Anda di halaman 1dari 16

Makalah

“Agen-Agen Infeksius”
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Mikrobiologi Dan Parasitiologi

Dosen Pembimbing : Ns. Tegar Maulana W,M.Kep

Di Susun Oleh :

Audry Reksatya (32021002)

Prodi : Keperawatan Anestesiologi

TINGKAT 2

Politeknik Tiara Bunda

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan atas ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul, “Agen-Agen
Infeksius” yang dimana makalah ini bertujuan mengetahui tentang
pengertian Mengatahui pengertian virus, pengertian bakteri, pengertian
jamur, pengertian parasite, pengertian riketsia, pengertian
clamidia,pengertian pejamu, sifat sifat penyakit infeksi dan proses
penyebaran infeksi
Saya  berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan
pengetahuan bagi pembaca. Saya mengetahui bahwa makalah ini belum
begitu sempurna, jadi kritik dan saran sangat saya harapkan bagi kemajuan
makalah ini untuk selanjutnya. Lebih dan kurangnya saya mengucapkan
terima kasih.   

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 09 Maret
2021

Audry Reksatya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1. Latar Belakang.....................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................2

1.3. Tujuan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

2.1. Penyebaran Penyakit Infeksi...............................................................6

2.2. Sifat-sifat penyakit infeksi...................................................................8

2.3. Faktor lingkungan..............................................................................10

BAB III PENUTUP......................................................................................12

3.1. Kesimpulan........................................................................................12

3.2. Saran..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di


sekelilingnya (Suharto, 1994). Di dalam tubuh manusia, mikroorganisme
terdapat pada permukaan tubuh, di dalam mulut, hidung dan rongga-rongga
tubuh lainnya. Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak penyakit yang
telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan,
1986).1
Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di
dalam tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter,
2005).2 Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat
menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi
antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba
patogen, dan bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya
penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor
penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu (host), dan faktor
lingkungan. 3
Di era globalisasi ini banyak masyarakat yang memiliki kesehatan
rendah, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan dan yang
paling penting adalah masyarakat kurang peduli terhadap lingkungan sekitar
mereka sendiri. Padahal kesehatan seseorang sangatlah tergantung pada
lingkungannya sendiri. Tubuh manusia akan selalu terancam oleh serangan
agen-agen Infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Untuk

1
Ana Dwi, Isro.2007. http://eprints.ums.ac.id/15360/2/bab_1.pdf. ISOLASI,
IDENTIFIKASI DAN UJI SENSITIVITAS Staphylococcus aureus. Diakses 11
Maret Pada 8:38 WIB
2
Hidayah, Nurul, G2A216095 (2018), http://repository.unimus.ac.id/2066/3/BAB
%20II.pdf. KARAKTERISTIK, SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWAT DALAM
PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT INAP RSI
KENDAL. Diakses 11 Maret 2021 Pada 8:48 WIB
3
Syahputra,IR.2014.http://eprints.undip.ac.id/44749/3/IGOR_RIZKIA_
SYA HPUTRA_22010110110094_Bab2KTI.pdf. Penyakit Infeksi, diakses 11
Maret Pada 00:45 WIB.

1
menghindari serangan-serangan tersebut biasanya badan
akan mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap
bahaya yang ada di sekitar lingkungan sekitar yang disebabkan oleh
agen Infeksius yang masuk kedalam tubuh.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu virus?


2. Apa itu bakteri?
3. Apa itu jamur?
4. Apa itu parasite?
5. Apa itu riketsia?
6. Apa itu clamidia?
7. Apa itu pejamu?
8. Sebutkan sifat sifat penyakit infeksi?
9. Bagaimana penyebaran infeksi?

1.3. Tujuan

1. Mengatahui pengertian virus


2. Mengetahui pengertian bakteri
3. Mengatahui pengertian jamur
4. Mengetahui pengertian parasite
5. Mengetahui pengertian riketsia
6. Mengetahui pengertian clamidia
7. Mengetahui pengertian pejamu
8. Mengetahui sifat sifat penyakit infeksi
9. Mengetahui proses penyebaran infeksi

2
BAB II

PEMBAHASAN

a. Virus
Virus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang
mengandung RNA atau DNA serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu
bermetabolisme/bereplikasi mandiri sehingga memerlukan organel sel
terinfeksi untuk berkembang biak. Virus merupakan penyebab
tersering timbulnya penyakit pada manusia sering tanpa gejala dan
berkembang tanpa diketahui. Hal demikian menyebabkan perbedaan antara
infeksi virus (replikasi di tubuh penjamu) dan penyakit virus (replikasi
disertai kerusakan jaringan) sangat kritis. Banyak infeksi tanpa disertai
eliminasi virus dari tubuh tetapi menetap bertahun-tahun atau seumur hidup,
multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai infeksi menahun atau
hidup di dalam bentuk laten non-infektif dengan potensi direktifkan
kemudian, misalnyau virus herpes zoster penyebab cacar air (varicella)
dapat menetap dalam bentuk laten di ganglia dorsalis dan secara periodik
diaktifkan timbul sebagai vesikel dikulit yang dapat menyebabkan rasa
sakit. Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering
digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena seperti infeksi virus
pernapasan, bentuk kelainan klinik yang ditimbulkan seperti virus yang
menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi laten virus.

b. Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, berukuran
antara 0,5-10 µm. Bakteri juga merupakan organisme hidup dan dapat
ditemukan di mana-mana. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak
dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Infeksi bakteri sering terjadi
bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri atau borok pada bagian tubuh.
Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula atau
lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang struktur dinding sel bakteri
Gram negatif yaitu merupakan struktur yang berlapis, sedangkan bakteri
Gram positif mempunyai satu lapis yang tebal.

3
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar
baguan tubuh (kulit), tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida
Albicans. Candida Albicans adalah jenis fungi yang seperti ragi,
umumnya ditemukan di dalam mulut, kerongkongan, usus, dan saluran
genital. Normalnya, bakteri baik dalam usus akan berkompetisi dengan
candida dan menjaganya agar tetap terkendali tanpa menyebabkan masalah
kesehatan apapun. Namun ketika keseimbangan antara bakteri baik dan
candida terganggu, maka infeksi candidas tidak dapat dihindari. Contoh
lain adalah infeksi jamur yang terjadi di susunan saraf pusat, seperti
meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis, dan abses otak.
d. Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi
imunogenisitas dan menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda
menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus
hidup dalam host vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada
dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di
dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor
imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan
ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.
4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk
masing-masing parasit.

e. Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki
sifat yang sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia
mempunyai enzim yang penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi
asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam glutamat

4
menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel.
Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel.
Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel.
Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam tingkat
yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32o C. Pada
umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan
pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.
f. Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan
DNA, dinding sel dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat.
Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram
negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan
merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa
stadium mulai dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan
garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah ribosom.
Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian
badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-
48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen
spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel.
G. Pejamu
Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini sdisebut faktor
instrinsik. Faktor pejamu dan agen dapat diumpamakan dengan tanah dan
benih. Tumbuhnya benih tergantung keadaan tanah yang dianalogikan
dengan tumbulnya penyakit yang tergantung pada pejamu. Faktor pejamu
yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit, sebagai berikut: 

1. Genetik, misalnya penyakit sickle cell anemia, gangguan glukosa,


dan lainnya.

2. Umur, misalnya usia lanjut memiliki risiko untuk terkena karsinoma,


dan lainnya.

3. Jenis kelamin, penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes


melitus, penyakit jantung dan hipertensi, dan lainnya.

5
4. Keadaan fisiologi, kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya
berbagai penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia, dan
psikosis pascapartum.

5. Kekebalan, orang-orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap


suatu penyakit akan mudah terserang penyakit tersebut.

6. Penyakit yang diderita sebelumnya, misalnya reumatoid artritis yang


mudah kambuh.

