Anda di halaman 1dari 15

INSTRUMENT PENELITIAN

Disusun Untuk Pemenuhan Tugas Metodelogi Penelitian

Di Susun Oleh

Nama : MUSTAFA

Nim : 23010127

Kelas : 1 Non Reguler

Pembimbing : Rika Andriani, SKM.,MKM

PROGRAMA S1 KEPERAWATAN
STIKES MEDIKA SERAMOE BARAT
MEULABOH
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Demi mendapatkan gelar diploma atau sarjana, mahasiswa diwajibkan membuat karya
tulis ilmiah berupa makalah akhir maupun skripsi. Dalam membuat skripsi, mahasiswa
terlebih dahulu melakukan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mengenal
terlebih dahulu konsep dasar penelitian dan jenis-jenis penelitian. Apabila sudah mengetahui
jenis penelitian yang akan digunakan, barulah memulai penelitian.
Menentukan populasi atau sampel adalah hal utama yang harus diperhatikan peneliti yang
sudah mengetahui hal yang akan diteliti. Selain itu peneliti juga harus memikirkan instrumen
yang dapat mendukung penelitiannya. Instrumen penelitian hendaklah sesuai dengan apa yang
ingin diteliti dan jenis data yang digunakan. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan
dijelaskan perihal instrumen penelitian untuk menambah pengetahuan pembaca, agar dapat
melakukan penelitian yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu instrumen penelitian?
2. Apa-apa saja jenis instrumen penelitian?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam menyusun instrumen penelitian?
4. Bagaimanakah ciri-ciri instrumen penelitian yang memilki validitas?
5. Bagaimanakah ciri-ciri instrumen penelitian yang memilki reliabilitas?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mendeskripsikan definisi instrumen penelitian
2. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis instrumen penelitian
3. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah dalam menyusun instrumen penelitian
4. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri instrumen penelitian yang memilki validitas
5. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri instrumen penelitian yang memilki reliabilitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat
penelitian umumnya menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapat
dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya.
Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian. Mutu instrumen akan
menentukan mutu data yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, instrumen harus
dibuat dengan sebaik-baiknya. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2012: 224) peneliti
sebagai instrumen penelitian memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekeligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket
yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya
berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segara menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, dan
untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif yang
diutamakan adalah respon yang dapat dikuantitatifikasi agar dapat diolah secara statistik,
sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen,
respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang
lain bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat
pemahaman yang mengenai aspek yang diteliti.
B. Jenis-jenis Instrumen Penelitian
Arifin (2011: 226-244) menjelaskan bahwa instrumen penelitian dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Tes memiliki sifat mengukur, sedangkan nontes bersifat
menghimpun. Tes terdiri dari beberapa jenis, di antara tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan,
sedangkan nontes terdiri dari angket, observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala
penilaian, studi dokumentasi, dan sebagainya.
1. Tes
Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Tes dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis berdasarkan berbagai sudut pandang. Heaton (dalam Arifin, 2011:
226) membagi tes menjadi empat bagian, yaitu tes prestasi belajar (achievment test), tes
penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude test), dan tes diagnostik (diagnostic test).
Bidang psikologi mengklasifikasikan tes menjadi empat bagian, yaitu tes intelegensia
umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian. Dilihat dari cara
penyusunannya, tes dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes buatan guru (teacher made test),
dan tes baku atau tes standar (standardized test). Ditinjau dari bentuk jawaban responden,
maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes
tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif. Pembagian jenis tes
tersebut menunjukkan banyaknya ragam tes yang dapat digunakan dalam penelitian. Jenis
atau bentuk tes mana yang akan digunakan sangat bergantung pada masalah dan tujuan
penelitian. Salah satu bentuk tes yang banyak digunakan dalam penelitian adalah tes objektif
atau sering disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya
antara 1 atau 0.
Tes objektif menuntut responden untuk memilih jawaban yang benar di antara
kemungkina jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi
pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.

2. Angket (Questioner)
Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan
untuk menjaring data atas informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai
dengan pendapatnya. Angket memiliki kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam
implementasinya. Angket terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: (a) bentuk angket berstruktur,
dan (b) bentuk angket tak berstruktur.
3. Observasi (observation)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupin dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan
tertentu. Teknik ini sering digunakan dalam penelitian terutama penelitian kualitatif.

4. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan
tanya-jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencpai tujuan
tertentu.

5. Skala Sikap (attitude scale)


Secara umum, sikap dapat diartikan sebagai suatu kesiapan yang kompleks dari seorang
individu untuk memperlakukan suatu objek dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu.
Model skala sikap dapat digunakan untuk mengukur sikap, di antaranya: (1) menggunakan
bilangan untuk menunjukan tingkat-tingkat dari objek sikap yang dinilai, (2) menggunakan
frekuensi terjadi atau timbulnya sikap itu, (3) menggunakan istilah-istilah yang bersifat
kualitatif, (4) mengggunakan istilah-istilah yang menunjukan kedudukan, dan (5)
menggunakan kode bilangan atau huruf.

6. Skala Minat
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi proses dan hasil belajar.
Peran minat dalam menunjang keberhasilan belajar sangat besar antara lain sebagai
pendorong kegiatan belajar dan sebagai stimulus dalam belajar. Untuk itu, perlu diperhatikan
faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat, seperti motivasi, belajar, materi pelajaran,
keluarga, teman pergaulan, cita-cita, dan lain-lain.

7. Daftar cek (ceck list)


Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek atau aspek-aspek yang akan diamati.
Melalui daftar cek memungkinkan seseorang mencatat tiap-tiap kejadian yang dianggap
penting. Ada beberapa aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek,
kemudian peneliiti sebagai observer tinggal memberikan tanda cek (√) pada tiap-tiap aspek
tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.
8. Skala Penilaian (raing scale)
Pada skala penilaian fenomena yang akan diobservasi disusun dalam tingkatan-tingkatan
yang telah ditentukan. Skala penilaian tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya
variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas fenomena yang ingin
diukur.

9. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan
tertulis kantor atau sekolah, seperti silabus, program tahunan, program bulanan, program
mingguan, RPP, kisi-kisi, buku rapor, daftar nilai, dan lain-lain.

C. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen


Dalam mengukur suatu variabel penelitian, seorang peneliti dapat menyusun sendiri
instrumen penelitian. Namun, dalam hal-hal tertentu peneliti dapat menggunakan instrumen
yang telah ada yaitu berupa instrumen baku atau instrumen yang telah digunakan dalam
penelitian sebelumnya. Instrumen yang telah ada itu dapat pula merupakan instrumen yang
disusun berdasarkan suasana sosial budaya asing. Untuk itu, peneliti tidak cukup hanya
menerjemahkan setiap butir instrumen, melainkan harus menyadurnya dengan seksama.
Pemakaian instrumen yang telah ada tersebut tidak luput dari kriteria yang dikenakan pada
instrumen yang disusun sendiri. Dengan kata lain penyaduran instrumen harus pula diikuti
oleh pengujian mutu instrumen sesuai dengan kriteria yang dimaksud.
Jika instrumen dibuat atau dikembangkan sendiri, maka ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut.
a. Merumuskan masalah penelitian.
b. Menemukan variabel.
c. Menentukan instrumen yang akan digunakan.
d. Menjabarkan konstruksi setiap variabel.
e. Menyusun kisi-kisi instrumen setiap variabel.
f. Menyusun butir-butir instrumen.
g. Mengkaji ulang butir-butir instrumen.
h. Menyusun perangkat sementara.
i. Menguji coba perangkat instrumen.
j. Memperbaiki instrumen .
k. Menata perangkat instrumen akhir.

Berbeda dengan itu, menurut Margono (2010, 155-156) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut.
a. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variable, harus jelas spesifik sehingga
dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan.
b. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu,
sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen
penelitian.
c. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari kejagaan,
kesahihan, maupun objektivitasnya.
d. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat
memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.
e. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Jika peneliti menyadur instrumen baku yang dikembangkan dalam bahasa asing, ada
beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.
a. Menelaah instrumen asli dengan mempelajari panduan umum (manual) instrumen dan
butir-butirnya. Hal ini dilakukan untuk memahami konstruksi variabel yang diukur dengan
instrumen tersebut, kisi-kisinya, butir-butirnya dan cara penafsiran jawaban.
b. Menerjemahkan setiap butir instrumen ke dalam bahasa indonesia. Penerjemahan ini harus
dilakukan oleh dua orang secara terpisah.
c. Memadukan kedua terjemahan itu oleh orang ketiga.
d. Menerjemahkan kembali ke dalam bahasa asalnya. Hal ini untuk mengetahui kebenaran
penerjemahan.
e. Memperbaiki butir instrumen apabila diperlukan.
f. Menguji pemahaman subjek terhadap butir instrumen.
g. Menguji validitas dan reabilitas instrumen.

D. Validitas Instrumen
Gay (dalam Sukardi, 2012: 121) mengemukakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid
jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu
instrumen penelitian tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur
apa yang hendak diukur. Prinsip suatu tes adalah valid, tidak universal. Validitas suatu tes
yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan
tertentu saja. Contoh dalam tes pencapaian prestasi anak yang direncanakan oleh orang
dewasa, akan berbeda bentuk maupun substansinya dengan tes prestasi untuk anak usia
remaja.
Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu
validitas isi, konstruk, konkuren, dan prediksi. Keempat macam validitas tersebut sering pula
dikelompokkan menjadi dua macam menurut rentetan berpikirnya. Kedua macam validitas
itu, yaitu validitas logik dan validitas empirik. Validitas logik pada prinsipnya mencakup
validitas isi, yang ditentukan utamanya atas dasar pertimbangan (judgment) dari para pakar.
Kelompok validitas yang lain adalah validitas empirik. Dinamakan demikian karena validitas
tersebut ditentukan dengan menghubungkan performansi sebuah tes terhadap kriteria
penampilan tes lainnya dengan menggunakan formulasi statistik. Yang termasuk dalam
validitas logik diantaranya adalah validitas konkuren dan prediksi. Jika dibandingkan antara
validitas logik dan empirik, maka validitas empirik pada umumnya menunjukkan lebih
objektif.
Penilaian validitas konstruk pada prinsipnya mencakup dua aspek di atas pertimbangan
dan kriteria eksternal. Untuk tes tertentu, ini penting untuk mencari kejelasan (evidence) yang
berkaitan dengan tipe validitas yang tepat untuk suatu tujuan Dalam penelitian validitas suatu
tes dapat dibedakan menjadi empat macam, validitas isi, validitas konstruk, validitas
konkuren, dan prediksi yang akan diuraikan dengan lebih jelas, sebagai berikut.

1. Validitas Isi
Validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan subtansi yang ingin
diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid isi dan
valid teknik samplingnya. Valid isi mencakup khususnya hal-hal yang berkaitan dengan
apakah item-item itu menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur,
sedangkan validitas sampling pada umumnya berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu
sampel tes merepresentasikan total cakupan isi.
Validitas isi juga mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian
atau achievement test. Tes isi pada umunya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Tidak
ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan cara pasti.
Tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes divalidasi dengan menggunakan
validitas isi, pertimbangan ahli tersebut dipertimbangkan.
2. Validitas Kontruk
Validitas kontruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah
kontruk sementara. Kontruk secara defInitif merupakan suatu sifat yang tidak dapat
diobservasi, tetapi dapat dirasakan pengaruhnya melalui satu atau dua indera kita. Kontruk
tidak lain adalah merupakan “temuan” atau suatu pendekatan untuk menerangkan tingkah
laku. Proses melakukan validasi kontruk dapat dilakukan dengan cara melibatkan hipotesis
testing yang diduksi dari teori yang menyangkut dengan kontruk yang relevan.

3. Validitas Konkuren
Validitas konkuren adalah derajat dimana skor dalam satu tes dihubungkan dengan skor
lain yang telah dibuat. Tes dengan validasi konkuren biasanya diadministrasi dalam waktu
yang sama atau dengan kriteria valid yang sudah ada. Seringkali juga terjadi bahwa tes dibuat
atau dikembangkan untuk pekerjaan yang sama seperti bebrapa tes lainnya, tetapi dengan cara
yang lebih mudah dan lebih cepat. Validitas konkuren ditentukan dengan membangun analisis
hubungan atau pembedaan. Metode hubungan pada umunya dilakukan dengan cara
melibatkan antara skor-skor pada tes dengan skor tes yang telah baku atau kriteria tes yang
sudah ada, misalnya tes GPA. Cara-cara membuat validitas dengan validitas konkuren dapat
dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut.
a. Administrasikan tes yang baru dilakukan terhadap group atau anggota kelompok.
b. Catat tes baku yang ada termasuk berapa koefisien validitasnya jika ada.
c. Hubungkan atau korelasikan dua tes skor tersebut.

Hasil yang dicapai atau koefisien validitasnya yang muncul menunjukkan derajat
hubungan validitas tes yang baru. Jika koefisien tinggi berarti tes yang baru tersebut
mempunyai validitas konkuren yang baik. Sebaliknya tes yang baru dikatakan mempunyai
validitas konkuren yang jelek jika konkuren koefisien yang dihasilkan rendah. Metode
pembeda merupakan validitas konkuren yang melibatkan penentuan suatu tes. Jika skor tes
dapat digunakan untuk membedakan orang yang memiliki sifat-sifat tertentu yang diinginkan
dengan seesorang yang tidak memilki sifat-sifat tersebut. Tes mental adalah contoh nyata
terapan suatu tes pembeda yang sering ditemui dalam kasus-kasus psikologi. Jika hasil skor
suatu tes dapat digunakan dengan benar untuk mengklarifikasi person yang satu dengan
lainnya maka validitas konkuren tersebut memiliki daya pembeda yang baik.
4. Validitas Prediksi
Validitas prediksi adalah validitas yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang
bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang direncanakan.
Tes kemampuan akademik yang sering diberikan pada mahasiswa yang hebat melanjutkan ke
jenjang pasca sarjana juga dikenal mempunyai nilai prediksi yang baik terhadap calon
mahasiswa dalam menyelesaikan studi di pasca sarjana tersebut.
Instrumen validitas prediksi mungkin bervariasi bentuknya tergantung beberapa faktor,
misalnya kurikulum yang digunakan, buku pegangan yang dipakai, intensitas mengajar dan
letak geografis. Yang perlu diperhatikan ketika melakukan tes prediksi di antaranya adalah
perlunya memperhatikan proses dan cara membandingkan instrumen yang divalidasi dengan
tes yang telah dibakukan. Untuk tes validasi prediksi, prinsip instrumen umum yang
menyatakan bahwa tidak ada tes yang memiliki tes prediksi sempurna masih tetap berlaku.
Oleh karena itu perlu disadari bahwa tes yang dihasilkan juga memiliki sifat
ketidaksempurnaan tersebut.
Validitas prediksi suatu tes pada umunya ditentukan dengan membangun hubungan antara
skor tes dan beberapa ukuran keberhasilan dalam situasi tertentu yang digunakan untuk
memprediksi keberhasilan, yang selanjutnya disebut predicktor, sedangkan tingkah laku yang
hendak diprediksi pada umumnya disebut sebagai criterion. Yang perlu diperhatikan ketika
suatu criterion ditentukan oleh seorang peneliti bahwa dalam menentukan tercapainya suatu
kriteria apakah sebagian mahasiswa yang mengambil matakuliah tersebut dapat mencapai
kriteria yang telah ditentukan? Seberapa besar mahasiswa dapat mencapai kriteria dalam suatu
tes sering disebut sebagai rerata dasar atau baserate. Rerata dasar adaah proporsi individual
yang diharapkan untuk memenuhi criterion yang telah ditentukan. Dalam
penentuan criterion suatu objek, kita sebaiknya menghindari criterion dimana nilai
dasarnya adalah sangat tinggi. Nilai rerata dasar tinggi berarti sangat mudah. Sebaliknya
jangan pula terjadi bahwa nilai rerata dasar yang ada adalah sangat rendah. Karena nilai rerata
dasar rendah adalah tidak lain menurunkan nilai tes sangat sulit.
Ketika kriteria telah diidentifikasi dan ditentukan, prosedur selanjutnya menentukan
validitas prediksi suatu tes dengan cara sebagai berikut.
1. Buat item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Tentukan group yang dijadikan subjek pilot studi.
3. Identifikasi kriterion prediksi yang hendak dicapai.
4. Tunggu sampai tingkah laku yang diprediksi atau variabel criterion muncul dan terpenuhi
dalam group yang telah ditentukan.
5. Capai ukuran-ukuran criterion tersebut.
6. Korelasikan dua set skor yang dihasilkan.
Yang menarik antara validitas konkuren dengan validitas prediksi di antaranya adalah
bahwa kedua validitas tersebut hampir sama pelaksanaannya. Perbedaan utama yang terjadi
adalah dalam hal pengukuran criterion. Dalam melakukan tes validasi konkuren pelaksanaan
tes dapat dilakukan dalam waktu yang sama atau dengan penentuan prediktor atau beda
sedikit. Dalam pelaksanaan tes validasi prediksi-prediksi, salah satu harus menunggu sampai
kriteria yang ditunggu terpenuhi, walaupun harus dengan menunggu waktu dan pengumpulan
data yang kadang memerlukan waktu lama. Dalam kedua tes, baik konkuren maupun prediksi,
yang mesti ada padanya adalah koefisien korelasi yang mungkin tinggi atau mungkin rendah.

E. Reliabilitas Instrumen
Syarat lainnya yang juga penting bagi peneliti adalah realibilitas. Realibilitas sama dengan
konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas
yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang
hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin
yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika
dilakukan tes kembali.
Ada beberapa tipe reliabilitas tes sering digunakan dalam kegiatan penelitian dan masing-
masing reliabilitas mempunyai konsistensi yang berbeda, termasuk tes-retes, ekuivalen, dan
belah dua yang ditentukan melalui korelasi.
1. Reliabilitas tes-retes
Reliabilitas tes-retes adalah derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari
waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan
satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Reliabilitas
tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk menemukan prediktor, misalnya tes
kemampuan. Penentuan pemakaian reliabilitas tes-retes, juga tepat ketika bentuk tes alternatif
lainnya tidak ada, dan ketika tampak bahwa orang yang mengambil tes kedua juga ingat atas
jawaban yang pertama.
Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Selenggarakan tes pada suatu group yang tepat sesuai dengan rencana.
b. Setelah selang waktu tertentu (satu atau dua minggu), lakukan kembali penyelenggaraan tes
yang sama dengan group yang sama tersebut.
c. Korelasikan hasil tes tersebut. Tes-retes juga mempunyai berbagai permasalahan. Di antara
permasalahan tersebut, yaitu waktu tenggang yang ambil ketika dilakukan tes yang pertama
dengan tes kedua. Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artivisial dan
rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes berikutnya
diberikan pada sybjek pelaku pilot studi. Gay (dalam sukardi, 2012: 129) memeberikan
referensi pada suatu hari terlalu pendek, sebaliknya satu bulan terlalu panjang. Oleh karena itu
selisih waktu pemberian tes melalui tes-retes antara 1-2 minggu.

2. Reliabilitas Bentuk Ekuivalens


Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang ada diukur reliabiltasnya dibuat
identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item nya yang ada dapat berbeda. Kedua tes
tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama. Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga
menggambarkan bentuk konsistensi alternatif, yang dapat menunjukkan variasi skor yang
terjadi dari bentuk tes satu dengan yang lainnya. Beberapa langkah yang dapat diambil dalam
proses melaksanakan tes realiabilitas secara ekuivalen adalah sebagai berikut.
a. Tentukan subjek sasaran yang hendak di tes.
b. Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
c. Administrasikan hasilnya secara baik.
d. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang kedua kalinya pada
group tersebut.
e. Korelasikan kedua hasil tes skor.

3. Reliabilitas belah dua


Reliabilitas belah dua termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal.
Konsistensi internal ialah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajekan dalam tes.
Reliabilitas belah dua ini pelaksanannya hanya memerlukan waktu satu kali. Cara melakukan
reliabilitas belah dua pada garis besarnya dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut.
a. Melakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran.
b. Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar jumlah item yang paling umum dengan membagi
ganjil dan genap pada kelompok tersebut.
c. Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil.
d. Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan dengan
teknik pengukuran.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat
penelitian umumnya menggunakan suatu metode.
Instrumen penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Tes
memiliki sifat mengukur, sedangkan nontes bersifat menghimpun. Tes terdiri dari beberapa
jenis, di antara tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan, sedangkan nontes terdiri dari angket,
observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala penilaian, studi dokumentasi, dan
ssebagainya. Dalam mengukur suatu variabel penelitian, seorang peneliti dapat menyusun
sendiri instrumen penelitian. Namun, dalam hal-hal tertentu peneliti dapat menggunakan
instrumen yang telah ada yaitu berupa instrumen baku atau instrumen yang telah digunakan
dalam penelitian sebelumnya. Instrumen yang telah ada itu dapat pula merupakan instrumen
yang disusun berdasarkan suasana sosial budaya asing.
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Validitas suatu instrumen penelitian tidak lain adalah derajat yang
menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip suatu tes adalah
valid, tidak universal

B. Saran
Menentukan instrumen penelitian merupakan hal yang mempengaruhi keakuratan sebuah
hasil penelitian. Instrumen yang digunakan sesuai dengan jenis penelitian mengakibatkan
hasil yang didapatkan memiliki validitas. Seorang peneliti harus memahami penelitiannya,
dan menentukan apakah tes atau nontes yang tepat digunakan. Agar peneliti mendapatkan
instrumen yang sesuai penelitian, maka perlu mengetahui langkah-langkah menyusun
instrumen penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai