Anda di halaman 1dari 22

Makalah Farmakalogi Keperawatan

PERHITUNGAN DOSIS OBAT DAN PEMBERIANNYA.


PEMBERIANNY

Disusun Untuk Pemenuhan Tugas Farmakologi Dalam Keperawatan

OLEH

Nama : DINI WAHYUNI SANDRA

NIM: 23010070

KELAS : 1 NON REGULER

Dosen : Ns.Khairul Fahmi,M.Kep

PROGRAMA S1 KEPERAWATAN
STIKES MEDIKA SERAMOE BARAT
MEULABOH 2023
Kata Pengantar

Rasa syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
anugerahnya sehingga saya dapat menyelsaikan makalah tentang tugas
“Farmakologi Dalam Keperawatan” dapat terselesaikan.

Penulisan makalah ini juga bertujuan selain untuk melengkapi tugas mata
kuliah tugas Farmakologi Dalam Keperawatan. Tapi menjadikan pelajaran bagi
penulis dan pembaca untuk lebih mengenal tentang “PERHITUNGAN DOSIS OBAT
DAN PEMBERIANNYA”.

Penulis berharap dari pembuatan makalah ini untuk mendapatkan nilai


maksimal dari mata kuliah Farmakologi Dalam Keperawatan. Penulis pun berharap
saran dan kritik dari dosen untuk kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

Sawang, 18 Desember 2023


Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................................... 2

Bab 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...... 3
B. Tujuan....................................................................................................3

BAB II
A. PENGERTIAN ............................................................................... .......4
B. MACAM-MACAM DOSIS.............................................................4
C. CARA PERHITUNGAN DOSIS ........................................................ ....5
D. PENENTUAN & PEMBERIAN DOSIS .............................................. ....8
E. TOKSIKOMETRIK & HUBUNGAN DOSIS ...................................... .....12
F. PENGERTIAN LETHAL DOSE50 (LD50 & LC50) ................................ 15
BAB III

KESIMPULAN ............................................................................................ 19
G. PENUTUP ....................................................................................... ....20
H. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ....21
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dosis Obat ialah suatu ukuran bahan atau paduan ukuran bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.Karna seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan
jika kita sedang sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak
beres dengan tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan mencari obat untuk
mengobati sakit yang kita derita.

Namun apakah kita tahu bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita itu?
Oleh karenanya paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan
panjang obat di dalam tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi
rasa cemas, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa
nyaman, atau bahkan membuat “fly” alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya,
tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan dari yang
ditentukan.

Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu bekerja,
dosis yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan keadaan
dari obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk
digunakan. Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang
kita derita atau bahkan dapat menimbulkan kematian bila salah dalam
mengkonsumsi obat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah presentasi ini adalah ingin


memberitahukan kepada masyarakat hal – hal apa saja yang menjadi ruang
lingkup dari masalah dosis, menambah pengetahuan bagi masyarakat agar lebih
luas wawasannya mengenai dosis dalam penggunaan obat.

2. Tujuan Khusus
- Mengetahui pengertian Dosis
- Mengetahui macam macam Dosis dan Dosis obat
- Memahami penentuan Dosis dan pemberian Dosis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat
mempengaruhi suatu organisme secara biologis; makin besar kadarnya, makin
besar pula dosisnya. Di bidang kedokteran, istilah ini biasanya diperuntukkan bagi
kadar obat atau agen lain yang diberikan untuk tujuan terapi. Dalam toksikologi,
dosis dapat merujuk kepada jumlah agen berbahaya (seperti racun, karsinogen,
mutagen, ataupun teratogen), yang dipajankan kepada organisme.

Bahan kimia merupakan zat paling umum diukur dosisnya, namun ada pula
lainnya, seperti pajanan radiasi. Untuk manusia, sebagian besar dosis mikronutrien
dan pengobatan diukur dalam miligram (mg.), dan lainnya kadang-kadang diukur
dalam mikrogram karena potensinya.

Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis
obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa,
juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat
yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada
kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat
sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.

Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal
(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose).
Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan
(misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih
awal. Hal ini dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa
(Sulfisoxazole,Trisulfa pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti
dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.
B. Macam Macam Dosis

Ilmu Farmasi Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi
(khasiat) yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis
DOSIS, antara lain dosis lazim, dosis terapi, dosis minimum, dosis maksimum, dosis
toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :

1. Dosis lazim

Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum


pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya
tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimum dan dosis
minimum obat.

2. Dosis terapi

Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan pasien.

3. Dosis minimum

Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan
efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.

4. Dosis maksimum

Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan
kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.

5. Dosis toksik

Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis
maksimum)

6. Dosis Letalis

Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa
dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :
 Dosis letal50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50%
hewan percobaan
 Dosis letal100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100%
hewan percobaan

C. CARA PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Dosis maksimum

Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa (20-60
tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rektal.

Untuk orang lanjut usia karena keadaan fisik sudah mulai menurun. Pemberian dosis
harus lebih kecil dari dosis maksimum.

 Menurut buku Obat-Obat penting .

- 65- 74 tahun, dosis biasa - 10%

- 75-84 tahun, dosis biasa - 20%

- Diatas 85 tahun, dosis biasa – 30%

 Menurut buku ilmu resep

- 60 -70 tahun 4/5 dosis dewasa

- 70- 80 tahun 3/4 dosis dewasa

- 80-90 tahun 2/3 dosis dewasa

- 90 tahun ke atas ½ dosis dewasa.

Perhitungan dosis anak berdasarkan usia :

1. Rumus Young: n× dosis dewasa

n+12

(n dalam tahun untuk anak usia di bawah 8 tahun).

2. Rumus Dilling: n×dosis dewasa


20

(n dalam tahun anak di atas 8 tahun)

3. Rumus Fried : n×dosis dewasa

150

(n dalam bulan)

4. Rumus Cowling: n×dosis dewasa

24

(n adalah satuan tahun yang digenapkan ke atas)

5. Rumus Gaubius :

Berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa

0-1 tahun =1/12x dosis dewasa

1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa

2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa

3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa

4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa

7-14 tahun = ½ x dosis dewasa

14-20 tahun = 2/3 x dosis dewasa

21-60 tahun = dosis dewasa

Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan

a) Rumus Clark (amerika)


Bobot badan anak (pon) x dosis dewasa
150
b) Rumus Themich Fier (Jerman)

Bobot badan anak (kg) x dosis dewasa


70

c) Rumus black (Belanda)

Bobot badan anak (kg) x dosis dewasa

62

Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh

1) UI Jakarta
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa.
1,75
2) Rumus Catzel
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa
Luas permukaan tubuh dewasa

Dosis maksimum gabungan (DM sinergis)

- Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat) yang
kerjanya pada reseptor atau tempat yang sama maka jumlah obat yang
digunakan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obat yang berefek
sama tersebut.
- Baik sekali pakai ataupun dosis sehari.

Contoh obat yang memiliki efek yang sama

o Atropin sulfat dengan ekstrak belladonae


o Pulvis opii dengan pulvis overi
o Kofein dan aminofilin
o Arsen trioxida dan Natrii arsenas

Dosis obat untuk anak (Pediatrik),katagori anak :

- Anak premature : lahir kurang 35 minggu


- Anak baru lahir : Neonatus s/d 28 hari
- Bayi : infant s/d 1 tahun
- Balita : 1-5 tahun
- Anak : 6-12 tahun
-
Perhitungan dosisi anak

Dalam menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita
perhatikan. Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna,
metabolisme obat belum maksimal Distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang
dewasa

- Neonatus >29,7% dari dewasa


- Bayi 6 bulan >20,7% dari dewasa
- Anak s/d 7 th. >5,5% dari dewasa

Rumus perhitungan dosis anak

- Menurut perbandingan umur orang dewasa ;


- Rumus Young : untuk anak 1-8 tahun kebawah
Da = n x Dd
n + 12

D. CARA PEMBERIAN OBAT


o Bentuk Oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini
lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk oral
ini adalah bentuk tablet, kapsul, dan lozengez. Bentuk sediaan oral :

a. Obat Cair (liquid)


- Solutio, Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan / pelarut, dimana
zat pelarutnya adalah air, bila bukan air maka harus dijelaskan dalam
namanya, misalnya :minyak kamfer, Nitrogliserin dalam spiritus.
- Suspensi, Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair (cairan pembawa), zat yang
terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan dapat
mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi serta
tidak boleh terlalu kental agar sediaan mudah dikocok dan dituang
- Sirup,Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar
tinggi.
- Elixir, Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven.
- Emulsi, Adalah dua fase cairan dalam sistim dispersi (tetesan) dimana
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dalam merata dalam
fase cairan lainnya dan umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi
(Emulgator).
- Emulsi O/W, Emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang
merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi
/ pembawa (emulsi ini dapat dicernakan dengan air). Emulgatornya
larut dalam air. Contoh : susu (emulgatornya putih telur) Scott
Emultion.
- Emulsi W/O, Emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yang
merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
merupakan pembawa atau pendispersi (Emulsi ini dapat diencerkan
dengan minyak). Emulgatornya larut dalam minyak. contoh : Mentega,
Ianolin.
- Netralisasi atau penetralan, obat minum yang di buat dengan jalan
mencampurkan suatu asam dengan suatu basa (yang dipergunakan
adalah suatu Carbonat) dan tidak mengandung CO2 (karena CO2
yang terbentuk selalu dihilangkan seluruhnya dengan cara pemanasan
sampai larutannya jernih), yang termasuk Netralisasi.
- Suatu asam dinetralkan dengan NH4CL
- Suatu asam yang tidak larut dinetralkan dengan suatu HCO3 / CO3,
dapat juga dengan NaOH

b. Capsulae / capsul

Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi dengan obat
serbuk, butiran atau granul, cair, semi padat

Jenis – jenis kapsul:

- Capsulae gelatinosae (dibuat dari gelatin) terdiri dari : Soft Capsulae /


Capsulae Molles à lunak, Hard Capsulae / Capsulae Durae à keras.
- Capsulae Amylaceas (dibuat dari amylum)
- Capsulae Metilsellulosa

Absorpsi sediaan oral :

a. Mulut

Mulut adalah rongga lonjong pada permukaan saluran penceranaan.


Terdiri atas dua bagian, bagian luar yang sempit, yaitu ruang di antara gusi
serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah
belakang dengan awal faring.

Di dalam mulut terdapat tiga kelenjar ludah, yaitu: kelenjar parotis,


kelenjar submandibularis, kelenjar sublingualis. kelenjar ludah berfungsi
mengeluarkan saliva. Saliva memiliki pH 6,7-7,8 mengandung enzim ptyalin,
fungsinya untuk membebaskan zat aktif dari obat.

b. Tenggorokan (Esofagus)

Esofagus adalah suatu organ silindris berongga dengan panjang


sekitar 25 cm dengan garis tengah 2 cm. Esophagus terutama berfungsi
untuk menghantarkan makanan dan obat dari faring ke lambung, dengan
gerakan peristaltic. Dinding esophagus seperti juga bagian lain dari saluran
cerna, terdiri dari empat lapisan: mukosa, sub mukosa, muskularis, dan
serosa.

c. Lambung

Panjang sekitar 25 cm dan lebar 10 cm dan memiliki kapasitas volume


1- 1 ½ liter. Secara anatomis lambung dibagi atas fundus, korpus dan antrum
pilorikum atau pilorus.Lambung terdiri dari empat lapisan, yaitu lapisan tunika
serosa atau lapisan luar, muskularis, submukosa,dan mukosa.Kandungan
lambung adalah asam lambung, mucus, polisakarida, protein mineral, dan
cairan lambung yang memiliki pH 1,9.

Hormone gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah


pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastric untuk menghasilkan
asam hidroklorida dan pepsinogen. Subtansi lain yang diseksresi oleh
lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion kalium,
natrium dan klorida.

Fungsi lambung dibagi menjadi dua yaitu fungsi motorik dan fungsi
pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik dibagi menjadi tiga yaitu fungsi
reservoir (menyimpan makanan sampai mekanan tersebut sedikit demi sedikit
dicernakan dan bergerak pada saluran cerna.), fungsi mencampur (memecah
makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah
lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.), fungsi
pengosongan lambung.

d. Usus halus

Usus halus memiliki panjang kira-kira enam meter dan diameternya 2-3
cm. Terdiri dari duodenum memiliki pH 4-6 dan waktu transit selama 15 menit,
jejunum memiliki pH 6-7dan waktu transit 2-3 ½ jam, ileum memiliki pH 6-8.
Berfungsi untuk sekresi (untuk duodenum dan bagian pertama jejunum) dan
absorpsi (bagian akhir jejunum dan ileum). Bagian pertama dari usus halus
steril sedangkan bagian akhir yang menghubungkan secum (bagian awal dari
usus besar) mengandung beberapa bakteri.

Usus adalah tempat absorpsi makanan dan obat yang sangat besar
karena usus halus memiiki mikrovilli usus halus yang memberikan luas
permukaan yang sangat besar untuk absorpsi obat dan makanan.

Konsistensi usus halus berupa cairan kental seperti bubur.

Waktu transit untuk makanan dari mulut ke secum memerlukan waktu


sekitar 4-6 jam, sedangkan waktu transit sediaan padat dari 95% populasi
sekitar 3 jam atau kurang.

Dua cairan pencerna masuk duodenum, yaitu cairan ampedu melalui


hati dan getah prankeas dari prankeas. sekresi prankreas berupa enzim
amilasi, lipase, proteolitik. Sekresi empedu berupa musin, garam empedu.

Ada tiga gerakan yang terjadi pada usus halus, yaitu: segmentasi,
peristaltic, pendule.
e. Usus besar

Usus besar atau kolon yang kira-kira 1 ½ meter panjangnya adalah


merupakan sambungan dari usus halus.

Usus besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu kolon asendens, kolon
transverses dan kolon desendens.

Fungsi usus besar tidak untuk absorpsi, tetapi sebagai organ dehidrasi
dan saluran untuk mengeluarkan feses (defekasi).

Isi kolon memiliki pH 7,5-8.

Antibiotic yang tidak diabsorpsi tidak sempurna akan mempengaruhi


flora normal bakteri dalam kolon.

Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan.
Bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat telah diabsorpsi dan
bersifat cair.

Selama perjalanan di dalam kolon isinya menjadi makin padat karena


terjadi reabsorpsi air dan ketika mencapai rectum feses bersifat padat.
Gerakan peristaltic dalam kolon sangat lamban dan diperlukan waktu kira-kira
enam belas sampai dua puluh jam bagi isinya untuk mencapai flexura
sigmoid.

o Bentuk Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi
atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah
salep dan krim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan di kulit lebih
lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.
o Bentuk Supositoria
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada
suhu badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi
setempat atau agar diserap sistemik.

E. TOKSIKOMETRIK & HUBUNGAN DOSIS


Sifat spesifik dan efek suatu paparan secara bersama-sama akan membentuk
suatu hubungan yang lazim disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan
dosis-respon tersebut merupakan konsep dasar dari toksikologi untuk mempelajari
bahan toksik.

Penggunaan hubungan dosis-respon dalam toksikologi harus memperhatikan


beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar tersebut adalah:

 Respon bergantung pada cara masuk bahan dan respon berhubungan


dengan dosis.
 Adanya molekul atau reseptor pada tempat bersama bahan kimia berinteraksi
dan menghasilkan suatu respon.
 Respon yang dihasilkan dan tingkat respon berhubungan dengan kadar agen
pada daerah yang reaktif.
 Kadar pada tempat tersebut berhubungan dengan dosis yang masuk

Dari asumsi tersebut dapat digambarkan suatu grafik atau kurva hubungan
dosis-respon yang memberikan asumsi

(1) respon merupakan fungsi kadar pada tempat tersebut

(2) kadar pada tempat tersebut merupakan fungsi dari dosis

(3) dosis dan respon merupakan hubungan kausal

Pada kurva dosis-respon nampak informasi beberapa hubungan antara


jumlah zat kimia sebagai dosis, organisme yang mendapat perlakuan dan setiap
efek yang disebabkan oleh dosis tersebut. Toksikometrik merupakan istilah teknis
untuk studi dosis-respon, yang dimaksudkan untuk mengkuantifikasi dosis-respon
sebagai dasar ilmu toksikologi. Hasil akhir yang dihasilkan dari jenis studi ini adalah
nilai Lethal Dose50 (LD50) untuk zat kimia.

a. Hubungan Dosis-Respon (DOSE RESPONSE RELATIONSHIP)

Penyelidikan hubungan antara dosis atau konsentrasi dan kerja suatu bahan
kimia dapat dilakukan dengan dua cara: (1) menguji frekuensi efek yang timbul pada
satu kelompok objek percobaan dengan mengubah-ubah dosis (hubungan dosis-
reaksi=dose-respons relationship) atau (2) mengubah-ubah dosis, kemudian
mengukur intensitas kerja pada satu objek percobaan (hubungan dosis-kerja=dose-
effect relationship). Pada cara yang pertama, jumlah objek percobaan yang
menunjukkan efek tertentu akan bertambah sampai maksimum, sedangkan pada
cara yang kedua, intensitas efek yang bertambah.

Perilaku efek suatu bahan kimia digambarkan sebagai peningkatan dosis


akan meningkatkan efek sampai efek maksimal tercapai. Hubungan dosis-respon
biasanya berciri kuantitatif dan hal tersebut yang membedakan dengan paparan di
alam dimana kita hanya mendapatkan kemungkinan perkiraan dosis. Suatu respon
dari adanya paparan dapat berupa respon respon yang mematikan (lethal response)
dan respon yang tidak mematikan (non-lethal response). Bahan kimia dengan
tingkat toksisitas rendah memerluikan dosis besar untuk menghasilkan efek
keracunan dan bahan kimia yang sangat toksik biasanya memerlukan dosis kecil
untuk menghasilkan efek keracunan.

b. Hubungan Dosisi - Reaksi

Karakteristik paparan dan efek bersama-sama yang membentuk suatu


hubungan korelasi sering disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan dosis-
respon merupakan konsep dasar dalam toksikologi. Pengertian dosis respon dalam
toksikologi adalah proporsi dari sebuah populasi yang terpapar dengan suatu bahan
dan akan mengalami respon spesifik pada dosis, interval waktu dan pemaparan
tertentu.

Hubungan dosis reaksi menentukan berapa persen dari suatu populasi


(misalnya, sekelompok hewan percobaan) memberikan efek/reaksi tertentu terhadap
dosis tertentu dari suatu zat. Hasilnya dapat digambarkan dalam diagram antara
dosis dan jumlah individu dalam kelompok yang menunjukkan efek yang diinginkan.
Banyaknya individu yang menunjukkan efek ini dengan demikian merupakan fungsi
dosis. Pada kurva dengan gambar secara linier terhadap dosis, maka dosis yang
menyebabkan 50 % individu memberikan reaksi, digunakan sebagai besaran bagi
aktivitas (ED50) atau letalitas/kematian (LD50) dari senyawa yang diperiksa.

c. Hubungan Dosis - Kerja

Ciri kurva dosis-kerja biasanya dijelaskan berdasarkan interaksi antara bahan


kimia dan tempat kerja sesungguhnya yaitu reseptor. Besarnya efek tergantung
pada konsentrasi/dosis zat, juga dari tetapan kesetimbangan atau tetapan afinitas
yaitu parameter yang menentukan kecenderungan bahan kimia untuk bereaksi
dengan reseptor.

Kurva dosis-kerja dapat juga ditinjau sebagai kurva dosis-reaksi untuk suatu
populasi dari satuan efektor, tiap efektor akan bereaksi menurut hukum ‘semua atau
tak satupun’ (all or none). Implikasinya adalah bahwa reaksi suatu efektor
merupakan andil tertentu bagi efek keseluruhan. Kurva dosis-kerja dengan demikian
menggambarkan peranan setiap efek tersebut secara kumulatif. Dosis, yang
menyebabkan efektor memberi reaksi akan tersebar di sekitar dosis yang
menyebabkan 50% satuan efektor bereaksi. Jika 50 % dari satuan efektor
memberikan reaksi maka akan timbul efek yang merupakan 50 % efek maksimum
yang mungkin dapat dicapai oleh senyawa tersebut.

Pada kurva dosis-kerja, dapat dibedakan dua parameter: (1) afinitas, dan (2)
aktivitas instrinsik. Pada prinsipnya sebuah zat harus mempunyai afinitas terhadap
resepor khas agar dapat menimbulkan efek tertentu. Afinitas dapat ditentukan dari
dosis yang dibutuhkan untuk mencapai efek tertentu misalnya 50 % efek maksimum.
Kalau dosis tinggi, berarti afinitas rendah, kalau dosis kecil, berarti afinitas besar.

Disamping afinitas, suatu zat dapat mempunuyai kemampuan untuk


menyebabkan perubahan di dalam molekul reseptor dan melalui beberapa tingkat
reaksi berikutnya baru kemudian dicapai efek sesungguhnya. Sifat ini disebut
aktivitas intrinsik senyawa bersangkutan. Hal ini menentukan besarnya efek
maksimun yang dapat dicapai oleh senyawa tersebut.

Banyak bahan kimia memiliki afinitas terhadap reseptor khas akan tetapi tidak
mempunyai aktivitas intrinsik. Zat ini disebut antagonis kompetitif, dapat bereaksi
dengan reseptor akan tetapi tidak menimbulkan efek. Tetapi senyawa ini mampu
bersama pada tempat kerja dengan zat yang mempunyai baik afinitas maupun
aktivitas instrinsik.

d. Hubungan Waktu - Kerja

Jika eksposisi suatu zat hanya terjadi satu kali, seperti pada keracunan akut,
mula-mula efek akan naik tergantung pada laju absorpsi dan kemudian efek akan
turun tergantung pada laju eliminasi. Di bawah konsentrasi plasma tertentu disebut
konsentrasi sub-efektif atau subtoksik, sedangkan mulai dari konsentrasi tersebut
dinamakan konsentrasi efektif/toksik.

Dengan demikian pada prinsipnya ada tiga cara untuk mencegah atau
menekan efek toksik, yaitu:

- Memperkecil absorpsi atau laju absorpsi, sehingga konsentrasi plasma tetap


berada di bawah daerah toksik. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan
adsorbensia, misalnya karbon aktif, dengan pembilasan lambung atau
dengan mempercepat pengosongan lambung-usus dengan laksansia garam.
Hal ini akan mengubah fase eksposisi.
- Meningkatkan eliminasi zat toksik dan/atau pembentukan suatu kompleks
yang tak aktif. Eliminasi dapat ditingkatkan dengan mengubah pH urin,
misalnya dengan pembasaan urin dan diuresis paksa pada keracunan
barbiturat, sedangkan pembentukan khelat dipakai untuk inaktivasi ion logam
yang toksik. Hal ini akan mengubah fase toksokinetik.
- Memperkecil kepekaan objek biologik terhadap efek. Dalam hal ini
konsentrasi plasma tak dipengaruhi, akan tetapi batas kritis konsentrasi toksik
minimum ditinggikan. Hampir semua bentuk penanganan keracunan secara
simptomatik berdasarkan prinsip ini

