Anda di halaman 1dari 30

Rani Prabandari, M.Farm., Apt.

DOSIS
 Dosis adalah jumlah obat yang diberikan kepada pasien
yang dapat menimbulkan efek

 Dosis minimum adalah jumlah minimum obat yang masih


dapat memberikan efek.
 Dosis lazim adalah jumlah obat yang sering digunakan dan
merupakan dosis terapi.
 Dosis toksik adalah jumlah obat yang diberikan yang dapat
menimbulkan efek toksis
 Dosis letal adalah jumlah obat yang bila diberikan dapat
menimbulkan kematian
 Dosis maksimum adalah jumlah maksimum obat
yang dapat diberikan tanpa menimbulkan efek
toksik
❑ Menurut FI edisi III, mencantumkan 2 dosis yakni :
- Dosis Maksimal
- Dosis Lazim
 Dosis Maksimal (maximus)
yaitu Dosis maksimal yang berlaku untuk
pemakaian sekali dan sehari,yang pemakaiannya
melalui mulut, injeksi subkutis dan
rectal(Menurut FI untuk usia 20-60 thn, bb 58-
60kg)
 Dosis Lazim (Usual Doses)
yaitu Dosis yang merupakan petunjuk yang tidak
mengikat tetapi digunakan sebagai pedoman
umum.
Ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi dosis
 Usia
 Bobot badan
 Luas permukaan badan
 Jenis kelamin
 Beratnya penyakit
 Daya Serap Obat
 Ekskresi Obat
Usia Anak-Anak
 Pada anak-anak atau bayi yang baru lahir, kepekaanya
terhadap obat sangatlah besar hal ini disebabkan
karena fungsi hati dan ginjalnya belum sempurna,
begitu pula system enzim belum berkembang dengan
lengkap. Parameter-parameter yang membedakan
respon tubuh terhadap obat pada anak-anak adalah :
 Pola ADME (Absorpsi, Distribusi, metabolisme dan Ekskresi)
 Perbedaan absorpsi oleh karena perbedaan relative dari
kepadatan sel.
 Perbedaan distribusi oleh karena persentase cairan
ekstraseluler dan cairan tubuh total relative lebih tinggi.
 Perbedaan ekskresi oleh karena glomerulus atau tubuli belum
berkembang sempurna.
 Sensitifitas intriksik yang berlainan terhadap bahan obat.
 Redistribusi dari zat-zat endogen.
Orang Tua
 Sedangkan pada usia lanjut atau orang tua dengan usia diatas
65 tahun, juga memiliki kepekaan terhadap obat (penurunan
fungsi fisiolagis terkait usia), hal ini disebabkan karena :
 Sirkulasi darah yang kurang lancar.
 Fungsi hati dan ginjal telah mengalami penurunan, sehingga
eliminasi obat menjadi sangat lambat.
 Kurangnya albumin darah sehingga pengikatan obat berkurang
yang menyebabkan banyaknya obat bebas dan akibatnya dapat
menimbulkan keracunan akibat over dosis.
 Karena besarnya kepekaan obat pada orang tua, bebrapa
literature menganjurkan dosis untuk orang tua adalah sebagai
berikut :
 65 -74 tahun dosis biasa – 10%
 75 – 84 tahun dosis biasa – 20%
 Diatas 85 tahun dosis biasa – 30%
Perbandingan dosis usia lanjut terhadap dosis dewasa

UMUR DOSIS

60-70 tahun 4/5 x dosis dewasa

70-80 tahun ¾ x dosis dewasa

80-90 tahun 2/3 x dosis dewasa

90 tahun keatas ½ x dosis dewasa


PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMAL (DM)
 DM tercantum berlaku untuk orang dewasa
 bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan
umurnya.
 Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM
searah (dosis ganda)
 Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope
Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III,
Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional,
Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain).
 Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung
dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah dalam
satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%.
Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari
dibagi dosis sehari dikali 100%.
 Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali
dan sehari.
Karena literature biasanya yang tercantum
hanyalah DM untuk orang dewasa sedangkan
anak-anak tidak,
Maka perlu untuk menghitung DM.
yang digunakan biasanya adalah:
•rumus Fred untuk bayi hingga 1 thn
• rumus Young untuk diatas 1 tahun hingga 8
thn dan
•Rumus Dilling anak 8 thn hingga 12 thn
Menghitung Dosis Maximum Untuk Anak
❖ Berdasarkan Umur
1. Rumus YOUNG :

2. Rumus DILLING :

3. Rumus FRIED :

4. Hukum Bastedo’s : :
Menghitung Dosis Maximum Untuk Anak

❖ Berdasarkan Berat Badan


1. Rumus CLARK (Amerika)

2. Rumus Thermich (Jerman)


Rumus Young n
xDM
n + 12
n = umur dalam tahun
Rumus Dilling m = umur dalam bulan
DM = Dosis maksimal
n Dewasa
xDM
20
. Rumus Fried

m
xDM
150
R/ Phenobarbital 40 mg
Lactosum qs
m.f pulv No X
t t d d pulv I
Pro : Shinta (3 tahun 9 bulan)

Dosis Maksimal untuk orang dewasa Phenobarbital


= 300 mg /600 mg
Ket :
300 mg adalah dosis maksimal sekali minum
600 mg adalah dosis maksimal dalam sehari
Perhitungan dosis maksimal Phenobarbital untuk
anak usia 3 tahun 9 bulan (3,75 thn) adalah :
Sekali minum
Seharinya
Pengujian rasionalisasi dosis dari resep diatas
untuk pasien shinta anak berumur 3 tahun 9
bulan:
Berdasarkan resep dosis sekali minum = 40 mg <
71,43 mg → tidak over dosis
Berdasarkan resep dosis dalam sehari = 3 x 40 mg
= 120 mg < 142,86 mg → tidak over dosis
Dosis rangkap = dosis kombinasi
Jika dalam suatu resep terdapat lebih dari satu zat yang
mempunyai takaran maksimum, maka :
1. Zat2 tidak punya efek yang sama :
setiap zat dihitung dosis max tersendiri
2. Zat2 berefek sama :
dosis A + dosis B + dst ≤ 1
DM A DM B

Dosis rangkap dihitung sekali dan dosis rangkap


sehari
Contoh :
R/ Atropin sulfas 2,5 mg
Belladona Extractum 100 mg
Lactosum qs
m.f pulv No X
s t d d pulv I
Pro : Tn Amir

DM Atropin sulfas = 1 mg / 3 mg
DM Belladona extract = 20 mg / 80 mg
Perhitungan dosis maksimal Atropin sulfas :
Sekali minum 1 / 10 x 2,5 mg = 0,25 mg < 1 mg tidak
over
Seharinya 3 x 0,25 mg = 0,75 mg < 3 mg tidak over
Perhitungan dosis maksimal Extrak Belladona :
Sekali minum 1 / 10 x 100 mg = 10 mg < 20 mg tidak
over
Seharinya 3 x 10 mg = 30 mg < 80 mg tidak over

Karena Atropin sulfas dan Ektrak belladonna


mempunyai khasiat yang sama, sehingga DMnya
merupakan kombinasi yang searah, maka DMnya juga
harus dihitung dosis rangkapnya sehari, dengan rumus
sebagai berikut :
DosisA DosisB
+ 1
DMA DMB

Jadi untuk sekali minum :


0.25 10
+ = 0.25 + 0.5 = 0.75  1 tidak over
1 20

Untuk Sehari :

3x0.25 3x10
3
+
80
= 0.25 + 0.375 = 0.625  1 tidak over
Beberapa catatan dalam memperhitungakn dosis anak
 Berdasarkan perbandingan umur anak dengan umur orang
dewasa seringkali tidak tepat, karena anak dengan umur
yang sama dapat memberikan variasi berat badan atau
Luas permukaan tubuh yang berarti.
 Berdasarkan perbandingan berat badan anak dan dewasa,
tidak akan dapat diperlakukan untuk semua jenis obat,
terutama obat-obat yang bagi anak sensitive (narkotika),
berarti dosisnya lebih rendah dan sebaliknya untuk obat-
obat yang lebih tahan (Atropin, Belladona, Phenobarbital).
 Berdasarkan perbandingan LPT anak dengan LPT dewasa:
kecuali untuk neonatus dan bayi dapat dipakai untuk
kebanyakan obat, karena sebagian obat didistribusikan
sekurangnya dalam cairan ekstraseluler. Problem yang
seringkali terjadi adalah bagaimana menghitung LPT anak
secara akurat.
KOMBINASI OBAT

Keberhasilan suatu pengobatan ditentukan bagaimana


dokter menulis resep yang baik dan rasional, ketepatan
apoteker memberikan obat dan kepatuhan penderita
meminum obatnya.

Terkadang dalam suatu pengobatan, khususnya pada


penyakit dengan gejala yang sangat kompleks, tidak
dapat ditangani hanya dengan pemberian satu jenis
obat. Oleh karena itu, dokter sering memberikan suatu
pengobatan dengan menggunakan beberapa obat atau
dengan kombinasi obat.
Kombinasi obat bukan hanya dilakukan oleh dokter, industri
farmasi pun melakukan hal yang sama, sehingga suatu obat
dalam formula kombinasi biasanya mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut :
•Obat pokok (Remedia cardinale)
•Obat yang membantu kerja obat pokok (Remedia adjuvansia)
•Obat yang memperbaiki penampilan/ kerja obat pokok
(Remedia corrigensia)
•Bahan tambahan lain (Remedia constituent).
Suatu resep yang mengandung kombinasi obat maupun
yang tidak, haruslah berdasarkan pada pengobatan yang
rasional. Hal ini berarti langkah-langkah pengobatan haruslah
berpedomen pada peresepan yang rasional yang dikenal dengan
istilah 5 T yaitu;
Tepat indikasi
Tepat Obat
Tepat dosis dan cara pemberian
Tepat bentuk sediaan yang dipilih
Tepat penderita
Menurut American Medical Associstion (AMA), pemberian kombinasi obat oleh
dokter agar dapat terjaga kerasionalannya, perlu memperhatikan hal-hal seperti
dibawah ini ;
1. Mengandung tidak lebih dari 3 komponen aktif dari golongan farmakologi yang
berbeda atau tidak mengandung lebih dari satu komponen aktif dalam setiap
golongan farmakologi.
2. Setiap komponen aktif terdapat dosis yang efektif dan aman serta mempunyai efek
terapi dalam mengobati penyakit.
3. Kombinasi obat dapat diberikan untuk menangani gejala yang kompleks.
4. Kombinasi obat mempunyai nilai terapeutik untuk mengatasi gejala sesuai tipe dan
tingkat keparahan.
5. Interaksi obat yang merugikan antara komponen obat sudah diperhitungkan.
Kebiasaan dokter dalam memberikan pengobatan dengan
menggunakan pola preskripsi IP (Individual Preference) yang hanya
didasarkan pada pengalaman atau pengamatan respon pasien, dan
menggunakan kombinasi obat yang tetap, apabila tidak dilandasi
pengetahuan yang memadai serta pertimbangan yang cermat, dapat
menimbulkan berbagai masalah.
Pola preskripsi tersebut dapat meningkatkan efek samping,
menimbulkan interaksi yang merugikan, dan pemborosan dalam
biaya pengobatan.
Disamping itu, ada masalah lain yaitu; segi pembuatan atau peracikan
obat diapotek. Bahan obat yang digunakan untuk diracik, apabila
tidak tepat dalam pemilihannya kemungkinan akan menurunkan
stabilitas obat, bahkan dapat menurunkan, meniadakan atau
meningkatkan efek obat.
Apabila bahan yang digunakan adalah produk jadi dari pabrik obat,
selain dapat menimbulkan masalah tersebut, juga akan mengeliminasi
tujuan dari produk sediaan jadi/ paten.
Selain efek yang dapat ditimbulkan karena kombinasi obat yaitu timbulnya
interaksi obat, yang dapat berakibat diatas. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi
obat adalah :
1. Faktor Fisika Kimia
Faktor fisika kimia yaitu adanya ketidak bercampuran yang dapat terjadi
(Incompatibility) baik itu dari segi farmaseutika,
2. Faktor Farmakodinamik
Faktor farmakodinamik yaitu mengenai aksi fisiologi dan biokimia obat serta
mekanisme kerja obat.
3. Mekanisme Farmakologi
Sedangkan berdasarkan mekanisme farmakologi maka akan timbul beberapa interaksi
yaitu :
a. interaksi obat dengan reseptor
b. Interaksi metabolit dan reseptor.
c. Interaksi enzim dan obat.
CONTOH PERHITUNGAN DM

Dr. Suryadi
SIP. No. 228/K/84
Jl. Slamet Riyadi No. 8A
Telp. 1234567 Purwokerto

Purwokerto, 4 Oktober 2011

R/ GG tb I (1tab=100mg)
Promethazin mg 25 (DM 50/150mg)
Luminal mg 50 (DM 300/600mg)
Lactosa q.s
m.f.l.a.pulv. dtd. No. XII
s.h.s. pulv. I

Pro : An. Titi (10th)


Pasir Kidul ¾ Pwt
Dr. Raharja
SIP. No. 228/k/94
Jl. Farmasi No. 8A
Telp. 891011 Purwokerto

Purwokerto, 4 Oktober 2011

R/ Sulfasomidin 5 (MD 300mg/600mg)


Phenobarb. Sod. 1,6 (MD sehari 40mg)
CTM 0,05
Pot. Nig. C.tuss 200
m.f.l.a.pot.
s.t.d.d. cp I

Pro : Rahmat (10 th)


Dr. Raharja
SIP. No. 228/k/94
Jl. Farmasi No. 8A
Telp. 891011 Purwokerto

Purwokerto, 4 Oktober 2011

R/ Acid. Acetyl sal. 0,400 DM 1g/8g


Ephedrin 0,025 DM 50mg/150mg
Phenobarbital 0,015 DM 300mg/600mg
m.f.cap.dtd. No. XV
s.t.d.d.cap.1 p.c.

Pro : Anita(12 th)


Dr. Suryadi Dr. Suryadi
SIP. No. 228/K/84 SIP. No. 228/K/84
Jl. Slamet Riyadi No. 8A Jl. Slamet Riyadi No. 8A
Telp. 1234567 Purwokerto Telp. 1234567 Purwokerto

Purwokerto, 4 Oktober 2011


Purwokerto, 4 Oktober 2011
R/ Belladone ext. mg40 (DM:20mg/80mg)
SG tab ½ R/ GG tb I (1tab=100mg)
Papaverin HCl 0,04 (DM 200/600mg) Promethazin mg 25 (DM 50/150mg)
Vit B1 0,05 Luminal mg 50 (DM 300/600mg)
Carbo Adsb. 0,03 Lactosa q.s
m.f.l.a.pulv. No. XII m.f.l.a.pulv. dtd. No. XII
s.t.d.d. pulv I p.c. s.h.s. pulv. I
R/ Ambroxol syr fl I
s.t.d.d.cth. I pc
Pro : Rahmat (14Th)
Kranji 10/5 Purwokerto Pro : An. Titi (10th)
Pasir Kidul ¾ Pwt

Anda mungkin juga menyukai