Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FARMASI KLINIK

APLIKASI MEDIKASI PADA KONDIS HAMIL DAN MENYUSUI

DISUSUN OLEH :

Nama : Andika Putra Pamera

NIM : 420033

DOSEN PENGAMPU :

apt. Rissa Maharani Dewi, M.Farm

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES TELOGOREJO SEMARANG TA 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan yang maha esa hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah “Penggunaan Obat pada Ibu Hamil dan Menyusui” Penulis ingin
mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan oleh Dosen kami,
yaitu Ibu apt. Rissa Maharani Dewi, M.Farm. Bimbingan dan pengetahuan yang diberikan oleh
beliau sangat berharga dalam mengembangkan pemahaman kami tentang topik yang kompleks
ini.

Dalam makalah ini, Penulis berupaya untuk menyajikan informasi yang sesuai dan
relevan mengenai penggunaan obat-obatan pada ibu hamil dan menyusui. Kami mengacu pada
berbagai jurnal ilmiah terpercaya dan sumber-sumber terkini untuk mendukung informasi yang
disajikan.

Harapan kami, makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
implikasi dan pertimbangan yang terkait dengan penggunaan obat pada ibu hamil dan
menyusui. Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi
pembaca dan menjadi kontribusi kecil kami dalam bidang kesehatan.

Semarang,23 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

BAB I ........................................................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4

1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 4

1.3 Manfaat ........................................................................................................................... 4

BAB II ....................................................................................................................................... 5

2.1 Penggunaan Obat Pada Masa Kehamilan ....................................................................... 5

2.2 Beberapa Obat Sering Digunakan Kepada Ibu hamil dan Menyusui ............................. 5

2.3 Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat Pada Ibu Hamil dan Menyusui .................. 5

2.4 Obat yang Berpengaruh pada Janin dan Neonatus .......................................................... 6

2.5 Kategori Obat pada Ibu Hamil (Pregnancy Categorie) .................................................. 7

2.6 Penggunaan Obat Terapetik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya Pada Janin ............... 8

2.7 Pemberian Obat pada Ibu Menyusui ............................................................................... 9

2.8 Efek Samping Obat Terhadap Perkembangan Janin ..................................................... 10

2.9 Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian ............................................................ 11

BAB III .................................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat-obatan oleh ibu hamil dan menyusui merupakan isu yang kompleks
karena pengaruhnya terhadap kesehatan janin atau bayi yang sedang disusui. Keputusan
penggunaan obat harus mempertimbangkan manfaat potensial bagi ibu dan risiko terhadap
janin atau bayi. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan termasuk kelompok kategori
kehamilan FDA, informasi keamanan obat, dan konsultasi dengan profesional kesehatan yang
berpengalaman.

Menurut Smith et al. (2018) menunjukkan bahwa penggunaan obat selama kehamilan
dapat memiliki implikasi penting. Mereka menemukan bahwa ada variasi dalam penggunaan
obat-obatan di antara ibu hamil dan bahwa penilaian risiko dan manfaat individual harus
dipertimbangkan dengan cermat. Dari penelitian Brown et al. (2019) membahas panduan
keamanan dan pernyataan konsensus terkait penggunaan obat selama kehamilan dan menyusui.
Mereka menekankan pentingnya melakukan penilaian risiko secara individu dan berkonsultasi
dengan profesional kesehatan yang berpengalaman dalam membuat keputusan penggunaan
obat.

1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas farmasi Klinik

2. Meningkatkan pengetahuan kesesuaian pemberian obat pada ibu hamil dan menyusui

3. Untuk mengetahui obat-obatan yang bisa digunakan pada ibu hamil dan menyusui

1.3 Manfaat

1. Dapat mengetahui dasar-dasar pemberian obat pada ibu hamil dan menyusui

2. Dapat mempelajari lebih lanjut obat-obatan yang aman untuk ibu hamil dan
perkembangan janin

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penggunaan Obat Pada Masa Kehamilan

Kehamilan adalah fenomena fisiologis yang dimulai saat pembuahan dan berakhir saat
melahirkan (Hayes, 2012). Tiga periode berdasarkan lama kehamilan, yaitu trimester
pertama kehamilan 0-12 minggu, trimester kedua kehamilan 12-28 minggu, trimester ketiga
28-40 minggu. Penggunaan obat bebas dan resep harus dipertimbangkan selama kehamilan
hingga periode pascapersalinan. Penggunaan fisiologis ibu selama kehamilan
mempengaruhi fungsi dan aplikasi obat. Ini termasuk efek hormon steroid yang bersirkulasi
pada metabolisme obat hepatik, eliminasi obat ginjal yang lebih cepat karena peningkatan
filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal, pengenceran obat karena peningkatan aliran darah
ibu dan perubahan klirens. penurunan konsentrasi serum dan konsentrasi jaringan obat,
sehingga obat yang diresepkan secara terapeutik tidak dapat diberikan dalam dosis yang
lebih rendah. Dalam petunjuk pemberian obat selama kehamilan, perlu diperhatikan bahwa
manfaat pemberian jauh lebih besar daripada risiko jangka pendek atau jangka panjang bagi
ibu dan janin. Pemilihan dan pemantauan obat yang hati-hati diperlukan untuk
mempertahankan dosis efektif terendah dalam interval pendek, dengan mempertimbangkan
perubahan yang (Fariz, 2013).

2.2 Beberapa Obat Sering Digunakan Kepada Ibu hamil dan Menyusui
Azithromycin dapat digunakan dengan aman selama kehamilan dan menyusui, karena
obat ini memiliki profil keamanan yang baik dan tidak terkait dengan risiko teratogenik atau
efek negatif pada bayi yang sedang disusui" (Wang et al., 2018). Kemudian ada Sertraline
merupakan salah satu pilihan obat antidepresan yang relatif aman dan dapat digunakan
selama kehamilan dan menyusui. Namun, perlu dilakukan pemantauan terhadap efek pada
bayi yang sedang disusui" (Cohen et al., 2016). Ibuprofen dapat digunakan dengan aman
selama menyusui, karena obat ini memiliki konsentrasi rendah dalam ASI dan tidak
dikaitkan dengan efek negatif pada bayi yang sedang disusui" (Hale et al., 2018).

2.3 Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat Pada Ibu Hamil dan Menyusui
Perubahan fisiologis pada masa kehamilan dan menyusui dapat mempengaruhi kinetika
obat pada ibu hamil dan menyusui, yang dapat mempengaruhi perubahan respon ibu hamil

5
terhadap obat yang diminumnya. Oleh karena itu, perlu dipahami dengan benar obat mana
yang relatif berbahaya dan karenanya harus dihindari selama kehamilan atau menyusui agar
tidak membahayakan ibu dan janin atau bayinya. Dosis obat yang diberikan selama
kehamilan harus dijaga serendah mungkin untuk meminimalkan efek toksik pada janin. Jika
obat harus diberikan, penting untuk menguranginya ke tingkat efektif terendah segera
sebelum pembuahan selama kehamilan yang direncanakan atau trimester pertama. Jika obat
dapat menimbulkan gejala putus zat pada janin, dosis dapat dikurangi hingga akhir
kehamilan, misalnya dengan pengobatan dengan antipsikotik dan antidepresan. Namun,
perubahan farmakokinetik selama kehamilan mungkin memerlukan peningkatan dosis
beberapa obat. Pemahaman yang baik tentang perubahan ini penting untuk menentukan
dosis yang paling tepat untuk pasien hamil

Bergantung pada tahap kehamilan, hormon terkadang memengaruhi efek pengobatan


pada jaringan reproduksi, rahim, dan kelenjar susu selama kehamilan. Efek obat pada
jaringan tidak berubah secara signifikan, karena kehamilan tidak berubah, walaupun ada
perubahan, misalnya pada curah jantung, pada aliran darah ginjal, sehingga terkadang ibu
hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkannya saat tidak . sedang hamil Misalnya,
glikosida jantung dan diuretik diperlukan selama kehamilan karena beban jantung
meningkat, atau insulin diperlukan untuk mengatur gula darah pada diabetes gestasional
(Pranasti Ernestine Arianitha

2.4 Obat yang Berpengaruh pada Janin dan Neonatus


Teratogen adalah bahan apa pun yang diberikan kepada ibu hamil, yang dapat
menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi atau kelainan fungsi fisiologis atau
pun perkembangan jiwa janin atau pada anak setelah lahir. Hal inilah yang sering ditakutkan
oleh pasien dan dokter saat mempertimbangkan pengobatan pada masa kehamilan. Namun,
hanya beberapa obat saja dari sekian banyak obat yang digunakan menunjukkan efek yang
membahayakan terhadap janin.Perlu ditekankan bahwa obat yang bersifat teratogenik tidak
membahayakan 8 janin.Sebagai contoh, obat anti kejang yang hanya memiliki efek
teratogenik pada kurang dari 10 % janin yang terpapar obat tersebut (Fariz, 2013).

6
2.5 Kategori Obat pada Ibu Hamil (Pregnancy Categorie)

1. Kategori A: Studi terkontrol pada wanita menunjukkan tidak ada risiko pada janin
selama trimester pertama kehamilan (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya),
dan kecil kemungkinan obat ini akan membahayakan janin. Contoh obat:

Vitamin C, asam folat, vitamin B6, parasetamol, seng dan sebagainya.

2. Studi Reproduksi Kategori B pada hewan tidak menunjukkan adanya risiko pada janin,
tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil yang ditemukan. Atau studi reproduksi
hewan telah menunjukkan efek samping (selain gangguan kesuburan) yang tidak diamati
dalam studi terkontrol pada wanita hamil. selama trimester ketiga (dan ada tanda-tanda
risiko pada trimester akhir kehamilan). Contoh obat: Amoksisilin, Ampisilin,
Azithromycin, Bisacodyl, Cefadroxil, Cefepime, Cefixime, Cefotaxine, Ceftriaxone,
Cetirizine, Clopidogrel, Erythromycin, Ibuprofen, Insulin Lansoprazole, Loratadine,
Metroniazoline, Mepenemidopaform,.

3.Kategori C Studi pada hewan percobaan menunjukkan efek berbahaya pada janin
(teratogenik atau embriosidal) dan studi terkontrol pada wanita dan model hewan tidak
tersedia atau belum dilakukan. Obat-obatan dalam kategori ini harus diberikan hanya jika
manfaat terapeutik lebih besar daripada risikonya. Dan itu bisa berisiko untuk digunakan
saat dibutuhkan. Obat-obatan hanya direkomendasikan jika manfaatnya bagi ibu atau janin
lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi pada janin. Misalnya Albendazole,
Allopurinol, Aspirin, Amitriptyline, Calcitriol, Calcium Lactate, Chloramphenicol,
Ciprofloxacin, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine + Paracetamol, Dextromethorphan,
Digoxin, Enalapril, Ephedrine dan sebagainya, Flucon.

4.Kelas D Ada bukti risiko pada janin (manusia), namun manfaat terapeutik yang diharapkan
dapat melebihi risikonya. Ada bukti positif tentang risiko yang digunakan dalam keadaan
darurat. Penggunaan obat diperlukan dalam pengobatan situasi yang mengancam jiwa atau
penyakit serius di mana obat yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan.
Misalnya alprazolam, amikacin, amiodarone, carbamazepine, chlordiazepoxide,
diazepam, kanamisin, fenitoin, asam valproat dll.

5. Kategori X Penelitian pada manusia atau hewan percobaan telah menunjukkan adanya
kelainan janin atau risiko terhadap janin. Dan tingkat risikonya jelas melebihi manfaat

7
terapeutik bila digunakan pada wanita hamil. Obat-obatan dalam kategori ini
dikontraindikasikan untuk wanita yang sedang atau mungkin sedang hamil. Kontraindikasi
dan sangat berbahaya bagi janin, mis. B. (atorvastatin, amlodipine), atorvastatin, (caffeine
+ ergotamine), (desogestrel + ethinylestradiol), ergometrine, estradiol, misoprostol,
oxytocin, simvastatin, warfarin. (Ummah et al., 2018).

Bergantung pada tahap kehamilan, hormon terkadang memengaruhi efek pengobatan pada
jaringan reproduksi, rahim, dan kelenjar susu selama kehamilan. Efek obat pada jaringan
tidak berubah secara signifikan, karena kehamilan tidak berubah, walaupun ada
perubahan, misalnya pada curah jantung, pada aliran darah ginjal, sehingga terkadang ibu
hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkannya saat tidak . sedang hamil Misalnya,
glikosida jantung dan diuretik diperlukan selama kehamilan karena beban jantung
meningkat, atau insulin diperlukan untuk mengatur gula darah pada diabetes gestasional
(Pranasti Ernestine Arianitha (Ummah et al., 2018).

