Anda di halaman 1dari 13

URGENSI PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP VALUES EDUCATION

UNTUK ANAK MADRASAH IBTIDAIYAH DAN


SEKOLAH DASAR

Oleh :
Masrurotul Mahmudah, (+26857 6894 7778)
Dosen Fakultas Agama Institu Agama Islam Ma’arif
(IAIM NU) Metro Lampung

Abstrak
Dari banyaknya permasalahan yang sering terjadi di Negara Indonesia saat ini membuat masyarakat
semakin resah. Akan tetapi yang lebih meresahkan lagi adalah merajuknya kriminalitas pada dunia
pendidikan tingkat dasar, yaitu seringnya terjadi kekerasan di sekolah dasar/ madrasah ibtidiyah.
Semakin hari semakin meningkat tingkat kriminalitas tersebut, sehingga sungguh ngeri membayangkan
kehidupan para generasi kita yang akan datang. Oleh karena itu, saat ini sudah waktunya kita untuk
berbuat adil terhadap anak-anak, karena setiap anak mempunnyai dunia tersendiri yaitu dunia yang
jauh dari konflik. Dengan demikian, yang perlu dibenahi adalah pola pendidikan. Baik pendidikan di
sekolah maupun pendidikan dalam keluarga. Yang paling utama adalah bagaimana cara kita
menerapkan pendidikan nilai pada generasi muda sekarang. Pada saat ini, pendidikan sekolah masih
menjadi prioritas unggulan sehingga tidak ada salahnya jika kita menyoroti proses pembelajaran
disekolahan. Baru-baru ini pemerintah menerapkan model pembelajaran tematik, dengan ini terbukti
bahwa pemerintah juga mengharapkan perbaikan dalam setiap proses pembelajaran. Karena dalam
pembelajaran tematik sistem pelaksanaanya adalah humanisasi, sehingga di dalam pelaksanaannya
tidak boleh ada tekanan dan tuntutan hanya kerjasama antara guru dengan siswa, dan siswa dengan
siswa.
Keyword: pembelajaran tematik dan velue education

A. PENDAHULUAN
(1) Undang-undang No 23 (pasal 9) tahun
Seiring perkembangan dalam dunia 2002 tentang perlindungan
pendidikan saat ini, maka meningkat pula pembelajaran yang menyatakan
tuntutan prosentase hasil pembelajaran. bahwa setiap anak berhak
sistem pembelajaran yang diterapkan oleh mendapatkan pendidikan dan
pemerintah sesuai yang termaktup di dalam pengajaran dalam pengemabangan
UU yaitu: pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya.

71
(2) Undang-undang No 20 (bab V pasal I dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan
b) tahun 2003 tentang Sistem proses belajar mengajar (PBM) bergantung
Pendidikan Nasional yang pada cara mengajar pendidik. Jika menurut
menyatakan bahwa setiap peserta peserta didik, cara mengajar pendidik
didik pada setiap satuan pendidikan menarik, peserta didik akan tekun, rajin,
berhak mendapatkan pelayanan dan antusias menerima pelajaran yang
pendidikan sesuai dengan bakat, diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi
minat dan kemampuannya. perubahan pada peserta didik baik tutur
Sehingga membutuhkan penyegaran kata, tingkah laku, motorik, dan gaya
dalam menyikapi kurikulum baru tersebut. hidupnya.
Pembelajaran tematik sesungguhnya Pembelajaran merupakan upaya
bukan pembelajaran yang masih asing pengembangan sumber daya manusia
melainkan sudah terealisasikan sejak lama. yang harus dilakukan secara terus-
Hanya saja yang merealisasikan masih menerus selama manusia hidup.
terbatas, seperti kalangan guru-guru TK Pembelajaran adalah proses
dan PAUD. Dengan demikian pembelajaran interaksi peserta didik dengan pendidik dan
tematik merupakan bentuk pengembangan sumber belajar pada suatu lingkungan
metode pembelajaran yang berbasis belajar.
intergratif- interkonektif, pembelajaran Pembelajaran sebagai proses belajar
integratif- interkonektif adalah salah satu yang dibangun oleh guru untuk
teori pembelajaran yang memadukan dan mengembangkan kreativitas berpikir yang
menghubungkan dari berbagai materi atau dapat meningkatkan kemampuan berpikir
permasalah, dari berbagai aspek sehingga siswa, serta dapat meningkatkan
dapat dikemas dalam satu wadah dalam kemampuan mengkonstruksi pengetahuan
bentuk topik materi. baru sebagai upaya meningkatkan
Perlu diketahui bahwa pembelajaran atau penguasaan yang baik terhadap materi
pengajaran merupakan istilah kunci yang pembelajaran. Oleh karena itu,
hampir tidak pernah luput dari pembahasan Pembelajaran adalah kegiatan guru secara
mengenai pendidikan karena hubungan terprogram dalam desain instruksional,
yang erat antara keduanya. Metodologi untuk membuat siswa belajar secara aktif,
pembelajaran atau pengajaran harus

