Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“FARMOLOGI : PERHITUNGAN DOSIS OBAT”

DOSEN : Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep

OLEH :

Leny Nopita Santi (01.2.19.00695)

Silvia Juriah Marlena ( 01.2.19.00705)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,
berkat, dan kuasa-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Farmakologi.
Bersamaan dengan ini saya menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang ikut membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
makalah ini.
Walaupun dengan sekuat tenaga pengetahuan dan ilmu yang dimiliki sehingga
sempurnanya makalah dan pikiran saya curahkan untuk menyusun makalah ini tapi karena
terbatasnya makalah ini.
masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari bapak/ibu dosen,
rekan-rekan, dan pembaca.

Kediri, 29 maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1. ............................................................................................................. Latar
Belakang........................................................................................................ 5
2. ............................................................................................................. Rumusa
n Masalah ...................................................................................................... 5
3. ............................................................................................................. Tujuan
....................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
1. ............................................................................................................. Pengerti
an Dosis ......................................................................................................... 6
2. ............................................................................................................. Pengerti
an Dosis Obat ................................................................................................ 6
3. ............................................................................................................. Macam-
macam Dosis ................................................................................................. 6
4. ............................................................................................................. Cara
penghitungan Dosis Obat .............................................................................. 8
5. ............................................................................................................. Penentua
n Dosis Anak ................................................................................................. 10
6. ........................................................................................................... Cara
pemberian Obat ........................................................................................... ..11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dosis obat ialah suatu ukuran bahan atau paduan ukuran bahan-bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan
dan untuk memperelok atau memperindah bagan atau bagian badan manusia
termasuk obat tradisional.
Karena seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita
lakukan jika lita sedang sakit atau bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang
tidak beres dengan tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan mencari
obat untuk mengobati sakit yang kita alami.
Namun apakah kita tahu bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh
kita? Oleh karena itu paling tidak, kita harus tahu dulu bagaiman sebenarnya
perjalanan panjang obat didalam tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek
yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan
penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly” alias terbang
ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika
mengonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.
Oleh karena itu, kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu
bekerja, dosis yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut,
dan keadaan dari obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudak
tidak layak untuk digunakan. Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulakan

4
kekebalan bagi penyakit yang kita derita atau bahkan dapat menimbulkan
kematian bila salah mengonsumsi obat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Dosis dan Dosis Obat?
2. Apa macam-macam Dosis?
3. Bagaimana cara Perhitungan Dosis Obat?
4. Bagaimana Penentuan Dosis Anak?
5. Bagaiaman cara Pemberian Obat?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertis dosis dan dosis obat.
2. Untuk mengetahui macam-macam dosis.
3. Untuk mengetahui cara menghitung dosis.
4. Untuk mengetahui penentuan dosis pada anak.
5. Untuk mengetahui cara pemberian obat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Pengertian Dosis
Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis)
yang dapat mempengaruhi suatu organisme secara biologis, makin
besar kadarnya, makin besar pula dosisnya. Di bidang kedokteran,
istilah ini biasanya diperuntukkan bagi kadar obat atau agen lain yang
diberikan untuk tujuan terapi. Dalam toksikologi, dosis dapat merujuk
kepada jumlah agen berbahaya (seperti racun, karsinogen, mutagen,
ataupun teratogen) yang dipajankan kepada organisme. Dosis juga
merupakan jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien
dalam satuan berat, isi (volume) atau unit.
Bahkan kimia merupakan zat paling umum diukur dosisnya,
namun ada pula lainnya, seperti pajanan radiasi. Untuk manusia,
sebagian besar dosis mikronutrein dan pengobatan diukur dalam
milligram (mg), dan lainnya kadang-kandang diukur dalam microgram
karena potensinya.

2. Pengertian Dosis Obat


Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita
dalam satuan berat (gram, milligram, microgram) atau satuan isi (liter,
milliliter) atau unit-unit lainnya ( Unit Internasioanal). Kecuali bila
dinyatakan lain, maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu
sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita
dewasa, juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis
terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik

6
terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi
keracunan., dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat
sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal. Dosis
obat juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek
farmakologi obat (Jas,2009).
Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose)
atau dosis awal (loading dose)myang lebih tinggi pemeliharaan
(maintenance dose). Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih
tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua kali), kadar obat yang
dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini dilakukan
antara lain pada pemberian oral preparal sulfa (Sulfisoxazole,
Trisulfa, Pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti
dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.

B. Macam-macam Dosis
Dalam Ilmu Farmasi Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan
efek farmakologi (khasiat) yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien,
adapun jenis-jenis Dosis, antara lain dosis lazim, dosis terapi, dosis minimum,
dosis maksimum, dosis toksik, dan dosis letal (dosis letal 50 dan dosis letal
100) :
1. Dosis Lazim
Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk
umum pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa
berbeda-beda, dan sifatnya tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya
diantara dosis maksimum dan minimum obat.

2. Dosis Terapi
Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa
dan dapat menyembuhkan pasien.
3. Dosis Minimum
Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih
dapat memberikan efek farmakologis (khasiat) kepada pasien
apabila dikonsumsi.
4. Dosis Maksimum
Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih
boleh diberikan kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.
5. Dosis Toksik

7
Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam
keadaan biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran
melebihi dosis maksimum).
6. Dosis Letalis
Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam
keadaan biasa dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis
letal dibagi menjadi 2 :
 Dosis letal 50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan
kematian 50% hewan percobaan.
 Dosis letal 100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan
kematian 100% hewan percobaan.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dosis antara


lain adalah faktor obat, faktor pemberian, faktor penderita dan indikasi
dan patologi penyakit. Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-
masing faktor.

a. Faktor Obat
Dipengaruhi oleh sifat fisika, daya larut (air/lemak),
bentuk (Kristal/amorf), sifat kimia (asam, basa, garam,
ester), derajat keasaman (Ph dan pKa), toksisitas.
b. Faktor Rute Pemberian Obat
Dosis obat yang diberikan melalui rute/cara pemberian
apapun, harus mencapai dosis tetapi pada target organ.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, misalnya
faktor yang membatasi kemampuan absorbs obat pada
pemberian peroral, maka dosis oral lebih tinggi dari
pada parenteral.
c. Faktor Penderita
Dipengaruhi oleh umur (anak, dewasa, geriatri), berat
badan (normal, obesitas, malnutrisi), luas permukaan
tubuh, ras dan sensitivitas individual.
d. Indikasi dan Patologi Penyakit
 Penyebab Penyakit
 Keadaan patofisiologis, misalnya pada
gangguan fungsi hepar atau gangguan fungsi
ginjal, beberapa jenis obat dikontraindikasikan,

8
atau perlu diturunkan dosisnya, atau
diperpanjang interval pemberiannya.
C. Cara Perhitungan Dosis Obat
1. Dosis maksimum
Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum
dewasa(20-60 tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan
dan rektal.
Untuk orang lanjut usia karena keadaan fisik sudah mulai menurun.
Pemberian dosis harus lebih kecil dari dosis maksimum.
 Menurut buku Obat-obatan penting
- 65-74 tahun, dosis biasa - 10%
- 75-84 tahun, dosis biasa - 20%
- Diatas 85 tahun, dosis biasa - 30%
 Menurut buku ilmu resep
- 60-70 tahun 4/5 dosis dewasa
- 70-80 tahun ¾ dosis dewasa
- 80-90 tahun 2/3 dosis dewasa
- 90 tahun keatas ½ dosis dewasa
2. Perhitungan dosis anak berdasarkan usia :
a. Rumus Young: n×dosis dewasa
n+12

(n dalam tahun untuk anak usia di bawah 8 tahun)

b. Rumus Dilling: n×dosis dewasa


20
(n dalam tahun anak diatas 8 tahun)
c. Rumus Fried: n×dosis dewasa
150
(n dalam bulan)
d. Rumus cowling: n×dosis dewasa
24
(n adalah satuan tahun yang digenapkan ke atas)
e. Rumus Gaubius:
Berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa
0-1 tahun = 1/12× dosis dewasa

1-2 tahun = 1/8× dosis dewasa

9
2-3 tahun = 1/6× dosis dewasa

3-4 tahun = 1/4× dosis dewasa

4-7 tahun = 1/3× dosis dewasa

7-14 tahun = ½ × dosis dewasa

14-20 tahun = 2/3× dosis dewasa

21-60 tahun = dosis dewasa

3. Perhitungan Dosis Berdasarkan Bobot Badan


a) Rumus Clark (Amerika)
Bobot badan anak (pon) × dosis dewasa
150
b) Rumus Themich Fier (Jerman)
Bobot badan anak (kg) × dosis dewasa
70
c) Rumus Black (Belanda)
Bobot badan anak (kg) × dosis dewasa
62
4. Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
 UI Jakarta
Luaskan permukaan tubuh anak × dosis dewasa
1,75
 Rumus Catzel
Luas permukaan tubuh anak × dosis dewasa
Luas permukaan tubuh dewasa
5. Dosis Maksimum Gabungan (DM sinergis)
o Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat)
yang kerjanya pada reseptor atau tempat yang sama maka jumlah
obat yang digunakan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-
obatan yang berefek sama tersebut.
o Baik sekali pakai ataupun dosis sehari
6. Contoh Obat yang Memiliki Efek yang sama
 Atropine Sulfat dengan Ekstrak Belladonae
 Pulvis Opii dengan Pulvis Overi
 Kofein dan Aminofilin
 Arsen Trioxida dan Natrii Arsenas

10
7. Dosis Obat Untuk Anak (Pediatrik), katagori anak:
 Anak premature : lahir kurang 35 minggu
 Anak baru lahir : Neonatus s/d 28 hari
 Bayi : infant s/d 1 tahun
 Balita : 1-5 tahun
 Anak : 6-12 tahun
D. Penentuan Dosis Anak
Dalam menentukan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita
perhatikan. Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna,
metabolisme obat belum maksimal Distribusi cairan tubuh berbeda dengan
orang dewasa
- Neonatus >29,7% dari dewasa
- Bayi 6 bulan >20,7% dari dewasa
- Anak s/d 7 th. >5,5% dari dewasa

Rumus perhitungan dosis

- Menurut perbandingan unumur orang dewasa


- Rumus Young : untuk anak 1-8 tahun kebawah
Da= n × Dd
n + 12
E. Cara Pemberian Obat
o Bentuk Oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melaului mulut. Pada umumnya
cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk
diberikan bentuk oral ini adalah tablet, kapsul, dan lozengez. Bentuk
sedian oral:
a. Obat Cair (liqud)
- Solutio, larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan/pelarut,
dimana zat pelarutnya adalah air, bila bukan air maka harus
dijelaskan dalam namanya¸misalnya :minyak
kamfer,Nitrogliserin dalam spiritus.
- Suspensi , sediaan cairan yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dala fase cair (cairan pembawa),
zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap dan dapat mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu kental
agar sediaan mudah dikocok dan dituang

11
- Sirup, larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
kadar tinggi.
- Exilir, Larutan oral yang mengandung etanol sebagai
kosolven.
- Emulsi, adalah dua fase caira dalam sistem dispersi
(tetesan) dimana fase cairan yang satu terdispersi sangat
halus dalam merata dalam fase cairan lainnya dan
umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi (Emulgator).
- Emulsi O/W, Emulsi minyak dalam air, dimana minyak
yang merupakan fase terdispersi dalam larutan air
merupakan fase pendispersi / pembawa (Emulsi ini dapat
dicernakan dengan air). Emulgatornya larut dalam air.
Contohnya: susu (emulgatornya putih telur) Scoott
Emultion.
- Emulsi O/W, Emulsi air dalam minyak, dimana air atau
larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak
atau bahan seperti minyak merupakan pembawa atau
pendispersi (Emulsi ini dapat diencerkan dengan minyak ),
Emulgatornya larut dalam minyaka conthnya: mentega,
lanolin.
- Netralisasi atau penetralaan, obat minum yang dibuat
dengan jalan mencampurkan suatu asam dengan suatu basa,
(yang dipergunakan ada;ah suatu Carbonat ) dan tidak
mengandung CO2 (karena CO2 yang terbentuk selaulu
dihilangkan seluruhnya dengan cara pemanasaan sampai
larutanya jernih), yang termasuk Netralisasi.
- Suatu asam dinetralkandengan NH4CL.
- Suatu asam yan tidak larut dinertalkan dengan suatu HCO3
/CO3, dapat juga dengan NaOH.
b. Capsula /capsul
Adalah sedian padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau larutan yang dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi
dengan obat serbuk, butiran atau granut, cair, semi padat.
Jenis –jenis kapsul:
- Capsulae gelatinose (dibuat dari gelatin)terdiri: soft
capsulase/ capsulae mollse &lunka, Hard Capsulae/
capsulae Duare &keras.

12
- Capsulae Amylaces (dibuat dari amylum.
- Capsulae Metiselellulosa

Absorpsi sediaan oral:

a. Mulut
Mulut adalah rongga lonjongan pada permukaan saluran
percernaan terdiri atas dua bagian, bagian luar yang
sempat, yaitu ruangan di antara gusi serta gigi dengan bibir
dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua
gigi, dan di sebelah belakang dengan awal faring.
Didalam mulut terdapat tiga kelenjar ludah, yaitu:
keljenjar parotis, kelenjar submandibularis, kelenjar
sublingualis, kelenjar ludah berfungsi mengeluarkan saliva.
Saliva memilki (ph 6-7-7-8) mengandung enzim ptyalin,
fungsinya untuk membebaskan zat aktif dari obat.
b. Tenggorokan (Esofagus)
Esofagus adalah suatu organ slindiris berongga
dengan panjang sekitar 25 cm dengan garis tengah 2
cm. Esophagus terutama berfungsi untuk mengantarkan
makanan dan obat dari faring ke lambung, dengan
gerakan peristatiltic. Dinding esophagus seperti juga
bagian laindari saluran cerna, terdiri dari empat
lapisan:mukosa, sub mukosa, muskularis, dan serosa.
c. Lambung
Panjang sekitar 25 cm dan lebar 10 cm dan memilki
kepasitas volume 1-1 ½ liter. Secara anatomis lambung
dibagi atas fundus, korpus dan antrium pilorikum atau
lirorus.
Lambung terdiri empat lapisan, yaitu lapisan tunika
serosa atau lapisan luar, muskularis, submukosa, dan
mukosa .
Kandungan ambung adalah asam lambung, mucus,
polisakarida, protein mineral, dan cairan lambung yang
memilki ph 1,9.
Homone gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak
pada daerah pylorus lambung Gastrin merangsang kelenjar

13
gastric untuk menghasilkan asam hidroklorida dan
pepsinogen. Subtansi lain yang disekresi oleh lambung
adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion
kalium, natrium dan klorida.
Fungsi lambung dibagi menjadi dua yaitu fungsi
motorik dan fungsi pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik
dibagi menjadi tiga yaitu fungsi resevoir(menyimpan
makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit
dicernakan dan bergerak pada saluran cerna), fungsi
mencampur(memecahkan makanan menjadi partikel-
partikel kecil dan mencampurkan dengan getah lambung
melalui kontraksi otot yang mengahsilkan lambung), fungsi
pengosongan lambung.
d. Usus halus
Usus halus memiliki panjang kira-kira enam meter dan
diameternya 2-3 cm. Terdiri dari duodenum memiliki PH
4-6 dan waktu transit selam 15 menit. Jejunum memilki PH
6-7 dan waktu transit 2-3½ jam,ileum memilki PH 6-8.
Berfungsi untuk sekresi (untuk doudenum dan bagian
pertama jejunum)dan absorpsi(bagian akhir jejunumdan
ileum). Bagian pertama dari usus halus steril sedangkan
bagian akhir uang menghubungkan secum(bagian awal dari
usus besar) mengandung beberapa bakteri
Usus adalah tempat absorpsi makanan dan obat yang
sangat besar karena usus halus memilki mikrovilli usus
halus yang memberikan luas permukaan yang sangat untuk
absopsi obat dan makanan.
Konsintensi usus halus berupa cairan kental seperti
bubur.
Waktu transit untuk makanan dari mulut ke secum
memerlukan waktu sekitar 4-6 jam, sedangkan waktu
transit sediaan padat dari 95% populasi sekitar 3 jam atau
kurang.
Dua cairan percernaa masuk duodenum, yaitu cairan
ampedu melalui hati dan getah prankeas dari prankeas
berupa enzim amilasi, lipase, proteolitik. Sekresi empedu
berupa musin, garam empedu.

14
Ada tiga gerakan yang terjadi pada usus halus yaitu:
segmentasi,peristalitic,pendule.
e. Usu besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira 1½ meter
panjangnya adalah merupakan sambungan dari usus
halus.
Usus besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu kolon
asendens, kolon transverses dan kolon desendens.
Fungsi usus besar tidak untuk absorpsi, tetapi sebagai
organ dehidrasi dan saluran untuk mengeluarkan feses
(defekasi). Isi kolon memilki PH 7,5-6.
Antibiotic yang tidak diabsorpsi tidak sempurna akan
mempengaruhi flora normal bakteri dalam kolon.
Usus besar tidak ikut serta dalam percernaan atau
absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum
maka semua zat telah diabsorpsi dan bersifat cair.
Selama perjalanan di dalam kolon isinya menjadi makin
padat karena terjadi reabsorpsi air dan ketika mencapai
rectumfeses bersifat padat. Enam belas sampai dua
puluh jam bagi isinya untuk mencapai flexura sigmoid.
 Bentuk Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar
badan dan berfungsi melindungi atau sebagian
vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk
paling penting adalah salep dan krim. Salep
dipakai untuk lesi kering dan bertahan di kulit
lebih lama. Krim umumnya dipakai unuk lesi
basah.
 Bentuk Supositoria
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip
peluru dan akan mencair pada suhu badan,
supositoria adalah cara memberi obat melalui
rectum untuk lesi setempat atau agar diserap
sistemik.

Sifat spesifik dan efek suatu paparan secara bersama-


sama akan membentuk suatu hubungan yang lazim

15
disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan
dosis-respon tersebut merupakan konsep dasar dari
toksikologi untuk mempelajari bahan toksik.

Penggunaan hubungan dosisi-respon dalam toksikologi


harus memperthankan beberapa asumsi dasar. Asumsi
dasar tersebut adalah:

 Respon bergantung pada cara masuk bahan dan


respin berhubungan
 Adanya molekul atau reseptor pada tingkat
respin berhubungan dengan kadar agen pada
daerah yang reaktif.
 Kadar pada tempat tesebut berhubungan
dengan dosis yang masuk.

Dari asumsi diatas tersebut dapat digambarkan suatu grafik atau kurva
hubungan dosis-respon yang memberikan asumsi.

1) Respon merupakan fungsi kadar pada tempat tersebut.


2) Kadar pada tempat tersebut merupakan fungsi dari dosis.
3) Dosisi dan respon merupakan hubungan kausal

Pada kurva dosisi-respon nampak informasi beberapa hubungan antara jumlah


zat kimia sebagai dosis, organisme yang mendapat perlakuan dan setiap efek
yang disebabkan oleh dosis tersebut. Toksikometrik merupakan istilah teknis
untuk studi dosis-respon, yang dimaksudkan untuk mengkuantifikasikan
dosis-respon sebagai dasar ilmu toksikologi. Hasil akhir dihasilkan dari jenis
studi ini adalah nilai Lethal Dose50(LD50) untuk zat kimia.

HUBUNGAN DOSIS-RESPON (DOSE RESPONSE RELATIONSHIP)

Penyelidikan hubungan antara dosisi atau konsentrasi dan kerja suatu


bahan kimia dapat dilakukan dengan dua cara:(1)menguji frekuensi efek yang
timbul pada satu kelompok objek percobaan dengan mengubah-ubah
dosisi(hubungan dosis-reaksi=dose-respons relationship) atau (2) mengubah-
ubah,kemudian mengukur intensitas kerja pada satu objek
percobaan(hubungan dosisi-kerja=dose-effect relationship). Pada cara yang
pertma, jumlah objek percobaan yang menunjukan efek tertentu akan

16
bertambah sampai maksimu, sedangkan pada cara yang kedua, intensitas efek
yang bertambah.

Perilaku efek suatu bahan kimia digambarkan sebagai peningkatan


dosisi akan meningkatkan efek sampai efek maksimal tercapai. Hubungan
dosis-respon biasanya berciri kuantitatif dan hal tersebut yang membedakan
dengan paparan di alam dimana kita hanya mendaptkan kemungkinan
perkiraan dosis. Suatu respon dari adanya paparan dapat berupa respon respon
yang mematikan (lethal respons)dan respons yang tidak mematikan (nol-lethal
response). Bahan kimia dengan tingkat toksisitas yang rendah memerlukan
dosis besar untuk menghasilkan efek keracunan dan bahan kimiayang sangat
toksik biasanya memerlukan dosis kecil untuk menghasilkan efek keracunan.

HUBUNGAN DOSIS-REAKSI

Karakteristik paparan dan efek bersama-sama yang membentuk suatu


hubungan korelasi sering disebut hubungan dosi-respon. Hubungan dosis-
respon dalam toksikologi adalah proporsi dari sebuah populasi yang terpapar
dengan suatu bahan dan akan mengalami respon spesifik pada dosis, interval
waktu dan pemaparaan tertentu.

Hubungan dosis reaksi menentukan berapa persen dari suatu populasi


(misalnya, sekelompok hewan percobaan) memberikan efek/reaksi tertentu
terhadap dosis tertentu dari suatu zat. Hasilnya dapat digambarkan dalam
diagram antara dosis dan jumlah individu dalam kelompok yang menunjukan
efek yang diinginkan. Banyaknya individu yang menunjukan efek ini dengan
demikian merupakan fungsi dosis. Pada kurva dengan gambar secara lineir
terhadap dosisi, maka dosis yang menyebabkan 50% individu memberikan
reaksi, digunakan sebagai besaran bagi aktivitas(ED50) atau letalitas
/kematian (LD50) dari senyawa yang diperiksa.

HUBUNGAN DOSIS-KERJA

Cri kurva dosis-kerja biasanya dijelaskan berdasarkan interaksi antara


bahan kimia dan tempat kerja sesungguhnya yaitu reseptor. Besarnya efek
tergantung pada konsentrasi/dosis zat, juga dari tetapan kesetimbangan atau
tetapan afinitas yaitu parameter yang menentukan kecenderungan bahan kimia
untuk bereaksi dengan reseptor.

17
Kurva dosis-kerja dapat juga ditinjau sebagai kurva dosis-reaksi untuk
suatu populasi dari satuan efektor, tiap efektor akan bereaksi menurut
hukum’semua atau tak satupun’(all or none). Implikasinya adalah bahwa
reaksi suatu efektor merupakan andil tertentu bagi efek keseluruhan. Kurva
dosis-kerja dengan demikian menggambarkan peran efek tersebut secara
kumulatif. Dosis yag menyebabkan efektor memberi reaksi akan tesebar di
sekitar dosis yang menyebabkan 50% satuan efektor bereaksi. Jika 50% dari
sautuan efektor memberikan reaksi maka akan timbul efek yang meruakan
50% efek maksimum yang mungkin dapat dicapai oleh senyawa tersebut.

Pada kurva dosis-kerja, dapat dibedakan dua parameter:(1) afinitas, dan(2)


aktivitas instrinsik. Pada prinsipnya sebuah zat harus mempunyai afinitas
terhadap resepor khas agar dapat menimbulkan efektor tertentu. Afinitas dapat
ditentukan dari dosis yang dibutuhkan untul mencapai efek tertentu misalnya
50% efek maksimum. Kalau dosis tinggi, berarti afinitas rendah, kalau dosis
kecil, berarti anfitas besar.

Disamping afintas, suatu zat dapat mempunyai kemampuaan untuk


menyebabkan perubahan di dalam molekul reseptor dan melalui beberapa
tingkat reaksi berikutnya baru kemudian dicapai efek sesungguhnya. Sifat ini
disebut aktivitas intrinsik senyawa bersangkutan. Hal ini menentukan
besarnya efek maksimum yang dapat dicapaioleh senyawa tersebut.

Banyak bahan kimia memiliki afinitas terhadap reseptor khas akan


tetapi tidak mempunyai aktivitas intrinsik. Zat ini disebut antagonis
kompetitip, dapat bereaksi dengan reseptor akan tetapi tidak menimbulkan
efek. Tetapi senyawa ini mampu bersama pada tempat kerja dengan zat yang
mempunyai baik afinitas maupun aktivitas intrinsik.

18
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa obat adalah benda atau zat yang
dapat digunakan untuk merawat penyakit. Membebaskan gejala atau mengubah
proses kimia dalam tubuh. Obat adalah subtansi yang berhubungan fungsi fisiologi
tubuh dan berpotensi mempengaruhi status. Dalam melakukan pengobatan di
perlukan pengitungan atau pengukuran dosis agar obat yang kita berikan sesuai
takaran yang harus di berikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/23934710/ MAKALAH_DOSIS_KEL_1

https://id. Scribd.com/doc/299621121/Makalah-Dosis-Obat

https://www.academia.edu/6910101/Makalah_dosis

20

Anda mungkin juga menyukai