Anda di halaman 1dari 15

GAMBAR HIDROCHEPALUS

Alfriani Dariman S.Kep

LAPORAN PENDAHULUAN
HIDROCEPHALUS
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
a. Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan

bertambahnya

cairan

serebrospinalis,

disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun


gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial

yang

meninggi

sehingga

terjadi

pelebaran

ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto


Suharso,2009)
b. Hidrosefalus
adalah

kelainan

patologis

otak

yang

mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan


atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus
selalu

bersifat

kerusakan

sekunder,

otak.

sebagai

Adanya

akibat

penyakit

kelainan-kelainan

atau

tersebut

menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran


sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
c. Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS)
dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang
meninggi

sehingga

terdapat

pelebaran

ruangan

tempat

mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).


Dari

beberapa

definisi

diatas

dapat

disimpulkan,

hidrochepalus adalah suatu keadaan patologik otak yang


Alfriani Dariman S.Kep

mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga


terdapat

pelebaran

ruangan

tempat

mengalirnya

cairan

cerebrospinal.

B. KLASIFIKASI
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat dibagi
dua:
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi
dilahirkan, sehingga :
a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
b. Terdesak oleh banyaknya cairan di dalam kepala dan
tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan
sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar,
dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu
misalnya

trauma,

TBC

yang

pengobatannya tidak tuntas.


Pada hidrosefalus didapat

menyerang

otak

pertumbuhan

otak

dimana
sudah

sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya


peninggian

tekanan

intrakranial.

Sehingga

perbedaan

hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada


pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.
C. INSIDEN
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.
Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000
kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus
serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua

Alfriani Dariman S.Kep

jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat


terjadi pada semua umur.
D. ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada
bayi adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii --> merupakan penyebab yang
paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat
berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal
ialah

lebih

sempit

dari

biasanya.

Umumnya

gejala

Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat


pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida --> Biasanya berhubungan
dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula
spinalis

dengan

medula

oblongata

dan

cerebelum,

letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum


sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker ---> Merupakan atresia congenital
foramen

luscha

dan

mengendie

dengan

akibat

Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel


terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang
besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid ---> Dapat terjadi conginetal membagi
etiologi menurut usia
e. Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
3. Perdarahan
4. Neoplasma
E. PATOFISIOLOGI
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir),
infeksi (meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan
faktor

bawaan

(stenosis

aquaductus

sylvii)

sehingga

Alfriani Dariman S.Kep

menyebabkan adanya obstruksi pada sistem ventrikuler atau


pada

ruangan

subarachnoid,

ventrikel

serebral

melebar,

menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek


garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami
atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter
terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel

telah mengalami

pembesaran

gray

matter

tidak

mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan


proses yang tiba tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung
pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat
dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Jika

fontanela

mengembang

anterior
dan

terasa

tidak

tertutup

tegang

pada

dia

tidak

akan

perabaan.Stenosis

aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)


menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran

ini

menyebabkan

kepala

berbentuk

khas

yaitu

penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan


Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian
besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus
diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara
simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada
pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma
normal yang pada dinding rongga memungkinkan kenaikan
absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi
ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

Alfriani Dariman S.Kep

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala

yang

nampak

dapat

berupa

(Ngastiyah,

1997;

Depkes;1998)
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf
otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan
tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya
teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit
kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan
hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan
tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur
10.

Kerusakan

saraf

yang

memberi

gejala

kelainan

neurologis berupa gangguan kesadaran motorik atau kejangkejang, kadang-kadang gangguan pusat vital

Alfriani Dariman S.Kep

G. TES DIAGNOSTIK
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan
hidrosefalus

fisik

dan

dilakukan

psikis,

untuk

keperluan

pemeriksaan-pemeriksaan

yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile,
kepala,

adanya

peningkatan
imopressio

diagnostik

pelebaran

tekanan
digitate

dan

yaitu:

sutura,

intrakranial
erosi

penunjang,

ukuran

tanda-tanda

kronik

prosessus

berupa
klionidalis

posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah
menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan
adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai
lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada
hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih
lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus

pada

bayi

dapat

dicurigai,

jika

penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garisgaris kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam
kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran
kepala

dapat

hidrosefalus

normal

terjadi

hal

setelah

ini

disebabkan

penutupan

oleh

karena

suturan

secara

fungsional.

Alfriani Dariman S.Kep

Tetapi

jika

hidrosefalus

telah ada

sebelum

penutupan

suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi


secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau
kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui
fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel.
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak
yang

besar

karena

fontanela

telah

menutup

untuk

memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada


kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah
ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.
Dengan
ventrikel

USG
yang

diharapkan
melebar.

dapat

menunjukkan

Pendapat

lain

system

mengatakan

pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak


mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas,
seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III.
Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns
pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal

Alfriani Dariman S.Kep

dan

adanya

penurunan

densitas

oleh

karena

reabsorpsi transependimal dari CSS.


Pada
hidrosefalus
komunikans
gambaran

CT

terjadi
Scan

menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel


termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan.
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan
magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh
H.PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and
live sustaining yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis
dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.
Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak
pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan,
atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal
2. Mempeerbaiki hubungan antara
serebrospinal

dengan

tempat

tempat

produksi

absorpsi,

menghubungakan ventrikel dengan subaracnoid


3. Pengeluaran
cairan
serebrospinal
ke
dalam

cairan
yaitu
organ

ekstrakranial, yakni:
a. Drainase

ventrikule-peritoneal

(Holter,

1992;

Scott,

1995;Anthony JR, 1972)


b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)

Alfriani Dariman S.Kep

d. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)


e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis
dan

jantung

melalui

kateter

yang

berventil

(Holter

Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan


serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan

pertumbuhan

anak

dan

harus

diwaspadai

terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.


4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase
dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius
total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan
pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di
daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan,

antara

ujung

selang

di

kepala

dan

perut

dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit


hingga tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan
shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak
mudah putus. VRIES (1978) mengembangkan fiberoptik yang
dilengkapi perawatan bedah mikro dengan sinar laser
sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
I. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia,

infeksi

luka

nefritis,

meningitis,

ventrikulitis, abses otak


4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
Alfriani Dariman S.Kep

6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik


7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan
penglihatan
8. Kematian
J. PROGNOSIS
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus
ditentukan

ada

atau

tidaknya

anomali

yang

menyertai,

mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama


dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis
hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak
dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 5060% bayi akan meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun
penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki
kecerdasan

hampir

normal.

Dengan

bedah

saraf

dan

penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat


melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan
sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna.
Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.

PENGKAJIAN
1. Biasanya

adanya

myelomeningocele,

pengukuran

lingkar

kepala (Occipitifrontal)
2. Pada hidrosefalus didapatkan :
a. Tanda-tanda awal:
Mata juling
Sakit kepala
Lekas marah
Lesu
Menangis jika digendong dan diam bila berbaring
Mual dan muntah yang proyektil
Melihat kembar
Alfriani Dariman S.Kep

Ataksia
Perkembangan yang berlangsung lambat
Pupil edema
Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
Biasanya diikuti: perubahan tingkat kesadaran,

opistotonus dan spastik pada ekstremitas bawah


Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan
Gangguan cardio pulmoner
b. Tanda-tanda selanjutnya:
Nyeri kepala diikuti dengan muntah-muntah
Pupil edema
Strabismus
Peningkatan tekanan darah
Denyut nadi lambat
Gangguan respirasi
Kejang
Letargi
Muntah
Tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia
Lekas marah
Lesu
Apatis
Kebingungan
Sering kali inkoheren
Kebutaan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penumpukan CSS dalam ventrikel otak
2. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret berlebihan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka
dekubitus.
4. Ansietas berhubungan dengan koping individu keluarga
tidak efektif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pada pasien
dengan hidrosephalus adalah :

Alfriani Dariman S.Kep

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


penumpukan CSS dalam ventrikel otak
Tujuan: Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan,
kognisi, dan fungsi motorik/sensorik.
Intervensi :
1. Tentukan
faktor-faktor
yang
koma/penurunan perfusi

jaringan otak

peningkatan TIK
R/:Penurunan tanda/gejala
dalam

pemulihannya

menyebabkan

neurologis
setelah

dan potensial
atau

kegagalan

serangan

awal

menunjukkan perlunya pasien dirawat di perawatan


intensif
2. Pantau/catat

status

neurologis

secara

teratur

dan

bandingkan dengan nilai standar GCS


R/:Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial penigkatan
TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi perluasan
dan perkembangan kerusakan SSP
3. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan
kanan, reaksi terhadap cahaya.
R/ Reaksi pupil diataur oleh saraf cranial okulomotor (III)
berguna untuk menentukan apakah batang otak masih
baik.
4. Observasi TTV
R/ Penurunan TTV terutama suhu merupakan indikator
terjadinya infeksi
5. Beri O2 sesuai indikasi
R/
Menurunkan
hipoksemia

yang

mana

dapat

meningkatkan vasodilatasi dan volume darah serebral


yang meningkatkan TIK
6. Beri cairan terapi sesuai indikasi
R/ Untuk membantu proses penyembuhan

Alfriani Dariman S.Kep

2. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi


secret berlebihan.
Intervensi :
1. Posisikan klien posisi semifowler.
R/ Untuk melancarkan udara/sirkulasi udara ke paru-paru
2. Pemberian oksigen
R/ Suplai O2 dapat dapat tercukupi sehingga klien tidak
mengalami hipoksia
3. Obsrevasi pola dan frekuensi napas
R/ Untuk mengetahui ada tidaknya keefektifan pola napas
4. Auskultasi suara napas
R/ Untuk mengetahui adanya kelainan suara
5. Observasi penggunaan alat bantu pernapasan
R/ Untuk mengetahui adanya penngunaan

alat bantu

pernapasan
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka
dekubitus.
Intervensi :
1. Kaji daerah luka
R/ Untuk mengetahui sejauh mana daerah luka
2. Berikan perawatan kulit
R/ Untuk menjaga integritas kulit yang baik
3. Laporkan segera jika terjadi perubahan tanda-tanda vital
R/ Data dasar untuk mengetahui terjadinya kerusakan
integritas kulit
4. Ubah posisi kepala klien setiap 15 menit
R/ Untuk mencegah terjadinya luka yang lebih luas
5. Kolaborasi pemberian cairan terapi sesuai indikasi
R/ Untuk membantu proses penyembuhan
4. Ansietas berhubungan dengan koping individu keluarga tidak
efektif.

Alfriani Dariman S.Kep

Intervensi :
1. Identifikasi penyebab ansietas orang tua klien
R/ Kecemasan

mungkin dapat disebabkan

karena

keadaan fisik ataupun kondisi l ingkungan


2. Kembangkan hubungan saling percaya dengan keluarga
klien melalui kontak yang terus-menerus.Tunjukan sikap
menerima keadaan yang dialami klien
R/ Membantu

menurunkan perasaan curiga dan tidak

percaya terhadap perawat


3. Dorong

keluarga

klien

untuk

mengekspresikan

perasaannya
R/ Memberi

kesempatan

pada keluarga klien untuk

menerima situasi nyata


4. Orientasikan keluarga pasien

pada

lingkungan secara

terus menerus
R/ Keluarga mungkin mengalami periode bingung akibat
meningkatnya ansietas

Alfriani Dariman S.Kep

Anda mungkin juga menyukai