Anda di halaman 1dari 19

DASAR-DASAR

KEFARMASIAN
SUB TEMA : DOSIS
Oleh :
Anita Kumala Hati, M.Si., Apt
A. Pengertian Dosis
Definisi dosis (takaran) suatu obat ialah banyaknya suatu obat yang
dapat dipergunakan atau diberikan kepada seseorang penderita baik
untuk dipakai sebagai obat dalam maupun obat luar.
Ketentuan Umum FI edisi III mencantumkan 2 dosis yakni :
1. Dosis Maksimal (maximum),
Berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan
obat melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan membubuhi
tanda seru dan paraf dokter penulis resep, diberi garis dibawah nama
obat tersebut atau banyaknya obat hendaknya ditulis dengan huruf
lengkap.
2. Dosis lazim (Ususal doses)
Merupakan petunjuk yang tidak mengikat tetapi digunakan sebagai
pedoman umum (dosis yang biasa/umum digunakan).
B. Macam-Macam Dosis
1. Dosis terapi
Adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan.
2. Dosis maksimal
Adalah dosis yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk
pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
3. Dosis minimal
Adalah takaran obat terkecil yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
resistensi pada pasien.
4. Dosis letal
Adalah dosis yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian penderita
LD50 : adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan
LD100 : adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 100% hewan uji
5. Dosis inisiasi
Adalah dosis yang diberikan pada awal suatu terapi sampai tercapai kadar kerja yang
diinginkan secara terapeutik.
6. Dosis pemeliharaan
Adalah dosis yang diberikan selanjutnya setelah tercapai kejenuhan untuk memelihara
kerja serta konsentrasi jaringan.
Daftar dosis maksimal menurut FI digunakan untuk orang dewasa berumur 20-60 tahun
dengan berat badan 58-60 kg. Untuk orang yang sudah berusia lanjut dan pertumbuhan
fisiknya sudah mulai menurun, maka pemberian dosis lebih kecil dari pada dosis dewasa.
Perbandingan dosis orang usia lanjut terhadap dosis dewasa : 

Umur Dosis
60 -70 tahun 4/5 X Dosis Dewasa
70 – 80 tahun 3/4 X Dosis Dewasa
80 – 90 tahun 2/3 X Dosis Dewasa
90 tahun keatas 1/2 X Dosis Dewasa

Dosis Untuk Wanita Hamil


Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan sebaiknya diberi dalam jumlah yang
lebih kecil, bahkan untuk beberapa obat yang dapat mengakibatkan abortus dilarang, juga
wanita menyusui, karena obat dapat diserap oleh bayi melalui ASI. Untuk anak dibawah 20
tahun mempunyai perhitungan khusus.
Dosis Untuk Anak Dan Bayi
Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan orang dewasa.
Dalam memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus diperhitungkan
beberapa faktor, antara lain, berat badan, jenis kelamin, umur, sifat penyakit, daya serap
obat, ekskresi obat. Faktor lain kondisi pasien, kasus penyakit, jenis obatnya juga faktor
toleransi, habituasi, adiksi dan sensitive.
C. Menghitung Dosis Maksimum Untuk Anak
Aturan pokok memperhitungkan dosis untuk anak tidak ada,
karena itu beberapa tokoh mencoba untuk membuat
perhitungan berdasarkan umur, bobot badan dan luas
permukaan (body surface).
1. Berdasarkan Umur
Rumus YOUNG ( ≤ 8 tahun )

Rumus DILLING ( 8 – 20 tahun )

Rumus FRIED (dalam bulan)


2. Berdasarkan Berat Badan
Rumus CLARK (Amerika)
atau

Rumus Thermich (Jerman)

Ada 3 macam bahan yang mempunyai DM untuk obat luar


yaitu
Napthol, guaiacol,kreosaot untuk kulit
Sublimat untuk mata
Iodoform untuk obat pompa
Dosis Maksimum Gabungan
Bila dalam resep terdapat lebih dari satu macam obat yang
mempunyai kerja bersamaan/searah, maka harus dibuat
dosis maksimum gabungan. Dosis maksimum gabungan
dinyatakan tidak terlampau bila :
a. pemakaian 1 kali zat A + pemakaian 1 kali zat B,
hasilnya kurang dari 100%
b. Pemakaian 1 hari zat A + pemakaian 1 hari zat B,
hasilnya kurang dari 100%
Contoh obat yang memiliki DM gabungan :
1. Atropin Sulfas dengan Extractum Belladonae.
2. Pulvis Opii dengan Pulvis Doveri.
3.Coffein dengan Aminophyllin.
4. Arsen Trioxyda dengan Natrii Arsenas dan lain-lain.
Dosis pemakaian berdasarkan jam:
1. Menurut FI ed. II pemakaian sehari dihitung : 24/n kali.
2. Menurut Van Duin : (16/n) + 1 kali.
Kecuali antibiotik, dalam rumus tidak menggunakan
pembilang 16 tetapi 24.
Dalam rumus, n merupakan frekuensi jam pemakaian obat.
Contoh:
Keterangan pemakaian obat S. o. t. h (setiap tiga jam). Nilai n
= 3, maka jumlah pemakaian sehari adalah :
1. Menurut FI ed.II:
X = 24/3
X = 8 kali minum dalam sehari semalam
2. Menurut Van Duin :
X = (16/3) + 1 = 6 kali minum obat untuk sehari semalam.
Dosis Untuk Larutan Mengandung Sirup Jumlah Besar.
Harus diperhatikan di dalam obat minum yang mengandung sirup lebih dari 16,67%
atau lebih dari 1/6 bagian, BJ larutan akan berubah dari 1 menjadi 1,3 sehingga
berat larutan tidak akan sama dengan volume larutan.
Pengenalan Pertimbangan Dosis
Selain dosis maksimal dikenal juga dosis lazim yaitu dosis yang diharapkan
menimbulkan efek pada pengobatan orang dewasa yang sesuai dengan gejalanya.
Rentangan dosis lazim obat menunjukkan kisaran kuantitatif atau jumlah obat yang
ditentukan dalam pengobatan biasa. Pemakaian diluar dosis lazim (kurang atau
lebih) menyebabkan permasalahan. Misal kuman menjadi kebal atau penyakit tidak
sembuh.
Untuk obat-obat tertentu, dosis awal atau pemakaian pertama kadang jumlahnya
besar, hal tersebut mungkin dibutuhkan untuk tercapainya konsentrasi obat yang
diinginkan dalam darah atau jaringan, kemudian dilanjutkan dengan dosis
perawatan. Dosis lazim memberi kita sejumlah obat yang cukup tapi tidak berlebih
untuk menghasilkan suatu efek terapi.
Obat-obat paten yang dijual di apotek pada umumnya sudah tersedia dalam dosis
lazimnya, sehingga memudahkan tenaga kesehatan (dokter/farmasis) untuk
menentukan besarnya dosis lazim untuk orang dewasa maupun anak. Contohnya
CTM tablet (4mg/tablet), dexamethasone tablet (0,5mg/tablet), prednisone tablet
(5mg/tablet), Ampisillin kapsul (250mg/kapsul atau 500 mg/kapsul), Ampisillin
sirup (125 mg/cth) dan lain-lain.
Mengapa kita perlu mempertimbangkan dosis obat
bila dosis maksimalnya tidak terlampau?
Hal tersebut perlu dipertimbangkan karena beberapa
macam obat DMnya tidak terlampaui tetapi dosis terapi
dianggap tidak lazim. Misalnya dosis maksimal CTM 40
mg per hari, sedangkan dosis lazimnya 6-16 mg/hari. Bila
pasien minum CTM tablet 3 kali sehari 2 tablet, dosis
maksimalnya belum dilampaui tetapi dianggap tidak lazim
karena efek terapi sudah dapat dicapai cukup dengan
pemberian 3 kali sehari 1 tablet.
NB: 1 tablet CTM = 4 mg
Contoh Perhitungan Dosis Pemakaian dan Dosis
Lazim (DL)
dr. Chantika Rosa Cahyani Data Dosis Ambroxol (ISO vol.
SIP : 23/DU/JTG/89
Jl. Gunung Kelud no.70 Salatiga 46): Tablet :
Dewasa = 3 x sehari 1 tablet
Salatiga, 3 maret 2014 anak 5 – 12 tahun = 3 x sehari ½
R/ Ambroxol ½ tablet tablet
Salbutamol 2 mg ½ tablet Data Dosis Salbutamol (ISO
Equal ¼ tablet
vol. 46):
Mf. Pulveres dtd no.X
S. t. d. d. 1 pulv
Dewasa dan anak lebih dari 12
tahun = 2-4 mg/ kali minum
Pro: Wendy (6 tahun)
Anak 2 – 6 tahun = 1 -2 mg/ kali
minum
Ambroxol
Pemakaian Dosis Lazim
1 x : ½ tablet 1 x : ½ tablet
1 hari : 3 x ½ tablet = 1,5 1 hari : 1,5 tablet
tablet

kesimpulan : Dosis Tercapai


Salbutamol
Pemakaian Dosis Lazim
1 x : ½ tablet = 1 mg 1 x : 1 mg
1 hari : 3 x ½ tablet = 3 mg 1 hari : 3 mg

Kesimpulan:Dosis Tercapai
Contoh Soal:
1. Diketahui DM Ephedrin HCl :
1 kali = 50 mg dan 1 hari = 150 mg
Maka dosis untuk anak usia 3 tahun adalah :
1 kali : 3 / (3+12) x 50 mg = 10 mg
1 hari : 3/ (3+12) x 150 mg = 30 mg
2. R/ Acetosal 0,050
Luminal 0,010
S.L qs
m.f. Pulv. Dtd No. XV
S. 3.d.d. I pulv
Pro: Tiara ( 9 bulan)
Menurut FI, Dosis Maksimum (DM):
a. Acetosal, sekali = 1 g, dan sehari = 8 g
b. Luminal, sekali = 0,300 g, dan sehari = 0,6000 g
Maka untuk an. Tiara ( 9 bulan), Dosis Maksimal:
a. Acetosal :
1 kali : 9/150 x 1 g = 0,06 g
1 hari: 9/150 x 8 g = 0,48 g
b. Luminal :
1 kali : 9/150 x 0,3 g = 0,018 g
1 hari : 9/150 x 0,6 g = 0,036 g
Menurut resep tersebut:
a. Acetosal :
1 kali : 0,05 g < 0,06 g
1 hari : 0,15 g < 0,48 g
b. Luminal :
1 kali : 0,010 g < 0,018 g
1 hari : 0,030 g < 0,036 g
Dengan demikian dosis dalam resep untuk an. Tiara (9bulan)
tidak melebihi dosis maksimalnya, sehingga dapat
dikerjakan.
Contoh Perhitungan Dosis Gabungan
R/ Atropin Sulfat 2,5 mg
Belladonae extr. 100 mg
Sacch. Lact. q.s
m.f. Pulv No. X
S.t.d.d. 1 pulv
Pro: Etty (20 th)

Catatan: Extrak Belladonae adalah sari kental yang mengandung atropin dan hiosin,
maka untuk perhitungan dosisnya berlaku dosis gabungan.
Menurut FI III, dosis maksimal:
a. Atropin Sulfat:
1 kali : 1mg
1 hari : 3 mg
b. Belladonae Extr:
1 kali : 20 mg
1 hari : 80 mg
Dosis setiap kali minum:
a. Atropin Sulfat : 2,5 mg / 10 = 0,25 mg < 1 mg
b. Belladonae Extr : 100 mg / 10 = 10 mg < 20 mg
Jadi Dosis sehari:
a. Atropin Sulfat : 0,25 mg x 3 = 0,75 mg < 3 mg
b. Belladonae Extr : 10 mg x 3 = 30 mg < 80 mg
Dosis Maksimum Gabungan:
1. Sekali Minum:
Atropin Sulfat: 0,25 mg/1 mg x 100% = 25%
Extr. Belladonae: 10 mg/ 20 mg x 100% = 50 %
75 %
DM gabungan kurang dari 100%
2. Sehari:
Atropin Sulfat: 0,75 mg/3 mg x 100% = 25 %
Extr. Belladonae: 30 mg/80 mg x 100% = 37,5 %
62,5 %
DM gabungan kurang dari 100%

Sehingga, resep dapat langsung dikerjakan. Karena Dosis


gabungan tidak melebihi dosis maksimum gabungan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai