Anda di halaman 1dari 11

INSTRUMEN TES, NON TES DAN KISI KISI

A. Pengantar
Setelah menentukan disain penelitian, langkah selanjutnya dalam penelitian adalah
membuat atau menetapkan instrumen penelitian. Dalam menentukan jenis instrumen yang
akan digunakan seorang peneliti harus mempertimbangkan beberapa keadaan seperti jenis
variable yang hendak diukur, jumlah sample penelitian, lokasi responden, ada tidaknya staf
peneliti yang terlatih, dana dan waktu yang tersedia serta metode pengumpulan data yang
dipilih.
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel
dalam rangka mengumpulkan data. Berhubung ada beberapa macam variabel dan banyak
metode untuk mengumpulkan data, maka jenis instrumen penelitiannya juga banyak.
Menurut jenis variabel yang akan diukur secara garis besar instrument dapat dibedakan
dua jenis yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur variable dengan skala nominal dan ordinal (data kualitatif)
2. Instrumen untuk mengukur skala interval dan rasio (data kuantitatif).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dengan skala interval dan rasio
biasanya merupakan alat standard dan sudah ditera. Contoh alat-alat dalam golongan ini
adalah timbangan, pengukur panjang, thermometer, tensimeter, alat-alat laboratorium dan
lain sebagainya.
Banyak diantara orang yang belum paham benar akan penelitian, mengacaukan dua
pengertian yang sering salah dilakukan yakni menyebutkan “metode pengumpulan data
adalah pedoman wawancara “. Jelas ini salah. Instrumen adalah alat pada waktu penelitian
menggunakan sesuatu metode, yang kebetulan istilah bagi instrumennya memang sama
dengan nama metodenya. Contoh, instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes,
instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner, tiga
instrumen untuk metode observasi adalah check-list, instumen untuk metode dokumentasi
adalah pedoman dokumentasi atau dapat juga check-list.
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya
tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevalusi tidak lain adalah
memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang
telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga mengadakan pengukuran. Jadi
mendasarkan pada pengertian ini, maka apabila kita menyebut jenis metode dan alat atau
instrument pengumpulan data, maka sama saja dengan menyebut alat evaluasi, atau
setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.

B. Keampuhan Instrumen
Di dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data
merupakan penggambaran variable yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian
hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil
penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari ada tidaknya instrumen
pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid
dan reliabel. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Sedangkan Realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut
sudah baik.

C. Langkah Penyusunan Instrumen


Untuk memahami konsep penyusunan dan pengembangan instrumen, maka di
bawah ini akan disajikan proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan
instrumen dilengkapi dengan bagan proses penyusunan item-item instrumen suatu
penelitian. Menurut Muljono (2002:3-4) langkah-langkah penyusunan dan pengembangan
instrumen adalah sebagai berikut :
a) Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang
hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk pada
dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
b) Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang
sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah
pertama.
c) Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi,
indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
d) Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari
suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke
positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen, dan sebagainya.
e) Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.Biasanya
butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan
kelompok butir negatif. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, sikap
atau persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif, sedang butir negatif adalah
pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif atau mendekat ke kutub
negatif.
f) Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses
validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik.
g) Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui pemeriksaan
pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan
jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat
dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat
mengukur indikator.
h) Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
i) Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual,
dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
j) Ujicoba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui
ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji-coba
yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian.
Jawaban atau respon dari sampel ujicoba merupakan data empiris yang akan dianalisis
untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
k) Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal maupun
kriteria eksternal. Kriteria internal, adalah instrumen itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang
dijadikan kriteria sedangkan kriteria eksternal, adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di
luar instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
l) Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah
butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita menggunakan kriteria internal, yaitu skor
total instrumen sebagai kriteria maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau
tidaknya butir instrumen dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir. Dalam kasus
lainnya, yakni jika kita menggunakan kriteria eksternal, yaitu instrumen atau ukuran lain di
luar instrumen yang dibuat yang dijadikan kriteria maka keputusan pengujiannya adalah
mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
m) Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-
butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang, sedang butir-butir
yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali
validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten butir-butir yang valid tersebut
dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi
instrumen final yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian kita.
D. Jenis Istrumen dan Contoh
1. Instrumen Tes
a). Pengertian
Menurut (Arikunto: 2006) tes adalah seretetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kepompok.
Keunggulan metode ini adalah a) lebih akurat karena test berulang ulang direvisi, b)
instrument penelitian yang objektif.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah a) hanya mengukur satu aspek data, b)
memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang, c)
hanya mengukur keadaan siswa pada saat test itu dilakukan.

