Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan berdampak
besar terhadap peningkaatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga perawat profesional dalam
melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat bekerja sama
dengan professi lain sebagai tim (Dalami Ermawati, dkk. 2010).
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk klien
baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
memandang

manusia

secara

bio-psiko-sosial-spiritual

yang

komprehensif.Sebagai tenaga yang profesional dalam melaksakan tugasnya


diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan
baik dan bertanggung jawab secara moral (Dalami Ermawati, dkk. 2010).
Disisi lain hanya menggambarkan sesuatu, tetapi lebih pada perhatian
dengan penetapan norma atau standar kehidupan seseorang dan yang
seharusnya dilakukan (Mandle, Boyle dan ODonohoe Etika merupakan kata
yang berasal dari yunani, yaitu Ethos, yg menurut Araskar dan David (1978)
berarti kebiasaan atau model perilaku, atau standar yang diharapkan dan
kriteria tertentu untuk suatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan benar tidaknya
suatu perbuatan (Dalami Ermawati, dkk. 2010).
Tanggungjawab

masyarakat

profesional

keperawatan

dalam

melaksanakan keperawatan profesional, dengan sistem nilai dan tradisi


profesionalnya adalah hal yang mutlak dalam pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan profesioanl. (Deden, Dermawan. 2012).
Salah satu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu
keperawatan adalah dengan cara mengembangkan lahan praktek keperawatan
disertai dengan adanya pembinaan masyarakat profesional keperawatan untuk

melaksanakan pengalaman belajar di lapangan dengan benar bagi peserta


didik (Deden, Dermawan. 2012).
Titik berat pendidikan keperawatan adalah proses mencerdaskan dan
meningkatkan

kemampuan

individu

menjadi

perawat

yang

mampu

melaksanakan praktek keperawatan ilmiah. Outcome dari pendidikan


keperawatan adalah individu yang menunjukkan kemampuannya dalam upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Huriani Emil dkk dikutip
dari Nurachmach, 2007).
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajatkesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.Kesehatan sebagai hakasasi manusia harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upayapelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau

oleh

masyarakat.Pelayanankeperawatan

merupakan

bagian

integral dari pelayanan kesehatan ditujukan kepadaindividu, kelompok dan


masyarakat yang memiliki masalah fisik, mental maupunsosial di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan (PPNI, 2005).
Dalam hal ini dikaitkan dengan Coachingyang merupakan sarana yang
dirancang untuk memperbaiki kinerja dan perilaku seseorang, baik secara
formal maupun informal.
peningkatan

Melalui bimbingan diharapkan

adanya

pengetahuan, kemampuan, dan perilaku yang mampu

mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam perkembangan IPTEK saat ini.


Serta Mentoring yang terbukti efektif dalam meningkatkan persepsi dan
ketrampilan perawat. Proses mentoring menerapkan model pembelajaran
sesuai dengan tingkatan kebutuhan mentee sehingga prosesinternalisasi
terhadap sesuatu akan lebihmudah didapatkan(Dadge & Casey, 2009dalam
Nurmalia, Devi dkk, Jurnal Manajemen Keperawatan 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami praktik keperawatan
b. Mahasiswa mampu memahami dasar hukum praktik keperawatan
c. Mahasiswa mampu menyebutkan siapa saja yang boleh melakukan
praktik keperawatan.
d. Mahasiswa mampu memahamitujuan praktik keperawatan
e. Mahasiswa mampu memahami syarat praktik keperawatan
f. Mahasiswa mampu memahami sanksi-sanksi dalam pelanggaran praktik
keperawatan.
g. Mahasiswa mengetahui dampak praktik keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi Caoching dan mentoring dalam
Praktik keperawatan.
b. Mahasiswa mampu memahami penerapan Coaching dan Mentoring
pada praktik keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Etik Dalam Praktik Keperawatan

Etika merupakan kata yang berasal dari yunani, yaitu Ethos, yg


menurut Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model perilaku,
atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan, dapat
diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan
keputusan benar tidaknya suatu perbuatan (Dalami Ermawati, dkk. 2010).
Etika berasal dari kata ethos, bahasa Yunani kuno yang dalam bentuk
tunggal berarti: kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan termasuk
cara berpikir (Dalami Ermawati, dkk. 2010).
Kata yang cukup dekat dengan etika adalah moral yang berasal
dari bahasa latin mos (jamak ; mores) yang berarti juga kebiasaan, adat.
Dalam bahasa Inggris, dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa indonesia,
kata mores masih digunakan dalam arti yang sama. Jadi etimologi kata
etika sama dengan etimologi kata moral yang berarti adat kebiasaan
(Hendrik. 2010).
A. Defisini Praktik Keperawatan
Praktik keperawatan adalah Tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan yang diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan
kepada individu, keluarga atau masyarakat pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi (Jurnal
Kuliah Etik, cermin perawat indonesia, 2009)
Praktik keperawatan profesional

diartikan

sebagai

bentuk

penampilan darihasil tindakan observasi, asuhan dan konseling dari kondisi


sakit, cedera atau ketidakberdayaan atau upaya dalam mempertahankan
kesehatan atau mencegah terjadinya penularan penyakit, atau upaya dalam
pengawasan dan pengajaran pada staf atau dalam pemberian medikasi dan
pengobatan sesuai yang diresepkan oleh dokter atau dokter gigi, kebutuhan
dari penilaian dan keterampilan spesialis tertentu dan berdasarkan pada
pengetahuan da aplikasi prinsip-prinsip ilmi biologi, fisika, dan sosial (Perry
& Potter,2005. Dikutip dari\ ANA).
Keperawatan adalah suatu bentuk

pelayanan

profesional

yang

merupakanbagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu


dan kiatkeperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakatbaik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan


manusia (PPNI, 2015).
Florence Nightingale mendefinisikan keperawatan lebih dari 100 tahun yang
lalu sebagai tindakan pemanfaatan lingkungan Pasien untuk membantunya
pulih (Kozier, 2011).
Virginia Henderson mendefinisikan keperawatan fungsi unik perawat adalah
membantu individu, baik sehat maupun sakit, dalam melakukan aktivitas
yang bermanfaat bagi kesehatan ataupun pemulihan (atau kematian yang
tenang) yang dapat mereka lakukan tanpa bantuan jika memiliki kekuatan,
keinginan, ataupun pengetahuan dan melukan fungsi ini sedemikian rupa
sehingga membantu mereka mendapatkan kemandirian sesegera mungkin
(Kozier, 2011 dikutip dari Henderson, 1966).
Pada taun 1987, Canadian Nurses Association (CNA) menggambarkan
praktik keperawatan sebagai hubungan yang dinamik, peduli, dan saling
bantu yang didalamnya perawat membantu klien meraih dan memperoleh
kesehatan yang optimal (Kozier, 2011 dikutip dari CNA, 1987)
B. Dasar Hukum Praktik Keperawatan
a.Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, tentang Kesehatan.
UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 32 ayat (4)
menyebutkan bahwa;Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran danatau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yangmempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Pasal 53, ayat (1) jugamenyebutkan bahwa
tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukumdalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Pasal 53, ayat
(2)menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajibanuntuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien (PPNI, 2005).
Pasal 1 angka 2menyebutkan bahwa Tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upayakesehatan.
Berdasarkan PP No. 32/1996 Pasal 2 ayat (1) jo, ayat (3) perawat

dikatagorikansebagai tenaga keperawatan.(Agus, Sudrajat D. Di kutip


Dalam jurnal Kesehatan Stikes A.Yani)
b. Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 tentang Tenaga Kesehatan menentukan
bahwa perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang
melakukan tugas sesuai dengan Standar Profesi tenaga kesehatan.
c. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
d. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001
tentangRegistrasi dan Praktik Perawat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001
(selanjutnya disebut Kepmenkes 1239/2001) berlaku bagi seluruh
perawat di Indonesia. Kepmenkes 1239/2001 aspek legal atau berisi
ketentuan prosedur registrasi yang harus dilakukan oleh perawat, baik
yang akan melakukan praktik perawat perorangan/kelompok maupun
yang tidak berpraktik (bekerja di sarana pelayanan kesehatan, dengan
berstatus sebagai pegawai).
Perawat yang bermaksud untuk menjalankan praktik keperawatan baik
perorangan maupun kelompok, harus mengajukan permohonan kepada
pejabat berwenang, yang dalam hal ini adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dengan memenuhi syarat-syarat yangditentukan.
C. Siapa yang Boleh Melakukan Praktik Keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia/PPNI sebagai organisasi
profesi perawat berjuang untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan

kepada masyarakat. PPNI telah berhasil memperjuangkan

legalisasi dalam keperawatan, yang terdiri dari dua komponen yaitu


registrasi dan lisensi keperawatan. Registrasi adalah upaya untuk
menjamin tingkat

kemampuan

tenaga

keperawatan

untuk dapat

memberikan pelayanan yang memenuhi standar profesi. Lisensi adalah


pemberian

ijin

melaksanakan

keperawatan

sebelum diperkenankan

melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan. Aturan yang berhasil


diperjuangkan oleh
Pendayagunaan

PPNI
Aparatur

adalah
Negara

Keputusan

Menteri

No.94/KEP/M.PAN/II/2001

tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya; dan


Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat.(Diwa Agus Sudrajat.2009.)
Legislasi keperawatan juga diharapkan menjadi dasar bagi
keperawatan

untuk terlibat dalam penyusunan perundang- undangan

yang mempunyaikaitan dengan keperawatan, seperti bidang pendidikan,


kesejahteraan, ketenagakerjaan. Pada akhirnya nanti, perawat yang tidak
mempunyai legislasi tidak diperkenakan untuk menjalankan praktik
keperawatan (Astuti dikutip dari Diwa Agus Sudrajat.2009).
Yang melakukan praktik keperawatan menurut, Rancangan
Undang-undang RUU Keperawatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia
_Revsisi 13 januari 2011.
a. Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia
harus memiliki Surat Tanda Registrasi perawat yang diterbitkan konsil
keperawatan melalui mekanisme uji kompetensi oleh konsil.
b. Surat Tanda Registrasi perawat berlaku sebagai surat izin praktik bagi
perawat yang bekerja di fasilitas peyanan kesehatan.
c. Surat Izin perawat (SIPP) wajib dimiliki oleh perawat yang melakukan
praktik mandiri.
d. Surat tanda Registrasi Perawat sebagaimana ayat 91) terdiri atas 2 (dua)
kategori:
1) Untuk perawat vokasional yang telah memiliki Surat Tanda
Registrasi perawat berhak mendapat sebutan perawat vokasi lisensi
(PVL).
2) Untukperawat profesional yang telah memiliki Surat Tanda
Registrasi perawat berhak mendapat sebutan dengsn Ners Registrasi
(NR).
3) Untuk melaukan registrasi awal, perawat harus memiliki sertifikat
lulus uji kompetensi.
D. Syarat Praktik Keperawatan
Dalam melakukan praktik keperawatan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Perubahan

