Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interaksi Obat dan Makanan
Disusun Oleh :
TAHUN 2020/2021
Jl. Ganesha Raya No.I, Purwosari, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah
59316
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan saya kelancaran dan
pemahaman dalam menulis makalah “Interaksi Obat Dengan Makanan Yang Digunakan Ibu
Hamil Dan Menyusui” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
individu mata kuliah Interaksi Obat dan Makanan semester 3 pada program studi Gizi. Saya
harap makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang Interaksi Obat Dengan
Makanan Yang Digunakan Ibu Hamil Dan Menyusui.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bu Apt. Eko Retnowati, M.Si., M.Farm selaku dosen
pengampu mata kuliah Interaksi Obat dan Makanan . Dan rekan-rekan yang mengikuti mata
kuliah Interaksi Obat dan Makanan . Juga saya mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak
yang membantu saya dalam menulis makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan.
Aisyah Khoirunnisaa
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
2.1 Interaksi Obat dan Makanan Pada Ibu Hamil dan Menyusui ................................. 2
2.2 Kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu hamil dari FDA................. 3
2.3 Beberapa obat yang dapat digunakan pada masa kehamilan................................... 4
2.4 Kategori penggunaan obat bagi ibu menyusui......................................................... 5
2.5 Tips Bagi Ibu Hamil dan menyusui dalam penggunaan Obat................................. 5
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Interaksi Obat dan Makanan Pada Ibu Hamil dan Menyusui
Profil penggunaan obat selama masa kehamilan dan menyusui terkait keamanan juga
dilihat dari ketepatan indikasi dan dosis. Ibu menyusui yang melakukan swamedikasi
dikatakan tepat apabila memenuhi kriteria obat yang rasional yaitu tepat indikasi dan
tepat dosis (WHO, 2017). Selama masa kehamilan dan menyusui penggunaan obat harus
mempertimbangkan manfaat yang lebih besar daripada resiko (Pernia and DeMaagd,
2016).
Dapat diketahui bahwa ibu hamil tidak ada yang melakukan swamedikasi atau
membeli obat sendiri tanpa resep dokter selama masa kehamilan. Berdasarkan hasil
survei, obat-obatan yang diperoleh ibu hamil melalui tenaga kesehatan seperti dokter,
apoteker dan bidan merupakan tindakan yang tepat karena pada masa kehamilan
penggunaan obat harus selalu berada pada pengawasan tenaga kesehatan untuk mencegah
efek samping yang membahayakan janin (Depkes RI, 2006).
Swamedikasi dapat dilakukan oleh ibu hamil dan menyusui saat memperoleh obat di
apotek. Apoteker akan memberikan edukasi kepada ibu hamil dan menyusui yang
memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau
obat bebas terbatas yang sesuai (Permenkes RI, 2014). Pada umumnya, kadar puncak
obat di ASI adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu meminum obat. Hal ini mungkin dapat
membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu
menyusui tetap harus meminum obat yang potensial berbahaya terhadap bayinya maka
untuk sementara ASI tidak diberikan. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat
dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh
obat (Maya, 2013).
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang mempengaruhi
farmakokinetika obat. Perubahan fisiologi tersebut misalnya perubahan volume cairan
tubuh yang dapat menyebabkan penurunan kadar puncak obat-obat di serum, terutama
obat-obat yang terdistribusi di air dan obat dengan volume distribusi yang rendah
(Yunita, 2019).
2.2 Kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu hamil dari FDA (Food Drug
Administration)
Kategori A
Aman untuk janin seperti vitamin C asam folat, vit B6, parasetamol, zinc, dan
sebagainya.
Kategori B
Cukup aman untuk janin seperti amoksisilin, ampisilin, azitromisin, bisakodil,
cefadroksil, cefepim, cefixim, cefotaxim, ceftriaxon, cetirizin, klopidogrel,
eritromisin, ibuprofen, insulinlansoprazol, loratadin, me penem, metformin,
metildopa, metronidazol, dan sebagainya.
Kategori C
Dapat beresiko, digunakan jika perlu. Obat dianjurkan hanya jika manfaat yang
diperoleh oleh ibu atau janin melebihi resiko yang mungkin tim bul pada janin.
Contohnya albendazol, allopurinol, aspirin, amitriptilin, kalsitriol, kalsium laktat,
kloramfe nikol, ciprofloksasin, klonidin, kotrimoksazol, codein + parasetamol
dektrometorfan, digoksin, enalapril, efedrin, flukonazol dan sebagainya.
Kategori D
Ada bukti positif dari resiko, digunakan jika darurat. Pengunaan obat diperlukan
untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat
yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan. Contohnya alprazolam,
amikasin, amiodaron, carbamazepin, klordiaz epoksid, diazepam, kanamisin,
fenitoin, asam valproat, dan sebagainya.
