Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut hasil kongres Stroke sedunia, dalam skala global stroke
sekarang berada dalam peringkat kedua dibawah penyakit jantung iskemik
sebagai penyebab kematian dan merupakan factor utama penyebab
kecacatan serius. Stroke merupakan penyakit yang menyerang pada usia
40 tahun ke atas, namaun saat ini stroke bukan saja menyerang pada orang
yang usianya lebih muda, dan dari tahun ke tahun jumlah orang yang
terkena stroke terus mengalami peningkatan.
Di Amerika Serikat stroke merupakan penyebab kedua terbanyak
kecacatan neurologi setelah trauma kapitis. Lebih kurang terdapat 500.000
kasus stroke baru di Amerika Serikat setiap tahunnya, sekitar dua perlima
fatal. Sebanyak 20% pasien yang dirawat karena stroke memerlukan
beberapa jenis pelayanan rehabilitasi. Pravalensi stroke di Indonesia
berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 adalah delapan
per seribu penduduk atau 0,8%. Dari jumlah stroke di Indonesia,sekitar
2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia dan sisanya catat ringan
maupun berat.
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2008)
memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor satu
pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Di Indonesia selain penyakit
Jantung dan Kanker. Diperkirakan prevalensi stroke dipopulasi sekitar 47
per 10.000 yang umumnya mengalami kecacatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien dengan stroke mengalami gangguan kognitif
(33 %), gangguan ekstremitas (30 %) dan gangguan bicara 27 %.
(Maryam, 2013)
Dalam Indonesia sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga
memperoleh kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan


bermutu yang dimaksud disini adalah pelayanan kesehatan dalam keadaan
darurat dan bencana yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan seuai dengan standar dan etika profesi. Di harapkan
dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta
meningkatnya kemammpuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu, maka akan dicapai derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat yang setinggitingginya. (Depkes, 2010)
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai
strategis di dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, karena setiap
maslah individu merupakan masalah keluarga begitu juga sebaliknya.
Kesehatan masyarakat salah satunya di arahkan pada pendekatan
keluarga dan berorirentasi pada pemberdayaan keluarga. Oleh karena itu
sangatlah penting pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pelayanan
kesehatan yang saying keluarga (family friendly health centre).
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah
memenuhi kebutuhan individu dan keuntungan yang kedua adalah
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan
perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya yang ada dalam
keluarga sehingga dalam pelaksanaannya kehadiran perawat dapat
diterima olehkeluarga. (Abi Muhlisin, 2012).

Stroke adalah penyakit degeneratif yang kerap di jumpai pada usia


senja. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke
suatu bagian otak tiba tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya
aliran darah menyebabkan terhambatnya proses metabolism sel sel saraf
yang dapat merusak atau mematikan sel sel otak. Kematian sel sel otak

ini dapat berjalan perlahan lahan sehingga mencapai titik kematiannya.


Berarti terjadi degenarasi sel sel otak.(susanto, 2009)
Sebagaimana disinggung di atas, penyakit stroke hanya menyerang kaum
lanjut usia (lansia). Tetapi, sejalan dengan perkembangan waktu, kini ada
kecenderungan bahwa stroke mengancam usia produktif bahkan di
bawahusia 45 tahun. Penyakit stroke pun teryata bias menyerang siapa saja
tanpa memikirkan jabatan atau pun tingkatan social ekonomi. (Saraswati
2009)
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan wawancara pada
beberapa keluarga pasien stroke rawat jalan di RSUD Labuang Baji
Makassar bahwa pasien stroke yang sedang menjalani tahap pemulihan di
wilayah Kota Makassar tidak mendapat perhatian khusus dari keluarganya
karena berbagai penyebab. Wawancara dan observasi yang dilakukan
terhadap petugas fisioterapi RSUD Labuang Baji Makassar, mengatakan
bahwa pasien rawat jalan tidak patuh terhadap jadwal fisioterapi yang
sudah ditentukan. Mereka berujar banyak faktor yang mempengaruhi
seperti biaya fisioterapi yang tidak murah, akses menuju rumah sakit
yang sulit dikarenakan beberapa rumah pasien yang terlalu jauh
dengan rumah sakit dan keadaan geografis wilayah Kota Makassar
yang menyebar dan sangat luas. Ketidakpatuhan inilah yang
menyebabkan seringkali penyakit stroke yang diderita semakin parah
atau kambuh.

