Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN II

BAKTERI & VIRUS

DISUSUN OLEH :

1. NIA MEDIAWATI
2. NURUL IFMI RAMADHINI
3. SUCITA EFENDI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyeslesaikan tugas makalah ini. Solawat
beriring salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad
SAW. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasi sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susuna kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat dan menginspirasi
untuki para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Mataram,20 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agen-Agen Infeksius

2.2 Bakteri

2.3 Virus

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dan sangat penting
dalam memelihara keseimbangan ekologi dan ekosistem di bumi. Beberapa
mikroorganisme bersifat menguntungkan dan ada pula yang merugikan, baik terhadap
manusia maupun hewan. Sebagai contoh, mikroorganisme yang menguntungkan dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan makanan yang dapat dikonsumsi oleh manusia
maupun hewan. Akan tetapi, tidak sedikit mikroorganisme yang dapat merugikan
manusia karena dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi tubuh manusia
(Maksum, 2011).
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang, tetapi dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Dalam
penyebarannya, mikroorganisme dapat ditemukan hampir disetiap tempat.
Mikroorganisme terdiri atas bakteri, fungi, protozoa, alga mikroskopik, dan virus
(Maksum, 2011).
Sebagian besar mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kesejahteraan penduduk dunia dengan membantu keseimbangan hidup organisme dan
bahan kimia di lingkungan kehidupan. Sebagai contoh, mikroorganisme tanah
membantu menghancurkan sampah dan mengubah gas nitrogen dalam udara menjadi
senyawa organik yang dapat didaur ulang dengan bahan-bahan kimia di dalam tanah,
air dan udara. Mikroorganisme berperan dalam proses fotosintesis yang sangat penting
untuk kehidupan di muka bumi. Manusia dan banyak hewan lain bergantung pada
mikroorganusme untuk menyintesis beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Meskipun jumlah mikroorganisme patogen hanya sedikit,
pengetahuan tentan sifat-sifat mikroorganisme patogen sangat penting untuk upaya
penemuan obat dan pemeliharaan kesehatan (Maksum, 2011).
Oleh karena itu, oenting sekali untuk mengetahui segala sesuatu mengenai
mikroorganisme, baik jenis, bentuk, sifat, peranan, maupun patogenesis
mikroorganisme untuk menghindari infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
ataupun untuk mengobati penyakit yang ditimbulkannya. Selain itu, pengetahuan
tentang mikroorganisme sangat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari dalam
rangka menjalani hidup (Maksum, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Agen Infeksius?
2. Apa Itu Bakteri?
3. Apa Itu Virus?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Agen Infeksius
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Bakteri
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Virus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agen Infeksius

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang


mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme yang gagal dan berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan
normal (Potter & Perry, 2005).

Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan


tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi
metabolisme, toksin, replika intraselular, dan respon antigan-antibodi (Kamus Saku
Kedokteran Dorlan, edisi 25.hal:555:1988).

Agen infeksius merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan


gangguan atau penyakit. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksius adalah
bakteri, virus, jamur, dan protozoa.

2.2 Bakteri
Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana. Karena materi
genetik tidak diselimuti oleh selaput membran inti, sel bakteri disebut dengan sel
prokariot. Dinding sel bakteri mengandung kompleks karbohidrat dan protein yang
disebut peptidoglikan. Bakteri pada umumnya berproduksi dengan cara membelah diri
menjadi dua sel yang berukuran sama. Ini disebut dengan pembelahan biner. Untuk
nutrisi, bakteri umumnya menggunakan bahan kimia organik yang dapat diperoleh
secara alami dari organisme hidup atau organisme yang sudah mati. Beberapa bakteri
dapat membuat makanan sendiri dengan biosintesis, sedangkan beberapa bakteri yang
lain memperoleh nutrisi dari substansi organik (Maksum, 2011).
A. Bentuk Sel Bakteri
Bakteri mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Sebagian besar
sel bakteri memiliki diameter 0,2-2 mikron dan panjang 2-8 mikron. Berdasarkan
bentuk, bakteri digolongkan menjadi tiga golongan utama, yaitu bentuk kokus (bulat),
bentuk basil (batang), dan bentuk spiral (Maksum, 2011).
Bakteri kokus biasanya berbentuk bulat atau lonjong, hidup sendiri-sendiri,
berpasangan, membentuk rantai panjang atau kubus tergantung cara bakteri itu
membelah diri dan kemudian melekat satu sama lain setelah pembelahan. Kokus yang
tetap berpasangan setelah membelah disebut dengan diplokokus (diplococcus).
Streptokokus (streptococcus) adalah kokus yang membelah dalam satu bidang dan
tidak memisahkan diri sehingga berbentuk rantai. Kokus yang membelah dalam tiga
bidang yang saling tegak lurus sehingga membentuk kubus adalah Sarcinae,
sedangkan kokus yang membelah membentuk gugusan atau berkelompok seperti buah
anggur adalah bakteri Staphylococcus. Bentuk marfologi kokus yang berbeda-beda ini
sering kali digunakan untuk mengidentifikasi jenis bakteri golongan kokus (Maksum,
2011).
Bakteri basil adalah golongan bakteri yang memiliki bentuk seperti batang atau
silinder. Bakteri ini mempunyai ukuran yang sangat beragam. Basil umumnya terlihat
sebagai batang tunggal. Beberapa bakteri basil berpasangan setelah pembelahan sel.
Bentuk basil terdiri atas diplobasilus (diplobacillus), streptobasilus (streptpbacillus),
dan kokabasilus (coccobacillus) (Maksum, 2011).
Bakteri spiral adalah bakteri yang mempunyai bentuk yang tidak lurus seperti
basil, tetapi mempunyai satu atau beberapa lekukan. Bakteri spiral dibagi menjadi (i)
vibrio, yaitu bakteri berbentuk batang yang melengkung menyerupai bentuk koma, (ii)
spirilum, yaitu bakteri yang berbentuk spiral atau pilinan dengan selnya yang kokoh,
dan (iii) spiroketa, yaitu bakteri yang berbentuk spiral dan tubuhnya sangat lentur
sehingga dapat bergerak bebas. Kemampuan bergerak ini dimungkinkan karena
adanya kontraksi yang lentur dari sumbu filamen atau flagel yang terdapat di
permukaan dinding sel bakteri (Maksum, 2011).

B. Struktur Sel Bakteri


Berdasarkan struktur selnya, bakteri termasuk dalam golongan prokariot; sel
prokariot memiliki struktur sel lebih sederhana dibandingkan dengan sel eukariot. Sel
prokariot adalah sel yang tidak membran inti sel. Ciri-ciri sel prokariot, yaitu materi
genetik (DNA) sel ini tidak terstruktur dalam bentuk nukleus, tetapi dalam bentuk
nukleoid yang tidak diselebungi oleh membran plasma. Struktur sel bakteri terdiri atas
tiga bagian penting, yaitu struktur eksternal sel, struktur dinding sel dan struktur
internal sel (Maksum, 2011).
a. Struktur eksternal sel bakteri
Pada struktur eksternal sel, bagian-bagian penting di permukaan sel adalah
glikokaliks, flagel, fimbria, dan pili.
a) Glikokaliks
Glikokaliks yang berarti selubung gula merupakan istilah umum untuk
substansi yang dapat menyelimuti permukaan sel. Glikokaliks bakteri
umumnya mengandung polisakarida dan polipeptida yang biasanya dibuat di
bagian internal sel dan disekresikan ke permukaan sel. Jika terstruktur dan
menempel dengan kuat di seluruh dinding sel, glikokaliks ini disebut dengan
kapsul atau selubung bakteri (Maksum, 2011).
b) Flagel
Beberapa jenis bakteri mempunyai flagel sehingga bakteri dapat
bergerak dengan bebas dan berenang dalam cairan habitatnya. Flagel adalah
bagian bakteri yang berbentuk seperti benang dengan diameter 12-30
nanometer dan pada umumnya mengandung protein yang disebut dengan
flagelin. Berdasarkan pola keberadaan flagel pada tubuh sel bakteri, flagel
dibagi dalam empat jenis, yaitu motorik, flagel tunggal berada pada bagian
ujung sel bakteri; amfitrik, satu atau lebih flagel berada di kedua bagian polar
sel bakteri; lofotrik, lebih dari satu flagel berada di satu bagian polar sel
bakteri; dan peritrik, flagel tersebar di sekeliling tubuh sel bakteri (Maksum,
2011).
c) Fimbria dan pili
Beberapa bakteri mempunyai organ tambahan berbentuk benang yang
lebih pendek, lebih lurus, dan lebih kecil daripada flagel, yang berfungsi
sebagai alat untuk menempel dan bukan untuk bergerak, yaitu pili. Organ ini
mengandung protein yang disebut pilin. Pili berperan dalam proses konjugasi
sel dalam pemindahan materi genetik (DNA) antara satu sel bakteri dan sel
bakteri lain sehingga terkadang disebut juga dengan pili seks. Fimbria
terdapat di seluruh permukaan sel bakteri. Organ ini berperan dalam adhesi
bakteri dengan sel hospes (Maksum, 2011).
b. Struktur dinding sel bakteri
Dinding sel bakteri mempunyai struktur yang sangan kompleks yang terdiri
atas komponen yang kaku serta berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan
keutuhan sel. Dinding sel bakteri harus mampu mempertahankan sel ketika
tekanan osmotik di dalam sel lebih tinggi daripada di luar sel (Maksum, 2011).
Semua dinding sel bakteri mengandung makromolekul yang disebut
peptidoglikan atau murein. Komponen ini memberikan kekuatan yang diperlukan
untuk mempertahanakan keutuhan sel. Peptidoglikan adalah molekul yang sangat
besar yang terbentuk dari polisakarida sebagai kerangka utama. Polisakarida ini
terdiri atas N-asetil glukosamin (NAG) dan asam N-asetil muramat (NAM). Selain
mempertahankan keutuhan sel, dinding sel bakteri berfungsi sebagai berikut :
a) Berperan penting dalam proses pembelahan sel.
b) Dinding sel dapat melaksanakan biosintesis sendiri untuk membentuk dinding
sel.
c) Beberapa lapisan tertentu pada dinding sel merupakan determinan antigenik
dari bakteri tersebut sehingga dapat memanfaatkan untuk mengidentifikasi
jenis bakteri secara serologi (Maksum, 2011).

c. Struktur Internal Sel Bakteri


Strukrur internal sel bakteri terdiri atas membran sitoplasma, sitoplasma,
area nukleus, ribosom, mesosom, dan inklusi.
a) Membran Sitoplasma
Membran sitoplasma merupakan lapisan tipis yang berada tepat di
dalam dinding sel yang melapisi sitoplasma sel. Fungsi penting membran
sitoplasma adalah sawar selektif untuk keluar masuknya senyawa kimia dari
luar dan dari dalam sel. Selain mengandung beberapa enzim yang dapat
mencerna nutrisi dan menghasilkan energi ATP, membran plasma juga
berfungsi untuk menjamin pemisahan materi genetik (DNA) ke sel anakan
pada saat terjadi pembelahan sel (Maksum, 2011).
b) Sitoplasma
Sitoplasma merupakan substansi yang berada di dalam membran
plasma dan mengandung 80% air. Selain itu, sitoplasma mengandung protein,
enzim, karbohidrat, lipid, ion-ion anorganik, dan berbagai senyawa berbobot
molekul rendah (Maksum, 2011).
c) Area Nukleus
Area nukleus atau nukleolus sel bakteri mengandung DNA untai
ganda berbentuk melingkar yang disebut dengan kromosom bakteri.
Kromosom bakteri tidak dikelilingi oleh membran inti sel dan tidak
mengandung protein histon. Selain kromosom, bakteri sering kali
mengandung molekul DNA untai ganda berbentuk melingkar dan berukuran
kecil yang disebut dengan plasmid. Plasmid merupakan elemen materi
genetik ekstrakromosomal yang tidak berhubungan dengan kromosom bakteri
(Maksum, 2011).
d) Ribosom
Semua sel, baik prokariot maupun eukariot, memiliki ribosom, yang
berfungsi penting untuk sintesis protein (Maksum, 2011).
e) Mesosom
Di beberapa tempat tertentu pada membran plasma, terdapat cekungan
atau lekukan ke dalam yang relatif besar yang disebut dengan mesosom.
Lekukan membran plasma ini dapat memperluas permukaan membran dan
berfungsi sebagai tempat kerja enzim yang terlibat dalam respirasi dan
transpor elektron. Mesosom, yang merupakan tempat menempelnya
kromosom bakteri, juga berfungsi dalam proses pembelahan sel (Maksum,
2011).
f) Inklusi
Di dalam sitoplasma sel prokariot, terdapat granul-granul yang
mengandung berbagai substansi, seperti glikogen, metafosfat anorganik, asam
polihidroksibutirat, belerang, atau senyawa yang mengandung nitrogen, yang
biasanya digunakan sebagai cadangan nutrisi bagi sel. Substansi cadangan
tersebut dikenal dengan inklusi (Maksum, 2011).
Jenis inklusi tertentu terdapat di dalam satu spesies bakteri, sedangkan
spesies lain tidak memilikinya. Oleh karena itu, jenis inklusi sering kali
digunakan untuk mengidentifikasi spesies bakteri (Maksum, 2011).

c. Pertumbuhan bakteri

Ketika berbicara tentang bakteri pertumbuhan bakteri, kita membahas tentang


pertambahan jumlah sel. Bakteri bertumbuh berarti jumlah bakteri tesebut bertambah
dan berakumulasi sebagai koloni yang merupakan populasi yang terdiri atas miliaran sel.
Koloni bakteri dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan mikroskop (Maksum,
2011).