72
yang menekankan pada penyediaan salah satu penghambat bagi guru dalam
sumber belajar. melaksanakan pembelajaran.
Untuk saat ini, tentang kebijakan Dengan demikian penulis sangat
pemerintah dengan meluncurkan model antusias untuk mengkaji lebih lanjut tentang
pembelajaran yang berbeda dari Urgensi Pembelajaran Tematik Terhadap
sebelumnya yaitu penyeragaman model Velues Edication untuk anak MI dan SD.
pembelajaran tematik, maka pembelajaran
yang berbasis integrtif- interkonektif tidak
lagi berhenti di TK atau PAUD/RA saja. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Akan tetapi merambah ke jenjang yang Model pembelajaran tematik pada
lebih tinggi yaitu jenjang SD atau MI, hakikatnya merupakan suatu pendekatan
dengan demikian kemampuan guru harus pembelajaran yang memungkinkan peserta
lebih maksimal dalam mengaplikasikan didik, baik secara individu maupun
pembelajaran tematik tersebut. Karena kelompok aktif mencari, menggali, dan
dalam model pembelajaran tematik ini guru menemukan konsep serta prinsip secara
harus teliti, mampu mengkoneksikan materi holistic dan otentik. Dalam model
yang satu dengan yang lainnya, pemebelajaran temaatik ini yang dilakukan
mengetahui arah dari koneksitas tersebut, adalah mencoba memadukan dan
dan mempermudah proses pembelajaran. mengkoneksikan beberapa pokok bahasan
Pada kenyataan yang ada di lapangan dalam satu tema tertentu. Sehingga sangat
masih sangat banyak guru yang masih diharapkan siswa lebih memiliki kedalaman
bingung dengan model pembelajaran wawasan materi dengan tingkat
tematik. Kebanyakan guru masih kesulitan keterampilan dan pengetahuan yang
dalam hal memahami cara memadukan beragam dan kompleks (multiple
tema yang satu ke tema yang lain. Selain kenowledge) serta tidak terpecah-pecah.
itu dari pihak pemerintah ada Pendidikan di Indonesia sejauh ini
keterlambatan dan kekurangan dalam masih sering dianggap proses uji coba
mengsosialisasikan model pembelajaran yang selalu berubah mengikuti perubahan
tematik tersebut. Pengadaan buku-kubu struktur kabinet, sehingga memunculkan
tematik pun belum merata, sehingga kebijakan-kebijakan yang berbeda-beda
pemerataan buku ajar itu pun merupakan dari para menteri pendidikan. Dalam

73
pendidikan nasional yang berdsarkan terhadap potensi sumberdaya alam
Pancasila dan Undang-Undang 1945 Indonesia.
berfungsi mengembangkan kemampuan Sesuai dengan kurikulum yang
dan membentuk watak serta peradaban disusun oleh BSNP dikutip oleh trianto
bangsa yang bermartabat dalam rangka bahwa kurikulum dikembangkan
mencerdaskan kehidupan bangsa, berdasarkan prinsip-prisip berikut: (1)
bertujuan untuk mengembangkan potensi berpusat pada potensi, perkembangan, dan
peserta didik agar menjadi manusia yang kepentingan peserta didik dan
berkarakter yang meliputi beriman kepada lingkungannya; (2) beragam dan terpadu;
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu
sehat, berilmu, kreatif, mandiri, cerdas, pengetahuan, tekhnologi, dan seni; (4)
mampu bersaing, dan menjadi warga relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5)
Negara yang demokratis serta bertanggung menyeluruh dan berkesinambungan; (6)
jawab. belajar sepanjang hayat. Dari kutipan
Tujuan dari pendidikan nasional tersebut dapat dilihat bahawa kesuksesan
adalah mampu menjamin pemerataan dalam belajar adalah terwujudnya karakter
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu anak serta terbangunnya potensi anak
dan relevansi serta efisiensi manajemen secara alami dan mendasar.
pendidikan. Pemerataan kesempatan Dari pengertian tujuan pendidikan
pendidikan ini diwujudkan dalam program nasional di atas maka dapat diketahui
wajib belajar 9 tahun. Mutu pendidikan bahwa dalam dunia pendidikan tidak boleh
diarahkan untuk meningkatkan kualitas ada unsur pemaksaan, unsur deskriminasi,
manusia Indonesia seutuhnya yaitu melalui unsur penyalahgunaan potensi para
olah batin (aspek transendensi), olah pikir peserta didik, dan unsur – unsur yang
(aspek kognisi), olah rasa (aspek afeksi), mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.
dan olah kinerja (aspek psikomotoris) agar Dengan demikian perlu kita ketahui dengan
memiliki daya saing dalam menghadapi makna kemanusiaan dari aspek pendidikan
tantangan global. Peningkatan disini yang yaitu dengan menerapkan pendidikan nilai.
dimakasud adalah peningkatan kualitas
lulusan yang mampu berdaya saing Pengertian Velue Education

74
Adapun makna pendidikan nilai maka dapat diketahui bahwa menanamkan
menurut Driyarkara yang dikutip oleh Zaim pendidikan nilai dalam dunia pendidikan
Elmubarok adalah bentuk hidup bersama adalah hal yang sangat esensial bagi masa
yang membawa manusia muda ke tingkat depan generasi muda di Negara Indonesia.
manusia purnawan. Jadi, pendidikan harus Ada tiga asumsi dasar Living Values:
dibalik, dari non vitae sed scholae discimus An Educational Program (LVEP) adalah
menjadi non scholae sed vitae discimus sebagai berikut:
kalimat ini adalah dari sebuah kalimat 1. Nilai- nilai universal mengajarkan
dalam bahasa Latin yang artinya kita penghargaan dan kehormatan tiap-tiap
belajar bukan untuk sekolah melaikan manusia Belajar menikmati nilai-nilai
untuk hidup. Ada pendapat lain ini menguatkan kesejahteraan individu
menyebutkan bahwa aktivitas-aktivitas dan masyarakat pada umumnya.
berdasarkan nilai yang ada dalam Living 2. Setiap murid benar-benar
Values: An Educational Program dirancang memprhatikan nilai-nilai dan mampu
untuk memotivasi murid dan mengajak menciptakan dan belajar dengan
mereka untuk memikirkan diri sendiri, orang positif bila diberikan kesempatan.
lain, dunia, dan nilai-nilai dalam cara yang 3. Murid-murid berjuang dalam suasana
saling berkaitan. Kegiatan-kegiatan ini juga berdasarkan nilai dalam lingkungan
bertujuan untuk memperkuat dan yang positif, aman dengan sikap saling
memancing potensi, kreativitas, dan bakat- menghargai dan kasih sayang, dimana
bakat tiap murid. Para murid diajak untuk para murid dianggap mampu belajar
berefleksi, berimajinasi, berdialog, menentukan pilihan-pilihan yang sadar
berkomunikasi, berkreasi, membuat tulisan, lingkungan.
menyatakan diri lewat seni, dan bermain- Selain itu menurut Norman J.Bull sesuai
main dengan nilai-nilai yang diajarkan. dengan perkembangan nilai anak
Latihan-latihan yang ada termasuk mengemukakan bahwa ada empat tahap
membangun keterampiln yang menghargai perkembangan nilai yang dilalui seseorang.
diri sendiri, keterampilan berkomunikasi Pertama, tahap anatomi yaitu tahap nilai
social yang positif, keterampilan berfikir baru merupakan potensi yang siap
kritis, dan menyatakan diri lewat seni dan dikembangkan. Kedua, tahap heteromoni
drama. Apabila kita melihat pengertian itu yaitu tahap nilai berpotensial yagn

75
dikembangkan melalui aturan dan pendekatan sosiologis psikologis, adapun
pendisiplinan. Ketiga, tahap sosionomi, metode yang mendukung yaitu dengan
tahap nilai berkembang di tengah-tengah metode dokumentasi.
teman sebaya dan masyarakat. Keempat,
tahap otonomi yaitu tahap nilai mengisi dan C. Pembahasan
mengendalikan kata hati dan kemauan 1. Urgensi Pembelajaran Tematik
bebasnya tanpa mendapatkan tekanan Sehubungan dengan kewajiban
lingkungan. mengajar, Rasulullah saw.
memperingatkan agar orang yang
Dari teori-teori yang dikutip di atas sudah memiliki ilmu pengetahuan
menjelaskan bahwa sesungguhnya belajar ('âlim, ustaz, guru, dosen, dan lain
itu bukan mencari pengalaman yang sebagainya) agar tidak kikir dalam
sifatnya sementara akan tetapi mencari memberikan ilmunya, apalagi sampai
pengalaman yang sifatnya permanen dan menyembunyikannya. Sehubungan
menjadi tolak ukur perubahan masa depan. dengan ini terdapat hadis antara lain:
Sehingga setiap orang yang melaksanakan َ ‫ع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬
‫ّللا صلى ّللا عليه‬
atau merasakan pembelajaran sudah pasti ‫وسلم‬- ‫َار‬ َ ُ‫َم ْن ُسئِ َل ع َْن ِعلْ ٍم فَ َكتَ َمهُ أَ ْل َج َمه‬
ٍ ‫ّللاُ بِلِ َج ٍام ِم ْن ن‬
akan mempunyai harapan-harapan yang ‫ِِرواه أبو داود وأحم يَوْ َم ْالقِيَا َمة‬
positif untuk mendukung masa depan.
Oleh karena itu setiap pengalaman yang Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
didapatkan pada proses pembelajaran baik Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang ditanya
dari jenjang SD/MI, MTs/SMP, MA/ tentang suatu ilmu, lalu ia
SMA/SMU, atau bahkan yang berada di menyembunyikannya (tidak menjawabnya),
perguruan tinggi, mereka semua Allah akan mengekangnya dengan kekangan
mempunyai harapan yang besar untuk api neraka pada hari kiamat nanti.
merubah masa depan yang lebih Orang yang menyembunyikan ilmu
cemerlang. terutama ilmu syari'at seperti yang
dikemukakan di atas diancam oleh Allah
B. Metodologi Penelitian dengan laknat-Nya dan laknat mahluk-Nya
Dalam penelitian ini metodologi yang sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut:
digunakan yaitu dengan menggunakan