2.1. Penyebaran Penyakit Infeksi

Dalam garis besarnya mekanisme transmisi mikroba patogen ke


pejamu yang rentan melalui dua cara:
1. Transmisi Langsung Penularan langsung oleh mikroba patogen ke
pintu masuk yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya
sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin,
batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi Tidak Langsung Penularan mikroba patogen yang
memerlukan media perantara baik berupa barang/bahan, air, udara,
makanan/minuman, maupun vektor.
3. Vehicle Borne Sebagai media perantara penularan adalah
barang/bahan yang terkontaminasi seperti peralatan makan, minum,
alat-alat bedah/kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan
infus/transfusi.
4. Vektor Borne Sebagai media perantara adalah vektor (serangga)
yang memindahkan mikroba patogen ke pejamu adalah sebagai
berikut:
1.  Cara Mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba
patogen, lalu hinggap pada makanan/minuman, dimana
selanjutnya akan masuk ke saluran cerna pejamu.
2. Cara Bologis Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba
mengalami siklus perkembangbiakkan dalam tubuh

6
vektor/serangga, selanjutnya mikroba dipindahkan ke tubuh
pejamu melalui gigitan.
5. Food Borne Makanan dan minuman adalah media perantara yang
cukup efektif untuk menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu
melalui saluran cerna.

Water Borne Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun


kualitatif, terutama untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air
yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis diharapkan terbebas
dari mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak, sebagai
media perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke
pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna atau yang lainnya.
e. Air Borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun
adanya udara yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk
dideteksi. Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu
dalam bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau
bersin, bicara atau bernafas, melalui mulut atau hidung. Sedangkan debu
merupakan partikel yang dapat terbang bersama partikel lantai/tanah.
Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang
tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau
pada laboratorium klinik. Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang
peka akan berinterksi dengan mikroba patogen yang secara alamiah akan
melewati 4 tahap:
1. Tahap Rentan

Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun peka
atau labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit
seperti umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan
lain-lain. Faktor predisposisi tersebut mempercepat masuknya mikroba
patogen untuk berinteraksi dengan pejamu.

2. Tahap Inkubasi Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen


mulai bereaksi, namun tanda dan gejala penyakit belum tampak. Saat

7
mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya
tanda dan gejala penyakit disebut inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit
berbeda dengan penyakit lainnya, ada yang hanya beberapa jam, dan ada
pula yang bertahun-tahun.
3. Tahap Klinis Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang
dapat memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya,
penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala
penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas
sehari-hari. Jika bertambah parah, penderita sudah tidak mampu lagi
melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tahap Akhir PenyakitPerjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5
alternatif, yaitu:
a.Sembuh sempurna Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan
fungsi sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sedia kala.
b.Sembuh dengan cacat Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai
adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun
cacat sosial.

c. Pembawa ( carrier )Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai


dengan menghilangnya tanda dan gejalan penyakit. Pada kondisi ini agen
penyebab penyakit masih ada, dan masih potensial sebagai sumber
penularan.
d. Kronis Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala
yang tetap atau tidak berubah.
e. Meninggal dunia Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan
fungsi–fungsi organ.

2.2. Sifat-sifat penyakit infeksi

Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat–


sifat khusus yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit
lainnya.Sebagai makhluk hidup, mikroba patogen memiliki ciri–ciri
kehidupan, yaitu :

8
1. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang
biak.
2. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan
hidupnya.
3. Bergerak dan berpindah tempat.
Ciri–ciri kehidupan mikroba patogen tersebut di atas, merupakan
sifat–sifat spesifik mikroba patogen dalam upaya mempertahankan
hidupnya. Cara menyerang/invasi ke pejamu/ manusia melalui tahapan
sebagai berikut.:
1. Sebelum pindah ke pejamu (calon penderita), mikroba patogen hidup
dan berkembang biak pada reservoir (orang/penderita, hewan,
benda–benda lain).
2. Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya
mekanisme penyebaran.
3. Untuk masuk ke tubuh pejamu (calon penderita), mikroba patogen
memerlukan pintu masuk (port d’entrée) seperti kulit/mukosa yang
terluka, hidung, rongga mulut, dan sebagainya.Adanya tenggang
waktu saat masuknya mikroba patogen melalui port d’entrée sampai
timbulnya manifestasi klinis, untuk masing – masing mikroba
patogen berbeda–beda.
4. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang oleh
mikroba patogen, namun berbeda mikroba patogen secara selektif
hanya menyerang organ–organ tubuh tertentu dari pejamu/target
organ.
5. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis
dari mikroba patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa
faktor berikut.
a. Infeksivitas
Besarnya kemampuan mikroba patogen melakukan invasi,
berkembang biak dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal
pada jaringan tubuh pejamu.
1. Patogenitas
Derajat respons/reaksi pejamu untuk menjadi sakit.

9
2. Virulensi
Besarnya kemampuan merusak mirkoba patogen terhadap
jaringan pejamu.
3. Toksigenitas
Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan
toksin, di mana toksin berpengaruh dalam perjalanan penyakit.
4. Antigenitas
Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya
mekanisme pertahanan tubuh/antibodi pada diri pejamu. Kondisi ini
akan mempersulit mikroba patogen itu sendiri untuk berkembang
biak, karena melemahnya respons pejamu menjadi sakit.

2.3. Faktor lingkungan

Lingkungan menjadi faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya


penyakit. Faktor ini disebut faktopr ekstrinsik. Faktor lingkungan dapat
berupa sebagai berikut:
1. Lingkungan fisik
Termasuk dalam lingkungan fisik antara lain geografik dan keadaan
musim. Misalnya, negara yang beriklim tropis memiliki pola penyakit yang
berbeda dengan negara yang beriklim dingin atau subtropis. Dalam satu
negara terjadi perbedaan pola penyakit, misalnya antara daerah pantai dan
pegunungan.
2. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis adalah semua makhluk hidup yang berada di
sekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Misalnya, wilayah
dengan flora yang berbeda akan memiliki pola penyakit yang berbeda.
Faktor lingkungan biologis, selain bakteri dan virus patogen, ulah manusia
juga memiliki peran yang penting. Bahkan dapat dikatakan penyakit timbul
karena ulah manusia. Patogenitas adalah kemampuan mikroorganisme untuk
menimbulkan penyakit pada pejamu.
3. Lingkungan sosial ekonomi
Dalam lingkungan sosial ekonomi terdapat beberapa kriteria, yaitu:
Pekerjaan Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia akan mudah

10
terkena penyakit akibat pemaparan terhadap za-zat kimia yang ada.
Urbanisasi Urbanisasi menimbulkan berbagai masalah sosial seperti
kepadatan penduduk dan timbulnya daerah kumuh. Lingkungan dengan
kebersihan yang minim menunjang terjadinya berbagai macam penyakit
infeksi. 

2.4. Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius


Pejamu memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh
jaringan dan
Mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng
pertama diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa permukaan dan
sekret yang diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan
dinding bakteri.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit,
riketsia, dan clamidia.
Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke
dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk
kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan
eksastema, dan sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau
borok pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak
dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Masing-masing faktor
penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur menimbulkan infeksi
umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-
daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki,
lipatan paha, dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa
menimbulkan infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
Riketsia. Clamidia

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan


mikroorganisme di dalam tubuh pejamu . Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang
termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit,
riketsia, dan clamidia.

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba


patogen, dan bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya
penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor
penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu (host), dan faktor
lingkungan.

3.2. Saran

Penulis mengharapkan perlu adanya peningkatan kesadaran untuk


mengetahui tentang agen-agen infeksius. Penulis sadar bahwa makalah ini
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik para pembaca
sangat kami harapkan demi perbaikan makalah berikutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Syahputra,IR.2014.http://eprints.undip.ac.id/44749/3/IGOR_RIZKIA_SYA
HPUTRA_22010110110094_Bab2KTI.pdf. Penyakit Infeksi,
diakses 11 Maret Pada 00:45 WIB.
Indonesia, Dokumen. https://dokumen.tips/documents/agen-infeksius.html.
AGEN INFEKSIUS, diakses 11 Maret Pada 00:51 WIB
Kompas,2020,https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/18/190000569/
proses-terjadinya-penyakit-infeksi?page=all. Proses Terjadinya
Infeksi, diakses 11 Maret Pada 00:52 WIB
Bayu, Prianka,2014.http://eprints.undip.ac.id/44863/3/. Infeksi. Diakses 11
Maret Pada 00:55 WIB.

13

Anda mungkin juga menyukai