A. Kata Pengantar
Page 1
Rasa syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan anugerahnya
sehingga saya dapat menyelsaikan makalah tentang tugas “TOKSIKOLOGI” dapat
terselesaikan.
Penulisan makalah ini juga bertujuan selain untuk melengkapi tugas mata
kuliah Toksikologi. Tapi menjadikan pelajaran bagi penulis dan pembaca untuk lebih
mengenal tentang “DOSIS”.
Daftar Isi
Kata Pengantar ..................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................... 2
Latar Belakang…………………………………………………………………………. 3
Page 2
A. TUJUAN............................................................................................... 3
Bab 1
B. PENGERTIAN, MACAM DOSIS & DOSIS OBAT ............................... 4
C. CARA PERHITUNGAN DOSIS ........................................................... 5
D. PENENTUAN & PEMBERIAN DOSIS ................................................. 8
Bab 2
E. TOKSIKOMETRIK & HUBUNGAN DOSIS DENGAN DOSIS .............12
F. PENGERTIAN LETHAL DOSE50 (LD50 & LC50) ............................. 15
Bab 3
G. RESEPTOR & UJI TOKSISITAS AKUT PENENTUAN LD50 ............. 17
H. KESIMPULAN .................................................................................... 19
I. PENUTUP .......................................................................................... 20
J. DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 21
LATAR BELAKANG
Dosis Obat ialah suatu ukuran bahan atau paduan ukuran bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
Page 3
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Karna seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan jika
kita sedang sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak beres
dengan tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan mencari obat untuk
mengobati sakit yang kita derita.
Namun apakah kita tahu bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita itu?
Oleh karenanya paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan
panjang obat di dalam tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi
rasa cemas, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa
nyaman, atau bahkan membuat “fly” alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya,
tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan dari yang
ditentukan.
Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu bekerja,
dosis yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan keadaan
dari obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk
digunakan. Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang
kita derita atau bahkan dapat menimbulkan kematian bila salah dalam
mengkonsumsi obat.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui pengertian Dosis
- Mengetahui macam macam Dosis dan Dosis obat
- Memahami penentuan Dosis dan pemberian Dosis
- Mengetahui hubungan Dosis dengan Toksik
BAB I
Pengertian Dosis
Page 4
Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat
mempengaruhi suatu organisme secara biologis; makin besar kadarnya, makin
besar pula dosisnya. Di bidang kedokteran, istilah ini biasanya diperuntukkan bagi
kadar obat atau agen lain yang diberikan untuk tujuan terapi. Dalam toksikologi,
dosis dapat merujuk kepada jumlah agen berbahaya (seperti racun, karsinogen,
mutagen, ataupun teratogen), yang dipajankan kepada organisme.
Bahan kimia merupakan zat paling umum diukur dosisnya, namun ada pula
lainnya, seperti pajanan radiasi. Untuk manusia, sebagian besar dosis mikronutrien
dan pengobatan diukur dalam miligram (mg.), dan lainnya kadang-kadang diukur
dalam mikrogram karena potensinya.
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis
obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa,
juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat
yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada
kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat
sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.
Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal
(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose).
Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan
(misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih
awal. Hal ini dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa
(Sulfisoxazole,Trisulfa pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti
dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.
Ilmu Farmasi : Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi
(khasiat) yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis
DOSIS, antara lain dosis lazim, dosis terapi, dosis minimum, dosis maksimum, dosis
toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :
1. Dosis lazim
2. Dosis terapi
Page 5
Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan pasien.
3. Dosis minimum
Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan
efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.
4. Dosis maksimum
Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan
kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.
5. Dosis toksik
Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis
maksimum)
6. Dosis Letalis
Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa
dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :
Dosis maksimum
Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa (20-60
tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rektal.
Untuk orang lanjut usia karena keadaan fisik sudah mulai menurun. Pemberian dosis
harus lebih kecil dari dosis maksimum.
Page 6
- 70- 80 tahun 3/4 dosis dewasa
n+12
20
150
(n dalam bulan)
24
5. Rumus Gaubius :
Page 7
a) Rumus Clark (amerika)
Bobot badan anak (pon) x dosis dewasa
150
b) Rumus Themich Fier (Jerman)
70
62
1) UI Jakarta
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa.
1,75
2) Rumus Catzel
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa
Luas permukaan tubuh dewasa
- Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat) yang
kerjanya pada reseptor atau tempat yang sama maka jumlah obat yang
digunakan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obat yang berefek
sama tersebut.
- Baik sekali pakai ataupun dosis sehari.
Page 8
Dalam menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita
perhatikan. Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna,
metabolisme obat belum maksimal Distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang
dewasa
o Bentuk Oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini
lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk
oral ini adalah bentuk tablet, kapsul, dan lozengez. Bentuk sediaan oral :
Page 9
- Emulsi W/O, Emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yang
merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
merupakan pembawa atau pendispersi (Emulsi ini dapat diencerkan
dengan minyak). Emulgatornya larut dalam minyak. contoh : Mentega,
Ianolin.
- Netralisasi atau penetralan, obat minum yang di buat dengan jalan
mencampurkan suatu asam dengan suatu basa (yang dipergunakan
adalah suatu Carbonat) dan tidak mengandung CO2 (karena CO2
yang terbentuk selalu dihilangkan seluruhnya dengan cara pemanasan
sampai larutannya jernih), yang termasuk Netralisasi.
- Suatu asam dinetralkan dengan NH4CL
- Suatu asam yang tidak larut dinetralkan dengan suatu HCO3 / CO3,
dapat juga dengan NaOH
b. Capsulae / capsul
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi dengan obat
serbuk, butiran atau granul, cair, semi padat
a. Mulut
b. Tenggorokan (Esofagus)
c. Lambung
Lambung terdiri dari empat lapisan, yaitu lapisan tunika serosa atau
lapisan luar, muskularis, submukosa,dan mukosa.
Fungsi lambung dibagi menjadi dua yaitu fungsi motorik dan fungsi
pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik dibagi menjadi tiga yaitu fungsi
reservoir (menyimpan makanan sampai mekanan tersebut sedikit demi sedikit
dicernakan dan bergerak pada saluran cerna.), fungsi mencampur (memecah
makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah
lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.), fungsi
pengosongan lambung.
d. Usus halus
Usus halus memiliki panjang kira-kira enam meter dan diameternya 2-3
cm. Terdiri dari duodenum memiliki pH 4-6 dan waktu transit selama 15 menit,
jejunum memiliki pH 6-7dan waktu transit 2-3 ½ jam, ileum memiliki pH 6-8.
Berfungsi untuk sekresi (untuk duodenum dan bagian pertama jejunum) dan
absorpsi (bagian akhir jejunum dan ileum). Bagian pertama dari usus halus
steril sedangkan bagian akhir yang menghubungkan secum (bagian awal dari
usus besar) mengandung beberapa bakteri.
Usus adalah tempat absorpsi makanan dan obat yang sangat besar
karena usus halus memiiki mikrovilli usus halus yang memberikan luas
permukaan yang sangat besar untuk absorpsi obat dan makanan.
Page 11
Dua cairan pencerna masuk duodenum, yaitu cairan ampedu melalui
hati dan getah prankeas dari prankeas. sekresi prankreas berupa enzim
amilasi, lipase, proteolitik. Sekresi empedu berupa musin, garam empedu.
Ada tiga gerakan yang terjadi pada usus halus, yaitu: segmentasi,
peristaltic, pendule.
e. Usus besar
Usus besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu kolon asendens, kolon
transverses dan kolon desendens.
Fungsi usus besar tidak untuk absorpsi, tetapi sebagai organ dehidrasi
dan saluran untuk mengeluarkan feses (defekasi).
Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan.
Bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat telah diabsorpsi dan
bersifat cair.
o Bentuk Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi
atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah
salep dan krim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan di kulit lebih
lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.
o Bentuk Supositoria
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada
suhu badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi
setempat atau agar diserap sistemik.
BAB II
TOKSIKOMETRIK
Page 12
Sifat spesifik dan efek suatu paparan secara bersama-sama akan membentuk
suatu hubungan yang lazim disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan
dosis-respon tersebut merupakan konsep dasar dari toksikologi untuk mempelajari
bahan toksik.
Dari asumsi tersebut dapat digambarkan suatu grafik atau kurva hubungan
dosis-respon yang memberikan asumsi
Penyelidikan hubungan antara dosis atau konsentrasi dan kerja suatu bahan
kimia dapat dilakukan dengan dua cara: (1) menguji frekuensi efek yang timbul pada
satu kelompok objek percobaan dengan mengubah-ubah dosis (hubungan dosis-
reaksi=dose-respons relationship) atau (2) mengubah-ubah dosis, kemudian
mengukur intensitas kerja pada satu objek percobaan (hubungan dosis-kerja=dose-
effect relationship). Pada cara yang pertama, jumlah objek percobaan yang
menunjukkan efek tertentu akan bertambah sampai maksimum, sedangkan pada
cara yang kedua, intensitas efek yang bertambah.
Page 13
dari adanya paparan dapat berupa respon respon yang mematikan (lethal response)
dan respon yang tidak mematikan (non-lethal response). Bahan kimia dengan
tingkat toksisitas rendah memerluikan dosis besar untuk menghasilkan efek
keracunan dan bahan kimia yang sangat toksik biasanya memerlukan dosis kecil
untuk menghasilkan efek keracunan.
Kurva dosis-kerja dapat juga ditinjau sebagai kurva dosis-reaksi untuk suatu
populasi dari satuan efektor, tiap efektor akan bereaksi menurut hukum ‘semua atau
tak satupun’ (all or none). Implikasinya adalah bahwa reaksi suatu efektor
merupakan andil tertentu bagi efek keseluruhan. Kurva dosis-kerja dengan demikian
menggambarkan peranan setiap efek tersebut secara kumulatif. Dosis, yang
menyebabkan efektor memberi reaksi akan tersebar di sekitar dosis yang
menyebabkan 50% satuan efektor bereaksi. Jika 50 % dari satuan efektor
memberikan reaksi maka akan timbul efek yang merupakan 50 % efek maksimum
yang mungkin dapat dicapai oleh senyawa tersebut.
Pada kurva dosis-kerja, dapat dibedakan dua parameter: (1) afinitas, dan (2)
aktivitas instrinsik. Pada prinsipnya sebuah zat harus mempunyai afinitas terhadap
resepor khas agar dapat menimbulkan efek tertentu. Afinitas dapat ditentukan dari
Page 14
dosis yang dibutuhkan untuk mencapai efek tertentu misalnya 50 % efek maksimum.
Kalau dosis tinggi, berarti afinitas rendah, kalau dosis kecil, berarti afinitas besar.
Banyak bahan kimia memiliki afinitas terhadap reseptor khas akan tetapi tidak
mempunyai aktivitas intrinsik. Zat ini disebut antagonis kompetitif, dapat bereaksi
dengan reseptor akan tetapi tidak menimbulkan efek. Tetapi senyawa ini mampu
bersama pada tempat kerja dengan zat yang mempunyai baik afinitas maupun
aktivitas instrinsik.
Jika eksposisi suatu zat hanya terjadi satu kali, seperti pada keracunan akut,
mula-mula efek akan naik tergantung pada laju absorpsi dan kemudian efek akan
turun tergantung pada laju eliminasi. Di bawah konsentrasi plasma tertentu disebut
konsentrasi sub-efektif atau subtoksik, sedangkan mulai dari konsentrasi tersebut
dinamakan konsentrasi efektif/toksik.
Dengan demikian pada prinsipnya ada tiga cara untuk mencegah atau menekan
efek toksik, yaitu:
Page 15
Salah satu cara untuk lebih memudahkan pengertian hubungan dosis respon
adalah menggunakan LD50. Istilah LD50 pertama kali diperkenalkan sebagai indeks
oleh Trevan pada tahun 1927. Pengertian LD50 secara statistik merupakan dosis
tunggal derivat suatu bahan tertentu pada uji toksisitas yang pada kondisi tertentu
pula dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi uji (hewan percobaan).
Sebagai contoh: ditemukan suatu senyawa kimia baru dan untuk mengetahui efek
toksiknya digunakan LD50. Jumlah hewan percobaan paling sedikit 10 ekor untuk
tiap dosis dengan rentang dosis yang masuk paling sedikit 3 (dari 0 – 100 satuan).
Hubungan dosis dan respon dituangkan dalam bentuk kurva dimana kurvanya sudah
tipikal sigmoid.
Semakin banyak jumlah hewan uji dan rentang dosisnya, kurva sigmoid akan
lebih teramati. Dosis yang terendah menyebabkan kematian hewan uji sebesar 1%.
Kurva sigmoid distribusi normal seperti ini menunjukkan respon 0% pada dosis yang
rendah dan respon sebesar 100% pada dosis yang meningkat tetapi respon tersebut
tidak akan melebihi rentang 0 – 100 %.
Suatu dosis efektif untuk 50% hewan digunakan karena arah kisaran
nilai pada titik tersebut paling menyempit dibanding dengan titik-titik ekstrim
dari kurva dosis-respon. Pada kurva normal sebanyak 68% dari populasi
berada dalam plus-minus nilai 50%.
Suatu variasi dari LD50 adalah LC50 yaitu konsentrasi bahan yang
menyebabkan kematian 50% organisme yang terpapar. Parameter ini sering
digunakan jika suatu organisme dipaparkan terhadap konsentrasi bahan
tertentu dalam air atau udara yang dosisnya tidak diketahui. Dalam hal ini
waktu pemaparan dan konsentrasi harus dinyatakan dengan jelas.
Page 16
- Toxic Dose (TD) adalah merupakan dosisi dari suatu bahan yang dipaparkan
pada suatu populasi dan pada tingkat dosis tertentu sudah dapat
mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh hewan percobaan.
- Effective Dose (ED) adalah merupakan dosis dari suatu bahan dan pada
tingkat dosis tersebut sudah dapat menimbulkan efek biologis yang ringan
untuk pertama kalinya pada hewan percobaan.
Aplikasi lebih lanjut dari TD dan ED adalah untuk menentukan therapeutic index
yaitu tingkat keamanan suatu bahan/obat yang diekpresikan melalui perbandingan
antara LD50 dengan ED50. Selain itu aplikasi dari LD dan ED adalah untuk
menentukan margin of safety (MS) yaitu rasio antara LD1 dengan ED99.
Penetapan secara akurat nilai ambang batas dengan tanpa memberikan suatu efek,
tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
BAB III
RESEPTOR
Page 17
Telah lama diamati bahwa sejumlah racun menimbulkan efek biologis yang khas.
Konsep zat “reseptor” sebagai tempat kerja zat kimia, pertama kali dikemukakan
oleh John N. Langley. Dia mengamati bahwa efek nikotin dan kurare pada otot
rangka tidak berubah setelah saraf yang mengurus otot tersebut mengalami
degenerasi; hal ini menunjukkan tidak terlibatnya ujung saraf seperti yang diyakini
sebelumnya. Selain itu, kontraksi otot yang diinduksi oleh rangsangan langsung
tidak dipengaruhi oleh zat kimia tersebut. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan
bahwa “racun tidak berpengaruh pada protein kontraktil dalam otot, melainkan pada
zat-zat lain di otot yang dapat disebut “zat reseptor”.
Abstract
Latar belakang : Uji toksisitas akut merupakan uji praklinik yang bertujuan
mengukur derajat efek toksik suatu senyawa dalam waktu tertentu setelah
pemberian dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk
menyatakan kisaran dosis letal pada uji toksisitas akut adalah LD50. Valerian
adalah tanaman obat yang memiliki sifat sedatif pada susunan saraf pusat.
Tanaman obat harus melalui berbagai proses uji untuk keamanan konsumsinya,
salah satunya uji toksisitas akut. Oleh karena itu, penentuan LD50 penting untuk
menilai potensi ketoksikan akut ekstrak valerian.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek toksisitas akut ekstrak
valerian (Valeriana officinalis) yang diukur secara kuantitatif dengan LD50 serta
mengamati gejala toksik akut pemberian valerian.
Page 18
mempunyai kriteria inklusi berupa rentang umur 2 – 3 bulan, berat 25 – 35gram,
tingkah laku dan aktivitas normal, dan tidak ada kelainan anatomis yang tampak.
Kesimpulan
Dosis Obat ialah suatu ukuran bahan atau paduan ukuran bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
Page 19
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien.
Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang
tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien yang kita
berikan. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi,
sebagai calon apoteker yang professional harus mampu menguasai tentang dosis
obat.
Sifat spesifik dan efek suatu paparan secara bersama-sama akan membentuk
suatu hubungan yang lazim disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan
dosis-respon tersebut merupakan konsep dasar dari toksikologi untuk mempelajari
bahan toksik.
Penutup
Page 20
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang saya peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Saya banyak berharap kepada para pembaca
yang memberikan kritik saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya para pembaca khusus
pada saya. Aamiin.
Daftar Pustaka
Page 21
Des W. Connel & Gregory J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
E.J. Ariens, E. Mutschler & A.M. Simonis. 1987. Toksikologi Umum, Pengantar.
Terjemahan oleh Yoke R.Wattimena dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Terjemahan oleh Edi Nugroho. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
http://pharmacyindonesia.blogspot.com/2011/06/dosis-obat.html
http://trisusilowatibhm.blogspot.com/dosis-obat.html
http://azizahmidwife.blogspot.com/pemberian-obat.html
http://khahyun.wordpress.com/2010/11/29/sediaan-oral/
Page 22