Pada penelitian ini sudah ada beberapa peneliti yang meneliti


tentang stroke tapi yang membedakan pada penelitian ini variable yang
menghubungkan tentang stroke ini yaitu peran anggota keluarga yang
merawat anggota keluarga yang menderita stroke tahap rehabilitasi.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan tentang Peran Keluarga Dalam Merawat
Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Tahap Rehabilitasi Di
RSUD Labuang Baji Makassar

B. Rumusan Masalah
Meneliti peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
terkena stroke sangat penting,dengan alasan menghindari terjadinya
serangan stroke yang berulang. Dengan mengetahui tugasnya sebagai
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena stroke resiko
terkena stroke yang berulang dapat di hindari. Oleh karna itu masalah
penelitian dapat ini di rumuskan dalam dua pertanyaan,yaitu :
1. Apa arti ungkapan dari Peran Keluarga Dalam Merawat
Anggota

Keluarga

Rehabilitasi?
2. Bagaimana Peran

Yang
Keluarga

Mengalami
Dalam

Stroke

Merawat

Tahap
Anggota

Keluarga Yang Mengalami Stroke Tahap Rehabilitasi?


C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan keluarga
dalam mengenali masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga yang mengalami stroke tahap rehabilitasi.
2. Penelitian ini di laksanakan untuk mengungkapkan arti peran keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang mengalami stroke pada tahap
rehabilitasi.
3. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan keluarga
dalam mengambil keputusan atas permasalahan anggota keluarga yang
mengalami stroke tahap rehabilitasi.
4. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang mengalami stroke tahap
rehabilitasi.
5. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan keluarga
dalam memodifikasi lingkungan untuk menangani anggota keluarga
yang mengalami stroke tahap rehabilitasi.
6. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan keluarga
dalam

memanfaatkan

fasilitas

kesehatan

untuk

menangani

permasalahan anggota keluarga yang mengalami stroke tahap


rehabilitasi.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat.
Penelitian ini memberikan informasi mengenai tugas-tugas keluarga
yang harus dipenuhi dan dilaksanakan dalam menghadapi anggota
keluarga yang mengalami stroke tahap rehabilitasi.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota.
Penelitian ini memberikan masukan informasi mengenai gambaran
umum tugas keluarga dalam menghadapi permasalahan anggota
keluarga yang mengalami stroke tahap rehabilitasi di Kabupaten/Kota
Makassar.
3. Bagi Ilmu Keperawatan.
Penelitian ini memberikan
pengembangan

ilmu

tambahan

keperawatan

kepustakaan

khususnya

dalam

dalam
bidang

keperawatan keluarga terutama untuk pelaksanaan peran keluarga


dalam bidang keperawatan medikal bedah terutama untuk penyakit
stroke.
4. Bagi Peneliti.
Penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
penulisan karya ilmiah serta menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh dalam melaksanakan penelitian di lapangan khususnya
dalam bidang keperawatan keluarga dan penyakit stroke.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah literature
Pentingnya peran keluarga dalam perawatan penderita pasca stroke
dapat dipandang dari berbagai segi yaitu : Keluarga merupakan tempat
dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya.
Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi
pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya
disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan pada anggota.Salah satu faktor penyebab terjadinya stroke
berulang adalah keluarga tidak tahu cara menangani perilaku penderita di
rumah (Irdawati, 2009). Peran keluarga sangat penting dalam proses
pemulihan dan penyesuaian kembali setiap penderita stroke. Oleh karena
itu, peran serta keluarga dalam proses pemeliharaan dan pencegahan
terjadinya serangan ulang sangat diperlukan.
6

B. Konsep Teori Keperawatan Menurut Dorothy Orem


Dalam praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan
praktek dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam pemecahan
masalah, menentukan kapan dan bagaimana pasien memerlukan bantuan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap keinginan, permintaan, serta
kebutuhan pasien, mempersiapkam bantuan secara teratur bagi pasien dan
mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan
sehari-hari pada pasien dan asuhan kepearawatan diperlukan ketika klien
tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan
dan social.
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem, yang
menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena perencanaan
keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan. Di karenakan tidak
mampu atau keterbatasan dalam melakukan self care yang efektif. Teori
self care deficit diterapkan bila :Anak belum dewasa,Kebutuhan melebihi
kemampuan perawatan,Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi
diprediksi untuk masa yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan
kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
Orem mengemukakan pandangannya tentang manusia dalam
kaitannya dengan teori self care, (1) Individu sebagai kesatuan unit yang
menjalankan fungsi biologis, simbolik dan sosial dengan melakukan
aktifitas self care untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan.(2) Setiap individu memerlukan self care dan mempunyai
hak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri selama masih mungkin dan
pada dasarnya kebutuhan self care merupakan tanggung jawab individu
untuk memenuhinya.(3) Pada keadaan normal dan maturitas yang cukup
individu bertindak sebagai agen self care untuk dirinya. Pada bayi, orang
tua bertindak sebagai agen self care dan pada individu yang sakit atau
cacat, maka keluarga dan perawat menjadi agen self care bagi
mereka.(4) Individu mempunyai kemampuan untuk berkembang dan

belajar dalam memenuhi kebutuhan self care-nya. Hal ini dipengaruhi oleh
usia (kematangan) kapasitas mental, sosial, budaya masyarakat dan status
emosi individu.(5) Manusia berbeda dari makhluk lainnya dalam
kapasitasnya untuk merefleksikan dirinya dan lingkungannya, mampu
mensimbolisasi apa yang dialami, menggunakan kreasi simbol (ide, kata)
dalam berfikir dan berkomunikasi, membimbing untuk melakukan sesuatu
dan membuatnya berguna untuk dirinya dan orang lain.
Jadi teori Orem dengan Kasus yang ingin di teiliti saling
berhubungan di mana keluarga berperan sebagai pengganti perawat dalam
memberikan dan meningkatkan status kesehatan anggota keluarga. Sesuai
dengan teori bahwa pada individu yang sakit atau cacat, maka
keluarga dan perawat menjadi agen self care bagi mereka. Di sini
Peneliti beransumsi bahwa pada seseorang yang terkena stroke akan
mengalami kecacatan sehingga yang bisa membantu dalam pemenuhan
kebutuhan hidup adalah keluarga yang akan menjadi agen self care.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Design Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi
dan tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian kualitatif berorientasi
pada landasan teoritis (Moleong, 2009).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat
kebenaran-kebenaran atau membenarkan, namun di dalam melihat
kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat
sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu melihat sesuatu yang
bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu
yang nyata tersebut. Metode kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai
keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat atau
9

organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam


dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Miles and Huberman,
1994 dalam Sugiyono 2008).
Data digali secara mendalam oleh peneliti mengacu pada teori
namun tanpa mempunyai prediksi terlebih dahulu, sehingga terbuka
kemungkinan untuk memperoleh data seluasnya-luasnya dari informan.
Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan pembuktian terhadap suatu
hipotesis, penelitian menuntut fleksibilitas terhadap data yang diperoleh
sehingga memiliki kemungkinan untuk berubah.
Pendekatan fenomenologi yang ditekankan yaitu aspek subjektif
dari penerapan peran keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami
stroke tahap rehabilitasi. Peneliti berusaha untuk masuk ke dalam
pengalaman, baik secara fisik maupun psikis keluarga sehingga peneliti
mengerti

bagaimana

persepsi

pengalaman

peran

keluarga

yang

dikembangkan oleh keluarga dalam merawat anggota keluarga yang


mengalami stroke tahap rehabilitasi.
B. Populasi dan Sample
Penelitian ini menggunakan keluarga pasien yang mengalami
stroke yang sedang di rawat di jalan atau di rawat di rumahnya sebagai
partisipan penelitian. Para partisipan di seleksi di antara mereka yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti studi ini di Kota Makassar
Sulawesi Selatan. Untuk memenuhi syarat studi ini kriteria inklusi untuk
partisipan adalah berikut:
1. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita stroke pada
tahap rehabilitasi.
2. Keluarga dapat berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia
dengan jelas sehingga dapat menceritakan dengan lancar (Keluarga
yang merawat tidak mempunyai gangguan komunikasi).
3. Keluarga tinggal bersama.
4. Keluarga yang tidak buta huruf, tidak tuli dan bisa baca tulis.

10

5. Tinggal di Kota Makassar dan bersedia ikut terlibat dalam study ini.
Menurut Nasution (1988) dalam sugiyono (2008), penentuan unit
sampel (informan) dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf
redudancy (data telah jenuh, ditambah sampel tidak lagi memberikan
informasi yang baru). Untuk mencapai titik kejenuhan, peneliti melakukan
pengambilan data kepada informan sampai data yang didapat sudah sama
antar informan yang satu dengan informan yang lainnya dan sampai tidak
ditemukan variasi data lagi.

C. Instrument Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
1. Peneliti sebagai instrument (Human Instrument) pokok
Peneliti menetapkan focus penelitian, memilih informasi sebagai
sumber data, analisa data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan
atas temuannya (Sugiyono,2008)
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara terdiri dari beberapa poin utama yang berupa
pertanyaan yang diajukan kepada informan. Pertanyaan ini dibuat
sendiri oleh peneliti, berdasarkan landasan teori.
3. Pedoman observasi
Pedoman observasi yang digunakan peneliti yaitu berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat
anggota keluarganya yang mengalami stroke.
4. Alat perekam suara
Alat ini digunakan untuk mengingat dan mendengar kembali informasi
yang diperoleh pada saat wawancara. Alat perekam suara yang
digunakan adalah alat perekam suara digital yang dapat merekam 4
jam dalam 1 kali rekam.
5. Kamera (Jika diperlukan)
Alat ini digunakan untuk mendokumentasikan semua aktivitas pasien
dan keluarga dalam memberikan perawatan.

11

D. Metode Pengumpulan Data


Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1)Wawancara
Mendalam (In Depth Interview). Data diperoleh melalui wawancara
langsung dan mendalam dengan informan untuk mendapatkan data dan
keterangan tentang tema yang diteliti. Kelonggaran cara ini akan mampu
menggali kejujuran informan untuk memberikan informasi yang
sebenarnya. Diajukan beberapa pertanyaan yang dapat dipakai sebagai
pedoman dalam mengeksplorasi pengalaman keluarga dalam merawat
anggota keluarganya yang mengalami stroke tahap rehabilitasi.
Proses wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri. Alat yang
digunakan untuk mempermudah proses wawancara adalah buku catatan,
pulpen, panduan wawancara dan alat perekam suara digital. (2) Observasi.
Peneliti mengobservasi pasien dan keluarganya dalam memberikan
perawatan selama menginap 2 hari 1 malam di rumah informan dan
beberapa hari setelahnya akan melakukan pengamatan dari kejauhan dan
tanpa membuat janji terlebih dahulu dengan keluarga yang dibantu dengan
para tetangga informan dalam memperoleh informasi. (3) Dokumentasi.
Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu berupa transkrip yang didapat dari
hasil wawancara pada partisipan. Hasil wawancara yang berupa rekaman
kemudian diubah dalam bentuk tulisan. Dokumen ini bermanfaat dalam
proses analisis, namun sewaktu-waktu diperlukan data ini dapat digunakan
kembali karena data ini tersimpan. (4) Catatan Lapangan. Catatan
lapangan ini berupa catatan-catatan tambahan yang diperoleh selama
melakukan penelitian di lapangan.

E. Metode Keabsahan Data


Menurut Sugiyono (2009) dalam penelitian kualitatif uji mutu data
didapatkan dengan credibility dan dependability.

12

1.

Credibility (Derajat Kepercayaan).


Pengujian kredibiltas data penelitian dilakukan dengan cara:

a.

Perpanjangan Pengamatan.
Penelitian akan dilaksanakan lebih dari dua kali pengambilan
data karena data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum
kredibel. Dengan perpanjangan penelitian lebih dari dua kali
pengambilan data dengan wawancara mendalam maka data yang
diperoleh telah valid.

b.

Meningkatkan Ketekunan.
Dalam

penelitian

ini,

peneliti

berusaha

untuk

lebih

meningkatkan ketelitian dan kecermatan dalam membuat transkrip


dan dalam melakukan analisis data, proses ini dilakukan secara
terus menerus. Dengan cara ini, maka kepastian data dan urutan
peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis.
c.

Triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
1) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber yaitu pasien, tetangga, dan anggota keluarga
lain.
2) Triangulasi

teknik

pengumpulan

data

untuk

menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data


kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan wawancara
kemudian dicek dengan observasi dan dokumentasi.
d.

Member check
Adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh

13

data yang diperoleh dari peneliti ini telah disepakati oleh para
informan berarti data tersebut sudah valid, sehingga semakin
kredibel atau dapat dipercaya.
2. Dependability Penelitian.
Dependibility dalam penelitian kuantitatif disebut realibilitas. Suatu
penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau
mereplikasi proses penelitian tersebut.
Peneliti melakukan uji dependability dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Dimulai dari menentukan masalah,
memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisa data,
melakukan uji keabsahan data serta penarikan kesimpulan. Dalam
melakukan uji dependability, peneliti akan dibantu oleh pihak independen
yang akan memantau jalannya penelitian. Pihak independen tersebut
adalah kader/tokoh masyarakat setempat/perangkat desa.

F. Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data secara kualiatatif dengan menggunakan model analisis
interaktif menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2008),
Model ini terdiri atas tiga komponen yaitu reduction, sajian data, dan
penarikan kesimpulan. Dalam analisa pertama, yang dilakukan peneliti
adalah pengumpulan data. Data yang telah dikumpulkan kemudian
direduksi, reduksi di sini adalah seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan
data-data yang telah diperoleh yang masih berupa data kasar, sehingga
peneliti berusaha memilih dan memfokuskan data yang relefan dengan
permasalahan dan tujuan penelitian.
Setelah data direduksi, kemudian data disajikan dalam satu tulisan
atau biasa disebut sajian data yaitu kaitan organisasi informasi yang

14

memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dalam tahap ini peneliti


melakukan coding yaitu pengkategorian secara spesifik terhadap hasil
wawancara. Apabila dalam menyajikan data atau tulisan masih merasa ada
data yang kurang, maka peneliti melihat kembali dalam data reduksi. Data
yang sudah dikoding kemudian dianalisis dan disesuaikan dengan teori
dan hasil wawancara. Jika sudah didapatkan, maka peneliti segera
menyajikannya lagi dalam tulisan dan dapat diambil kesimpulan. Tetapi
bila dalam pembuatan kesimpulan ternyata masih ada data yang kurang,
peneliti kembali ke lapangan untuk mencari data (Miles dan Huberman,
1984 dalam sugiyono, 2008).
G. Etika Penelitian.
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia
menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu
keperawatan, karena hampir 90 % subyek yang digunakan adalah manusia
maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara
umum prinsip etika dalam penelitian dapat dibedakan menjadi 3 bagian
yaitu :
1.

Prinsip Manfaat
Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko
dan

memaksimalkan

manfaat.

Penelitian

terhadap

manusia

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan manusia


secara

individu

Pengumpulan

data

Sajian

data

Penarikan

kesimpulan/verivikasi Pengolahan data/reduksi atau masyarakat


secara keseluruhan. Prinsip ini meliputi hak untuk mendapatkan
perlindungan dari penderitaan dan kegelisahan dan hak untuk
mendapat perlindungan dari eksploitasi.
2.

Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity).


a. Hak untuk ikut atau tidak untuk menjadi informan (right to selfdetermination). Dalam hal ini keluarga memutuskan sendiri
apakah mereka mau atau tidak menjadi partisipan.

15

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan.


Peneliti menjelaskan secara rinci tentang penelitian yang akan
dilakukan

dan

bertanggung

jawab

ketika

melaksanakan

penelitian tersebut.
c. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan partisipan dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti
memberikan informasi secara lengkap kepada partisipan tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan dan partisipan
mempunyai hak untuk bebas menerima atau menolak menjadi
partisipan.
3.

Prinsip Keadilan (Right to Justice).


a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (right in fair
treatment).
Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertannya dalam penelitian tanpa diskriminasi
apabila mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai informan.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anominity (tanpa
nama)dan confidentially (rahasia). Peneliti memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalahmasalah lainnya. (Nursalam, 2003 & Hidayat, 2009).

16

Anda mungkin juga menyukai