2.6 Penggunaan Obat Terapetik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya Pada Janin

1. Asam Folat Selama kehamilan asam folat (vitamin B9, folasin) diperlukan dalam jumlah
yang lebih banyak.Defisiensi asam folat di awal kehamilan dapat menyebabkan absorbsi
spontaneous atau defek kelahiran (misal defek pada tabung saraf), kelahiran prematur,
berat badan lahir yang rendah, dan salurio plasenta (pelepasan plasenta yang lebih dini dari
seharusnya).Kebutuhan asam folat yang direkomendasikan untuk sehari adalah 180
mcg.Untuk kehamilan diperlukan asam folat sebanyak 400 sampai 800 mcg.
2. Asetaminofen Asetaminofen (Tylenol, Datril, Panadol, Parasetamol) merupakan obat
kehamilan grub B. Obat ini adalah obat yang paling sering dipakai selama kehamilan.
Dipakai secara rutin pada semua trimester kehamilan untuk jangka waktu yang pendek,
terutama untuk efek analgesik dan terapetiknya.Obat ini 11 tidak memiliki efek anti
inflamasi yang berarti. Asetaminofen menembus plasenta selama kehamilan, ditemukan
juga dalam air susu ibu dalam konsentrasi yang kecil. Saat ini tidak ditemukan bukti nyata
adanya abnomaly janin akibat pemakaian obat ini. Pemakaian asetaminofen selama
kehamilan tidak boleh melebihi 12 tablet dalam 24 jam dari formulasi 325 mg (kekuatan
biasa) atau 8 tablet dalam 24 jam untuk tablet yang mengandung 500 mg (kekuatan ekstra).
Obat ini harus dipakai dengan jarak waktu 4-6 jam (Hayes,

8
3. Vitamin Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama kehamilan dan
melahirkan janin yang sehat adalah masukkan zat-zat gizi yang cukup dalam bentuk
energi, protein, vitamin dan mineral.Penting untuk diketahui bahwa kondisi
hipervitaminosis dapat menyebabkan kelainan teratogenik, misalnya hipervitaminosis
vitamin A oleh karena pemberian berlebihan pada kehamilan. Kelainan janin yang terjadi
biasanya pada mata, susunan saraf pusat, palatum dan alat urogenital.Ini terbukti jelas pada
hewan percobaan sehingga pemberian vitamin A selama kehamilan tidak melebihi batas
yang ditetapkan.Pemberian vitamin A dengan dosis melebihi 6000 IU/hari selama
kehamilan tidak dapat dijamin kepastian keamanannya.
4. Antibiotik digunakan luas dalam kehamilan.Perubahan kinetika obat selama kehamilan
menyebabkan kadarnya dalam serum lebih rendah.Antibiotik dengan bobot molekul
rendah mudah larut dalam lemak dan ikatannya dalam protein lemak mudah menembus
uri. Kadar puncak antibiotik dalam tubuh janin pada umumnya lebih rendah dari kadar
yang dicapai dalam tubuh ibunya. Amoxicillin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik
setelah pemberian oral maupun parenteral.Amoxicillin merupakan alternatif yang perlu
dipertimbangkan untuk dipilih jika dibutuhkan pemberian oral pada ibu hamil. Kadar
amoksisilin dalam darah ibu maupun janin kadarnya sekitar seperempat sampai sepertiga
kadar di sirkulasi ibu (Fariz, 2013).

2.7 Pemberian Obat pada Ibu Menyusui


Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah
yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun
membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari
lingkungan keluarga terutama suami (Roesli, 2000). Pada proses menyusui, pemberian
beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan si ibu dapat membahayakan bayi yang
baru lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat
menghalangi proses pengeluaran ASI antara lain misalnya estrogen. Keracunan pada bayi
yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur dengan ASI secara farmakologi dalam
jumlah yang signifikan. Konsentransi obat pada ASI (misalnya iodida) dapat melebihi yang
ada di plasenta sehingga dosis terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan.
Beberapa jenis obat menghambat proses menyusui bayi (misalnya phenobarbital). Obat pada
ASI secara teoritis dapat menyebabkan hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam

9
konsentrasi yang sangat kecil pada efek farmakologi. Dengan demikian, perlu pemahaman
yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari selama
kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin bayinya.Untuk
memberikan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu menyusui, maka apoteker
perlu dibekali pedoman dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian bagi ibu menyusui
(Zulfa, 2022).

