bronchospasm, pulmonary ebolism.
k. Efek pada darah dapat berupa Eosinofilia, leukositopenia, leukositosis, anemia
granulositopenia, namun sangat jarang terjadi : trombositopenia, trombositosis,
kelainan protombin.
l. Efek pada nilai laboratorium/deposit urine adalah kadar transaminase dan alkali
fosfatase dalam darah mungkin meningkat untuk sementara; ikterus kolestatik dapat
terjadi terutama pada pasien yang pernah mengalami kelainan; peningkatan kadar
urea, kreatinin dan bilirubin darah secara transien; hiperglikemia;
Kalau terjadi diare berat atau persisten selama atau sesudah pengobatan, segera kosultasikan
pada dokter karena gejala tersebut mungkin menutupi kelainan yang lebih serius (colitis
pseudomembran) yang memerlukan tindakan segera. Kalau ini terjadi, pemberian
Siprofloksasin harus segera dihentikan dan diganti dengan obat lain yang lebih sesuai
(misalnya Vancomycin per oral 4 x 250 mg sehari). Obat-obat yang menghambat peristaltik
merupakan kontra indikasi.
5. Interaksi Obat
 Pemberian Siprofloksasin bersama Teofilin dapat meningkatkan kadar Teofilin dalam
plasma sehingga dapat menimbulkan efek samping Teofilin. Apabila kombinasi ini
tidak dapat dihindarkan, kadar Teofilin dalam plasma harus dimonitor dan dosis
Teofilin harus dikurangi. Jika kadar Teofilin tidak dapat dimonitor, pemberian
Siprofloksasin harus dihindari.
 Kenaikan kadar kreatinin serum untuk sementara terlihat pada pemberian
Siprofloksasin bersama Cyclosporin. Dalam hal ini, kadar kreatinin serum harus
sering dipantau (dua kali seminggu).
 Harus dipertimbangkan kemungkinan terjadinya interaksi pada pemberian
Siprofloksasin bersama Probenesid.
 Pemberian bersama Siprofloksasin dengan anti-koagulan oral dapat memperpanjang
waktu pendarahan.
 Pemberian bersama Metoklopramid mempercepat absorbsi Siprofloksasin
6. Indikasi dan Kontraindikasi
 Indikasi:
Untuk pengobatan infeksi berat pasien rawat inap rumah sakit yang tidak bias diberi
Siprofloksasin oral atau pemberian oral tidak tepat. Infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang sensitive terhadap siprofloksasin pada :
 Infeksi saluran kemih termasuk prostatitis.
 Uretritis dan servisitis gonorrhea.
 Infeksi saluran cerna, demam tifoid yang disebabkan oleh S. typhi.
 Infeksi saluran nafas, kecuali pneumonia akibat Streptococcus.
 Infeksi kulit dan jaringan lunak.
 Infeksi tulang dan sendi.
 KontraIndikasi
Hipersensitif terhadap ciprofloxacin atau antibiotic derivate quinolone lainnya,
wanita hamil dan menyusui, anak< 18 tahun.

Sumber : FDA (U.S Food and Drug Administration)

(https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2016/019537s086lbl.pdf)

Anda mungkin juga menyukai