Populasi bakteri dapat menjadi luar biasa banyak dalam waktu yang singkat. Dengan
memahami kondisi ini, kita dapat menemukan cara mengontrol pertumbuhan bakteri
penyebab penyakit atau bakteri perusak makanan. Selain itu, kita juga dapat memahami
bagaimana mendorong pertumbuhan bakteri yang menguntungkan bagi kehidupan
(Maksum, 2011).

Pada bab ini akan di uraikan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sel
bakteri, jenis-jenis media pertumbuhan buatan, proses pembelahan sel, fase
pertumbuhan, dan metode pengukuran pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan bakteri:

1) Suhu
2) pH
3) Tekanan Osmotik
4) Faktor Kimia
5) Oksigen (Maksum, 2011).
d. Klasifikasi Bakteri
Klasifikasi bakteri didasarkan pada kesamaan atau kemiripan sifat-sifat
spesifik dan unik yang dimiliki bakteri. Suatu penataan klasifikasi secara
sistematik ke dalam kelompok-kelompok disebut taksonomi. Bakteri
diklasifikasikan berdasarkan sistem taksonomi seperti yang dikembangkan oleh
Coralus Linnaeus untuk tanaman dan binatang pada tahun 1735. Sistem
taksonomi menempatkan spesies di ujung dan kingdom di ujung yang lain, dengan
urutan sebagai berikut.
Kingdom : Seluruh organisme di dalam hierarki ini
Filum/Diviso : Sekelompok kelas yang berkerabat
Kelas : Sekelompok ordo yang serupa
Ordo : Sekelompok famili yang serupa
Famili : Sekelompok genus yang serupa
Genus : Sekelompok spesies yang serupa
Spesies : Sekelompok organisme yang berkerabat dekat. Individu-individu di
dalam kelompok ini serupa dalam sebagian besar ciri-cirinya (Maksum, 2011).
Salah satu cara klasifikasi prokariot yang dianut secara luas adalah metode
klasifikasi dan determinasi menurut Bergey dalam Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. Dalam Bergey’s Manual, prokariot dibagi dalam 2
golongan besar (domain), yaitu bakteri (bacteria) dan arkea (archaea). Prokariot
(organisme bersel tunggal) mempunyai bakteri genetik yang terdiri atas DNA
yang terbuka dan tidak terbungkus dalam suatu selaput atau membran inti.
Prokariot berkembang biak dengan membelah diri menjadi dua bagian.
Eubacteria dan Archaebacteria termasuk dalam prokariot. Bakteri yang patogen
pada manusia termasuk dalam Eubacteria (Maksum, 2011).
Klasifikasi prokariot adalah sebagai berikut.
a) Kingdom : Procaryote
b) Divisio : Cyanobacteria
c) Divisio II : Bacteria

Bacteria dibagi dalam 3 kelas dan pembagian selanjutnya adalah sebagai berikiut.

a) Ordo : Penamaan ordo berakhiran dengan –ales


b) Famili : Penamaan famili berakhiran dengan –aceae
c) Tribus : Penamaan tribus berakhiran dengan –ieae
d) Genus
e) Spesies

Sebagai contoh :

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcaeceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus saprophyticus
Nama bakteri biasanya dapat menunjukkan sifat bakteri, bentuk bakteri, atau
nama penemu bakteri. Sebagai contoh, Bacillus adalah bakteri berbentuk batang;
Micrococcus adalah bakteri berbentuk butir-butir kecil; Erwinia berasal dari nama
Erwin; Pasteurella berasal dari nama Pasteur; Clostridium welchii ditemukan oleh
Welch; dan Borrelia burgdorferi ditemukan oleh Willy Burgdorferi (Maksum,
2011).

e. Identifikasi Bakteri
Identifikasi jenis bakteri bukan suatu pekerjaan yang mudah karena
memerlukan keterampilan dan beberapa informasi untuk
menentukan spesies bakteri yang akan diidentifikasi. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain (a) ukuran, bentuk, dan susunan
bakteri; (b) reaksi pewarnaan Gram; (c) gerakan bakteri: apakah
dapat bergerak atau tidak; (d) tipe falgel: apakah flagel berada di
ujung sel bakteri saja atau di seluruh tubuh; (e) ukuran dan bentuk
koloni bakteri; (f) warna koloni: apakah menyekresi pigmen warna
tertentu ke dalam media atau tidak; dan (g) konsistensi koloni
bakteri. Identifikasi genus dan spesies bakteri lebih lanjut
memerlukan informasi yang lebih lengkap, misalnya sifat-sifat
biokimia bakteri, apakah bakteri dapat memfermentasi jenis
karbohidrat tertentu, atau dapat menggunakan senyawa tertentu
sebagai satu-satunya sumber energi (Maksum, 2011).
Identifikasi bakteri,khususnya bakteri yang patogen untuk manusia,
dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut.
1) Pengamatan sifat-sifat morfologi koloni bakteri.
2) Pengamatan mikroskopis melalui pewarnaan bakteri.
3) Identifikasi bakteri melalui uji sifat biokimia.
4) Identifikasi bakteri berdasarkan profil DNA.
f. Infeksi Bakteri
Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling
banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri
(Maksum, 2011).
Bakteri merupakan mikroorganisme yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang, tetapi hanya dapat dilihat dengan bantuan
mikroskop (Maksum, 2011).
Setelah penemuan mikroskop oleh Anthony Van Leeuwenhoek,
pengetahuan tentang dunia mikroorganisme berkembang dengan
sangat pesat. Penemuan berbagai jenis penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme, terutama bakteri, telah menambah pesatnya
perkembangan ilmu kefarmasian (Maksum, 2011).
Selain itu, berbagai bentuk intraksi kehidupan dapat dipelajari
secara mikroskopis untuk memahami dan menangani berbagai jenis
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Maksum, 2011).
g. Habitat Mikroorganisme
Habitat adalah lokasi tempat tinggal spesifik suatu organisme,
sedangkan niche adalah peranan atau fungsi spesifik organisme itu
dalam komunikasi. Suatu habitat terdiri atas beberapa faktor,
meliputi suhu, tekanan hidrostatik, tekanan osmotik, pH, cahaya,
substansi anorganik (seperti air, CO2, O2 dan mineral), dan
substansi organik. Mikroorganisme yang terdapat disuatu lokasi
dapat bersifat transient (tinggal sementara) atau bersifat indigenous
(menetap dalam beberapa generasi dan umumnya dapat bertahan
pada kondisi lingkungannya) (Maksum, 2011).
Habitat alam mikroorganisme
1) Tanah
Bakteri yang terdapat di tanah antara lain Clostridium
tetani, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, dan
Bacillus anthracis (Maksum, 2011).
2) Air
Bakteri yang terdapat di dalam air antara lain Salmonella,
Shigella, Vibrio cholerae, Lagionella, dan Eschericia coli.
Eschericia coli biasanya digunakan sebagai indikator
pencemaran air oleh tinja (Maksum, 2011).
3) Udara
Udara terbuka jarang mengandung bakteri patogen. Hal ini
kemungkinan karena ada efek pengeringan ozonisasi, dan
radiasi sinar ultraviolet. Udara di dalam ruangan
kemungkinan mengandung bakteri dan mikroba patogen
yang berasal dari kulit, tangan, pakaian, dan saluran nafas
atas manusia (Maksum, 2011).
4) Makanan
Beberapa mikroorganisme patogen dapat ditemukan di
dalam makanan dan minuman terutama dalam susu antara
lain Mycobacterium tuberculosis, Salmonella,
Streptococcus, Shigella, Brucella, dan Staphylococcus;
bakteri-bakteri inilah yang sering menjadi penyebab
keracunan makanan (Maksum, 2011).
5) Flora Normal
Flora normal adalah mikroorganisme yang hidup di dalam
tubuh manusia yang dalam keadaaan tertentu tidak
menyebabkan penyakit pada manusia (Maksum, 2011).
6) Flora normal mulut dan saluran nafas
berbagai mikroorganisme terdapat di mulut dan saluran
nafas. Mikroorganisme yang sering di temukan dalam mulut
adalah spesies stephilokokus sedangkan mikroorganisme
yang paling dominan di dalam saluran nafas adalah spesies
streptokokus (Maksum, 2011).
7) Flora normal saluran cerna
Mikroorganisme dalam saluran cerna terdapat di usus besar
akan tetapi, mikroorganisme kadang-kadang juga di
temukan di ileum distal individu normal. Mikroorganisme
yang terdapat di usus besar antara lain Bacteroides,
Bifidobacterium, Eubacterium,lactobacilus, streptokokus,
dan clostridium. Flora normal saluran cerna berperang
penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen empedu
dan asam empedu, absosi zat makanan, dan merupakan
mikroorganisme antagonis bagi mikroorganisme patogen
(Mkasum, 2011).
8) Flora normal saluran genital dan saluran urine
Beberapa mikroorganisme dapat di temukan di saluran
genitalis eksterna, saluran uretra anterior, dan vagina.
Mikroorganisme yang sering di jumpai pada uretra adalah
Mycobactrium smegnatif. Flora normal pada vulva wanita
sangat di pengaruhi oleh kondisi normal tubuh (Maksum,
2011).
9) Flora normal kulit, hidung dan telinga
Bakteri yang sering ditemukan di kulit adalah stepilakokus
epidermidis. Micrococus, streptococus hemoliticus alpha,
streptococus nonhemoliticus dan dasarchina. Streptococus
stepilococcus aureus dapat menekat di hidung, sedangkan
flora yang terdapat di liang telinga antara lain strepcoccus
peneumoniae, dan stepilococcus aureus (Maksum, 2011).
10) Bakteri di dalam darah dan jaringan
Dalam keadaan normal, darah dan jaringan bebas mikroorganisme. Akan
tetapi, dalam keadaan tertentu, seperti mengunyah atau sikat gigi, flora komensal
dapat masuk kedalam darah atau jaringan. Dalam keadaan normal, mkroorganisme
tersebut segera dapat dimusnahkan oleh sistem kedalam tubuh (Maksum, 2011).
2.3 Virus
2.3.1 Sejarah Virus
Orang yang dianggap sebagai penemu virus adalah Dmitri Iwanownski (1892)
yang menemukannya dari daun tembakau yang menderita mosaic disease. Virus
mempunyai ukuran antara 10 milimikron sampai 400 milimikron. Bentuknya
bermacam-macam, seperti batang, oval, atau seperti benang. Virus bersifat obligate
parasit, yaitu hanya dapat tumbuh berkembang biak (replika) didalam sel yang masih
hidup (sel host). Diluar sel host virus berupa partikel yang disebut virion, dimana
didalamnya terdapat DNA dan RNA. Virion tidak melakukan metabolisme ataupun
reproduksi dan hanya dapat menyebabkan infeksi pada sel host yang cocok
dengannnya (Indan, 2003).
Apapun genomenya (DNA atau RNA) semua virus, mempergunakan bahan-
bahan yang berada didalam host untuk reproduksi dirinya. Peran genome virus adalah
mengarahkan agar aktivitas yang terjadi di dalam sel host sesuai dengan keinginan
virus, buiannya sesuai dengan kepentingan sel host. Bila suatu sel jaringan (manusia,
hewan, ataupun tumbuhan) terinfeksi oleh suatu virus, maka didalam sel tersebut akan
terjadi badan(body) yang dengan pewarnaan tertentu akan terlihat dengan mikroskop
biasa. Badan tersebut dinamakan inclusion body. Inclusion body tergantung dari jenis
virus nya, ada yang terletak di dalam ataupun di luar jaringan (Indan, 2003).

Virus hanya mengandung 1 (satu) jenis nucleic acid (asam nukleat) sebagai
bahan genome nya, DNA atau RNA. Virus RNA, misalnya virus poliomyelitis,
hepatitis A, encepalitis, yellow fever, influenza, mumps, morbili, AIDS, dan rabies.
Sedangkan virus DNA, misalnya hepatitis B, virus kanker, varicella, herpes genitalis,
smallpox (variola), dan cowpox (Indan, 2003).
2.3.2 Cara Berkembang Biak Virus
Cara berkembang biak virus belum diketahui dengan pasti. Beberapa hypothesis
telah dikemukakan untuk menerangkannya, yaitu :
1. Dengan lingkara hidup
2. Dengan duplikasi melalui enzym autocatalase
3. Pembentukan virus dari provirus
4. Perubahan susunan enzym dari sel host karena infeksi-virus, kemudian virus
terjadi dari bahan host (Indan, 2003).
Salah satu hypothesis yang dikemukakann adalah, bahwa virus yang telah
memasuki sel host, yaitu nucleic acid-nya akan mengubah jalannya metabolisme sel,
menjadi suatu biosintesis baru, dimana hasilnya adalah virus-virus baru. Cara
duplikasi seperti ini, menyebabkan sulit untuk menemukan zat yang secara
selektifdapat mempengaruhi pembentukan (sintesis virus), tanpa juga mempengaruhi
metabolisme sel host yang sehat. Itulah sebabnya sampai saat ini belum ditemukan
antibiotika atau chemotherapeutica yang efektif terhadap virus untuk mengobati
penyakit karena virus (Indan, 2003).

2.3.3 Daya Tahan Virus


Dibandingkan dengan bakteri, virus lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh
dari luar. Dengan pemanasan 60⁰C mati dalam 30 menit, sedangkan bakteri hanya 5-
10 menit. Daya tahan hidup lebih lama pada suhu dingin walau pada suhu minus
60⁰C, tetapi virulensinya (keganasannya) hilang pada suhu -40⁰C. Beberapa virus
sangat tahan terhadap pengeringan. Misalnya, virus variola dalam keromprng (crusta),
pada suhu kamar dapat hidup sampai 1 tahun (Indan, 2003).
Larutan phenol 0,5% tidak menghilangkan daya infeksinya. Glycerin 50%
dapat menghancurkan bakteri, tetapi tidak berpengaruh apa-apa terhadap virus. Virus
lebih sensitif terhadap oxidator (Indan, 2003).
Infeksi karena virus tidak dapat diobati dengan antibiotika dan
chemoterapeutica, kecuali virus-virus yang berukuran besar (mendekati ukuran
bakteri), misalnya Thracoma, dapat diobati dengan broad spectrum antibiotic.
Antibiotica ini pun tidak bersifat virucida, tetapi hanya menghambat multiplikasinya
saja (virustatica) (Indan, 2003).
2.3.4 Penyakit Karena Virus
Virus, karena hanya dapat tumbuh dan berkembang biak di dalam sel yang
masih hidup, selalu hidup sebagai parasit (Indan, 2003).
Virus yang dapat menimbulkan penyakit pada berbagai organisme
1. Pada bakteri disebut bacteriophage
2. Pada tumbuhan, misalnya mosaic disease pada tembakau, tomat, dan kentang
3. Pada serangga, misalnya penyakit silk-worm jaundice pada ulat sutera
4. Pada hewan, misalnya penyakit rabies pada anjing
5. Pada manusia, misalnya variola (smallpox atau cacar), thracoma, poliomyelitis,
hepatitis infectiosa, dengue haemorragic fever (Indan, 2003).
2.3.5 Kekebalan Setelah Menderita Infeksi Virus
Virus bersifat antigen, sehingga bila masuk ke dalam tubuh akan merangsang
dibentuknya antibodi dan menibulkan kekebalan (Endan, 2003).
Beberapa penyakit karena virus, menimbulkan kekebalan yang sangat tinggi sehingga
orang tidak akan menderita penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Misalnya
penyakit variola, poliomyelitis, mumps, morbili dan varicella. Karena belum
ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh virus, maka
vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan
oleh virus, seperti yang telah dikerjakan Edward Jenner untuk mencegah variola
(Indan, 2003).
Beberapa penyakit virus lainnya hanya menyebabkan kekebalan yang sangat
besar, seperti commond cold, herpes simplex, dan influenza (Indan, 2003).
2.3.6 Virus Yang Menyebabkan Penyakit pada Manusia
1. Dengue
Sifat virus
Ukurannya 17-25 milimikron. Virus dengue terdapat didalam darah penderita
ketika penderita demam (Indan, 2003).

Penyakit yang ditimbulkannya


Pada manusia menimbulkan penyakit dengue (demam berdarah), ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegepty, Aedes albopictus (Indan, 2003).
Masa inkubasi 5-8 hari.
Gelaja penyakitnya berupa demam tinggi 40⁰C, sakit kepala, punggung, otot, dan
bola mata, anorexia, nausea, muntah dan sakit didaerah perut terutama daerah
epigastrum (Indan, 2003).
Ruam dikulit biasanya terjadi pada ketiga atau kelima, terutama pada daerah dada,
perut, kaki dan lengan. Walaupun virus dengue dapat menyerang setiap sel tubuh,
tetapi mempunyai predileksi (kecenderungan) menyerang sel-sel parenchym organ
dan sel endhotelial kapiler, sehingga salah satu gejalanya adalah pendarahan
(Indan, 2003).
Pada penyakit berat (demam dengan berdarah) terjadi pendarahan dikulit
(petechiae), dihidung (epistaxis), pada tractus gastrointestinalis, ginjal dan
jantung. Angka kematian 5-10%. Setelah sembuh dari penyakitnya, penderita akan
kebal sehingga infeksi ulangan jarang terjadi (Indan, 2003).
Pencegahan
Menghindari gigitan nyamuk dan pemberantasan nyamuk (Indan, 2003).
2. Yellow Fever
Sifat virus
Ukuran 17-25 milimikron. Diluar tubuh pada suhu 55⁰C mati dalam 5 menit,
tetapi pada suhu 0⁰C tahan hidup sampai beberapa bulan. Mudah dibunuh dengan
desinfektan (Indan, 2003).
Penyakit yang ditimbulkannya
Pada manusia menyebabkan demam kuning, ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegepty, masa inkubasi 3-6 hari. Gejala penyakit berupa demam, sakit kepala,
sakit pingganh, nausea, vomitus, dan sakit sekitar aera epigastrum (Indan, 2003).
Liver merupakan organ yang paling berat mengalami kerusakan sehingga timbul
gejala icterus dan pendarahan. Kadang-kadang menimbulkan hematemesis
(muntah darah) (Indan, 2003).
Gangguan ginjal ditandai dengan oliguria dan anuria.
Angka kematian pada waktu epidemi sekitar 50% sedangkan pada daerah epidemi
7-10% (Indan, 2003).
Penyakit yellow fever termasuk dalam undang-undang karantina sehingga
kejadian penyakitnya harus segera dilaporkan (Indan, 2003).
Pencegahan
1) Hindari gigitan nyamuk
2) Memberantas nyamuk khususnya Aedes aegypti
3) Mencegah importasi (masuknya) nyamuk aedes aegypti bersama pesawat
terbang dan kapal, terutama yang datang dari daerah endemik yellow fever
4) Vaksinasi (Indan, 2003).
3. Poliomyelitis
Ukuran virus 25-30 milimikron. Nucleic acid adalah RNA. Dibandingkan dengan
virus lainnya, virus ini lebih tahan terhadap pengaruh fisik maupun kimia. Tahan
terhadap pH asam lambung dan tahan hidup lama pada suhu rendah (Indan, 2003).
Virus polio ada 3 tipe, yaitu :
- Type I (type brunhilde)
- Type II (type lansing)
- Type III (type leon)

Type ini banyak terdapat dalam feces manusia (Indan, 2003).

Penyakit yang ditimbulkannya

Pada manusia menimbulkan penyakit poliomyelitis (limpuh anak-anak atau


poliomyelitis anterior acuta). Virusnya menular melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi atau droplet infection. Masa inkubasinya 4 -35 hari (Indan,
2003).

Ada 3 jenis syndroma poliomyelitis, yaitu : abortive poliomyelitis, nonparalytic


poliomyelitis dan paralytic poliomyelitis (Indan, 2003).

Gejala penyakit biasanya muncul secara perlahan (gradula) (Indan, 2003).

Abortive poliomyelitis merupakan jenis poliomyelitis yang paling banyak,


gejalanya berupa demam malaise, sakit kepala, tenggorokan terasa kering,
konstipasi, dan kadang-kadang muntah. Seringkali diduga menderita influenza
(Indan, 2003).

Gejala pada nonparalitic poliomyelitis, ditandai dengan adanya gejala meningitis,


sakit kepala, serta kaku duduk dan punggung. Setelah sembuh, tidak ada gejala
sisa gangguan neurologis (Indan, 2003).

Paralytic poliomyelitis kadang-kadang tidak diketahui oleh abortive poliomyelitis,


gejala penyakitnya datang secara mendadak dan berat. Menimbulkan kelumpuhan
otot, yang sering terjadi adalah otot kaki atau tangan, biasanya hanya sebelah
(Indan, 2003).

Pada kasus berat dapat menimbulkan kematian karena kelumpuhan otot-otot


pernapasan. Presentase jenis paralytic poliomyelitis ini kira-kira 20 dari 100.000
penderita pada waktu wabah polio (Indan, 2003).
Pencegahan

Pencegahan dengan vaksinasi, peningkatan hygiene pribadi dan sanitasi


lingkungan (Indan, 2003).

Dikenal 2 jenis vaksin polio, yaitu :

1. Salk vaccine berupa vaksin mati yang diberikan dengan suntikan


2. Sabin vaccine berupa vaksin hidup, terdiri atas virus hidup, tetapi sudah
dilemahkan. Diberikan melalui mulut (per oral) (Indan, 2003).

Di Indonesia digunakan vaksin Sabin (Indan, 2003).

4. Virus Echo (Enteric-cytopathogenic-human-orphan virus)


Virus Echo dapat ditemukan pada feces atau apusan tenggorokan. Penyakit
tersebut menular melalui makanan, minuman dan deoplet infection (Indan, 2003).

Gejala Penyakit
Gejala penyakit berupa demam dengan atau tanpa ruam kulit dan gejala aseptik
meningitis. Virus Echo sering menimbulkan wabah mencret (watery diarrhea)
pada bayi yang baru lahir yang dirawat di rumah sakit. Hal ni terjadi larena
penularan dari orang dewasa yang mengandung virusnya (Indan, 2003).
Virus ini dapat pula menimbulkan penyakit dengan gejala gangguan tractus
resipatoris dan tractus gastrointentinalis berupa demam, batuk, hidung, dan mata
berair, muntah dan diarrhea (Indan, 2003).
Pencegahan
Menghindari penularan dengan menjaga kebesihan makanan dan minuman serta
menghindari kontak dengan penderita. Pengasuh bayi atau orang-orang yang
berkaitan dengan perawatan bayi harus bebas dari virus Echo (Indan, 2003).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme
yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme yang gagal dan berbiak dan menyebabkan perubahan pada
jaringan normal.
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada
jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat
kompetisi metabolisme, toksin, replika intraselular, dan respon antigan-
antibodi .
3.2 Saran
Dengan segala kekurangan pada makalah ini kami berharap pembaca
dapat memberikan kritik dan saran sekiramya makalah ini kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA

Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi & Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Radji, Maksum. 2011. Buku Ajar Mirkrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai