Anda di halaman 1dari 5

RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA

Modul : 1.4. Budaya Positif

Oleh : Iin Dwi Astuti


TK NEGERI PEMBINA PRAYA

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara pada hakikatnya menuntun siswa untuk


mencapai perubahan tingkah laku dan menumbuhkan kekuatan kodrat anak agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya dalam hidup baik sebagai seorang
manusia maupun anggota masyarakat. Pengajaran dalam hal ini merupakan bagian dari
proses pendidikan, dimana melalui pengajaran guru memberikan ilmu yang berfaedah
untuk kecakapan anak secara lahir dan batin. Buah pemikiran Ki Hajar Dewantara
mengenai peran guru dalam pendidikan dan pengajaran tertuang dalam semboyan
berbahasa Jawa yaitu “Ing Ngarso Sun Tulodo (guru di depan siswa, memberi teladan yang
baik), Ing Madyo Mbangun Karso (guru di tengah-tengah siswa, mampu membimbing
belajar siswa), Tut Wuri Handayani (guru di belakang siswa, memberikan motivasi dan
dorongan semangat belajar). Jadi, guru berperan sebagai teladan, fasilitator dan motivator.
Guru melakukan aktivitas pendidikan dan pengajaran dengan berpusat kepada siswa.

Relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut dengan konteks pendidikan di


Indonesia dan di sekolah saat ini yaitu bahwa pendidikan berpusat kepada siswa dan
pendidikan yang diberikan kepada siswa mengikuti kodrat zamannya saat ini. Bila
pendidikan dengan kodat zaman saat ini adalah siswa dituntut memiliki kompetensi
keterampilan Abad 21 maka proses pendidikan yang dilakukan harus mengikuti tuntutan
kompetensi pada Abad 21 (sesuai zamannya). Terlebih lagi saat ini dunia sedang memasuki
revolusi industri 4.0 yang menuntut kompetensi yang memadai untuk terlibat di dalamnya.
Akan tetapi harus tetap memperhatikan bahwa pengaruh dari luar perlu disaring dengan
tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Pendidikan dan cara-cara yang
diadopsi di dalamnya agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian dan budaya
Indonesia. Proses pendidikan dan pengajaran hendaknya harus mengusung merdeka
belajar di mana siswa dapat belajar sesuai dengan kodrat, minat bakat, dan gaya
belajarnya, karena setiap siswa adalah unik dan membutuhkan sentuhan belajar yang tepat
sesuai keunikannya. Proses tersebut mengarahkan siswa untuk mencapai profil pelajar
pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong dan berkebhinekaan yang global. Dalam
hal ini, sangat diperlukan proses pendidikan yang merdeka dalam belajar untuk mencapai
tujuan membentuk dan mengembangkan siswa agar memiliki profil pelajar pancasila.

Aktivitas pembelajaran dan kegiatan yang ada di sekolah hendaknya betujuan untuk
mengembangkan nilai-nilai positif yang bersumber dari profil pelajar pancasila yang ingin
diwujudkan dalam diri murid. Nilai-nilai tersebut menjadi bagian dari visi guru penggerak
yang selaras dengan visi sekolah yang ingin diwujudkan. Untuk mewujudkannya diperlukan
kesiapan dari aspek dukungan dan proses. Apek dukungan berupa warga sekolah terutama
guru harus memiliki nilai-nilai guru penggerak yang bersumber dari profil pelajar pancasila
untuk dapat melakukan peran sebagai guru penggerak dalam melakukan proses
perwujudan nilai-nilai positif tersebut. Nilai-nilai guru penggerak meliputi nilai mandiri,
kolaboratif, inovatif, reflektif dan berpihak kepada murid. Nilai ini berkorelasi dan
memperkuat peran sebagai guru penggerak dalam pemimpin pembelajaran, menggerakkan
komunitas praktisi, menjadi coach guru lain, mendorong kolaborasi antar guru dan
mewujudkan kepemimpinan murid. Kemudian, aspek proses meliputi penerapan budaya
positif yang mengandung nilai-nilai positif dalam visi guru penggerak dan visi sekolah yang
dapat dicapai melalui pembiasaan-pembiasaan yang terus-menerus dan
berkesinambungan secara konsisten.

Pembiasaan nilai-nilai positif melalui budaya positif tersebut dapat terwujud dengan
adanya kolaborasi dari berbagai pihak warga sekolah dan orang tua/wali murid yang saling
terkoneksi pada visi yang sama yang berkaitan dengan membentuk profil pelajar pancasila
yang selaras dengan visi sekolah. Dalam hal ini diperlukan adanya penerapan kesepakatan
kelas, disiplin positif, dan posisi kontrol guru dalam penerapan di kelas atau sekolah.
Kesepakatan kelas dilakukan dengan melibatkan murid dalam penyusunannya dan berisi
peraturan dan nilai-nilai positif yang menjadi acuan tujuan pendidikan. Dalam
melaksanakan kesepakatan kelas diperlukan penerapan disiplin positif yang
mengutamakan penumbuhan inisiatif atau kesadaran intrinsik murid untuk melakukan
nilai-nilai yang positif tadi. Disiplin positif tidak menerapkan hukuman atas pelanggaran
peraturan atau nilai melainkan menyadarkan murid akan adanya konsekuensi dari
palanggaran. Disiplin positif tidak memperkenankan janji pemberian hadiah atas
pencapaian nilai positif, melainkan mengijinkan pemberian apresiasi terhadap pencapaian
setelah dilakukan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menempatkan posisi kontrol guru
yang tepat sebagai manager dalam penumbuhan budaya positif di sekolah.

B. TUJUAN
Tujuan dari tindakan aksi nyata ini adalah untuk menerapkan budaya positif di kelas dan
sekolah agar siswa dapat menumbuhkan dan mewujudkan nilai-nilai positif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas melalui pembiasaan melaksanakan kesepakatan kelas, penerapan
disiplin positif, dan bimbingan kontrol guru dalam managemen aktivitas penerapan budaya
positif bersama antara guru dan murid.

C. TOLAK UKUR
Tolak ukur keberhasilan dari rancangan tindakan aksi nyata ini adalah:
1. Siswa dan guru menyepakati kesepakatan kelas
2. Siswa dan guru dapat menerapkan nilai-nilai budaya positif yang terdapat dalam
kesepakatan kelas dan visi sekolah melalui disiplin positif seperti: a. Menerapkan
protocol pencegahan covid-19
b. Bersama-sama disiplin waktu
c. Bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas
d. Menerapkan Budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun)
e. Bersama-sama menjaga keamanan, ketertiban, kenyamanan dan kebersihan
f. Memulai dan mengakhiri kegiatan di kelas dengan bersyukur dan berdo’a
3. Siswa dan guru dapat merefleksi hasil penerapan budaya positif di sekolah
4. Siswa dan guru dapat mewujudkan visi sekolah melalui penerapan budaya positif

D. LINIMASA TINDAKAN YANG DILAKUKAN

Tindakan aksi nyata yang dilakukan antara lain:

Terkait dengan sekolah :

MEMBUDAYAKAN NILAI-NILAI POSITIF


MELALUI PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI LINGKUNGAN SEKOLAH

• Melakukan komunikasi dengan pihak atasan berkaitan dengan program Guru Penggerak
Penerapan Budaya Positif yang akan saya lakukan di sekolah dalam rangka membangun
dukungan positif yang konsisten.
• Melakukan sosialisasi tentang penerapan budaya positif yang terintegrasi dalam
kegiatan rapat pembagian tugas guru/TU.
• Berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam memetakan nilai-nilai positif yang selaras
dengan visi guru penggerak dan visi sekolah.
• Berkoordinasi dengan pihak atasan dan pengawas dalam pelaksanaan dan
evaluasi/refleksi program mewujudkan budaya positif

Terkait dengan kelas :


MENERAPKAN NILAI-NILAI BUDAYA POSITIF
MELALUI KESEPAKATAN KELAS, PENERAPAN DISIPLIN POSITIF DAN POSISI
KONTROL GURU DI KELAS PADA MASA PANDEMI-COVID-19
(Pembelajaran Daring dan Luring)

• Membuat kesepakatan kelas bersama antara guru dan murid


• Melaksanakan kesepakatan kelas secara konsisten dengan penerapan disiplin positif
• Melakukan managemen dalam mengontrol pelaksanaan kesepakatan kelas dan disiplin
positif
• Merefleksi kesepakatan kelas yang sudah dilaksanakan yang akan dilakukan secara
langsung di kelas
• Merefleksi pencapaian nilai-nilai positif yang sudah dicapai dengan melakukan
penyebaran angket kepada siswa sebagai sumber refleksi untuk penentuan improvisasi
program mendatang agar lebih terarah dalam mencapai visi sekolah.

E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

Dukungan yang dibutuhkan berupa dukungan dari pihak sekolah, murid dan orang tua/wali
murid/komite sekolah. Dukungan dari sekolah berkaitan dengan dukungan kebijakan,
dana, semangat, sarana dan prasarana dari pihak sekolah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah dan TU), serta dukungan dari rekan sejawat dalam berkolaborasi menerapkan
budaya positif di sekolah. Dukungan dari murid berkaitan dengan komitmen dan
konsistensi dalam pelaksanaan program secara sadar dan mandiri. Dukungan dari orang
tua/wali murid berkaitan dengan kontrol aktivitas murid saat berada di rumah dan
dukungan dari komite sekolah berupa komite sekolah dapat menjembatani hubungan
antara guru dan orang tua/wali murid untuk bersama-sama menumbuhkan kebiasaan
positif murid.

Anda mungkin juga menyukai