DISUSUN OLEH :
GOMBONG
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji sukur kami panjatkan kehairat ALLAH SWT, atas rahmat dan
hidayah-NYA sehingga proses penyusunan makalah Manajemen Keperawatan
“Pengelolaan Obat/ Sentralisasi Obat”dapat diselesaikan. Sebab sebesar apapun
semangat dan keinginan seorang hamba untuk melakukan suatu pekerjaan itu
tidak akan tercapai , namun tanpa pertolongan dan hidayah- NYA, mustahil
keinginan dan cita-citanya dapat terwujud. Karena pada hakekatnya segala daya
dan upaya hanya milik-NYA.
Makalah ini kami buat sebagai materi tambahan dalam penguasaan mata
kuliah Manajemen Keperawatan . Kami ucapkan banyak-banyak terima kasih
kepada dosen yang telah memberikan arahan kepada kami beserta teman-teman
yang selalu memberi support dan motivasi kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kami sangat sadar bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah kami selanjutnya.
Kelompok
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
3. Apa tipe jalur pemberian obat?
4. Bagaimana syarat dan komponen pengobatan?
5. Bagaimana askep dalam pemberian obat?
6. Bagaimana cara menghitung dosis obat?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perbedaan Genetik
Susunan genetik mempengaruhi biotransformasi obat. Pola metabolik
dalam keluarga sering kali sama. Fakktor genetik menentukan apakah
enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat.
Akibatnya, anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat.
2. Variabel Fisiologis
Usia berdampak langsung pada kerja obat. Bayi tidak memiliki banyak
enzim yang diperlukan untuk metabolisme oabt normal. Jumlah perubahan
fisiologis yang menyertai penuaan mempengaruhi respon terhadap terapi
obat. Sistem tubuh mengalami perubahan fungsi dan struktur yang
mengubah pengaruh obat.
3. Kondisi Lingkungan
Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respon terhadap
obat. Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan
darahnya. Pada cuaca panas, dosis vasodilator perlu dikurangi karena suhu
yang tinggi meningkatkan efek obat.cuaca dingin cenderung
meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator ditambah. Reaksi
suatu obat bervariasi, bergantung pada lingkungan obat itu digunakan.
4. Faktor Psikologis
Sejumlah fator psikologis mempengaruhi penggunaan obat dan respon
terhadap obat. Sikap seseorang berakar dari pengalaman sebelumnya atau
pengaruh keluarga.
5. Diet
6
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau nutrien .
contoh, vit. K (terkandung dalam sayur hijau berdaun) mengurangi
efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral mengurangi
absorpi vitamin larutan lemak.
B. Pengelolaan Obat
7
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem
manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a. Pengelolaan Organisasi
b. Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c. Pengelolaan informasi
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Jalur pemberian obat tergantung pada bentuk obat dan efek yang
diharapkan,serta kondisi fisik dan mental klien.
1. Jalur Oral
Obat diberikan melalui mulut dan ditelan dengan bantuan cairan.Obat
oral memiliki onset kerja yang lebih lambat dan efek yang lebih lama
daripada pemberian parenteral.
2. Jalur Parenteral
Pemberian parenteral adalah menyuntikkan obat ke dalam
tubuh.Berikut ini merupakan tempat utama pemberian parenteral :
a. Intradermal : penyuntikkan ke kulit tepat di bawah epidermis
b. Subkutan : penyuntikkan ke jaringan tepat di bawah lapisan dermis
kulit
c. Intramuskular : penyuntikkan ke dalam otot
d. Intravena : penyuntikkan ke dalam pembuluh vena
3. Pemberian Obat Topikal
Obat yang dioleskan ke kulit dan membran mukosa biasanya memiliki
efek local.
4. Jalur Inhalasi
Perawat memberikan obat inhalasi melalui lubang hidung,mulut,selang
endotrakeal lewat mulut ,dan trakeostomi langsung memasuki trakea.
8
5. Jalur Intraokular
Perawat memasukkan lempeng ke mata klien seperti memasukkan
lensa kontak,dan obat tersebut dapat tinggal di mata klien sampai satu
minggu.
9
Ketika sebuah intruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat,
perawat mengkonsultasikannya kepada dokter.
5. BENAR WAKTU
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk
waktu tertentu dalam 1 hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah.
1. Pengkajian
a. Riwayat medis
Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap
terapi obat. Penyakit atau gangguan membuat klien berisiko terkena
efek samping yang merugikan.
b. Data obat
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk
kerja, tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan
implikasi keerawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.
c. Sikap klien terhadap penggunaan obat
Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi
perilaku klien yang mendukung bukti ketergantungan obat.
2. Diagnosa keperawatan
Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.
a. Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :
1) Kurang informasi dan pengalaman
2) Keterbatasan kognitif
3) Tidak mengenal sumber informasi
b. Ketidakpatuhan tehadap terapi obat yang berhubungan dengan :
1) Sumber ekonomi yang terbatas
2) Keyakinan tentang kesehatan
10
3) Pengaruh budaya
c. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
1) Penurunan kekuatan
2) Nyeri dan ketidaknyamanan
d. Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :
1) Pandangan kabur
e. Ansietas yang berhubungan dengan :
1) Status kesehatan yang berubah atau terancam
2) Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
3) Pola interaksi yang berubah atau terancam
f. Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
1) Kerusakan neuromuscular
2) Iritasi rongga mulut
3) Kesadaran yang terbatas
g. Penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif yang berhubungan
dengan :
1) Terapi obat yang kompleks
2) Pengetahuan yang kurang
3. Perencanaan
Perawat bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus
dicapai :
a. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
b. Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman
sementara kenyamanan klien tetap dipertahankan.
c. Klien dan keluarga memahami terapi obat.
d. Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
4. Implementasi
11
Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa
nama,dosis,dan simbol obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered
nurse) membandingkan semua program yang ditranskripsi dengan
program yang asli untuk memastikan keakuratan dan kelengkapannya.
Perawat yang memberi obat yang salah atau dosis yang tidak tepat
bertanggung jawab secara hukum.
5. Evaluasi
Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada
komplikasi yang terkait dengan rute pemberian obat :
a. Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat, atau
perdarahan di tempat injeksi.
b. Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di
tempat injeksi.
c. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan
diare pada klien.
d. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk
demam, pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.
Contoh langkah evaluasi untuk menentukan apakah efek terapeutik
obat yang diprogramkan telah dicapai dengan aman :
a. Menanyakan klien apakah ia mengalami respon yang biasa timbul
akibat penggunaan obat (contoh, nyeri merada atau gejala berkurang)
b. Memantau respon klien terhadap obat (contoh, obat antiaritnia, irama
jantung yang teratur ; obat hipertensi, penurunan tekanan darah; obat
diuretik, peningkatan haluaran urin.
12
Dosis yang diprogramkan x Jumlah yang tersedia
Dosis yang tersedia = Jumlah yang akan diberikan
Contoh : dokter mengintruksikan kilen diberi versed 2,5 mg IM, berari
dosis yang di programkan adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang
mengandung 5 mg / 1 ml, berarti dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam
sediaan 1 ml. Rumus diaplikasikan sebagai berikut :
2,5 mg x 1 ml = volume yang diberikan dalam mili liter
5 mg
Untuk menyederhanakan pecahan, bagi pembilang dan penyebut dengan 2,5 :
½ x 1 ml = 0,5 ml untuk diberikan.
Obat cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1 ml. Pada
situasi ini, rumus tetap dapat digunakan. Contoh, instruksi obat adalah
“suspensi eritromisin 250 mg PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100
ml dan pada label tertera, “ 5 ml mengandung 125 mg eritromisin”.
250 mg x 5 ml = volume yang akan diberikan
125 mg
Pecahan 250/125 setara dengan 2. Dengan demikian :
2 x 5 ml = 10 ml untuk diberikan.
Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x lebih besar
dari yang diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi
tersebut atau mengeceknya bersama profesional lain, jika jawaban tampak
tidak masuk akal
13
DOSIS PEDIATRIK
Metode penghitungan obat pediatrik yang paling akurat didasarkan
pada area permukaan tubuh.
Dosis anak = area permukaan tubuh anak x dosis dewasa normal
1,7 m persegi
Contoh, seorang dokter memprogramkan ampicilin untuk seorang
anak dengan berat 12kg, tetapi dosis tunggal normal dewasa adalah 250mg.
Grafik numogram menunjukan bahwa seorang anak dengan bera 12 kg
memiliki permukaan tubuh seluas 0,54 m².
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16