OLEH
NIM: 23010070
PROGRAMA S1 KEPERAWATAN
STIKES MEDIKA SERAMOE BARAT
MEULABOH 2023
Kata Pengantar
Rasa syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
anugerahnya sehingga saya dapat menyelsaikan makalah tentang tugas
“Farmakologi Dalam Keperawatan” dapat terselesaikan.
Penulisan makalah ini juga bertujuan selain untuk melengkapi tugas mata
kuliah tugas Farmakologi Dalam Keperawatan. Tapi menjadikan pelajaran bagi
penulis dan pembaca untuk lebih mengenal tentang “PERHITUNGAN DOSIS OBAT
DAN PEMBERIANNYA”.
Penyusun
Bab 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...... 3
B. Tujuan....................................................................................................3
BAB II
A. PENGERTIAN ............................................................................... .......4
B. MACAM-MACAM DOSIS.............................................................4
C. CARA PERHITUNGAN DOSIS ........................................................ ....5
D. PENENTUAN & PEMBERIAN DOSIS .............................................. ....8
E. TOKSIKOMETRIK & HUBUNGAN DOSIS ...................................... .....12
F. PENGERTIAN LETHAL DOSE50 (LD50 & LC50) ................................ 15
BAB III
KESIMPULAN ............................................................................................ 19
G. PENUTUP ....................................................................................... ....20
H. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ....21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dosis Obat ialah suatu ukuran bahan atau paduan ukuran bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.Karna seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan
jika kita sedang sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak
beres dengan tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan mencari obat untuk
mengobati sakit yang kita derita.
Namun apakah kita tahu bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita itu?
Oleh karenanya paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan
panjang obat di dalam tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi
rasa cemas, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa
nyaman, atau bahkan membuat “fly” alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya,
tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan dari yang
ditentukan.
Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu bekerja,
dosis yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan keadaan
dari obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk
digunakan. Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang
kita derita atau bahkan dapat menimbulkan kematian bila salah dalam
mengkonsumsi obat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui pengertian Dosis
- Mengetahui macam macam Dosis dan Dosis obat
- Memahami penentuan Dosis dan pemberian Dosis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat
mempengaruhi suatu organisme secara biologis; makin besar kadarnya, makin
besar pula dosisnya. Di bidang kedokteran, istilah ini biasanya diperuntukkan bagi
kadar obat atau agen lain yang diberikan untuk tujuan terapi. Dalam toksikologi,
dosis dapat merujuk kepada jumlah agen berbahaya (seperti racun, karsinogen,
mutagen, ataupun teratogen), yang dipajankan kepada organisme.
Bahan kimia merupakan zat paling umum diukur dosisnya, namun ada pula
lainnya, seperti pajanan radiasi. Untuk manusia, sebagian besar dosis mikronutrien
dan pengobatan diukur dalam miligram (mg.), dan lainnya kadang-kadang diukur
dalam mikrogram karena potensinya.
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis
obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa,
juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat
yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada
kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat
sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.
Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal
(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose).
Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan
(misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih
awal. Hal ini dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa
(Sulfisoxazole,Trisulfa pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti
dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.
B. Macam Macam Dosis
Ilmu Farmasi Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi
(khasiat) yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis
DOSIS, antara lain dosis lazim, dosis terapi, dosis minimum, dosis maksimum, dosis
toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :
1. Dosis lazim
2. Dosis terapi
Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan pasien.
3. Dosis minimum
Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan
efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.
4. Dosis maksimum
Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan
kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.
5. Dosis toksik
Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis
maksimum)
6. Dosis Letalis
Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa
dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :
Dosis letal50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50%
hewan percobaan
Dosis letal100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100%
hewan percobaan
Dosis maksimum
Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa (20-60
tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rektal.
Untuk orang lanjut usia karena keadaan fisik sudah mulai menurun. Pemberian dosis
harus lebih kecil dari dosis maksimum.
n+12
150
(n dalam bulan)
24
5. Rumus Gaubius :
62
1) UI Jakarta
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa.
1,75
2) Rumus Catzel
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa
Luas permukaan tubuh dewasa
- Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat) yang
kerjanya pada reseptor atau tempat yang sama maka jumlah obat yang
digunakan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obat yang berefek
sama tersebut.
- Baik sekali pakai ataupun dosis sehari.
Dalam menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita
perhatikan. Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna,
metabolisme obat belum maksimal Distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang
dewasa
b. Capsulae / capsul
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi dengan obat
serbuk, butiran atau granul, cair, semi padat
a. Mulut
b. Tenggorokan (Esofagus)
c. Lambung
Fungsi lambung dibagi menjadi dua yaitu fungsi motorik dan fungsi
pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik dibagi menjadi tiga yaitu fungsi
reservoir (menyimpan makanan sampai mekanan tersebut sedikit demi sedikit
dicernakan dan bergerak pada saluran cerna.), fungsi mencampur (memecah
makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah
lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.), fungsi
pengosongan lambung.
d. Usus halus
Usus halus memiliki panjang kira-kira enam meter dan diameternya 2-3
cm. Terdiri dari duodenum memiliki pH 4-6 dan waktu transit selama 15 menit,
jejunum memiliki pH 6-7dan waktu transit 2-3 ½ jam, ileum memiliki pH 6-8.
Berfungsi untuk sekresi (untuk duodenum dan bagian pertama jejunum) dan
absorpsi (bagian akhir jejunum dan ileum). Bagian pertama dari usus halus
steril sedangkan bagian akhir yang menghubungkan secum (bagian awal dari
usus besar) mengandung beberapa bakteri.
Usus adalah tempat absorpsi makanan dan obat yang sangat besar
karena usus halus memiiki mikrovilli usus halus yang memberikan luas
permukaan yang sangat besar untuk absorpsi obat dan makanan.
Ada tiga gerakan yang terjadi pada usus halus, yaitu: segmentasi,
peristaltic, pendule.
e. Usus besar
Usus besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu kolon asendens, kolon
transverses dan kolon desendens.
Fungsi usus besar tidak untuk absorpsi, tetapi sebagai organ dehidrasi
dan saluran untuk mengeluarkan feses (defekasi).
Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan.
Bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat telah diabsorpsi dan
bersifat cair.
o Bentuk Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi
atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah
salep dan krim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan di kulit lebih
lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.
o Bentuk Supositoria
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada
suhu badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi
setempat atau agar diserap sistemik.
Dari asumsi tersebut dapat digambarkan suatu grafik atau kurva hubungan
dosis-respon yang memberikan asumsi
Penyelidikan hubungan antara dosis atau konsentrasi dan kerja suatu bahan
kimia dapat dilakukan dengan dua cara: (1) menguji frekuensi efek yang timbul pada
satu kelompok objek percobaan dengan mengubah-ubah dosis (hubungan dosis-
reaksi=dose-respons relationship) atau (2) mengubah-ubah dosis, kemudian
mengukur intensitas kerja pada satu objek percobaan (hubungan dosis-kerja=dose-
effect relationship). Pada cara yang pertama, jumlah objek percobaan yang
menunjukkan efek tertentu akan bertambah sampai maksimum, sedangkan pada
cara yang kedua, intensitas efek yang bertambah.
Kurva dosis-kerja dapat juga ditinjau sebagai kurva dosis-reaksi untuk suatu
populasi dari satuan efektor, tiap efektor akan bereaksi menurut hukum ‘semua atau
tak satupun’ (all or none). Implikasinya adalah bahwa reaksi suatu efektor
merupakan andil tertentu bagi efek keseluruhan. Kurva dosis-kerja dengan demikian
menggambarkan peranan setiap efek tersebut secara kumulatif. Dosis, yang
menyebabkan efektor memberi reaksi akan tersebar di sekitar dosis yang
menyebabkan 50% satuan efektor bereaksi. Jika 50 % dari satuan efektor
memberikan reaksi maka akan timbul efek yang merupakan 50 % efek maksimum
yang mungkin dapat dicapai oleh senyawa tersebut.
Pada kurva dosis-kerja, dapat dibedakan dua parameter: (1) afinitas, dan (2)
aktivitas instrinsik. Pada prinsipnya sebuah zat harus mempunyai afinitas terhadap
resepor khas agar dapat menimbulkan efek tertentu. Afinitas dapat ditentukan dari
dosis yang dibutuhkan untuk mencapai efek tertentu misalnya 50 % efek maksimum.
Kalau dosis tinggi, berarti afinitas rendah, kalau dosis kecil, berarti afinitas besar.
Banyak bahan kimia memiliki afinitas terhadap reseptor khas akan tetapi tidak
mempunyai aktivitas intrinsik. Zat ini disebut antagonis kompetitif, dapat bereaksi
dengan reseptor akan tetapi tidak menimbulkan efek. Tetapi senyawa ini mampu
bersama pada tempat kerja dengan zat yang mempunyai baik afinitas maupun
aktivitas instrinsik.
Jika eksposisi suatu zat hanya terjadi satu kali, seperti pada keracunan akut,
mula-mula efek akan naik tergantung pada laju absorpsi dan kemudian efek akan
turun tergantung pada laju eliminasi. Di bawah konsentrasi plasma tertentu disebut
konsentrasi sub-efektif atau subtoksik, sedangkan mulai dari konsentrasi tersebut
dinamakan konsentrasi efektif/toksik.
Dengan demikian pada prinsipnya ada tiga cara untuk mencegah atau
menekan efek toksik, yaitu:
Salah satu cara untuk lebih memudahkan pengertian hubungan dosis respon
adalah menggunakan LD50. Istilah LD50 pertama kali diperkenalkan sebagai indeks
oleh Trevan pada tahun 1927. Pengertian LD50 secara statistik merupakan dosis
tunggal derivat suatu bahan tertentu pada uji toksisitas yang pada kondisi tertentu
pula dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi uji (hewan
percobaan).Sebagai contoh: ditemukan suatu senyawa kimia baru dan untuk
mengetahui efek toksiknya digunakan LD50. Jumlah hewan percobaan paling sedikit
10 ekor untuk tiap dosis dengan rentang dosis yang masuk paling sedikit 3 (dari 0 –
100 satuan). Hubungan dosis dan respon dituangkan dalam bentuk kurva dimana
kurvanya sudah tipikal sigmoid.
Semakin banyak jumlah hewan uji dan rentang dosisnya, kurva sigmoid akan
lebih teramati. Dosis yang terendah menyebabkan kematian hewan uji sebesar 1%.
Kurva sigmoid distribusi normal seperti ini menunjukkan respon 0% pada dosis yang
rendah dan respon sebesar 100% pada dosis yang meningkat tetapi respon tersebut
tidak akan melebihi rentang 0 – 100 %.
Suatu dosis efektif untuk 50% hewan digunakan karena arah kisaran
nilai pada titik tersebut paling menyempit dibanding dengan titik-titik ekstrim
dari kurva dosis-respon. Pada kurva normal sebanyak 68% dari populasi
berada dalam plus-minus nilai 50%.
Suatu variasi dari LD50 adalah LC50 yaitu konsentrasi bahan yang
menyebabkan kematian 50% organisme yang terpapar. Parameter ini sering
digunakan jika suatu organisme dipaparkan terhadap konsentrasi bahan
tertentu dalam air atau udara yang dosisnya tidak diketahui. Dalam hal ini
waktu pemaparan dan konsentrasi harus dinyatakan dengan jelas.
- Effective Dose (ED) adalah merupakan dosis dari suatu bahan dan pada
tingkat dosis tersebut sudah dapat menimbulkan efek biologis yang ringan
untuk pertama kalinya pada hewan percobaan.
Aplikasi lebih lanjut dari TD dan ED adalah untuk menentukan therapeutic index
yaitu tingkat keamanan suatu bahan/obat yang diekpresikan melalui perbandingan
antara LD50 dengan ED50. Selain itu aplikasi dari LD dan ED adalah untuk
menentukan margin of safety (MS) yaitu rasio antara LD1 dengan ED99.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dosis Obat ialah suatu ukuran bahan atau paduan ukuran bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien.
Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang
tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien yang kita
berikan. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi,
sebagai calon apoteker yang professional harus mampu menguasai tentang dosis
obat.
Sifat spesifik dan efek suatu paparan secara bersama-sama akan membentuk
suatu hubungan yang lazim disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan
dosis-respon tersebut merupakan konsep dasar dari toksikologi untuk mempelajari
bahan toksik.Penggunaan hubungan dosis-respon dalam toksikologi harus
memperhatikan beberapa asumsi dasar.
SARAN
Des W. Connel & Gregory J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
E.J. Ariens, E. Mutschler & A.M. Simonis. 1987. Toksikologi Umum, Pengantar.
Terjemahan oleh Yoke R.Wattimena dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Terjemahan oleh Edi Nugroho. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
http://pharmacyindonesia.blogspot.com/2011/06/dosis-obat.html
http://trisusilowatibhm.blogspot.com/dosis-obat.html
http://azizahmidwife.blogspot.com/pemberian-obat.html
http://khahyun.wordpress.com/2010/11/29/sediaan-oral/