Anda di halaman 1dari 22

TUGAS INDIVIDU

PEMBUATAN INSTRUMEN PENELITIAN


JUDUL PENELITIAN : GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
PERILAKU VULVA HYGIENE DAN KEPUTIHAN PADA REMAJA
PUTRI DI SMK NEGERI 2 GODEAN
Dosen Pengampu : Deby Zulkarnain Rahadiansyah, MMR

Disusun oleh :
NISA HANIPAH
2216014

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2019
BAB I
TINJAUAN TEORI
(Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian Kuantitatif)

A. Pengertian Instrumen Penelitian


Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen penelitian merupakan alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan
untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, instrumen penelitian
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variabel yang berkarakter dan objektif.  Adapun jenis data
yang dimaksud diantaranya:
1. Data kuantitatif merupakan jenis data yang berkaitan dengan jumlah atau
kuantitas yang dapat dihitung atau disimbolkan dengan ukuran-ukuran
kuantitas.
2. Data kualitatif merupakan jenis data yang berkaitan dengan nilai kualitas
seperti sangat baik, baik, sedang, cukup, kurang dan lain-lain.
Instrumen mudah untuk dibayangkan jika apa yang diukur bersifat
tangible (jelas). Dan sulit dibayangkan jika apa yang diukur bersifat
intangible (tidak jelas). Instrumen yang baik harus bersifat valid dan reliabel
(ajeg atau dapat dipercaya).
Instrumen valid ialah instrumen yang dengan tepat mengukur apa yang
harus diukur. Instrumen reliabel jika hasil pengukurannya bersifat ajeg atau
konsisten. Instrumen sebagai alat pengumpul data berperan sangat penting
dalam sebuah penelitian. Karena tanpa instrumen yang baik, maka tidak
mungkin akan memperoleh data yang betul-betul bisa dipercaya, sehingga
dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah. Oleh karenanya instrumen
penelitian harus ditetapkan secara tepat sehingga dapat menjawab
permasalahan dalam penelitian dan menguji hipotesis [ CITATION Sum11 \l
14345 ].
B. Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif kualitas instrumen penelitian berkenaan
dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan pengumpulan data berkenaan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena
itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat
menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut  tidak
digunakan secara tepat dalam pengumpulan data.
Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa:
1. Tes
Tes adalah  suatu teknik pengukuran yang didalamnya terdapat
berbagai pernyataan, pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh responden. Ditinjau dari bentuk jawaban
responden,  maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes lisan, tes
tertulis,  dan tes perbuatan. Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban
responden dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk yaitu bentuk
uraian dan bentuk objektif.Setiap jenis atau bentuk tes tentu mempunyai
tujuan dan fungsi  masing-masing. Salah satu bentuk tes yang banyak
digunakan dalam penelitian adalah tes objektif karena jawabannya antara
benar atau salah.Tes objektif menuntut responden untuk memilih jawaban
yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,
memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan dan pernyataan
yang belum sempurna. 
2. Angket (quesioner)
Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian
pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang
harus dijawab oleh responden. Angket mempunyai kesamaan dengan
wawancara kecuali implementasinya, dimana angket dilaksanakan secara
tertulis. Keuntungan angket, antara lain:
a. Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh
hubungan dengan peneliti, dan waktu relatif lama, sehingga objektifitas
dapat terjamin.
b. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang
jumlahnya cukup banyak.
Angket terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
a. Angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa
kemungkinan jawaban
b.  Angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban
secara terbuka dimana responden secara bebas menjawab pertanyaan
tersebut.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara
partisipatif yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung. Atau observasi dilakukan secara non partisipatif yaitu
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan sebagai
pengamat.
4. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui percakapan atau tanya jawab baik langsung maupun tidak
langsung untuk mencapai tujuan tertentu [ CITATION Mam14 \l 14345 ].

C. Langkah-langkah menyusun instrument penelitian


Dalam menyusun instrumen disarankan mengikuti langkah-langkah berikut.
1. Analisis Variabel Penelitian
Menganalisis setiap variabel menjadi subvariabel kemudian
mengembangkannya menjadi indikator-indikator merupakan langkah awal
sebelum instrumen itu dikembangkan. 
2. Menetapkan Jenis Instrumen
Jenis instrumen dapat ditetapkan manakala peneliti sudah memahami
dengan pasti tentang variabel dan indikator penelitiannya. Satu variabel
mungkin hanya memerlukan satu jenis instrumen atau meungkin
memerlukan lebih dari satu jenis instrumen.
3. Menyusun Kisi-kisi atau Layout Instrumen
Kisi-kisi instrumen diperlukan sebagai pedoman dalam merumuskan item
instrumen. Dalam kisi-kisi itu harus mencakup ruang lingkup materi
variabel penelitian, jenis-jenis pertanyaan, banyaknya pertanyaan, serta
waktu yang dibutuhkan. Selain itu, dalam kisi-kisi juga harus
tergambarkan indikator atau abilitas dari setiap variabel. Misalnya, untuk
menentukan prestasi belajar atau kemampuan subjek penelitian, diukur
dari tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan sebagainya.
4. Menyusun Item Instrumen
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya
adalah menyusun item pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen yang
akan digunakan.
5. Mengujicobakan Instrumen
Uji coba instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat reabilitas
dan validitas serta keterbacaan setiap item. Mungkin saja berdasarkan hasil
uji coba ada sejumlah item yang harus dibuang dan diganti dengan item
yang baru, setelah mendapat masukkan dari subjek uji coba [ CITATION
Mam14 \l 14345 ].

D. Pengujian Validitas dan Reabilitas


Syarat pokok suatu instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas.
1. Validitas (ketepatan/kesahihan)
Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), apakah
instrumen yang akan digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa
yang akan diukur. Dalam literatur modern tentang penelitian dan evaluasi,
banyak dikemukakan jenis-jenis validitas, antara lain:
a. Validitas permukaan, validitas ini menggunakan kriteria yang sangat
sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari
instrumen itu sendiri. Artinya, jika suatu tes secara sepintas telah
dianggap baik, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi
syarat validitaspermukaan, dan tidak perlu lagi adanya judgement yang
mendalam.
b. Validitas isi, sering digunakan dalam pengukuran hasil belajar. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan.
c. Validitas empiris, biasanya menggunakan tehnik statistik, yaitu analisis
korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara
skor tes dan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur
diluar tes yang bersangkutan.
d. Validitas konstruk, konstruk adalah konsep yang dapat diobservasi dan
dapat diukur. Validitas konstruk sering juga disebut validitas logis,
validitas konstruk banyak dikenal dan digunakan dalam tes-tes
psikologis untuk mengukur gejala perilaku yang abstrak, seperti
kesetiakawanan, kematangan emosi, sikap, emosi, minat, dan
sebagainya.
e. Validitas faktor, dalam penelitian sering digunakan skala pengukuran
tentang suatu variabel yang terdiri atas beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut diperoleh berdasarkan indikator dari variabel yang diukur
sesuai apa yang terungkap dalam konstruksi teoretisnya. Meskipun
variabel terdiri dari beberapa faktor, prinsip homogenitas untuk
keseluruhan faktor harus tetap dipertahankan, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih antara satu faktor dan faktor lain.
2. Reliabilitas (ketetapan/keajekan)
Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan
hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama, pada waktu atau
kesempatan yang berbeda.
Menurut perhitungan product-moment dari Pearson, ada tiga macam
reliabilitas, yaitu:
a. Koefisien stabilitas adalah jenis reliabilitas yang menggunakan tehnik
test and retest, yaitu memberikan tes kepada sekelompok individu,
kemudian diadakan pengulangan tes pada kelompok yang sama dengan
waktu yang berbeda.
b.  Koefisien ekuivalen adalah jika mengkorelasikan dua buah tes yang
paralel  pada kelompok dan waktu yang sama.
c. Koefisien konsistensi internal aalah reliabilitas yang didapat dengan
jalan menkorelasikan dua buah tes dari kelompok yang sama, tetapi
diambil dari buir-butir yang bernomor genap untuk tes yang pertama
dan butir-butir bernomor ganjil untuk tes yang kedua [ CITATION
Sum11 \l 14345 ].
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2003) dalam buku Lestari 2015 pengetahuan
merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap obyek tertentu. Penginderaan panca indera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu proses
melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman dan proses belajar
dalam pendidikan formal maupun informal.
Pengetahuan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1999), diartikan
sebagai segala seuatu yang berkenaan dengan hal mata pelajatran. Kategori
pengetahuan meliputi kemampuan untuk mengatakan kembali dari ingatan
hal-hal khusus dan umum, metode dan proses atau mengingat suatu pola,
susunan, gejala atau peristiwa. Soekanto (2002) menjelaskan bahwa
pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang tentang sesuatu.
Kemampuan yang papling rendah tetapi paling dasar dalam kawasan
kognitif. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk
mengenal atau mengingat kembali suatu objek, prosedur, ide prinsip, atau
teori yang pernah ditemukan dengan pengalaman tanpa manipulasinya.
Penegetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Lestari, 2015)
2. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang dapat
mengahadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana
manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru dan
kemampuan dalam belajar. Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang
secara rinci terdiri dari enam tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu spesifik dari seseuatu bahan yang diterima atau
dipelajari.
b. Memahami (comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada suatuj kondisi atau situasi nyata.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen,
tapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampua untuk melakukan
justifikasi/penilaian terhadap suatu materi atau obyek (Lestari, 2015).
3. Pengukuran Pengetahuan
Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan
dengan tingkat domain di atas. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan
yang diukur (Lestari, 2015).
B. Teori Sikap
1. Pengertian sikap
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam buku Lestari 2015 mendefinisikan
pengertian sikap yaitu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Menurut Gordon Allport (1980) salah satu tokoh terkenal di bidang
psikologi social dan psikologi kepribadian bahwa sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.
Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respons (Lestari, 2015).
2. Tingkatan sikap
a. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengahrgai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya
dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespons.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus
berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan
atau adanya risiko lain (Lestari, 2015)

C. Teori Perilaku
1. Pengertian
Seorang ahli psikologi Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar), oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organism dan kemudian organisme tersebut merepons (Lestari,
2015).
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahhuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan:
berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).
Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai
bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,
khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan
(Lestari, 2015)
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Perilaku dapat ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,
sikap dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
keselamatan kerja, misalnya ketersediaan APD, pelatihan dan
sebagainya.
c. Faktor penguat (reinforcement factors), factor-faktor ini meliputi
undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya
(Lestari, 2015).
D. Remaja
a. Pengertian remaja
Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak dan dewasa,
dimana terjadi perubahan. Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu
adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang
dimaksud meliputi kematangan fisik, mental, sosial dan psikologis
(Kumalasari & Andhyantoro, 2012).
b. Karakteristik remaja berdasarkan umur (Meilan dkk, 2018)
1) Masa remaja awal (10-13 tahun)
a) Lebih dekat dengan teman sebayanya.
b) Merasa ingin bebas.
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
2) Masa remaja tengah (14-16 tahun)
a) Mencari identitas diri.
b) Timbul keinginan untuk berkencan dan tertarik pada lawan jenis.
c) Mempunyai perasaan cinta yang mendalam.
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak atau berkhayal.
e) Berkhayal tentang aktivitas seks.
3) Masa remaja akhir (17-19 tahun)
a) Pengungkapan kebebasan diri.
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
c) Mempunyai citra tubuh terhadap dirinya.
d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.
c. Perubahan pada remaja
1) Perubahan fisik
Perubahan yang terlihat pada masa remaja baik pada laki-laki
maupun perempuan terjadi ketika usia antara 9-15 tahun. Pada masa ini
terjadi perubahan fisik yang sangat cepat termasuk adanya perubahan di
dalam tubuh yaitu organ-organ reproduksi yang ditujukkan dengan
kemampuan fungsi reproduksi.
Tanda-tanda perubahan yang terjadai pada pertumbuhan antara lain:
a) Tanda-tanda seks primer
Ciri-ciri seks primer terjadi pada laki-laki maupun perempuan.
Laki-laki biasanya mengalami mimpi basah dan sudah bisa
melakukan fungsi reproduksi. Remaja laki-laki setiap harinya akan
memproduksi sperma dan perlu dikeluarkan. Sperma dapat
dikeluarkan melalui proses ejakulasi, yaitu keluarnya sperma
melalui. Ejakulasi adalah kejadian yang normal bagi semua remaja
laki-laki. Sedangkan pada perempuan ditandai dengan datangnya
menstruasi. Menstruasi adalah keluarnya darah yang terjadi ketika
sel telur yang menempel di dinding rahim tidak dibuahi sel sperma
dalam rahim. Biasanya terjadi antara 3-7 hari. Siklus dari haid saat
ini ke haid yang akan datang yaitu 21 hari atau bisaa juga 35 hari dan
biasanya setiap orang itu berbeda-beda (Meilan dkk, 2018).
b) Tanda-tanda seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder yang terjadi pada laki-laki yaitu dada
bertambah besar dan bidang, tumbuh jakun, suara membesar, penis
dan buah zakar membesar. Selain itu, tumbuh rambut di sekitar alat
kelamin, ketiak, dada, tangan dan kaki. Sedangkan pada perempuan
yaitu pinggul melebar dan membesar, tumbuh rambut di sekitar
ketiak dan kemaluan, payudara membesar, dan suara menjadi lebih
merdu (Kumalasari & Andhyantoro, 2012)
BAB III
INSTRUMEN YANG TELAH DISUSUN

1. PENGETAHUAN
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang
tersedia dibagian kanan pertanyaan dengan mengisi centang/check list (√).
Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti agar
tidak ada pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena tidak ada
dampak buruk dari hasil penelitian ini.
BENAR: jika menurut anda pernyataan tersebut benar
SALAH: jika menurut anda pernyataan tersebut salah

No Pernyataan BENAR SALAH


1 Pengetahuan tentang kebersihan alat kelamin
(vagina) dan keputihan dapat diperoleh dari
orang tua
2 Sebelum membasuh alat kelamin harus mencuci
tangan dengan sabun terlebih dahulu
3 Salah satu cara untuk mencegah terjadi
kelembapan pada daerah keperempuanan adalah
dengan mencukur sebagian rambut 1 kali dalam
sebulan
4 Cara membasuh/membersihkan daerah
keperempuanan adalah dari depan (vagina) ke
arah belakang (anus)
5 Membasuh/membersihkan daerah
keperempuanan yang benar adalah dengan
menggunakan sabun
6 Untuk mengeringkan daerah keperempuanan
setelah buang air kecil atau air besar dengan
menggunakan tissue berparfum
7 Jenis pakaian dalam (celana dalam) yang baik
adalah terbuat dari bahan nylon
8 Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon
dapat membuat daerah keperempuanan menjadi
lembab
9 Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon
lebih baik daripada yang terbuat dari bahan
katun
10 Mengganti pakaian dalam 1 kali dalam 1 hari
sudah cukup
11 Memakai pakaian dalam selama 2 hari berturut-
turut adalah kebiasaan baik
12 Cairan pembersih khusus vagina baik digunakan
setiap hari
13 Membersihkan daerah keperempuanan lebih baik
selalu menggunakan larutan antiseptic khusus
vagina
14 Kebersihan daerah keperempuanan adalah
perawatan diri pada alat kelamin perempuan
yang harus dijaga kebersihannya supaya merasa
nyaman
15 Keputihan ada 2, keputihan normal dan
keputihan tidak normal
16 Keputihan selalu disebabkan oleh kebersihan
daerah keperempuanan yang buruk
17 Keputihan normal adalah keputihan yang keluar
saat sebelum dan setelah menstruasi
18 Rasa gatal pada saat keputihan selalu normal
19 Keputihan yang tidak normal adalah yang
berwarna bening seperti lender
20 Keputihan yang tidak normal jarang
mengeluarkan bau tidak sedap
21 Infeksi jamur merupakan salah satu penyebab
keputihan tidak normal
22 Pemakaian cairan antiseptic khusus vagina dapat
mengganggu keseimbangan bakteri normal pada
vagina
23 Pakaian dalam berbahan katun dapat menyerap
keringat dengan baik
24 Pembalut yang baik adalah yang lembut dan
menyerap dengan baik
25 Mengganti celana dalam 2x dalam sehari dapat
mencegah terjadi keputihan

2. SIKAP
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang
tersedia dibagian kanan pertanyaan dengan mengisi centang/check list (√).
Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti
agar tidak ada pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena
tidak ada dampak buruk dari hasil penelitian ini.
STS: Sangat Tidak Setuju TS: Tidak Setuju
S: Setuju
SS: Sangat Setuju

NO PERNYATAAN STS TS SS SS

1 Kebersihan daerah keperempuanan adalah


hal yang sangat penting untuk mencegah
terjadinyakeputihan
2 Sebelum menyentuh daerah
keperempuanan harus mencuci tangan
terlebih dahulu
3 Cara benar untuk membasuh daerah
keperempuanan adalah dari arah depan
(vagina) ke belakang (anus)
4 Membasuh daerah keperempuanan dari
arah depan ke belakang untuk mencegah
bakteri dari anus masuk ke vagina
5 Untuk membasuh daerah keperempuanan
harus menggunakan air dari kran langsung
karena
merupakan air yang bersih
6 Untuk menghindari kelembapan di
daerah keperempuanan, seharusnya alat
kelamin dikeringkan dengan tissue non
parfum setelah buang air besar atau
buang air kecil
7 Pemakaian cairan antiseptik khusus
daerah keperempuanan dapat
mengganggu keseimbangan bakteri
normal dalam vagina
8 Saat menstruasi sebaiknya mengganti
pembalut 2-3 kali sehari
9 Celana dalam yang terbuat dari bahan
katun dapat menyerap keringat
10 Mengganti celana dalam 2x sehari adalah
salah satu contoh menjaga kebersihan
daerah keperempuanan
11 Celana dalam yang lembab dapat
menyebabkan keputihan
12 Pantyliners yang digunakan lebih dari 6
jam dapat meningkatkan risiko terjadinya
keputihan
13 Pantyliners yang baik adalah yang non
parfum
14 Rambut kemaluan harus dicukur agar
tidak lembab di daerah keperempuanan

3. PERILAKU
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada pertanyaan dibawah ini, pilihlah salah satu yang paling menggambarkan
kebiasaan anda sehari-hari yang selalu anda lakukan dengan mengisi tanda
silang (X) pada jawaban.

1. Sebelum menyentuh daerah keperempuanan, apakah


anda selalu mencuci tanganterlebih dahulu?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda selalu menggunakan air dalam ember atau
air tampungan untuk membersihkan daerah
keperempuanan?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda selalu membersihkan daerah
keperempuanan dari arah depan (vagina) ke belakang
(anus)?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda menggunakan cairan antiseptik khusus
vagina untuk membersihkan daerah keperempuanan?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda menggunakan sabun atau cairan pembersih
lain untuk membersihkan daerah keperempuanan?
a. Ya, jika ya sebutkan...
b. Tidak
6. Setelah buang air besar atau buang air kecil apakah anda
selalu mengeringkan daerah keperempuanan?
a. Ya
b. Tidak
7. Saat menstruasi apakah anda menggunakan pembalut
yang lembut dan menyerap dengan baik?
a. Ya
b. Tidak
8. Dalam sehari berapa pembalut yang anda gunakan saat menstruasi?
a. 1
b. 2-3
9. Berapa kali dalam sehari anda mengganati celana dalam?
a. 1 kali
b. 2 kali
10. Bahan celana dalam yang anda gunakan setiap hari terbuat dari:
a. Katun
b. Nylon
c. Lainnya, sebutkan...
11. Apakah anda menggunakan celana dalam yang ketat?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah anda sering menggunakan pantyliners?
a. Ya
b. Tidak
13. Berapa banyak pantyliners yang anda gunakan dalam sehari?
a. 1
b. 2-3
14. Apakah anda mencukur rambut kemaluan anda?
a. Ya
b. Tidak
15. Berapa kali dalam sebulan anda mencukur rambut kemaluan anda?
a. Tidak pernah
b. 1 kali
16. Kapan saja anda mengalamI keputihan?
a. Sebelum dan
sesudah menstruasi
b. Setiap saat
17. Deskripsikan keputihan yang biasa anda alami
Daftar Pustaka

Mamik. (2014). Metode Penelitian kesehatan. Sidoarjo: Zifatama Publisher.


Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Kumalasari, I., & Andhyantoro, I. (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa
Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaks Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Meilan, N., Maryanah, & Follona, W. (2018). Kesehatan Reproduksi Remaja
Implementasi PKPR dalam Teman Sebaya. Malang: Wineka Media.

Anda mungkin juga menyukai