2.8 Efek Samping Obat Terhadap Perkembangan Janin


Efek samping obat terhadap perkembangan janin dalam kandungan pada dasarnya dapat
dinagi dalam tiga kategori, yaitu:

1. Efek embriotoksik
2. Efek teratogenic
3. Efek samping ringan

Efek embriotoksik adalah efek uang menyebabkan kematian hasil konsepsi dan
biasanya kehamilan berakhir dengan abortus. Efek teratogenic adalah efek yang
menyebabkan kelainan kongenital mayor, terjadi bila obat diminum pada fase
organogenesis, yaitu antara minggu ke -3 samapi minggu ke-8 pasca konsepsi. Efek samping
obat uang lebih ringan biasanya berupa kelainan morfologis ringan atau kelainan fungsional

Berdasarkan sifat teratogeniknya obat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

1. obat dengan sifat teratogenic : talidomid, obat anti-tumor, hormon tertensu, sodium
valproate da isotretionim
2. obat yang dicurigai bersifat teratogenic seperti antikonvulsan, tembakau, alcohol, litium
dan warfarin
3. obat yang diduga bersifat teratogenic seperti barbiturate, sulfonamida, anti-malaria
tertentu, antidiabetika oral, LSD, dan beberapa vaksin.

Kelainan yang terjadi tergantung kapada jenis obat, saat pembentukan organ dan
kepekaan tubuh, secara umum obat-ibatan tersebut harus dihindari pemakaiannya pada
Wanita hamil, terutama sekali pada trisemester pertama. Obat dengan sifat teratogenic pasti
harus dihindari selama masa kehamilan.

10
2.9 Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang
mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya
berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi
perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.

Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring
penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumerotasi
dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu apoteker dalam
menjalankan praktik harus sesuai standar. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang
rasional (Zulfa, 2022).

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Selama masa kehamilan dan menyusui, ibu dapat mengalami berbagai gangguan
kesehatan atau masalah yang memerlukan pengobatan. Pemahaman tentang keamanan
penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui belum dipahami dengan baik di masyarakat,
bahkan tenaga kesehatan belum dapat memaksimalkan pemahamannya tentang penggunaan
obat pada ibu hamil dan menyusui. Secara umum, tolok ukur dan penilaian keamanan ibu hamil
dan menyusui masih mengacu pada pedoman dari Food and Drug Administration (FDA) AS.
Wanita hamil dan menyusui minum obat hanya jika diperlukan. Hindari obat yang mengandung
kombinasi atau bahan aktif yang berbeda. Tanyakan kepada dokter atau apoteker Anda. Pilih
obat dengan risiko ekskresi terendah dalam ASI dan waktu retensi terpendek dalam ASI (dosis
kecil dan sesingkat mungkin). Pilihlah obat yang dianggap aman untuk ibu hamil dan
menyusui.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brown H, Prescott R, Ross G, et al. The use of medication during pregnancy and lactation: a
review of safety guidelines and consensus statements. Front Pharmacol. 2019;10:1125.
doi:10.3389/fphar.2019.01125

Fariz, A. (2013). Penggunaan Obat-obatan Pada Ibu Hamil dan Menyusui. 4–10.

Pranasti Ernestine Arianditha, & Abdulah Rizky. (2015). Drug Utilization Research Pada
Wanitahamil, Pediatri, Dan Geriatri. 15, 115–122.

Smith A, Johnson M, Nguyen T, et al. Drug use in pregnancy: a point prevalence survey using
linked administrative health data in Alberta. BMJ Open. 2018;8(3):e020503.
doi:10.1136/bmjopen-2017-020503

Ummah, A., Safana, A. R., Solichah, B. I., Putri, D. A., Maulidina, D., Haq, I. B., Yufria, L.
N., Leonald, M. I., Silvia, R., Rahma, S. A., J Atmaja, T. C., Farida, T., & Utami, W.
(2018). Profil Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil Dan Menyusui Di Wilayah Surabaya.

Jurnal Farmasi KomunitasVol, 5(1), 10–17.

Zulfa, I. M. (2022). Keamanan Obat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui. Jurnal Asta Abdi
Masyarakat Kita, 02(01), 13–25.

13

Anda mungkin juga menyukai