Kategori X
Kontraindikasi dan sangat berbahaya bagi janin, conhnya (amlodipi atorvastatin),
atorvastatin, (kafein + ergotamin), (desogestrel + etinil es tradiol), ergometrin,
estradol, miso prostol, oksitosin, simvastatin, warfarin.
Pereda Nyeri dan Demam: Obat parasetamol termasuk obat yang aman mengatasi
nyeri atau demam, untuk sakit kepala, lain dengan mengkonsumsi parasetamol juga
bisa diatasi dengan kompres dingin dan beristirahat. Untuk demam, bisa dibantu
mengatasinya dengan kompres air hangat.
Batuk Pilek : Obat batuk pilek yang banyak dijual bebas biasanya berupa kombinasi
sebaiknya dihindari pada saat hamil.
Dekongestan adalah obat yang berfungsi mengatasi hidung tersumbat seperti
phenylephrine dan pseudoe fedrin. Pada saat hamil harus dihindari penggunaan
dekongestan oral (minum). Ibu hamil yang membutuhkan dekongestan sebaiknya
disarankan menggunakan semprot (spray). Obat dekongestan semprot lebih aman
karena mekanisme kerja secara lokal di area hidung, dosis rendah serta paparan obat
dengan tubuh lebih singkat, seperti penggunaan tetes hidung saline.
Obat batuk pada ibu hamil pili pertama adalah dektrometorphan (untuk mengatasi
batuk kering), un tuk batuk berdahak bisa menggunakan asetilsistein. Hindari
sediaan obat batuk yang mengandung alkohol. Selain obat, bisa mengkonsumsi air
lemon, maupun air madu.
Sembelit dan Diare: Bisa menggunakan obat laksatif atau metilselulosa.
Sementara untuk diare, bisa menggunakan obat loperamid. Untuk menggantikan
cairan elektrolit tubuh yang hilang bisa diganti dengan oralit. Sembelit juga bisa
diatasi dengan konsumsi makanan tinggi serat dan cukup cairan. Olahraga ringan,
seperti berenang atau jalan kaki, dapat membantu mengatasi sembelit karena dapat
meningkatkan sirkulasi yang dapat merangsang sistem pencernaan.
Alergi: Bagi ibu hamil yang mengalami alergi bisa menggunakan obat cetirizin yang
aman bagi ibu hamil.
2.4 Kategori penggunaan obat bagi ibu menyusui
L1: Paling aman, contohnya parasetamol, ibuprofen, loratadin
L2: Aman, contohnya cetirizin, dimenhidrinat, guaiafenesin.
L3: Cukup aman,contohnya pseudoefedrin, lorazepam, aspirin
L4: Kemungkinan berbahaya, contohnya kloramfenikol, sibutramin
L5: Kontraindikasi, contohnya amiodarone
2.5 Tips Bagi Ibu Hamil dan menyusui dalam penggunaan Obat
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari, jika pengobatan memang
diperlukan, perbandingan manfaat/resiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun
bayinya. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial berbahaya
terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan. ASI dapat diberikan
kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan
setelah 5 kali waktu paruh obat.
Mengingat beberapa jenis obat dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada
wanita hamil perlu hati-hati. Selama trisemester pertama, obat dapat menyebabkan cacat
lahir (teratogenesis), dan resiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama
trisemester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
secara fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta.
DAFTAR PUSTAKA
Briggs, G.G., Freeman, R.K., and Yaffe, S.J., 2002. Drugs in Pregnancy and Lactation. 6 th Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, p.10.
Depkes RI, 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Kemenkes RI, 2016. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Maya. 2019. Makalah Farmakologi Kehamilan. Sahabat Sejati Mayah: Makalah Farmakologi
Kehamilan. Pada 07 Oktober 2021.
Pernia, S., and DeMaagd, G., 2016. The New Pregnancy and Lactation Labeling Rule. Pharmacy
& Therapeutics, Vol. 41 No.11, p. 715.
Permenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Sitanggang, B., and Nasution, S.S., 2012. Faktor-Faktor Status Kesehatan pada Ibu Hamil. Jurnal
Keperawatan Klinis, Vol. 4 No. 1, p. 2.
Suffiana, Yunita. 2019. Pemberian Obat Pada Ibu Hamil Dan Menyusui. Pemberian Obat Pada
Ibu Hamil Dan Menyusui – Tabloid RSUDZA LAM HABA (acehprov.go.id). Pada 07 Oktober
2021.
Sachdeva, P., Patel, B.G., and Patel, B.K., 2009. Drug Use in Pregnancy: a Point to Ponder.
Indian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 71 No.1, p. 1-7.
World Health Organization. 2017. Rational Use of Medicines: Activities. Diakses dari
(http://who.int/medicines/areas/rational use/rudactivities/en/).