76
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang syari'at (guru agama Islam, guru Al-Qur’an)
Menyembunyikan apa yang telah Kami jangan bersifat bakhil dengan ilmu. Jangan
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang ikut-ikutan seperti pakar teknologi dan ilmu
jelas) dan petunjuk, setelah Kami duniawi lainnya yang meminta bayaran yang
menerangkannya kepada manusia dalam Al mahal baru mau memberikan ilmunya.
Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati Pandanglah honor yang diterima itu sebagai
(pula) oleh semua (mahluk) yangdapat panjar mardhatillah. Yakinlah bahwa pahala
mela'nati. (Q.S: Al-Baqoroh: 159) dari Allah jauh lebih besar dari gaji dan honor
Menurut Fakhr al-Dîn al-Râziy, yang diberikan oleh manusia di dunia.
ketentuan ayat ini berlaku bagi semua yang Penulis mengutip ayat dan hadits di
menyembunyikan agama kendatipun ia turun atas bahwa sejauh ini dengan seiring
dalam kasus orang Yahudi dan Nasrani yang perkembangan tekhnologi dan perkembangan
menyembunyikan isi Taurat ketika ditanya oleh dunia pendidikan itu sendiri, sudah banyak
orang-orang Anshar tentang sifat-sifat Nabi. orang yang melalaikan akan maksud dan
Mereka tidak mau menjawab dan menjelaskan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Sehingga
sifat Nabi yang sudah dijelaskan oleh Allah pemerintah begitu kesulitan dalam
dalam kitab Taurat. mengupayakan terciptanya tujuan pendidikan
M. Quraish Shihab mengemukakan Nasional. Hal ini karena penguasa lapangan
bahwa ayat ini, walaupun turun dalam konteks (para guru) sudah tidak lagi menanamkan jiwa
kecaman terhadap orang-orang Yahudi, kependidikan dengan maksimal, hal ini sering
namun redaksinya yang bersifat umum dipicu oleh penghargaan yang berupa
menjadikannya kecaman terhadap setiap finansial-finansial yang dikucurkan oleh
orang yang menyembunyikan apapun yang pemerintah. Dalam hal ini pemerintah
diperintahkan agama untuk disampaikan, baik bertujuan mengsejahterakan kehidupan para
ajaran agama maupun ilmu pengetahuan atau guru, tapi pada kenyataannya banyak oknum
hak manusia. Memang tidak semua yang kita guru yang menyalah gunakan kebijakan-
ketahui harus disampaikan kepada orang lain kabijakan pemerintah tersebut. Seperti halnya
karena tergantung kepada keadaan dan tidak seharusnya guru menguasai empat
juga semua pertanyaan harus dijawab. kompetensi yang wajib dikuasai oleh guru
Dari analisis di atas perlu diingatkan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
bahwa orang yang memiliki ilmu tentang profesional, kompetensi sosial dan kompetensi

77
kepribadian. Hal ini bukan tidak diketahui oleh 5. Siswa sebagai pelaksana pembelajaran
guru akan tetapi lebih ke ” tidak dipentingkan Dengan sistem pelaksanaan di atas
lagi oleh guru” karena guru sudah merasa pembelajaran tidak lagi berkesan
nyaman oleh tunjangan-tunjangan yang di membosankan dan menakutkan, karena siswa
kucurkan oleh pemerintah. tidak lagi di sajikan tulisan yang berderet dan
Pada kebijakan yang terbaru ini, hanya mampu membaca tetapi masih sulit
pemerintah mencanangkan pembelajaran memahami. Dengan demikian guru akan lebih
dengan model pembelajaran tematik. Pada mudah mengkondisikan kelas, memahami
pembelajaran tematik ini pemerintah berharap karakteristik siswa, memahami gaya beajar
bahwa setiap guru sadar akan pentingnya siswa dan yang paling penting memahami
strategi belajar mengajar dan penguasaan psikologis siswa.
metode dalam pembelajaran. Sehingga dalam
penerapan model pembelajaran tematik ini 2. Prinsip- Prinsip Pembelajaran Nilai
sangat memaksa para guru untuk dapat Pendekatan atau model
menguasai banyak metode pembelajaran guna pembelajaran tradisional cenderung
memudahkan siswa dalam memahami materi- berasumsi bahwa siswa memiliki
materi yang diajarkan. Karena dalam model kebutuhan yang sama, dan belajar
pemebelajaran tematik ini yang lebih dengan cara yang sama pada waktu yang
ditekankan adalah sistem kebersamaan antara sama, dalam ruang kelas yang tenang,
guru dengan siswa, bukan sistem tekanan dengan kegiatan materi pelajaran yang
atau paksaan. Pada model pembelajaran terstruktur secara ketat dan didominasi
tematik sistem pelaksanaannya adalah oleh guru. Padahal, pendekatan atau
sebagai berikut: pembelajaran tradisional rasanya sukar
1. Guru mengajak siswa untuk lebih kreatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Model
2. Guru memberikan pengalaman lansung pembelajaran tradisional yang sekarang
pada siswa pada setiap materi yang banyak diterapkan cenderung kurang
diajarkan memperhatikan kelangsungan
3. Guru selalu sedia media pembelajaran pengalaman siswa yang diperoleh dalam
yang sesuai dengan materi kehidupan keluarganya. Hal seperti ini
4. Guru sebagai pemandu dan pembimbing bertentangan dengan karakter usia
pembelajaran sekolah dasar. Siswa sekolah/MI dasar

78
masih mendambakan berlangsungnya g) Sesuaikan pelajaran dengan taraf
pengalaman di lingkungan keluarga dapat perkembangan kognitif yang masih
dialami pula dilingkungan sekolah. pada taraf operasi konkrit.
Karakteristik siswa-siswi sekolah
Zaim Elmubarok mengutip Martorella
dasar/MI adalah senang melakukan
dalam Djahiri mengemukakan delapan
kegiatan manipulatif, ingin serba kongkrit,
pendekatan dalam pendidikan nilai atau budi
dan terpadu. Menurut Joyce dan Weil,
pekerti, yaitu:
memperhatikan karakteristik siswa seperti
a) Evocation, yaitu pendekatan agar peserta
itu, maka pendekatan atau model
didik diberi kesempatan dan keleluasaan
pembelajaran yang diasumsikan cocok
untuk secara bebas mengekspresikan
bagi siswa sekolah dasar adalah model-
respon afektifnya terhadap stimulus yang
model pembelajaran yang lebih
diterimanya
didasarkan pada interaksi social dan
b) Inculcation, yaitu pendekatan agar
pribadi atau model interaksi dan
peserta didik menerima stimulus yang
transaksi.
diarahkan menuju kondisi siap
Pendekatan pembelajaran yang
c) Moral Reasoning, yaitu pendekatan agar
bisa dikembangkan berdasarkan prinsip-
terjadi transaksi intelektual taksonomik
prinsip tersebut di atas diidentifikasikan
tinggi dalam materi mencari pemecahan
sebagai berikut:
suatu masalah
a) Libatkan siswa secara aktif dalam
d) Value Clarivication, yaitu pendekatan
belajar
melalui stimulus terarah agar siswa diajak
b) Dasarkan pada perbedaan individu
mencari kejelasan isi pesan keharusan
c) Kaitkan teori dengan praktik
nilai moral
d) Kembangkan komunikasi dan kerja
e) Value Analysis, yaitu pendekatan agar
sama dalam belajar
siswa dirangsang untuk melakukan
e) Tingkatkan keberanian siswa dalam
analisis nilai moral
mengambil resiko dan belajar dari
f) Moral Awareness, yaitu pendekatan agar
kesalahan
siswa menerima stimulus dan
f) Tinfkatkan pembelajaran sambil
dibangkitkan kesadarannya akan nilai
berbuat dan bermain
tertentu

79
g) Commitment Aproach, yaitu pendekatan Pengembangan kognitif moral adalah
agar siswa sejak awal diajak menyepakati model yang membantu peserta didik berfikir
adanya suatu pola pikir dalam proses kritis melalui pertentangan dengan cara yang
pendidikan nilai lebih jelas dan menyeluruh melalui tahapan-
h) Union Apruoach, yaitu pendekatan agar tahapan umum dari pertimbangan moral.
peserta didik diarahkan untuk Dari hal ini anak mampu mengetahui sebab
melaksanakan secara riil dalam suatu dan akibat dari setiap tindakan yang
kehidupan. dilakukan, sehingga anak akan mampu
Tekhnik pengungkapan nilai adalah mengapresiasikan pengembangan kognitif
tekhnik yang memandang pendidikan nilai moral pada setiap tingkah laku yang akan di
dalam pengertian promoting self-awarenes lakukan.
and self caring dan bukan mengatasi Tindakan sosial adalah model yang
masalah moral yang membantu bertujuan meningkatkan keefektifan peserta
mengungkapkan moral yang dimiliki peserta didik mengungkap, meneliti, dan
didik tentang hal-hal tertentu. Pendekatannya memecahkan masalah sosial. Menurut Raths
dilakukan dengan cara membantu peserta dikutip oleh Zaim Elmubarok mengatakan
didik menemukan dan menilai atau menguji bahwa terdapat empat hal penting yang perlu
nilai yang mereka miliki untuk mencapai diperhatikan dalam menggunakan model
perasaan diri atau kemampuan diri. pendidikan nilai yaitu berfokus pada
Model analisis adalah model yang kehidupan, penerimaan akan sesuatu,
membantu peserta didik mempelajari memerlukan refleksi lebih lanjut dan harus
pengambilan keputusan melalui proses mengarah pada tujuan. Dari model-model
langkah demi langkah dengan cara yang tersebut melihat pendidikan nilai sebagai
sistematis. Model ini akan memberi makna upaya menumbuhkan kesadaran diri dan
bila dihadapkan pada upaya menangani isu- kepedulian diri, bukan pemecahan.
isu kebijakan yang lebih kompleks. Sehingga Dengan demikian dapat kita ketahui
menumbuhkan karakter kedewasaan pada bahwa begitu pentingnya pendidikan nilai
peserta didik, dimana peserta didik mampu pada anak, karena dunia anak adalah dunia
menganalisis masalah dan menemukan yang penuh dengan manipulatife dan
solusi dari masalah tersebut. pemikiran yang kongkrit. Setia apaun dan
siapaun yang berada dekat dengan anak-

80
anak itu bisa menjadi guru. Sehingga di mereka dengan anak-anak hanya
dalam dunia anak-anak tidak ada kehidupan sebentar. Begit pula kebersamaan anak-
yang membosankan dan keterbatasan, anak dengan para pendidik (guru sekolah,
karena dunia anak itu sangat bebas dan kyai, pengasuh, Pembina dan lainnya) itu
original caracter. hanya sebentar saja dan terbatas oleh
waktu. Sementara itu, nilai yang diajarkan
3. Dampak Value Education terhadap para pendidik perlu ada dukungan yang
Karakteristik Siswa SD/MI maksimal dan sepenuhnya dari para
Ketika pendidikan nilai benar-benar orang tua. Karena apabila pengajaran
diterapkan, maka sudah pasti akan ada nilai hanya berhenti dikelas atau di
perubahan yang lebih positif. Adapun sekolahan saja, maka karakter anak yang
dampak yang akan didapatkan oleh bernilai tidak akan pernah terwujud. Misal:
setiap anak adalah kedamaian. para guru di sekolahan selalu
Kedammaian adalah keadaan damai, mengajarkan pada siswa-siswi untuk
kehidupan dan sebagainya yang aman dapat berbuat jujur dan sopan santun.
dan tentram.1 Akan tetapi untuk Tetapi pada kenyataannya di rumah anak
mendapatkan kedamaian bukan suatu hal sering mendapat perintah “ nak, nanti
yang mudah, karena terwujudnya kalau ada yang datang kerumah nyariin
pendidikan nilai yang paling mendominasi ibu bilang ibu tidak di rumah ya”, (padahal
adalah pola pengajaran pendidikan nilai di ibunya ada di rumah). Kalau hal-hal
dalam keluarga. seperti ini masih sering terjadi, maka
Orang tua sangat mengandalkan, system nilai yang dipupuk di sekolahan
menuntut, dan mengharapkan bahwa tidak akan tumbuh subur atau bahkan
guru sekolah, kiyai, Pembina, pengasuh, susah untuk tumbuh di dalam hati
dan sejenisnya dapat mewakili mereka seorang anak.
dalam mengembangkan nilai moral dan Dengan demikian, orang tua sangat
system nilai pada anak-anaknya. Akan berpotensi untuk mengembangkan
tetapi, masih banyak para orang tua yang potensi moral anak. Konsekuensinya
tidak menyadari bahwa kebersamaan ialah setiap orang tua dalam keluarga
harus mampu menciptakan suasana yang
1
Budiono, kamus lengkap bahasa kondusif dalam mengembankan nilai.
Indonesia, Surabaya: karya agung, hal.130

81
Sehingga anak menuruti apa yang
diperintahkan orang tua atau apa yang D. Kesimpulan Dan Penutup
terjadi di rumah. Setelah itu, para Dari uraian di atas dapat peneliti
pendidik berperan dalam simpulkan bahwa setiap sendi kehidupan
mengembangkan nilai ketika anak mulai pendidikan level SD/MI tidak bisa lepas dari
masuk sekolah, pesantren, bimbel dan dunia anak-anak. Dunia anak-anak yang
lain sebagainya. Oleh karena itu, para dimaksud adalah dunia yang penuh kepolosan
pendidik perlu mengajarkan nilai tidak dan abstrak. Semua prilaku yang dilakukan
cukup dengan cara yang bersifat verbal anak-anak adalah merupakan rekam jejak dari
melainkan yang paling utama dan sebuah pengalaman yang pernah di alami,
berdaya guna adalah melalui baik pengalaman yang ada di dalam keluarga,
keteladanan. lingkungan sekolah, maupun di lingkungan
Dari banyaknya tekhnik-tekhnik masyarakat setempat.
penerapan pendidikan nilai, maka Untuk mewujudkan karakter yang
karakter yang dapat diperoleh oleh anak- bernilai pada anak bukan hal yang mudah,
anak adalah kejujuran, kedamaian, akan tetapi suatu hal yang menantang. Karena
penghargaan, cinta, toleransi, dalam pendidikan nilai (value education) tidak
kerendahan hati, kerja sama, semua orang bisa menerapkan, bahkan
kebahagiaan, tanggung jawab, seorang pendidikpun. Oleh karena itu, peneliti
kesederhanaa, kebebasan, dan sangat mendukung dengan kebijakan
persatuan. Setiap karakter tersebut akan pemerintah yang mencanangkan model
bisa terwujud apabila ada dukungan di pembelajaran tematik yang menekankan pada
setiap sudut kehidupan anak-anak, selain pembentukan karakter anak. Karena apabila
itu, dibutuhkan akan adanya pembiasaan, setiap anak mendapatkan pendidikan nilai
pengarahan dan bimbingan yang tidak dengan baik, maka anak tersebut dapat
terbatas oleh waktu dan tempat. Karena menemukan makna hidup, pentingnya belajar,
dunia anak-anak saat ini sudah tercemari dan pentingnya masa depan. Sehingga tidak
oleh dunia kriminalitas yang tinggi. Hal itu akan terjadi kriminalitas pada anak.
sering disebabkan oleh kelalaian semua
pihak, baik pihak sekolah maupun pihak
keluarga.

82
DAFTAR PUSTAKA

Abu 'Abdillah Muhammad ibn 'Umar ibn al-Hasan ibn al-Husayn al-Tamimiy al-Razi alias Fakhr al-Dîn
al-Râziy, Mafâtîh al-Ghayb, dalam al-Maktabah al-Syâmilah.
B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang kreatif dan efektif,
Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Budiono, kamus lengkap bahasa Indonesia, Surabaya: karya agung, 2005.
Diane Tillman, Living Velues Actiivties For Young Adults(Pendidikan Nilai Untuk Kaum Dewasa-Muda),
Jakarta: PT.Gramedia Widisarana Indonesia, 2004
Mulyasa .E., Menjadi Dosen Profesional (Menciptakan Pembelajaran Yang Kreatif dan
Menyenangkan), Bandung: PT Rosdakarya, 2005.
Marno & Idris, Strategi & Metode Pengajaran (menciptakan keterampilan mengajar yang efektif dan
edukatif),Jogjakarta: Arruz Media: 2010
Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Shahih Sunan Abu Daud, Pustaka Azzam
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Jakarta: Lentara Hati,
1421/2000
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, Dan Implementasinya Dalam KTSP), Jakarta:
Bumi Aksara, 2010
Undang-Uundang Sistem Pendidikan Nasional, No.20 Tahun 2003
Zaim Elmubarok,Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2007

Anis Baswedan, menteri baru kurikulum baru (Metro TV Dalam Acara Sentilan Sentilun), pada hari
senin jam 22.30

71

Anda mungkin juga menyukai