Atas

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor

Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik


perawat, syarat yang harus di miliki antara lain:
a. Perawat adalahseseorang yang telahlulus
baikdidalam

maupun

pendidikan

diluarnegerisesuaidengan

perawat
peraturan

perundangan-undangan
b. Registrasi Perawat adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah
memiliki sertifikat kompetensi keperawatan dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk
menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesi Perawat
c. Perawat yang menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri wajib memiliki SIKP/STR.
d. Setiap Perawat yang menjalankan praktik keperawatan di praktik
mandiri wajib memiliki SIPP.
e. SIKP/STR dan SIPP dikeluarkan

oleh

pemerintah

daerah

kabupaten/kota dan berlaku untuk 1 (satu) tempat.


E. Tujuan Praktik Keperawatan
Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO (1985)
haru diupayakan pada pencegahan primer, peningkatan kesehatan pasien,
keluarga dan masyarakat, perawatan diri, dan peningkatan kepercayaan
diri.
Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan
kesehatan yaitu :
a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion)
b. Pencegahan penyakit
c. Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance)
d. Pemulihan kesehatan (Health Restoration), dan
e. Perawatan pasien menjelang ajal.
(Kozier dikutip dalam Ramkesrawan. 2009)
6. Dampak Praktik Keperawatan
1) Dampak Negatif
Kesalahan bisa diklasifikasikan sebagai tindakan yang disengaja dan
tindakan yang tidak disengaja. Kesalahan yang tidak disengaja adalalh
kelalaian dan mal praktik (Sumijatun, 2011)
Mal praktik merupakan kelalaian yang dilakukan seorang profesional
seperti dokter dan perawat. Menurut Brenzwig (1990), malpraktik
merupakan tindakakn-tindakakn yang mengabaikan pasien dengan

menggunakan profesi atau jabatan serta memakai kemmpuan profesi


yang dimilikinya atau dengan menggunakan tehnik-tehnik tinggi.
Hal-hal yang menunjukan bukti adanya tindakan mal praktik
oleh perawat adalah sebagai berikut:
a) Tugas perawat kepada klien
b) Pelanggaran tugas oleh perawat
c) Luka yang terjadi pada klien
d) Hubungan kausal anatar pelanggaran tugas dengan luka berikutnya
yang terjadi pada klien
Perawat dapat dikatan melakukan tindakan mal praktik jika
perawat tersebut melukai klien dengan menggunakan prosedur
penangann yang berbeda dengan cara yang biasa dilakukan oleh
perawata lain.
Situasi-situasi yang sering terjadi tindakan mal praktik diantaranya:
a) Adanya kesalahan pengobatan
b) Melukai klien
c) Klien jatuh
d) Kegagalan untuk mengakses serta mengambil tindakan yang tepat.
7. Sanksi-sanksi Dalam Pelanggaran Praktik Keperawatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/148/I/2010

tentang izin dan

penyelenggaraan praktik perawat pasal 14, Pemerintah dan Pemerintah


Daerah dapat memberikan tindakan administratif kepada perawat yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik
dalam Peraturan ini. Tindakan administratif dilakukan melalui:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan SIKP atau SIPP.
Adapun Sanksi Administratif dan disiplin yang tertuang pada pasal 53
Rancangan Undang-undang RUU Kep_Revsisi 13 januari 2011.
Perawat yang melanggar ketentuan ang diatur dalam pasal 37 dikenakan
sanksi admisitrasi berupa pencabutan sementara SIPP paling lama 1 tahun.
a. Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin profesi dikenakan sanksi
sebagai berikut:
1) Pemberian peringatan Tertulis

10

2) Berkewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan pada institusi


pendidikankeperawatan.
3) Rekomendasi pencabutan STRP dan SIPP
b. Pelanggarandisiplin ilmu keperawatan sebagai mana dimaksud ayat (2)
diteliti dan ditetapkan oleh konsil melalui sidang disipli.
c. Pencabutan SIPP sebagaimana dimaksud ayat (2) c dapat berupa:
1) Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP
paling lama 6 (enam) bulan.
2) Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP
paling lama 1 (satu) tahun
3) Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP
paling lama 3 (tiga) tahun.
d. Sanksi Admistratif terhadap pelanggaran disiplin sebagaimana
dimaksud ayat (4) dilakukan oleh pemerintah kab/kota atau pejabat
yang berwenang, setelah dilakukan penelitian dan usul dari konsil.
Sanksi Pidana yang tertuang pada Pasal 54 UU
Setiap orang yang dngan sengaja menggunakan identitas berupa gelar
atau bentuk lainyang menimulkan kesan bagi masyarakat seolaholah
adalah perawat yang memiliki STRP dan SIPP dipidana dengan
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.
75.000.000.

B. Coaching dan Mentoring Keperawatan


1. Coaching
Tome (2005) menyatakan bimbingan biaanya disebut dengan istilah
Coaching.

Bimbingan

merupakan

proses

pembelajaran

untuk

mengembangkan kapasitas seseorang, yang umumnya digunakan dalam


bidang pengembangan keprofesionalisme seseorang dalam bidang
pekerjaannya (Nurhayani, ST. 2011).
a. Definisi Coaching
Bimbingan adalah

suatu

proses pembelajaran yang

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta baik perorangan


atau kelompok untuk memecahkan permasalahannya sendiri

dan

11

didampingi oleh fasilitator.

Bimbingan melibatkan peserta

dan

fasilitator dalam dialog satu lawan satu dan mengikuti suatu proses
yang tersusun, diarahkan pada tanggung jawab memelihara kemajuan
dan kinerja yang baik serta hubungan kerja positif antara fasilitator dan
staf.
b. Tujuan
1) Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual.
2) Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan professional
peserta.
3) Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan
yang diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan
keterampilan peserta dalam mengambil tanggung jawab dan
pekerjaan mendatang.
4) Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka.
c. Proses Bimbingan
1) Sebelum praktek peserta sebaiknya mengadakan pertemuan untuk
mereview

kegiatan,

termasuk

langkah-langkah

ditekankan dalam praktek kinerja.


2) Dalam praktek, fasilitator mengamati,
memberikan umpan balik kepada peserta

yang

membimbing,

perlu
dan

pada saat mereka

melaksanakan langkah-langkah/kegiatan termasuk buku penuntun


belajar.
3) Setelah praktek, umpan balik seharusnya diberikan secepatnya.

Dengan menggunakan penuntun belajar atau checklist keterampilan,


fasilitator berdiskusi tentang kemampuan belajar peserta sesuai
dengan kinerja mereka dan memberi saran perbaikan
d. Ciri-ciri fasilitator yang efektif
Seorang pelatih klinik yang efektif harus :
1) Mahir /proficient dalam keterampilan yang akan diajarkan
2) Mendorong peserta mempelajari keterampilan baru

12

3) Meningkatkan komunikasi terbuka (dua arah)


4) Memberikan umpan balik sesegera mungkin dengan cara antara lain:

Menggunakan humor yang tepat

Mengamati peserta dan mempertahankan tanda-tanda stress

Memberikan istirahat yang teratur selama sesi coaching

Mengadakan perubahan terhadap suasana coaching yang rutin

Memusatkan perhatian pada keberhasilan peserta dan bukan


pada kegagalan.

5) Gunakan metoda coaching

dan alat bantu audiovisual yang

bervariasi

Ceramah ilustrasi. Peragaan, curah pendapat, diskusi,

Latihan/exercise pemecahan

masalah untuk kelompok kecil

atau individu

Bermain peran.

6) Melibatkan peserta sebanyak mungkin dalam merencanakan semua


sesi sebelum coaching dan memberi peserta jadual dan garis besar
coaching,

penugasan pekerjaan rumah dan bahan-bahan,

yang

diperlukan.
Selain ciri-ciri diatas seorang fasilitator juga hendaknya memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Bersifat sabar dan memberikan dukungan
2) Memberikan penghargaan dan dukungan yang positif
3) Memperbaiki kesalahan peserta sambil tetap memelihara harga diri
peserta
4) Mendengar dan memperhatikan
e. Model Bimbingan
Elemen yang esensial dari strategi coaching dalam coaching
klinik dapat diuraikan dalam lima konsep yang membentuk akronim

13

COACH. Setiap coachingklinis hendaknya menyertakan elemen-elemen


ini.
1) C = Clear Performance Model (Model kinerja yang jelas)
Kepada para peserta hendaknya diperlihatkan secara jelas dan efektif
keterampilan yang akan mereka pelajari.
2) O = Open To Learning (Keterbukaan Untuk Belajar)
Hendaknya menyertakan peserta dalam berbagai kegiatan yang
dirancang

untuk

mempersiapkan

belajar

dan

menggunakan

keterampilan keterampilan baru.


3) A = Assessment Of Performance (Penilaian Kinerja)
Coaching klinik hendaknya mengupayakan pengukuran kompetensi
keterampilan yang diajarkan serta memberikan umpan balik terhadap
kemajuan kearah kinerja standar yang diinginkan.
4) C = Communication (Komunikasi)
Komunikasi dua arah yang efektif antara peserta dan fasilitator
merupakan factor penting untuk memperoleh keterampilan awal dan
dicapainya kompetensi keterampilan.
5) H = Help an Follow Up (Menolong dan tindak lanjut)
Bimbingan klinis hendaknya mencakup juga perencanaan

untuk

aplikasi keterampilan baru pada lingkungan baru peserta dan


membantu mengatasi hambatan dalam penggunaan keterampilan
baru tersebut.

f. Perbandingan pelatih yang efektif dan yang tidak efektif


Pembimbing yang efektif

Pembimbing yang tidak efektif

14

1.

Memfokuskan

perhatian

pada 1.

praktek klinis
2.

Mendorong

Memfokuskan

perhatian

pada

teori
kerja

sama

dan 2.

Menjaga jarak ( status diatas

hubungan antar sejawat

peserta)

3.
4.

Berusaha mengurangi stress


3.
Mengadakan
komunikasi dua 4.

Sering membuat stress


Menggunakan komunikasi satu

5.

arah
Melihat dirinya sebagai fasilitator 5.

arah
Melihat dirinya sebagai penguasa
atau satu sumber pengetahuan

g. Keuntungan Bimbingan
1) Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai
dengan minatnya
2) Dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai metode
penilaian termasuk observasi dan interview
3) Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta
4) Coaching/Bimbingan lebih pada pendekatan personal dibanding
dengan training kelompok
5) Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk
melakukan keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan
berlangsung terus menerus dan personal
h. Faktor Penghambat Dalam Coaching/Bimbingan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah kepribadian yaitu
kesesuaian dan ketidak sesuaian antara bawahan dan atasan. Yang
menjadi hambatan disini adalah :
1) Peran yang kurang jelas
2) Gayamanajemen kurang sesuai

3) Kesulitan dalam kontak pribadi secara langsung


4) Keterampilan komunikasi tidak memadai
5) Kurangnya kesediaan atau kemauan
6) Kurangnya motivasi
7) Tekanan dalam pekerjaan

15

8) Melakukan kesalahan
2. Mentoring Dalam Keperawatan
a. Definisi Mentoring
Mentoring merupakan proses pembelajaran dimana mentor
mampu membuat mentee (peserta mentoring) yang tadinya tergantung
menjadi mandiri. Mentoring merupakan bantuan secara tersembunyi
offlline help dari mentor ke mentee untuk transfer pengetahuan,
pemikiran dalam kerja secara signifikan (McKimm, Jolie, & Hatter,
2007 dalam Nurmalia, Devi dkk, Jurnal Manajemen Keperawatan
2013).
Mentoring adalah pasangan intens dari orang yang lebih
terampil

atau

berpengalaman

dengan

orang

ketrampilan

atau

pengalaman sedikit, dengan tujuan yang disepakati oleh orang yang


mempunyai

pengalaman

lebih

sedikit

untuk

menambah

dan

mengembangkan kompetensi yang spesifik.(M Murray and M Owen,


1991 dalam Dermawan, Deden, Jurnal Mentorship dan Perseptorship
dalam keperawatan. 2012).
Mentoring merupakan hubungan pembelajaran dan konseling
antara orang yang berpengalaman yang membagi keahlian professional
dengan orang yang lebih sedikit pengalaman untuk mengembangkan
ketrampilan dan kemampuan dari bagian yang kurang pengalaman.
(Treasury Board of Canada, 1993 dalamDermawan, Deden, Jurnal
Mentorship dan Perseptorship dalam keperawatan. 2012).
Mentoring adalah sebuah proses dari rangkaian pembentukan
karakter manusia, dari mentoring akan dihasilkan berbagai hal dan yang
terpenting adalah ketangguhan karakter. Mentoring adalah perilakuperilaku atau proses yang dipolakan dimana seseorang bertindak
sebagai penasehat kepada orang lain (Dermawan, Deden dalam Jurnal
Mentorship dan Perseptorship dalam keperawatan. 2012).
Mentorship dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran
dimana mentor mampu membuat menti (peserta mentorship) yang

16

tadinya tergantung menjadi mandiri melalui kegiatan belajar. Kegiatan


belajar yang diharapkan terjadi yaitu mengalami sendiri dan
menemukan sendiri fenomena praktek keperawatan dimana hal ini
diharapkan dapat membangun kepercayaan diri, harga diri dan
kesadaran diri yang merupakan fundamental dalam penyelesaian
masalah (Nurachmach, 2007 dikutip dalam jurnal Dermawan, Deden
dalam Jurnal Mentorship dan Perseptorship dalam keperawatan. 2012).
Secara individu kegiatan mentoring tidak hanya focus pada
bagaimana memberi nasehat, tapi juga pada kemauan mendengarkan
nasehat. Saling nasehat menasehati ini diterapkan dalam kegiatan
mentoring sehingga tercipta suasana saling belajar yang akan
memberikan perubahan ke titik yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi
tahu bahkan masing-masing menjadi ahli dan lebih berpengalaman.
(Dermawan, Deden dalam Jurnal Mentorship dan Perseptorship dalam
keperawatan. 2012).
Kegiatan mentoring melibatkan seorang yang lebih bijaksana,
lebih berpengalaman dalam menyampaikan pengetahuan mereka
kepada seseorang yang kurang berpengalaman(Dermawan, Deden
dalam Jurnal Mentorship dan Perseptorship dalam keperawatan. 2012).
b. Tipe Mentoring
Terdapat dua tipe kegiatan mentoring, yaitu :
1)Mentoring yang bersifat alami, contohnya seperti persahabatan,
pengajaran, pelatihan dan konseling.
2) Mentoring yang direncanakan, yaitu melalui program-program
terstruktur dimana mentor dan mentee memilah dan memadukan
kegiatan mentoring melalui proses-proses yang bersifat formal
c. Tahap-tahap Mentoring
Menurut John Maxwell, pemimpin yang berhasil adalah
pemimpin yang banyak melahirkan pemimpin-pemimpin baru di dalam

17

kepemimpinannya. Bagaimana menjadi seorang pemimpin yang efektif,


solusinya adalah melalui proses mentoring.
Ada empat tahapan mentoring yang harus diketahui dan
diterapkan :
1)

I do you watch
Sebagai seorang mentor memberikan contoh untuk orang yang
dimentor. Tahapan ini memungkinkan orang yang kita mentor
mempelajari dengan melihat langsung bagaimana anda melakukan
sesuatu mulai dari tahap persiapan sampai tahap akhirnya yaitu
dimana anda melakukan sesuatu dan melakukan evaluasi.

2)

I do you help
Setelah melewati tahapan yang pertama, tahapan selanjutnya
adalah mengajak orang yang anda mentor untuk mulai membantu
anda.Disini orang tersebut akan mulai belajar dan merasakan
prosesnya lebih mendalam. Proses ini adalah tahapan yang penting,
dimana setelah tahap ini, orang yang kita mentor akan mulai
mencoba untuk praktek secara langsung.

3)

You yo I help
Tahapan yang ketiga dalam 4 tahapan mentoring adalah
dengan mengijinkan orang yang kita mentor untuk mulai tampil dan
melakukan tindakan.Disini peranan kita sebagai seorang mentor
adalah membantu untuk terus mengarahkan supaya orang yang kita
mentor ini tetap berada di jalur yang benar.

4)

You do I watch
Tahapan terakhir ini adalah tahapan dimana Anda sudah
merasa yakin dengan kompetensi dan kapabilitas terhadap orang
yang anda mentor.Sehingga di tahapan ini, anda sudah bisa melepas
dan mengamati saja serta mementor calon pemimpin anda
lainnya.Prinsipnya adalah bukan bisa atau tidak bisa, tetapi mau atau
tidak mau Life to the Ful.

18

Menurut Dalton / Thompson Career Development model,


terdapat empat tahapan dalam pendekatan mentoring yaitu :
a)Tahap 1 : dependence / ketergantungan
Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil
peran subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat.
b) Tahap 2 : independence / mandiri
Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih
seimbang. Profesional mengubah dari apprentice ke kolega
dan membutuhkan sedikit supervisi. Kebanyakan profesional
akan sampai tahap ini untuk sebagian besar dalam kehidupan
profesional mereka.
c) Tahap 3 : supervising others / supervisi orang lain
Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan
kualitas profesional sebagai mentor.
d) Tahap 4 :managing and supervising others / memenej dan
mensupervisi orang lain.
Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan
dengan merubah peran dari manajer atau supervisor menjadi
responsibel terhadap klien peserta didik dan personel.
d. Syarat Seorang Mentor
Syarat-syarat untuk bisa kita jadikan sebagai Mentor :
1) Bisa dipercaya
Sangat mutlak, karena tidak mungkin kita membicarakan mengenai
pekerjaan kita kepada orang yang tidak bisa dipercaya, yang akan
terjadi bukanlah pemecahan masalah justru sebaliknya.
2) Memiliki respect
Mentor dalam hal ini harus telah mencapai suatu keberhasilan
tertentu yang membuat kita respect . Sebagai contoh, kalau kita
seorang marketing, mentor kita idealnya juga orang marketing yang
berprestasi lebih baik dari kita.
3) Memiliki knowledge yang lebih baik

19

Kita memerlukan mentor yang bisa memberikan pendapat, ide dan


solusi sekaligus dalam satu paket, kalau mentor kita memiliki
knowledge yang tidak lebih baik dari kita, itu namanya setali tiga
uang alias sama saja. Mentor ini harus memiliki knowledge yang
luas bahkan juga pengetahuan lain-lain diluar dari bidang kita karena
hal ini juga akan memicu munculnya ide-ide segar, kreativitas dan
otomatis meningkatkan knowledge kita juga.
4) Memiliki skill yang lebih baik
Bagaimana mentor mengajarkan kepada kita atau memberikan
pendapat dan solusi kalau skill atau keahlian yang dimiliki sama
atau bahkan lebih buruk dari kita. Seorang mentor dapat dipastikan
mempunyai ketrampilan jauh lebih baik.
5) Memiliki semangat tinggi (self-motivated)
Semangat sangat penting dan bersifat menular seperti virus. Kalau
mentor kita memiliki semangat tinggi otomatis akan membangkitkan
semangat kita. Ciri-ciri dari mentor seperti ini adalah kalau kita
perhatikan keseharian mereka sepertinya selalu tersenyum dan tidak
punya masalah.
6) Memiliki sikap mental positif
Positive thinker penting yang akan menghasilkan positive attitude,
itulah yang dimaksud dengan sikap mental positif. Jadi Mentor
mutlak harus memiliki sikap mental positif agar ia bisa melihat
secara jelas / jernih (crystal clear), dan obyektif terhadap aktifitas
yang kita lakukan sehingga bisa memberikan coaching dengan tepat.
Orang-orang yang memiliki sikap ini selalu optimis bahwa segala
sesuatu akan menjadi lebih baik, bisa melihat adanya solusi dalam
setiap masalah.
7) Memiliki sikap empati
Sering kali kita salah kaprah dalam membedakan yang mana simpati
dan mana empati. Simpati merupakan sikap persetujuan terhadap
suatu hal (sebagian besar masalah) tanpa ada solusi, contoh apabila

20

ada teman kita mengeluh soal pekerjaannya yang membuat ia


tertekan dan sikap kita menyetujui bahwa memang demikian adanya
dan ikut larut secara emosional. Sedangkan empati lebih kepada
pemahaman kita terhadap masalah yang dihadapi oleh orang lain dan
berusaha memberikan suatu saran menuju jalan keluar / solusi serta
tidak menjadikan suatu masalah yang dihadapi sebagai suatu
tantangan bukan hambatan.
8) Peduli (caring)
Seseorang bisa kita jadikan sebagai mentor kalau ia memiliki
kepedulian terhadap orang lain (people oriented). Karena ia harus
mau banyak mendengar dan berbagi kepada orang lain. Rata-rata
para pemimpin dunia adalah orang-orang yang people oriented
dimana mereka juga mempunyai mental melayani bukan sebaliknya,
sehingga para pemimpin dunia banyak dijadikan mentor oleh orangorang yang sukses.
9) Decision maker
Seorang mentor dituntut untuk bisa mengambil suatu keputusan
terhadap suatu solusi yang disarankan kepada kita. Mentor tidak
seharusnya memiliki sikap ragu-ragu, ia harus tegas dalam
pengambilan keputusan dan hal ini akan sangat membantu kita.
Jadi pada dasarnya kita semua secara tidak sadar telah melakukan
mentoring dan memiliki sikap sebagai mentor, tetapi apakah mentor
kita memiliki semua persyaratan diatas atau tidak. Akan jauh lebih
baik kalau kita memiliki mentor dengan persyaratan seperti diatas,
yang akan membantu kita mencapai sukses lebih cepat.
e. Hal hal yang dapat ditawarkan oleh mentor bagi mentee

21

1)

Ketrampilan dan pengetahuan yang baru

2)

Pengalaman dalam organisasi

3)

Iklim yang mendukung untuk mengevaluasi sukses dan kegagalan

4)

Kesempatan berhubungan dalam jaringan kerja

5)

Menerima dorongan dan dukungan

6)

Mendapatkan pengakuan bagi keberhasilan

7)

Mengembangkan cara pandang yang baru dan berbeda

8)

Mendapatkan asistensi dengan gagasan-gagasan

9)

Menerima nasehat dan petunjuk dari sumber yang obyektif

10)

Menerimareasuransi atau dukungan pendapat.

f. Manfaat program mentoring bagi mentor


1)

Memperluas ketrampilan dan pengetahuan mereka sendiri


2) Membantu menemukan kembali prinsip prinsip dan praktek
praktek dasar dalam organisasi
3) Mengembangkan lebih jauh lagi ketrampilan diri dalam pengajaran,
konseling dan kemampuan mendengarkan.
4) Memungkinkan mereka untuk mendemonstrasikan ketrampilan
tambahan dalam mengembangkan individu lain
5) Memperluas jaringan kerja profesional dan personal mereka
6) Meningkatkan kemampuan mereka dalam berbagi pengalaman dan
pengetahuan
7) Meningkatkan kesadaran mereka akan kebutuhan masyarakat lokal
8) Pemahaman yang lebih baik akan berbagai kebutuhan motivasi dan
kefrustasian orang dalam organisasi
9) Membantu memperbaiki kesehatan ekonomi masyarakat lokal.

g. Peran dan tanggung jawab mentor

22

1)

Dalam program yang spesifik :


a) Adanya pelaporan secara berkala kepada semua yang terkait
tentang perkembangan pribadi, kegiatannya (tupoksi dan hasil)
dan hubungan dengan mentor.
b) Bekerja dengan karyawan potensial untuk menciptakan rencana
aksi bagi pengembangan profesional dan individu mereka.
c) Menyediakan waktu minimum 5 jam / bulan untuk mentee.

BAB III
PEMBAHASAN

Program

coaching

dan

mentoring

merupakansalahsatu

upayapositifdalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan perawat.


Coaching dan mentoring dapat dilakukan dalam lingkup manajemen
keperawatan yaitu melalui atasan kepada bawahan ataupun dari perawat
kepada pasien.
Program coaching dan mentoring terbentuk ketika individu atau
perawat belajar dari kesalahandan mampu meningkatkan kemampuan
sebagai bagian dari sistem pembelajaran dimulai ketika pemimpin
menjadi role model bagi perawat tidak hanya pada budaya yang kurang
melainkan juga budaya yangbaik.
Penelitian kualitatif (action research) yang dilakukan oleh
Norwood (2010) mendapatkan hasil bahwa mentoring terbukti efektif
dalam

meningkatkan

persepsi

perawat

terhadap

pekerjaannya,

23

meningkatkan

pengetahuan

dan

skill

sehingga

berdampak

pada

komunikasi dan penyelesaian konflik. Program mentoring yang dilakukan


oleh Stacy Cottingham selama 18 bulan menunjukkan 100% dari peserta
program puas dan 100 % peserta juga menyatakan akan tetap bekerja di
instansi masing-masing (Cottingham, DiBartolo, Battisono, & Brown,
2010 dalam Nurmalia, Devi dkk, Jurnal Manajemen Keperawatan. 2013).
Mentoring merupakan salah satu sarana yang didalamya terdapat
proses belajar. Orientasi dari mentoring itu adalah pembentukan karakter
dan kepribadian seseorang sebagai mentee (peserta mentoring) karena
adanya seseorang mentor dalam suatu wadah atau organisasi (Dermawan,
Deden dalam Jurnal Mentorship dan Perseptorship dalam keperawatan.
2012).
Seorang mentor biasanya adalah seorang yang lebih tua dan selalu
lebih berpengalaman, yang membantu dan memandu pengembangan
individu yang lain. Bimbingan seorang mentor ini tidak dilaksanakan
karena adanya maksud untuk keuntungan pribadi (Dermawan, Deden
dalam Jurnal Mentorship dan Perseptorship dalam keperawatan. 2012).
Hubungan
dipengaruhi oleh

etika

dengan

proses

coaching

dan

mentoring

kemampuan intelektual dan etika secara bertahap.

Dalam proses coaching dan mentoring pemimpin atau perawat harus


menjadi role model dan memiliki kriteria bisa dipercaya, respek, dan
mempunyai sikap mental yang positif, sehingga orang yg dibimbing akan
meniru perilaku, nilai-nilai dan sikap mentor. Hal ini Berkaitan dengan
prinsip penguatan dan peniruan dalam hubungan dengan pengendalian dan
modifikasi perilaku.
Dalam peningkatan mutu pelayanan perawat, kejadian yang
berhubungan dengan keselamatan pasien merupakan proses belajar untuk
lebih menjadi baik. Perawat berperan penting dalam keselamatan pasien,
mampu belajar dari laporan kejadian keselamatan pasien baik itu kejadian
tidak diinginkandan kejadian nyaris cidera (Jeffs,Law&Baker,2007).

24

Pembelajarandilakukan untuk mengambil nilaidari


yang terjadi

kesalahan

sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan berulang

(Reilling,2006). Coaching dan mentoring didukung

oleh feedback dan

dukungan dari organisasi serta rekan satu tim. Pembelajaran efektif untuk
mencegah proses yang tidak aman dan mencegah kesalahan. Evaluasi dari
proses belajar meningkatkan kesempatan untuk berbagi ilmu yang didapat
serta meningkatkan proses belajar (Sammeret al,2009; Flemming,2006).

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Coaching menyangkut pengembangan dalam pekerjaan/keterampilan,
bukan sekedar memperbarui pengetahuan. Coaching lebih berkaitan
dengan upaya

membantu untuk memperluas pengetahuan serta

mengembangkan kemampuan dan bakat secara penuh dalam pekerjaan


atau ketrampilan.
Dengan kata lain coaching membantu untuk tumbuh dan berfikir
bagi diri sendiri, lebih percaya diri serta sekaligus
kepercayaan untuk menangani

mempunyai

lebih banyak tanggung jawab dan

menghadapi tantangan yang lebih besar.


Apabila pelatihan berdasarkan kompetensi digabungkan dengan
prinsip belajar orang dewasa, mastery learning, coaching dan humanistic,
maka hasilnya akan sangat mengagumkan dan merupakan metoda yang

25

paling efektif untuk mengajarkan ketempilan teknis. Dengan menggunakan


pendekatan yang manusiawi maka dapat mengurangi ketegangan para
peserta dan memperkecil ketidaknyamanan klien. Oleh karena itu,
pendekatan dalam coaching yang lebih manusiawi adalah komponen
yang penting untuk memperbaiki kualitas pelatihan keterampilan klinik
yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Mentoring merupakan hubungan pembelajaran dan konseling antara orang
yang berpengalaman yang membagi keahlian professional dengan orang
yang lebih sedikit pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan dari bagian yang kurang pengalaman.
3. Hubungan etika dengan proses coaching dan mentoring dipengaruhi oleh
kemampuan intelektual dan etika secara bertahap. Dalam proses coaching
dan mentoring pemimpin atau perawat harus menjadi role model dan
memiliki kriteria bisa dipercaya, respek, dan mempunyai sikap mental
yang positif, sehingga orang yg dibimbing akan meniru perilaku, nilai-nilai
dan sikap mentor
B. Saran
Perawat dalam hal ini manajer atau pimpinan dan perawat secara umum
diharapkan

mampu

program

coaching

dan

mentoring

secara

berkesinambungan serta dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja dan


mutu pelayanan perawat.

26

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati dkk.(2010). Etika Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.


Hendrik.(2013). Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta: EGC
Kozier.(2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses &
Praktik.Edisi 7.Vol 1.Jakarta : EGC.
MenteriKesehatan RepublikIndonesia.(2013). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia melalui www.djpp.kemenkumham.go.id
Nurmalia, Devi dkk.(2013) Jurnal Manajemen Keperawatan.
Nurhayani, ST. (2011). Tesis; Hubungan Karakteristik Perawat Pelaksana
Dengan Kemampuan Kepala Ruangan Melakukan Bimbingan (Coaching)
Menurut Persepsi Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Haji Jakarta.
Nurachmach, E. (2007). Paradigma pencapaian kompetensi pada pendidikan
ners dengan model preceptorship dan mentorship.Disampaikan pada
Pelatihan Nasional Preceptorship dan Mentorship untuk Pendidikan Ners.
Yogyakarta, 12 14 Februari 2007 di kutip dalam Dermawan, Deden
Jurnal Mentorship dan Perseptorship dalam keperawatan. 2012).

27

Perry & Potter. (2005). Fundamental Of Nursing; Konsep, Proses & Praktik.
Edisi 4.Jakarta : EGC.
PPNI. (2005). Standar Kompetensi Perawat Indonesia- DiPublikasi Oleh Bidang
Organisasi PP-PPNI melalui;http://www.inna-ppni.or.id)

Ramkesrawan.

(2009).

Praktik

Mandidik

Perawat

melalui

https://oknurse.wordpress.com
Rancangan Undang-undang RUU Keperawatan Persatuan Perawat Nasional
Indonesia _Revsisi 13 januari 2011.
Sudrajat, Diwa. (2009),
Keperawatan.

Jurnal

Kesehatan

Aspek

Hukum

Praktik

Sumijatun. (2011). Membudayakan Etik dalam Praktik keperwatan. Jakarta:


Salemba Medika.
Thomas Angela M. (1997).Coaching for Staff Development, Clinical Training
Skills Developing Clinical Skill. Penerbit Kanisius, dalam Materi
Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK Januari 2003.
Werdati.(2007). Implementasi program mentorship pada pendidikan
keperawatan.Disampaikan pada Pelatihan Nasional Preceptorship dan
Mentorship untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 14 Februari 2007 di
kutip dalam Dermawan, Deden Jurnal Mentorship dan Perseptorship
dalam keperawatan. 2012).

Anda mungkin juga menyukai