F. PENGERTIAN LETHAL DOSE50

Salah satu cara untuk lebih memudahkan pengertian hubungan dosis respon
adalah menggunakan LD50. Istilah LD50 pertama kali diperkenalkan sebagai indeks
oleh Trevan pada tahun 1927. Pengertian LD50 secara statistik merupakan dosis
tunggal derivat suatu bahan tertentu pada uji toksisitas yang pada kondisi tertentu
pula dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi uji (hewan
percobaan).Sebagai contoh: ditemukan suatu senyawa kimia baru dan untuk
mengetahui efek toksiknya digunakan LD50. Jumlah hewan percobaan paling sedikit
10 ekor untuk tiap dosis dengan rentang dosis yang masuk paling sedikit 3 (dari 0 –
100 satuan). Hubungan dosis dan respon dituangkan dalam bentuk kurva dimana
kurvanya sudah tipikal sigmoid.
Semakin banyak jumlah hewan uji dan rentang dosisnya, kurva sigmoid akan
lebih teramati. Dosis yang terendah menyebabkan kematian hewan uji sebesar 1%.
Kurva sigmoid distribusi normal seperti ini menunjukkan respon 0% pada dosis yang
rendah dan respon sebesar 100% pada dosis yang meningkat tetapi respon tersebut
tidak akan melebihi rentang 0 – 100 %.

Bagaimanapun juga setiap bahan kimia mempunyai threshold dose yang


tidak sama. Threshold dose adalah suatu dosis minimal yang merupakan dosis
efektif dimana dengan dosis yang minimal tersebut individu sudah dapat
memberikan atau menunjukkan responnya, sehingga untuk tiap individu threshold
dose inipun berbeda.

 Lethal Dose50 (LD50)

Suatu dosis efektif untuk 50% hewan digunakan karena arah kisaran
nilai pada titik tersebut paling menyempit dibanding dengan titik-titik ekstrim
dari kurva dosis-respon. Pada kurva normal sebanyak 68% dari populasi
berada dalam plus-minus nilai 50%.

 Lethal Concentration50 (LC50)

Suatu variasi dari LD50 adalah LC50 yaitu konsentrasi bahan yang
menyebabkan kematian 50% organisme yang terpapar. Parameter ini sering
digunakan jika suatu organisme dipaparkan terhadap konsentrasi bahan
tertentu dalam air atau udara yang dosisnya tidak diketahui. Dalam hal ini
waktu pemaparan dan konsentrasi harus dinyatakan dengan jelas.

- Effective Dose (ED) adalah merupakan dosis dari suatu bahan dan pada
tingkat dosis tersebut sudah dapat menimbulkan efek biologis yang ringan
untuk pertama kalinya pada hewan percobaan.

Aplikasi lebih lanjut dari TD dan ED adalah untuk menentukan therapeutic index
yaitu tingkat keamanan suatu bahan/obat yang diekpresikan melalui perbandingan
antara LD50 dengan ED50. Selain itu aplikasi dari LD dan ED adalah untuk
menentukan margin of safety (MS) yaitu rasio antara LD1 dengan ED99.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dosis Obat ialah suatu ukuran bahan atau paduan ukuran bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.

Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien.
Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang
tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien yang kita
berikan. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi,
sebagai calon apoteker yang professional harus mampu menguasai tentang dosis
obat.

Sifat spesifik dan efek suatu paparan secara bersama-sama akan membentuk
suatu hubungan yang lazim disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan
dosis-respon tersebut merupakan konsep dasar dari toksikologi untuk mempelajari
bahan toksik.Penggunaan hubungan dosis-respon dalam toksikologi harus
memperhatikan beberapa asumsi dasar.

SARAN

Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi


bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang saya peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Saya banyak berharap kepada para pembaca
yang memberikan kritik saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya para pembaca khusus
pada saya. Aamiin.
Daftar Pustaka

Des W. Connel & Gregory J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

E.J. Ariens, E. Mutschler & A.M. Simonis. 1987. Toksikologi Umum, Pengantar.
Terjemahan oleh Yoke R.Wattimena dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Terjemahan oleh Edi Nugroho. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.

H.J. Mukono. 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.

J. H. Koeman. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan oleh R.H. Yudono.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

http://pharmacyindonesia.blogspot.com/2011/06/dosis-obat.html

http://trisusilowatibhm.blogspot.com/dosis-obat.html

http://azizahmidwife.blogspot.com/pemberian-obat.html

Buku F.I III daftar dosis maksimum halaman 959-994.

http://khahyun.wordpress.com/2010/11/29/sediaan-oral/

Diktat Mata kuliah Farmasetik dasar. Penulis Dra.Gloria Martini,M.Si.,Apt.

Anda mungkin juga menyukai