b).Jenis-Jenis Tes
1) Tes Intelegensi
Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir, terutama berkaitan
dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (Mental ability
Test; Intelegence Test; Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data yang dapat
diambil dari tes ini adalah kemampuan intelektual atau kemampuan akademik.
2) Tes Bakat
Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam
bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu,
lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude
Test ). Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil belajar,
minat dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam
suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu.
3) Tes Minat
Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai seseorang. Tes
macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya
paling sesuai baginya (Test of Vocational Interest).
4). Tes Kepribadian
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif,
seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-
relasi social dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran
dalam penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorangmelalui reaksi-
reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti
berbagai ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas
sejumlah pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi
emosional, yang khas untuk orang itu. Kelemahan Tes Proyektif hanya diadministrasi oleh
seorang psikolog yang berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam
menafsirkannya.
5. Tes Perkembangan Vokasional
Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran kelak
akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam memikirkan hubungan antara
memangku suatu jabatan dan cirri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis;
dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya
sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam
mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaan (career maturity).
6) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis data
yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Test) ini adalah taraf prestasi
dalam belajar.
Dalam penulisan soal penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan atau kaidah
penulisan soal. Kaidah tersebut adalah
a) Pilihan Ganda
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah a) soal harus sesuai dengan indikator,
b)setiap soal hanya ada satu jawaban, c) pengecoh harus berfungsi, d) rumusan soal tegas
dan jelas, e) pokok soal jangan memberi petunjuk kepada jawaban, f) pokok soal jangan
mengandung pernyataan negative ganda, g) pilihan jawaban harus homogen dan logis, h)
jawaban diurutkan dengan kaidah dari kecil ke besar; dari a ke z., i) rumusan jawaban
seharusnya relative sama panjang, j) gunakan bahasa yang sesuai dengan EYD.
Perhatikan contoh soal berikut ini.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik
(seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan
dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama
penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a)
gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi
prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap
permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko
kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap
dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.

Masalah utama yang dibahas dalam wacana di atas yang tepat adalah…
A. Kanaikan air laut akibat pemanasan global.
B. Gangguan terhadap permukiman penduduk.
C. Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik
D. Punahnya flora dan fauna tertentu.
E. Gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan
b) Esai/ bentuk isian
Kaidah penulisan soal esai yang baik adalah a) soal harus sesuai dengan indicator, b)
materi yang diukur sesuai dengan tubtutan jawaban, c) pernyataan disusun denganbentuk
pertanyaan langsung agar siswa lebih mudah merumuskan jawaban, d) hindari pernyataan
yang menggunakan kata-kata yang langsung mengutip dari buku, e)jika jawaban yang
dikehendaki adalah mentut satuan urutan, maka ungkapkanlah secara rinci dengan
pernyataan, f)bahasa harus komunikatif sesuai dengan jenjang pendidikan siswa, g)
gunakan bahasa yang sesuai dengan EYD.
Perhatikan contoh soal berikut ini.
Perhatikan paragraf berikut!
Tanaman Kecipir sebenarnya sudah dikenal walaupun belum tersebar di seluruh Indonesia. Ini
disebabkan kecipir mempunyai nama khusus di masing-masing daerah, misalnya di Jawa Barat
diberi nama jaat, di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut kecipir atau cipir, di Bali Diberi
nama Kaongkang, di Sumantra Barat namanya Kacang Belimbing, dan di Minahasa disebut
dengan biraw.
a. Tentukan ide pokok paragraf!
b. Tentukan ide penjelas paragraf!

2. Instrumen Nontes
a. Wawancara
Ada beberapa faktor penentu wujud metode dan teknik yang dapat digunakan pada
tahapan penyediaan data dalam wawancara, yaitu
1. pandangan peneliti terhadap dirinya dalam berhadapan dengan objek ilmiahnya (bahasa);
2. jenis objek ilmiah (bahasa) yang diteliti;
3. watak objek dan tujuan penelitian (Sudaryanto dalam Mahsun, 2005: 85).
Faktor yang pertama lebih bersifat subjektif karena menyangkut penggunaan
bahasa ibu sebagai bahasa yang diteliti oleh peneliti itu sendiri. Ada dua macam pandangan
yang muncul berhubungan dengan faktor yang pertama (Sudaryanto dalam Mahsun, 2005:
85), yaitu (1) peneliti dapat memandang dirinya hanya sebagai pengamat, dalam arti tidak
perlu terlibat dalam peristiwa penggunaan bahasa yang diteliti; (2) peneliti dapat
memandang dirinya di samping sebagai pengamat juga terlibat dalam penggunaan bahasa
yang diteliti karena dia sendiri memang menguasai dan dapat menggunakan dalam bahasa
yang diteliti.
Faktor kedua lebih bersifat objektif karena menyangkut penguasaan bahasa secara
aktif oleh peneliti. Kadar penguasaan tersebut bukan menurut anggapan si peneliti,
melainkan menurut kenyataan yang sesungguhnya, artinya bisa diteliti. Setidaknya ada tiga
jenis bahasa yang diteliti, yaitu (1) bahasa yang diteliti cukup dekat, artinya bahasa tersebut
sudah dikuasai aktif oleh peneliti. Hal ini bisa berkaitan dengan bahasa ibu atau bahasa
kedua yang telah dikuasai oleh si peneliti. (2) bahasa yang diteliti cukup jauh, artinya bahasa
tersebut belum dikuasai oleh peneliti, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dikuasai.
Hal ini bisa berkaitan dengan bahasa asing yang belum dikuasai oleh peneliti. (3) bahasa
yang diteliti sangat jauh, artinya bahasa tersebut tidak mungkin dikuasai oleh peneliti. Hal
ini berkaitan dengan penelitian bahasa kuno yang dapat diambil dari naskah-naskah kuno.
Faktor ketiga berkaitan dengan ihwal perilaku struktural satuan lingual yang
menjadi objek penelitian tersebut, misalnya untuk objek penelitian adverbia yang memiliki
perilaku kurang wajar (letaknya bisa berpindah-pindah dalam deretan struktur).

b. Metode dan Teknik Penyediaan Data


1) Metode Simak
Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap karena metode ini
pada hakikatnya diwujudkan dengan penyadapan. Ada beberapa teknik lanjutan untuk
metode ini, yaitu teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap. Dalam teknik
simak libat cakap, peneliti terlibat langsung dalam dialog. Dengan demikian, dalam teknik
ini, peneliti ikut berperan dalam pembentukan dan pemunculan calon data. Sedangkan,
dalam teknik simak bebas libat cakap, peneliti hanya berlaku sebagai pengamat
penggunaan bahasa dari informannya. Jadi, peneliti sama sekali tidak berperan untuk
memunculkan data. Data diharapkan muncul dengan sendirinya.
2) Metode Cakap
Metode ini mengharuskan penelitinya melakukan kontak bahasa dengan
informannya. Metode cakap memunyai teknik dasar teknik pancing karena percakapan
tersebut diharapkan sebagai pancingan-pancingan yang memunculkan gejala kebahasakan
yang diharapkan oleh peneliti. Selanjutnya, teknik tersebut dijabarkan dalam dua teknik
lanjutan, yaitu teknik cakap semuka dan teknik cakap tansemuka. Pada pelaksanaan teknik
cakap semuka, peneliti terlibat langsung bercakap-cakap dengan informan dengan
bersumber pada pancingan atau spontanitas. Sedangkan, teknik cakap tansemuka.
Selanjutnya, pelaksanaan teknik cakap tansemuka maksudnya adalah peneliti tidak
langsung melakukan percakapan dengan informan di lokasi penelitian, tetapi melalui surat-
menyurat atau peneliti mengirimkan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan yang
kemudian informan diminta untuk mengisi dan mengirimkannya kembali kepada peneliti.
Atau juga bisa saja melalui telepon.
c. Dokumentasi
Data dalam sebuah penelitian dapat pula berasal dari dokumentasi. Dokumentasi
berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis, seperti buku, majalah,
notula, gambar, peraturan, dsb. Pemerolehan data dengan dokumentasi sering dilakukan
jika peneliti meneliti teks, baik fiksi maupun nonfiksi.
Contohnya, saat peneliti meneliti teks sastra, pemerolehan data tersebut dapat
diambil dengan cara dokumentasi. Tapi, dengan catatan, dokumen yang dipilih harus
memiliki kredibilitas yang tinggi. Kalau itu berupa teks sastra, hal itu berarti teks tersebut
harus memiliki unsur-unsur yang menarik untuk diteliti.

d. Observasi
Pengumpulan data dengan metode observasi , dokumentasi, wawancara, dan
kuesioner memerlukan instrumen yang berbeda-beda. Alat ini biasanya adalah alat untuk
mengukur data kualitatif dan data kualitatif yang dikuantitatifkan. Alat ukur mutlak
digunakan dalam penelitian, oleh karena itu dalam memilih alat ukur harus serius dan hati-
hati karena akan mempengaruhi keberhasilan dalam penelitian.
Notoatmodjo mendefinikan observasi sebagai jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Rangsangan itu menyentuh indra dan
menimbulkan keinginan untuk melakukan pengamatan.
Dalam sebuah penelitian, yang dimaksud dengan pengamatan tidak hanya sekedar
melihat, melainkan perlu keaktifan untuk meresapi, mencermati, mamaknai, dan akhirnya
mencatat. Tindakan yang terakhir itulah yang perlu dan penting dilaksanakan. Karena daya
ingat manusia terbatas untuk menyimapan semua informasi tentang apa yang diobservsasi
dan hasil pengamatan. Catatan yang berisi hal-hal yang harus diobservasi dinamakan
panduan observasi. Sedangkan catatan yang merekam hasil observasi dapat berupa
gambar dan catatan panjang sebagai potret saat observasi dilakuakan atau berupa sebuah
check list yang berupa suatu daftar yang berisi subjek dan gejala-gejala yang harus diamati
berikut penilaiannya dinamakan alat bantu observasi. Saat ini alat bantu tersebut dapat
berupa tape recorder, kamera, dan alat perekam elektronik lainnya.
Jadi, dalam metode observasi alat yang digunakan bisa berupa pedoman
observasi, catatan, check list, maupun alat perekam lainnya (kamera, tape recorder, cideo
recorder, dan sebagainya.).
Dilihat dari pelaksanaannya observasi dibedakan menjadi dua jenis
1. Observasi Nonsistemis
Pada observasi ini, pengamat tidak mempergunakan panduan observasi dan alat
perekam lainya. Seluruh hasil dari observasi dicatat setelah semua observasi selesai
dilaksanakan.

2. Observasi Sistemis
Dalam observasi ini pengamat mempergunakan pedoman observasi dan atau alat
perekam lainnya. Sudah tentu hasil yang diperoleh jauh lebih baik dari cara yang pertama.
Pada observasi sistemis ada kalanya dipakai suatu format rating scale sebagai alat
bantu observasi. Format ini mengandung topik yang diamati berikut skalanya. Skala ini
harus diisi nilainya menurut persepsi pengamat. Agar pengamatan dapat
dikuantitatifkanmaka orang menggunakan skala Likert sehingga data kuantitatif yang ada
diubah menjadi data interval.
Contoh seorang peneliti ingin mengetahui ketrampilan dalam suatu pelatihan
dengan menggunakan metode observasi. Salah satu aspek ketrampilan yang diteliti adalah
melakukan presentasi rating scale yang digunakan mempunyai 5 tingkat dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang terbaik. Nilai 1 dinyatakan sebagai “Tidak memuaskan”, nilai 2
dinyatakan sebagai “Kurang Memuaskan”, niali 3 dinyatakan sebagai “ cukup Memuaskan”,
nilai 4 dinyatakan sebagai “memuaskan”, dan nilai 5 dinyatakan sebagai “ Sangat
Memuaskan”. Pada check list ini peneliti tinggal membubuhkan tanda check pada kolom
penilaian yang dianggap cocok.
Skala yang digunakandi sini adalah skala Linkert yang model pengukurannya
dianggap sama dengan skala interval.
Keterampilan Pengamatan
1 2 3 4 5
Menyamaikan Pengantar
Menyampaiakan Tujuan Penelitian
Manyampaikan Pertanyaan kepada kelompok
Manyampaikan Pertanyaan kepada individu
Mempergunakan Nama Peserta

Observasi sistematis dapat pula diterapkan pada studi perilaku seseorang dalam
pembelajaran, misalnya kita ingin tahu perilaku disiplin siswa, tangungjawab siswa dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Contoh lembar obeservasi studi perilaku seseorang dalam pembelajaran,
misalnya kita ingin tahu perilaku disiplin siswa, tangungjawab siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut.

Lembar Observasi
Mata Pelajaran : Matematika Hari, tanggal :……………
Materi ; ……………….. Observer :…………….
No Nama Siswa Disiplin Tanggung Jawab Jumlah Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan:
1. Tidak terlambat
2. Mengumpulkan tugas tepat waktu
3. Selalu memperhatikan dalam proses pembelajaran
4. Selalu mengerjakan tugas sesuai aturan yang disepakati
5. Berpakaian rapi.
6. Mandiri tidak berusaha minta bantuan kepada siswa lain
7. Mengumpulkan pekerjaan tepat waktu
8. Berani mempresentasikan hasil pekerjaan
Rentang nilai
Sangat baik :5
Baik :4
Cukup :3
Kurang :2
Sangat kurang :1
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan observasi, yaitu sikap
peneliti yang tidak memata-matai dan tidak menimbulkan kecurigaan responden. Sikap
yang wajar akan sangat membantu pengamat dalam mendapatkan hasil yang alami.
Karena bila responden tahu sedang kita amati, makaakan timbul prilaku-rilaku yang tidak
wajar atau tidak alami, yang bukan sebagai suatu kebiasaannya. Untuk itu diperlukan
pendahuluan agar bisa tercipta suasana rapport ( suasana yang merupakan hubungan erat
dan bersahabat) anatara pengamat dan responden. Rapport dapat tercipta dengan cara
sebagai berikut ;
a. Ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan responden,
b. menjadikan diri sendiri sebagai orang dalam, kawanan dari responden,
c. sopan dan ramah menerangkan maksud kedatangannya dan menyatakan betapa pentingn,
ya informasi yang bakal diperoleh.
d. perlu ada tokoh pengantar yang dikenal baik oleh responden sebagai penghubung.
Sesuai dengan etika penelitian, diharuskan terlehbih dahulu minta persetujuan
responden bahwa akan dilaksanakan penelitian terhadapnya. Karena hal ini sering terjadi
ppeneliti menggunakan kamera atau perekam secara tersembunyi, dan kemudian hasilnya
dipublikasikan, perbuatan ini sebetulnya tidak etis.

e. Angket
Angket sering disebut sebagai kuesioner. Angket merupakan teknik atau cara
pengumpulan data secara tidak langsung. Instrumen atau alat pendgumpulan datanya juga
disebut sebagai angket.
Jenis angket sama dengan wawancara. Bentuknya bias berupa pertanyaan terbuka,
pertanyaan berstruktur dan pertanyaan tertutup.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan instrument angket atau kuesioner
adalah : a) buatlah pengantar atau petunjuk pengisian sebelum butir pertanyaan, b) butir
pertanyaan dirumuskan secara jelas, c) untuk setiap pertanyaan terbuka dan bestruktur
disediakan kolom untuk menuliskan jawaban.
Berikut ini disajikan contoh angket.

Petunjuk Isian :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan mengisi tempat kosong yang tersedia dengan
memberi tanda check (√ ) pada pilihan yang mewakili jawaban saudara.
Nomor Responden :…………….
Tanggal pengisian :…………….

1. Jenis kelamin
1) Pria
2) Wanita

2. Usia
1) 15 – 24 tahun
2) 25 – 40 tahun
3) 40 tahun keatas

3. Tingkat pendidikan terakhir


1) Pendidikan Tinggi
2) SMA / sederajat
3) SMP / sederajat
4) SD
5) Tidak Sekolah
4. Pekerjaan
1) Tidak Bekerja
2) Pensiunan
3) Pelajar / Mahasiswa
4) Pegawai Negeri
5) Pegawai Swasta
6) Lain - lain

5. Status Perkawinan
1) Kawin
2) Belum Kawin
3) Janda / Duda

6. Agama / Kepercayaan
1) Islam
2) Kristen
3) Hindu
4) Budha
5) Lain – lain

Petunjuk Isian :

Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama, berikan pendapat saudara dengan memberi
tanda check (√ ) pada tempat kosong yang tersedia yang mewakili jawaban saudara,
kejujuran saudara dalam memberikan pendapat akan membantu dalam evaluasi.
B. Penilaian Terhadap Motivasi Belajar Siswa

NO Pertanyaan Yang Berkaitan Dengan Motivasi Belajar YA TIDAK

1 Saya selalu berusaha untuk memperhatikan pelajaran saat di kelas

2 Saya selalu memberikan jawaban pada pertanyaan yang diberikan


oleh guru

3 Saya selalu mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru


dengan tepat waktu

4 Dalam setiap diskusi saya selalu memberikan kesempatan pada


teman diskusi untuk mengemukakan pendapatnya

E. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
rangka mengumpulkan data
b. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
c. Langkah membuat instrument ada tiga belas.
d. Jenis instrument antara lain intrumen tes dan nontes.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineke
Cipta
Muljono, Pudji. 2002. “Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian”Makalah
disampaikan pada Lokakarya Peningkatan Suasana Akademik Jurusan Ekonomi
FIS-UNJ tanggal 5 sampai dengan 9 Agustus 2002.
Sandjaja dan Albert Heriayanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Safari. 2004. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Sevilla. Consuelo.G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. alih bahasa Alimuddin Tuwu.
Jakarta: UI Pres.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai