Anda di halaman 1dari 123

MODUL 3

PENDALAMAN MATERI (CETAK)


:
PROFESI
ONAL
MATEMATI
KA PGMI

BILANGAN DAN
ALJABAR
GEOM
ETRI

MATEMATI
KA
STATISTIKA
LOG Dr. Imam Rofiki, M.Pd

IKA
Dr. Marhayati, M.PMat
Wahyu Henky Irawan, M.Pd
Muhammad Islahul Mukmin, M.Si, M.Pd
Dimas Femy Sasongko, M.Pd
Intan Nisfulaila, M.Si
Siti Faridah, M.Pd

2018
PENDIDIKAN PROFESI
GURU
KEMENTERIAN
AGAMA RI
No. Kode: …../PROFESIONAL/005/2018

PENDALAMAN MATERI

PROFESIONAL:
MATEMATIKA PGMI

Penulis
Dr. Imam Rofiki, M.Pd
Dr. Marhayati,
M.P.Mat
Wahyu Henky Irawan, M.Pd
Muhammad Islahul Mukmin, M.Si, M.Pd
Dimas Femy Sasongko, M.Pd
Intan Nisfulaila, M.Si
Siti Faridah, M.Pd

PPG DALAM JABATAN


KEMENTERIAN AGAMA

2018

Hak cipta @ Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Kemenag RI, 2018

ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1. Rasional dan Deskripsi Singkat


2. Relevansi
3. Petunjuk Belajar

KEGIATAN BELAJAR 1

Bilangan dan Aljabar

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


2. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
3. Pokok-pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif

iii
KEGIATAN BELAJAR 2

Geometri

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


2. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
3. Pokok-pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif

KEGIATAN BELAJAR 3

Statistika

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


2. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
3. Pokok-pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif
KEGIATAN BELAJAR 4

Logika

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


2. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
3. Pokok-pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif

Tugas Akhir

Tes Sumatif

Daftar Pustaka

Glosarium
Pendahuluan Rasional dan Deskripsi Singkat, Relevansi dan Petunjuk Belajar

Pendahuluan
Rasional dan Deskripsi Singkat

M odul ini merupakan pendalaman materi Matematika untuk


Pendidikan Profesi Guru PGMI bidang Profesional. Semua objek
matematika adalah abstrak. Oleh karena itu, pendidik dapat
membelajarkan materi matematika sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif dan belajar siswa MI. Pendidik dan peserta didik seharusnya
dapat merasakan kegunaan belajar matematika. Pendidik dapat memulai
proses belajar dengan memberikan kesempatan siswa untuk
memanipulasi benda-benda konkret dan menggunakan media/alat peraga.
Dalam membelajarkan materi baru, pendidik dapat mengaitkan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sehingga pembelajaran menjadi
bermakna. Selain itu, pendidik juga harus menguasai materi yang
dibelajarkan. Untuk itu, modul ini disusun dalam rangka menyiapkan
materi matematika sebagai modal pengetahuan pendidik agar berhasil
dalam proses pembelajaran. Materi yang harus dikuasai dalam modul ini
terbagi dalam 4 Kegiatan Belajar (KB), yaitu:
• Kegiatan Belajar 1: Bilangan dan Aljabar
• Kegiatan Belajar 2: Geometri
• Kegiatan Belajar 3: Statistika
• Kegiatan Belajar 4: Logika

Relevansi

Modul Matematika PGMI ini disusun dengan mempertimbangkan


aspek kompetensi bidang. Materi dalam modul ini memiliki cakupan cukup
luas yang meliputi bilangan, aljabar, geometri, statistika, dan logika.
Melalui pembahasan secara integratif, guru MI diharapkan dapat
memahami materi matematika secara baik untuk dapat dibelajarkan
secara bermakna kepada peserta didik. Dalam melaksanakan
pembelajaran matematika, pendekatan konstruktivisme dapat diterapkan.

1
Petunjuk Belajar

Proses pembelajaran PPG 2018 pada modul Pendalaman Materi


Profesional Matematika yang sedang Bapak/Ibu ikuti sekarang ini dapat
berjalan dengan lancar bila Bapak/Ibu mengikuti langkah-langkah belajar
sebagai berikut.
1. Pelajari Kegiatan Belajar dalam modul ini secara urut mulai dari
Kegiatan Belajar 1 sampai Kegiatan Belajar 4.
2. Pahami dan lakukan kajian materi pembelajaran pada setiap Kegiatan
Belajar secara mendalam.
3. Cermati setiap capaian pembelajaran, subcapaian pembelajaran, dan
materi pokok pada setiap kegiatan belajar.
4. Pelajari uraian materi dalam kegiatan belajar dengan cermat dan teliti.
5. Agar lebih jelas memahami istilah-istilah yang ada pada modul ini,
Anda dapat membaca arti istilah tersebut pada glosarium.
6. Carilah bahan kajian lain yang sesuai dengan materi yang sedang
Anda pelajari.
7. Kerjakan tugas dan tes formatif yang ada pada setiap kegiatan belajar
8. Apabila semua tugas dan tes formatif sudah dikerjakan, jawablah
soal- soal tes sumatif.
9. Jawaban Anda bisa dicek pada Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tes
Sumatif.
10. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda mengerjakan latihan. Untuk
itu, Anda sebaiknya berlatih secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat.
11. Bila Bapak/Ibu menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur
pembimbing atau fasilitator yang mengajar.

Bapak/Ibu peserta PPG 2018, selamat mempelajari modul ini.


Semoga Bapak/Ibu sukses memahami materi pendalaman profesional
Matematika ini sehingga dapat menjadi bekal bertugas guru MI dengan
baik.
Kegitan Belajar 1 Bilangan dan Aljabar

CAPAiAN PemBELAJARan
KEGIATAN BELAJAR 1

Mampu memahami konsep bilangan dan aljabar yang meliputi


himpunan, fungsi, fungsi linier, persamaan linier, sistem persamaan
linier dua variabel, persamaaan kuadrat, pertidaksamaan linier, dan
pertidaksamaan kuadrat
Sub-CAPAIAN PEMBELAJAran
KEGIATAN BELAJAR 1
1. Menentukan jenis-jenis bilangan
2. Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor
Persekutuan Terbesar (FPB) dari beberapa bilangan
3. Konsep himpunan
a. Menjelaskan definisi himpunan
b. Menjelaskan definisi himpunan kosong
c. Menjelaskan operasi pada himpunan
4. Konsep fungsi
a. Menjelaskan definisi fungsi
b. Menjelaskan beberapa macam fungsi
5. Menjelaskan konsep fungsi linier
6. Menjelaskan konsep persamaan linier
7. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua
variabel
8. Menentukan himpunan penyelesaian persamaan kuadrat
9. Menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linier
10. Menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat
Pokok
MATERi KEGIATAN BELAJAR 1
1. Bilangan
2. Aljabar
a. Himpunan
b. Fungsi
c. Fungsi linier
d. Persamaan linier
e. Sistem persamaan linier dua variabel
f. Persamaaan kuadrat
g. Pertidaksamaan linier
h. Pertidaksamaan kuadrat
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 1

A. Bilangan
Bilangan termasuk objek matematika yang digunakan untuk perhitungan,
pengukuran, dan pelabelan. Bilangan merupakan istilah yang tidak
didefinisikan (undefined term). Simbol atau lambang yang digunakan
untuk mewakili suatu bilangan disebut angka. Contoh angka (digit) adalah
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam operasi hitung
pada bilangan:
1. Penjumlahan dan pengurangan berada pada tingkat yang sama.
2. Perkalian dan pembagian berada pada tingkat yang sama.
3. Operasi perkalian dan pembagian lebih tinggi tingkatannya
daripada operasi penjumlahan dan pengurangan sehingga harus
dikerjakan terlebih dahulu.
4. Apabila terdapat operasi hitung campuran setingkat, maka yang
harus dikerjakan terlebih dahulu adalah yang terletak sebelah kiri.
5. Apabila dalam operasi hitung campuran terdapat tanda kurung,
maka yang terlebih dahulu dikerjakan adalah operasi hitung yang
terletak pada tanda kurung.

Contoh:
9: 3 + 8 × 5 − 6: (2 + 1) = 9: 3 + 8 × 5 − 6: 3
= 3 + 40 − 2
= 41
Bilangan terkecil yang merupakan kelipatan dari beberapa bilangan
disebut Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK).
Bilangan terbesar pada faktor persekutuan beberapa bilangan disebut
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB).

Contoh: Tentukan FPB dan KPK dari 18 dan 24!


Penyelesaian:
Faktor-faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, 18.
Faktor-faktor dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24.
Faktor-faktor persekutuan dari 18 dan 24 adalah 1, 2, 3, 6.
Dengan demikian, FPB dari 18 dan 24 adalah 6.

Kelipatan 18 adalah 18, 36, 54, 72, 90, 108, 126, 144, 162, 180, …
Kelipatan 24 adalah 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168, 192, …
Kelipatan persekutuan dari 18 dan 24 adalah 72, 144, 216, …
Dengan demikian, KPK dari 18 dan 24 adalah 72.

B. Aljabar
1. HIMPUNAN
Definisi: Suatu himpunan adalah suatu kumpulan objek yang
terdefinisi dengan baik.

Dari definisi di atas, hal yang perlu ditekankan adalah kata-kata


terdefinisi dengan baik. Maksud dari kata-kata tersebut adalah
bahwa ketika kita akan menentukan apakah suatu kumpulan objek
disebut himpunan atau tidak, dapat terlihat dengan mudah bahwa
anggota-anggotanya (disebut juga elemen atau unsur) termasuk
dalam himpunan itu atau tidak.
Untuk penulisan himpunan itu sendiri sebenarnya ada beberapa
metode untuk menuliskannya. Namun, dalam modul ini hanya akan
memakai metode mendaftar semua anggotanya di antara dua tanda
kurung kurawal dan masing-masing anggotanya dipisahkan oleh tanda
koma. Untuk penamaan himpunan biasanya digunakan huruf besar
(huruf kapital) sedangkan untuk penamaan anggotanya digunakan
huruf kecil. Misalnya jika 𝑥 adalah anggota dari himpunan 𝑋, maka kita
tuliskan sebagai 𝑥 ∈ 𝑋. Namun jika 𝑥 bukan anggota dari himpunan 𝑋,
maka kita tuliskan sebagai 𝑥 ∉ 𝑋.
Contoh:

1) Suatu himpunan yang memuat bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6


dituliskan sebagai {1,2,3,4,5,6}.

2) Himpunan {1,6, {mawar}, {3,4,5}} terdiri dari empat anggota, yaitu


bilangan 1, bilangan 6, {mawar}, dan {3,4,5}.

Dalam hal contoh himpunan bilangan, berikut akan diberikan


beberapa contoh himpunan bilangan yang sering digunakan.
1) Himpunan bilangan asli, ℕ = {1,2,3, 4 … }
2) Himpunan bilangan cacah ditulis {0,1,2,3,4 … }
3) Himpunan bilangan bulat, ℤ = {… , −3, −2, −1,0,1,2,3, … }
4) Himpunan bilangan rasional (ℚ) adalah himpunan semua bilangan
yang berbentuk 𝑝 dengan 𝑝 dan 𝑞 adalah bilangan bulat, serta 𝑞 ≠
𝑞
0. Contoh bilangan rasional, yaitu 1 , 3, dan 26. 2,75 juga termasuk
2 7
bilangan rasional. Contoh lainnya, yaitu bilangan desimal berulang
seperti 2,3535353535… .
5) Himpunan bilangan irasional adalah himpunan bilangan bukan
rasional. Contohnya, √3 dan π.
6) Himpunan bilangan real (ℝ) merupakan gabungan dari himpunan
bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional. Suatu bilangan
rasional dapat direpresentasikan ke dalam bilangan desimal di
mana pola bilangan di belakang koma berulang mengikuti suatu
pola, sedangkan bilangan irasional tidaklah demikian.
7) Himpunan bilangan kompleks, ℂ = {𝑧 = 𝑎 + 𝑏𝑖 | 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ} dengan
𝑖 = √−1.

Selain contoh himpunan di atas, dikenal pula himpunan kosong


(empty set) yang didefinisikan sebagai berikut.
Definisi: Suatu himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut
himpunan kosong dan dinotasikan dengan ∅ atau {}.

Untuk memperjelas pemahaman kita mengenai himpunan kosong ada


baiknya kita pahami penjelasan berikut.
{∅} adalah himpunan yang memuat himpunan kosong. Himpunan ini
hanya mempunyai satu anggota. Perhatikan bahwa kita boleh
menuliskan ∅ ∈ {∅}, namun tidak benar bahwa ∅ ∈ ∅.

Selanjutnya, kita akan belajar mengenai relasi dua himpunan dan


belajar mengenai kardinalitas (banyaknya anggota) suatu himpunan.
Definisi: Dua himpunan dikatakan sama jika keduanya memiliki
anggota-anggota yang sama. Jika himpunan 𝑋 sama dengan
himpunan 𝑌, maka kita tuliskan 𝑋 = 𝑌. Jika kedua himpunan tersebut
tidak sama, maka dituliskan 𝑋 ≠ 𝑌.

Sebagai ilustrasi, perhatikan contoh berikut.


1) Himpunan {5,7,8} sama dengan himpunan {7,8,5}.
2) Himpunan ℝ tidak sama dengan himpunan ℕ, yakni ℝ ≠ ℕ.

Definisi: Jika himpunan 𝑋 memiliki anggota yang berhingga


banyaknya, maka dikatakan bahwa 𝑋 adalah himpunan hingga. Jika
𝑋 himpunan hingga, maka banyaknya anggotanya disebut sebagai
kardinalitas dari 𝑿 dan dinotasikan dengan |𝑋|.

Sebagai contoh, himpunan {2, 3, 5, 7} memiliki kardinalitas 4. Jadi,


|𝑋| = 4.
Selanjutnya kita akan membahas dua relasi yang penting antardua
himpunan, yakni subset dan proper subset.
Definisi: Misalkan 𝑋 suatu himpunan. Suatu himpunan 𝑌 dikatakan
himpunan bagian (subset) dari 𝑋 jika setiap anggota dari 𝑌 adalah
anggota dari 𝑋 dan dinotasikan sebagai 𝑌 ⊆ 𝑋. Suatu subset 𝑌 dari 𝑋
dikatakan proper subset dari 𝑋 jika 𝑌 ≠ 𝑋 dan dinotasikan sebagai
𝑌 ⊂ 𝑋.

Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai subset dan proper


subset, marilah kita pahami contoh berikut.
1) Himpunan 𝑌 = {1, 2, 3} adalah subset dari himpunan 𝑋 =
{1,2,3, {3,4}}, namun himpunan {1,2,3} bukan subset dari himpunan
{2,3,4} atau {2,3}.
2) Himpunan {1,2,5} adalah proper subset dari {−6,0,1,2,3,5}. Namun
untuk sebarang himpunan 𝑋, himpunan bagian 𝑋 bukanlah proper
subset dari 𝑋

Selanjutnya untuk pembahasan operasi pada himpunan, pada modul


ini dibatasi pada operasi gabungan (union), irisan (intersection), selisih
(difference), komplemen (complement), dan perkalian.
Definisi: Misalkan 𝑋 dan 𝑌 adalah himpunan.

1) Gabungan dari 𝑋dan 𝑌, dinotasikan 𝑋 ∪ 𝑌, adalah suatu himpunan


yang terdiri dari anggota-anggota di 𝑋 atau di 𝑌, atau di keduanya,
yakni 𝑋 ∪ 𝑌 = {𝑥 | 𝑥 ∈ 𝑋 atau 𝑦 ∈ 𝑌}.

2) Irisan dari 𝑋 dan 𝑌, dinotasikan 𝑋 ∩ 𝑌, adalah suatu himpunan yang


terdiri dari anggota-anggota 𝑋 dan anggota-anggota 𝑌, yakni 𝑋 ∩
𝑌 = {𝑥 | 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑦 ∈ 𝑌}.
3) Selisih dari 𝑋 dan 𝑌, dinotasikan 𝑋\𝑌, adalah himpunan unsur-unsur
(anggota) yang berada di 𝑋 namun tidak berada di 𝑌. Dengan kata
lain kita membuang unsur-unsur 𝑌 yang berada di 𝑋. Jika 𝑌 subset
dari 𝑋, maka 𝑋\𝑌 disebut juga sebagai komplemen dari 𝑌 di 𝑋 dan
dinotasikan sebagai 𝑌 𝑐 .

4) Perkalian dari 𝑋 dan 𝑌, dinotasikan 𝑋 × 𝑌, adalah himpunan semua


pasangan (𝑥, 𝑦) yang mungkin di mana 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑦 ∈ 𝑌, yakni
𝑋 × 𝑌 = {(𝑥, 𝑦)| 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑦 ∈ 𝑌}.

Selanjutnya, untuk memperdalam pemahaman kita mengenai


gabungan, irisan, subset, proper subset, selisih, komplemen, dan
perkalian pada himpunan, perhatikan contoh-contoh berikut.
Misalkan 𝑆 = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}, 𝐴 = {1,2,6}, dan 𝐵 = {2,3,7}. Maka
1) Gabungan dari 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝐴 ∪ 𝐵 = {1,2,3,6,7},
2) Irisan dari 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝐴 ∩ 𝐵 = {2},
3) Selisih dari 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝐴\𝐵 = {1,6},
4) Komplemen dari 𝐴 adalah 𝐴𝑐 = {3,4,5,7,8,9,10},
5) Perkalian dari 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝐴 × 𝐵 =
{(1,2), (1,3), (1,7), (2,2), (2,3), (2,7), (6,2), (6,3), (6,7)}.

2. FUNGSI
Setelah Anda mempelajari materi konsep dasar himpunan, maka
selanjutnya muncul pertanyaan: “Jika kita mempunyai dua himpunan
tak kosong, dapatkah kita mendefinisikan relasi antar keduanya?”.
Jawabannya adalah dapat. Perhatikan dan pahami dengan saksama
definisi fungsi atau pemetaan berikut.
Definisi: Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan. Sebuah fungsi atau
pemetaan dari 𝐴 ke B adalah suatu hubungan (asosiasi) antar anggota
dari dua himpunan tersebut. Lebih tepatnya yaitu untuk setiap anggota
dari 𝐴 terdapat tepat satu anggota dari 𝐵.

Jika 𝑓 suatu fungsi dari 𝐴 ke B, maka dapat dituliskan 𝑓: 𝐴 → 𝐵.


Himpunan 𝐴 disebut sebagai domain dari 𝑓 sedangkan himpunan 𝐵
disebut sebagai kodomain dari 𝑓.

Untuk memberikan gambaran penjelasan di atas, ada baiknya kita


pelajari contoh berikut dengan saksama.
1) Misalkan 𝑓: ℤ → ℤ didefinisikan oleh 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 untuk setiap 𝑥 ∈ ℤ.
Perhatikan bahwa ada anggota dari kodomain yang tidak
mempunyai pasangan dari domain.
2) Kardinalitas dari suatu himpunan adalah suatu fungsi pada
himpunan dari himpunan hingga. Yakni, | |: {Himpunan Hingga} →
{0} ∪ ℕ. Perhatikan bahwa kita memerlukan angka 0 pada
kodomain karena himpunan kosong juga merupakan anggota
domain.
1
3) Bentuk 𝑓(𝑥) =
(𝑥−1) tidak mendefinisikan suatu fungsi dari ℝ ke ℝ
karena 𝑓 tidak terdefinisi untuk 𝑥 = 1.
Selanjutnya, apabila ditanyakan apakah domain alami itu? Domain
alami adalah domain terbesar yang membuat suatu fungsi menjadi
terdefinisi. Perhatikan contoh 3) di atas. Agar 𝑓 merupakan suatu
fungsi, maka harus ada pembatasan (restriksi) pada domain, yakni
ℝ diretsriksi menjadi 𝑋 = {𝑥 ∈ ℝ | 𝑥 ≠ 1}.

A. Beberapa Macam Fungsi


1. Fungsi Konstan
Definisi:
Misal 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah suatu fungsi
dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵 atau 𝑓: 𝐴 → 𝐵. Jika setiap anggota
himpunan 𝐴 dipasangkan pada hanya satu anggota himpunan 𝐵,
dengan kata lain range mempunyai satu anggota atau 𝑅𝑓 = {𝑐} dengan
𝑐 ∈ 𝐵, dengan kata lain 𝑓(𝑥) = 𝑐, ∀𝑥 ∈ 𝐴 maka fungsi 𝑓 disebut fungsi
konstan.

2. Fungsi Identitas
Definisi:
Misalkan 𝐴 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah fungsi dari
himpunan 𝐴 ke 𝐴 atau 𝑓: 𝐴 → 𝐴. Jika setiap anggota himpunan 𝐴
dipasangkan oleh 𝑓 kepada dirinya sendiri, dengan kata lain 𝑓(𝑥) = 𝑥,
∀𝑥 ∈ 𝐴, maka fungsi 𝑓 disebut fungsi identitas.

3. Fungsi Surjektif (kepada atau onto)


Definisi:
Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah suatu
fungsi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan sebagai
fungsi surjektif apabila untuk setiap 𝑦 anggota himpunan 𝐵 ada 𝑥
anggota himpunan 𝐴 sehingga 𝑦 merupakan bayangan dari 𝑥. Dengan
kata lain, ∀𝑦 ∈ 𝐵, ∃𝑥 ∈ 𝐴 ∋ 𝑦 = 𝑓(𝑥).

fungsi surjektif bukan fungsi surjektif


4. Fungsi Injektif (satu-satu)
Definisi:
Misal 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah suatu fungsi
dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan fungsi injektif jika
∀𝑥1, 𝑥2 ∈ 𝐴 dengan 𝑥1 ≠ 𝑥2, maka 𝑓(𝑥1) ≠ 𝑓(𝑥2). Dengan kata lain,
∀𝑥1, 𝑥2 ∈ 𝐴 dengan 𝑓(𝑥1) = 𝑓(𝑥2) maka 𝑥1 = 𝑥2.

fungsi injektif fungsi injektif bukan fungsi injektif

5. Fungsi Bijektif (satu-satu dan onto)


Definisi:
Misal 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah suatu fungsi
dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan fungsi bijektif jika
𝑓 adalah fungsi surjektif dan injektif.

fungsi bijektif bukan fungsi bijektif


B. Kesamaan Dua Fungsi
Definisi:
Misal 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi
dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵. Fungsi 𝑓 dan 𝑔 dikatakan sama jika
𝐷𝑓 = 𝐷𝑔 dan 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 dalam domain persekutuan.

C. Komposisi Fungsi
Definisi:
Misalkan 𝐴, 𝐵 dan 𝐶 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dan
𝑔: 𝐵 → 𝐶. Jika 𝑎 ∈ 𝐴, maka bayangan 𝑎 oleh 𝑓 dapat ditulis sebagai
𝑓(𝑎) = 𝑏 ∈ 𝐵. Selanjutnya untuk setiap 𝑏 ∈ 𝐵 atau 𝑓(𝑎) ∈ 𝐵, bayang 𝑏
oleh 𝑔 ditulis sebagai 𝑔(𝑏) = 𝑐 ∈ 𝐶 atau 𝑔(𝑓(𝑎)) = 𝑐 ∈ 𝐶.

3. FUNGSI LINIER
Definisi:
Suatu fungsi 𝑓(𝑥) disebut fungsi linier apabila fungsi itu ditentukan oleh
𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏, di mana 𝑎 ≠ 0, 𝑎 dan 𝑏 bilangan konstan dan grafiknya
berupa garis lurus.

Contoh:
Jika diketahui 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3, gambarlah grafiknya.
Penyelesaian:

Untuk 𝑥 = 0 ⟶ 𝑓(𝑥) = 𝑦 = 3.
1
Untuk 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 0 ⟶ 𝑥 = −1 .
2

grafik fungsi linier 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3

Contoh:
Suatu fungsi dinyatakan dengan 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏. Jika nilai dari 𝑓(4) =
11 dan 𝑓(6) = 15, maka tentukan fungsi tersebut.
Penyelesaian:
𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑓(4) = 4𝑎 + 𝑏 = 11 … (1)
𝑓(6) = 6𝑎 + 𝑏 = 15 … (2)
Dengan metode eliminasi dan substitusi diperoleh 𝑎 = 2 dan 𝑏 = 3.
Sehingga rumus fungsinya adalah 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3.
4. PERSAMAAN LINIER
- Persamaan linier satu
variabel Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏 = 0; 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0

Contoh:
−4𝑥 + 8 = 0.
- Persamaan linier dua
variabel Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0, 𝑏 ≠ 0

Contoh:
6𝑥 − 3𝑦 = 9 merupakan persamaan linier dua variabel dengan
variabel 𝑥 dan variabel 𝑦.

Contoh:
𝑥+1
Tentukan himpunan penyelesaian persamaan linier 2𝑥−1
= .
5 2
Penyelesaian:

5. SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA


VARIABEL Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 0
𝑝𝑥 + 𝑞𝑦 = 0

Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut:
3𝑥 − 𝑦 = 5
{2𝑥 + 𝑦 = 10 dengan cara gabungan antara eliminasi dan substitusi
Penyelesaian:

Jadi, 𝐻𝑃 = {(3,4)}

6. PERSAMAAN KUADRAT
Bentuk umum:
𝑎𝑥2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ; 𝑎 ≠ 0

Penyelesaian persamaan kuadrat


a. Memfaktorkan
Contoh:
Selesaikan 𝑥2 − 5𝑥 + 6 = 0.
Penyelesaian:
𝑥2 − 5𝑥 + 6 = 0
↔ (𝑥 − 3)(𝑥 − 2) = 0
↔ 𝑥 − 3 = 0 atau 𝑥 − 2 = 0
𝑥 = 3 atau 𝑥 = 2
Jadi, 𝐻𝑃 = {2,3}
b. Melengkapkan Kuadrat Sempurna
Contoh:
Selesaikan 𝑥2 + 10𝑥 + 21 = 0.
Penyelesaian:
Jadi, 𝐻𝑃 = {−3, −7}
c. Dengan Rumus ABC

−𝑏 ± √𝑏2 − 4𝑎𝑐
𝑥1,2 =
2𝑎
Contoh:
Selesaikan 𝑥2 + 6𝑥 − 16 = 0.
Penyelesaian:
𝑎 = 1, 𝑏 = 6, 𝑐 = −16
𝑥1,2
−6±√62−4(1)(−16)
= 2(1)

−6±√100
= 2
−6±10
= 2

𝑥1 −6+10
4
= 2 atau 𝑥 2= −6−10
−16
= −8
= 2 =2 2 = 2
Jadi, 𝐻𝑃 = {2, −8}

7. PERTIDAKSAMAAN LINIER
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏(𝑅)0; 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0
(𝑅) = salah satu relasi pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥)

Sifat-sifat pertidaksamaan
a. Arah tanda pertidaksamaan tetap jika ruas kiri dan ruas kanan
pertidaksamaan ditambah, dikurangi, dikalikan, atau dibagi dengan
bilangan positif yang sama.
b. Arah tanda pertidaksamaan berubah jika ruas kiri dan kanan
dikalikan atau dibagi dengan bilangan negatif yang sama.
1) 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0 → 𝑎𝑐 < 𝑏𝑐
𝑎 𝑏
2) 𝑎 > 𝑏 dan 𝑑 < 0 → <
𝑑 𝑑

Selang (interval)
Selang adalah himpunan bagian dari bilangan real yang mempunyai
sifat relasi tertentu. Jika batas-batasnya merupakan bilangan real
maka dinamakan selang hingga. Jika bukan bilangan real maka
dinamakan selang tak hingga (). Lambang  menyatakan membesar
tanpa batas dan lambang - menyatakan mengecil tanpa batas.
Contoh dari bermacam-macam selang dapat dilihat pada tabel berikut.

Notasi Definisi Grafik Keterangan

(a,b) x a  x  b  a b
( ) Selang terbuka
a b
[a,b] x a  x  b  ]
Selang tertutup
[
a b Selang
[a,b) x a  x  b  ) setengah
[ terbuka
a b Selang
(a,b] x a  x  b  ] setengah
( terbuka
a
(a, ) x x  a Selang terbuka
(
a
[a, ) x x  a Selang tertutup
[
b
(, b)
x x  b
) Selang terbuka
b
x x  b ] Selang tertutup
(, b]

ℝ Selang terbuka
(, )

Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari 6𝑥 + 4 ≥ 4𝑥 + 20, 𝑥 ∈ ℝ.
Penyelesaian:
6𝑥 + 4 ≥ 4𝑥 + 20

Jadi, 𝐻𝑃 = {𝑥|𝑥 ≥ 8, 𝑥 ∈ ℝ}.

8. PERTIDAKSAMAAN KUADRAT
Bentuk umum:
𝑎𝑥2 + 𝑏𝑥 + 𝑐(𝑅)0; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ; 𝑎 ≠ 0
(𝑅) = salah satu relasi pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥)

Langkah-langkah menentukan himpunan penyelesaian suatu


pertidaksamaan kuadrat adalah sebagai berikut:
(i) Ubah bentuk pertidaksamaan ke dalam bentuk umum
(ii) Tentukan pembuat nol pada ruas kiri
(iii) Letakkan pembuat nol pada garis bilangan
(iv) Substitusi sembarang bilangan pada pertidaksamaan kecuali
pembuat nol. Jika benar, maka daerah yang memuat bilangan
tersebut merupakan daerah penyelesaian.

Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari 𝑥2 + 6𝑥 + 8 ≥ 0 untuk 𝑥 ∈ ℝ.
Penyelesaian:
Jadi, 𝐻𝑃 = {𝑥|𝑥 ≤ −4 atau 𝑥 ≥ −2}
Rangkuman
KEGIATAN BELAJAR 1

1. Terdapat beragam jenis bilangan, yaitu bilangan asli, bilangan cacah,


bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan irasional, bilangan real, dan
bilangan kompleks. Ada juga bilangan pecahan, bilangan desimal,
bilangan prima, dan bilangan komposit.
2. Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan. Sebuah fungsi atau pemetaan
dari 𝐴 ke B adalah suatu hubungan (asosiasi) antar anggota dari dua
himpunan tersebut. Lebih tepatnya yaitu untuk setiap anggota dari 𝐴
terdapat tepat satu anggota dari 𝐵. Jika 𝑓 suatu fungsi dari 𝐴 ke B,
maka dapat dituliskan 𝑓: 𝐴 → 𝐵. Himpunan 𝐴 disebut sebagai domain
dari 𝑓 sedangkan himpunan 𝐵 disebut sebagai kodomain dari 𝑓.
3. Suatu fungsi 𝑓(𝑥) disebut fungsi linier apabila fungsi itu ditentukan
oleh 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏, dimana 𝑎 ≠ 0, 𝑎 dan 𝑏 bilangan konstan dan
grafiknya berupa garis lurus.
4. Persaman adalah kalimat terbuka yang mengandung hubungan
(relasi) sama dengan. Sedangkan persamaan linier adalah suatu
persamaan yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah satu atau
berderajat satu. Bentuk umum: 𝑎𝑥 + 𝑏 = 0; 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0.
5. Bentuk umum sistem persamaan linier dua variabel: 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 0
𝑝𝑥 + 𝑞𝑦 = 0
6. Bentuk umum persamaan kuadrat: 𝑎𝑥2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ; 𝑎 ≠ 0.
Untuk mencari penyelesaian persamaan kuadrat bisa dengan cara
memfaktorkan, melengkapkan kuadrat sempurna, dan rumus ABC.
7. Bentuk umum pertidaksamaan linier: 𝑎𝑥 + 𝑏(𝑅)0; 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0
dengan (𝑅) = salah satu relasi pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥)
8. Bentuk umum pertidaksamaan kuadrat: 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐(𝑅)0; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈
ℝ; 𝑎 ≠ 0 dengan (𝑅) = salah satu relasi pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥)
Tugas
KEGIATAN BELAJAR 1

1. Perhatikan himpunan A, B, dan C dalam diagram Venn berikut!

Diberikan 𝑆 = 𝐴  𝐵  𝐶, dan 𝑛(𝑆) = 34, hitunglah:


a. nilai 𝑥
b. 𝑛(𝐴  𝐵  𝐶)
2. Tentukan akar-akar persamaan kuadrat 3𝑥2 − 5𝑥 + 2 = 0!
3. Penyelesaian sistem persamaan 2x + 4y + 2 = 0 dan 3x – y – 11 = 0
adalah x1 dan y1. Tentukan nilai 5x1 + 2y1!
4. Jumlah dan selisih dua buah bilangan masing-masing 12 dan
4. Tentukan selisih kuadrat kedua bilangan itu!
2
5. Tentukan penyelesaian persamaan 1 (3𝑥 − 6) = (2𝑥 − 3)!
2 3
Tes Formatif
KEGIATAN BELAJAR 1

1. Dari kumpulan-kumpulan berikut ini yang merupakan himpunan


adalah ... .
A. Kumpulan siswa pendek
B. Kumpulan bilangan cacah antara 2 dan 10
C. Kumpulan wanita berbadan kurus
D. Kumpulan bilangan kecil
E. Kumpulan binatang
2. Jika P = {bilangan prima kurang dari 10} dan Q = {bilangan asli
kurang dari 10}, pernyataan berikut yang benar adalah ... .
A. 9  P dan P  Q
B. 5  P dan P  Q
C. 9  P dan P  Q
D. 5  P dan P  Q
E. 5  P dan P  Q
3. Perhatikan diagram Venn berikut.

S A B

C
Pernyataan berikut yang menunjukkan daerah arsiran dari diagram
Venn di atas adalah … .
A.  A  B   B  C 
B.  B  C    C  A
C.  BC A
D.  BC A
E. 𝐴 ∩ 𝐵 ∪ 𝐶
4. Daerah asal fungsi f (x) 
x 2  1 adalah … .
a. {𝑥| − 1 ≤ 𝑥 < 1, 𝑥 ∈ ℝ}
b. {𝑥|𝑥 ≤ 1, 𝑥 ∈ ℝ}
c. {𝑥|𝑥 ≥ 1, 𝑥 ∈ ℝ}
d. {𝑥|𝑥 ≤ −1 atau 𝑥 ≥ 1, 𝑥 ∈ ℝ}
e. {𝑥|𝑥 ≥ 0, 𝑥 ∈ ℝ}
5. Perhatikan diagram panah di bawah
ini. Bagian I
Manakah fungsi surjektif?

Bagian II
Manakah fungsi injektif?
Bagian III
Manakah fungsi bijektif?

A. Bagian I surjektif (2) & (4)


Bagian II injektif (4)
Bagian III bijektif (2) & (3)
B. Bagian I surjektif (1) & (4)
Bagian II injektif (4)
Bagian III bijektif (2) & (4)
C. Bagian I surjektif (1) & (4)
Bagian II injektif (1)
Bagian III bijektif (1) & (4)
D. Bagian I surjektif (1) & (4)
Bagian II injektif (4)
Bagian III bijektif (2) & (4)
E. Bagian I surjektif (1) & (2)
Bagian II injektif (3)
Bagian III bijektif (4)
6. Dari fungsi f : R R dan g : R R diketahui bahwa f(x) = x + 3
dan (fog)(x) = x2 + 6x + 7, maka g(x) = ... .
A. x2 + 6x – 4 D. x2 + 6x + 4
B. x2 + 3x – 2 E. x2 – 3x + 2
C. x2 – 6x + 4
7. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari 24, 54, dan 72 adalah … .
A. 2 B. 4 C. 6 D. 8 E. 12
1 1
 2

x y
8. Diketahui
linier sistem persamaan 2 1
  3 . Nilai x + y + z = … .

1y 1z
  2
x z
1 1
A. 3 B. 2 C. 1 D. 2
E. 3

3x  5 5x
9. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan untuk x  ℕ
 3
adalah ... . 2

A. {x  x <-15; x  ℕ } D. {x  x > 15; x  ℕ }


B. {x  x >-15; x  ℕ } E. {x  x = 15; x  ℕ }
C. {x  x < 15; x  ℕ }

10. Himpunan penyelesaian dari –x2 + 7x – 12 ≥ 0 adalah … .


A. {x|−4≤ x ≤ −3}
B. {x|x ≤−4 atau x≥−3}
C. {x|x ≤ −3 atau x≥ 3}
D. {x|3 ≤ x ≤ 4}
E. {x|−4 ≤ x ≤ 3}
Kegitan Belajar 2 Geometri

CAPAIAN PemBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR 2

2.1 Peserta mampu menganalisis karakter dan sifat dari geometri 2


dimensi dan geometri 3 dimensi serta mengembangkan argumen
tentang hubungan geometris.
2.2 Peserta mampu menentukan posisi dan mendeskripsikan hubungan
spasial menggunakan sistem koordinat atau sistem representasi
lain.
2.3 Peserta mampu menerapkan transformasi dan menggunakan
simetri untuk menganalisis situasi matematis.
Sub-CApAIAN PEMBELAJAran
KEGIATAN BELAJAR 2
2.1 Peserta mampu mengidentifikasi, membandingkan, dan menganalisis
sifat dan karakter bentuk geometri 2 dimensi dan geometri 3 dimensi
beserta istilah-istilah dalam geometri
2.2 Peserta mampu mengklasifikasikan bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi
berdasarkan sifat dan karakter yang dimiliki
2.3 Peserta mampu menyelidiki, mendeskripsikan, dan menalar
pembagian, penggabungan, dan pentransformasian suatu bentuk
geometri
2.4 Peserta mampu menerapkan kongruensi dan kesebangunan
2.5 Peserta mampu mendeskripsikan lokasi dan pergerakan
menggunakan istilah geometri dan menggunakan bahasa yang
komunikatif
2.6 Peserta mampu membuat dan menggunakan sistem koordinat dan
untuk menunjukkan lokasi dan menjelaskan lintasan
2.7 Peserta mampu menentukan jarak di antara dua titik pada sistem
koordinat
2.8 Peserta mampu memprediksi dan mendeskripsikan hasil dari
pergeseran, pencerminan, dan perputaran suatu bentuk geometris
2.9 Peserta mampu mengidentifikasi dan mendeskripsikan simetri dan
dan rotasi dari bentuk geometri 2 dimensi
Pokok
MATERi KEGIATAN BELAJAR 2
2.1 Istilah dalam Geometri
2.2 Bangun Datar
2.3 Bangun Ruang
2.4 Sistem Koordinat
2.5 Segitiga Siku-Siku dan Teorema Pythagoras
2.6 Transformasi Geometri
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 2

A. Istilah dalam Geometri


Geometri berasal dari bahasa latin geo yang berarti bumi dan metros
yang berarti pengukuran, sehingga geometri diartikan sebagai
pengukuran bumi. Berikut adalah tiga istilah pokok dalam geometri
yang tidak didefinisikan (undefined term).
1. Titik
Titik merupakan objek geometri yang tidak mempunyai panjang
dan tebal. Titik diilistrasikan sebagai noktah (dot) dan diberi label
dengan huruf kapital.
2. Garis
Garis merupakan objek geometri yang diilustrasikan dengan
goresan yang kedua ujungnya diberi tanda panah untuk
menandakan dapat diperpanjang di kedua ujungnya.
3. Bidang
Bidang merupakan objek geometri yang diilustrasikan dengan
suatu daerah (misalnya dinyatakan sebagai persegipanjang atau
jajargenjang).
Ketiga istilah pokok yang tidak didefinisikan tersebut merupakan
fondasi fundamental yang mengonstruksi geometri.

Berikut akan dijelaskan hubungan titik, garis, dan bidang beserta


istilah-istilah lain dalam geometri terkait kedudukannya.
1. Kedudukan titik dan garis
Misalkan diberikan sebuah titik A dan garis g. Terdapat 2
kemunkinan kedudukan titik A terhadap garis g, yakni:
a. Titik terletak pada garis

b. Titik terletak di luar garis


2. Kedudukan garis dan garis
Misalkan diberikan 2 garis, yakni garis g dan garis k. Terdapat 4
kemungkinan kedudukan garis g dan garis k, yakni:
a. Garis g berhimpit dengan garis k
Garis g dengan garis k dikatakan berhimpit jika dan hanya jika
kedua garis tersebut memiliki paling sedikit 2 titik sekutu.

b. Garis g berpotongan dengan garis k


Garis g dengan garis k dikatakan berpotongan jika dan hanya
jika kedua garis tersebut memiliki paling sedikit 1 titik sekutu.

c. Garis g sejajar dengan garis k


Garis g dengan garis k dikatakan sejajar jika dan hanya jika
kedua garis tersebut sebidang dan tidak berpotongan.

d. Garis g bersilangan dengan garis k


Garis g dengan garis k dikatakan bersilangan jika dan hanya
jika kedua garis tersebut tidak sebidang

3. Kedudukan titik dan bidang


Misalkan diberikan sebuah titik A dan bidang α. Terdapat 2
kemunkinan kedudukan titik A terhadap bidang α, yakni:
a. Titik terletak pada bidang
b. Titik terletak di luar bidang
4. Kedudukan garis dan bidang
Misalkan diberikan garis g dan bidang α. Terdapat 3 kemungkinan
kedudukan garis g dan bidang α, yakni:
a. Garis g terletak pada bidang α
Garis g dikatakan terletak pada bidang α jika dan hanya jika
terdapat 2 titik pada garis terletak pada bidang α.
b. Garis g sejajar bidang α
Garis g dikatakan sejajar bidang α jika dan hanya jika garis dan
bidang tidak memiliki titik sekutu
c. Garis g memotong/menembus bidang α
Garis g dikatakan memotong bidang α jika dan hanya jika garis
dan bidang memiliki tepat 1 titik sekutu

5. Kedudukan bidang dan bidang


Misalkan diberikan 2 bidang, yakni bidang α dan bidang β.
Terdapat 3 kemungkinan kedudukan bidang α dan bidang β, yakni:
a. Bidang α terletak pada bidang β
Bidang α dikatakan terletak pada bidang β jika dan hanya jika
kedua bidang tersebut memiliki 3 titik sekutu yang tidak segaris
b. Bidang α sejajar bidang β
Bidang α dan bidang β dikatakan sejajar jika dan hanya jika
kedua bidang tersebut tidak memiliki titik sekutu
c. Bidang α memotong/menembus bidang β
Bidang α dikatakan memotong dengan bidang β jika dan
hanya jika kedua bidang tersebut memiliki 2 titik sekutu

Istilah lain yang perlu dipahami selanjutnya adalah sudut, sebangun,


dan kongruen.
1. Sudut
Sudut merupakan gabungan dua sinar garis yang titik pangkalnya
berhimpit. Kedua sinar garis disebut sebagai sisi atau kaki sudut
dan titik pangkalnya disebut titik sudut. Sudut dinotasikan dengan
simbol  diikuti tiga huruf dengan huruf tengah merupakan titik
sudut atau simbol  diikuti satu huruf, yakni titik sudut saja.
Contoh: AOB atau O
Ukuran sudut dapat dinyatakan dengan satuan derajat atau
radian.
Berdasarkan ukuran sudut, berikut adalah macam-macam istilah
sudut.
a. Sudut lancip adalah sudut yang besarnya antara 0o dan 90o
b. Sudut siku-siku adalah sudut yang besarnya 90o
c. Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya antara 90o dan
180o
d. Sudut lurus adalah sudut yang besarnya 180o

Berdasarkan hubungan sudut dengan sudut lain, berikut adalah


macam-macam istilah sudut.
a. Dua sudut disebut berpelurus, jika jumlah besar sudut

keduanya 180o

b. Dua sudut disebut berpenyiku, jika jumlah besar sudut


keduanya 90o

2. Sebangun
Dua bangun geometri atau lebih dikatakan sebangun jika dan
hanya jika bangun-bangun tersebut memiliki bentuk yang sama.
Contoh:
Lingkaran yang dibuat mengacu uang logam Indonesia pecahan
Rp100,00 dan Rp500,00 secara geometris dikatakan sebangun.

3. Kongruen
Dua bangun geometri atau lebih dikatakan kongruen jika dan
hanya jika bangun-bangun tersebut memiliki bentuk dan ukuran
yang sama.
Contoh:
Lingkaran yang dibuat mengacu suatu uang logam Indonesia
pecahan Rp1.000,00 dengan lingkaran yang dibuat mengacu uang
logam Indonesia pecahan Rp1.000,00 lainnya secara geometris
dikatakan kongruen.

B. Bangun Datar
1. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segiempat yang dibatasi oleh dua pasang sisi
berhadapan sama panjang dan sejajar.

Luas daerah jajargenjang = a 


t Keliling jajargenjang = 2 (a  s)
Sifat jajargenjang:
̅𝐷𝐶
̅ ̅∥𝐴
̅ 𝐵
̅ ̅, 𝐴
̅ 𝐷
̅ ̅∥𝐵
̅ 𝐶
̅ ̅ AP  PC ’ DP  PB
DC  AB ’ AD  BC
DAB  BCD ’
ABC  CDA

2. Persegipanjang
Persegipanjang adalah segiempat yang dibatasi oleh dua pasang
sisi berhadapan sama panjang, sejajar, dan keempat sudutnya
siku-siku. (Dapat dikatakan sebagai jajargenjang yang keempat
sudutnya siku-siku)

Luas daerah persegipanjang


=
pl
Keliling persegipanjang =
2 ( p  l)
Sifat persegipanjang:
̅𝐷̅𝐶̅ ∥ ̅𝐴̅𝐵̅, ̅𝐴̅𝐷̅ ∥ ̅𝐵̅𝐶̅ DS  SB ’ AS  SC

DC  AB ’ AD  BC DAB  ABC  BCD  CDA  90


0

3. Persegi
Persegi adalah segiempat yang dibatasi oleh empat sisi sama
panjang dan keempat sudutnya siku-siku. (Dapat dikatakan
sebagai persegipanjang yang sisinya sama panjang)

Luas daerah persegi = s  s Keliling persegi = s+s+s+s = 4  s Sifat persegi:


̅𝐷̅𝐶̅∥ ̅𝐴̅𝐵̅,̅𝐴̅𝐷̅∥ ̅𝐵̅𝐶̅
DC  AB  CB  DA DS  CB  BS  AS
DAB  ABC  BCD  CDA  900

4. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi tiga sisi

Segitiga siku-siku Segitiga sebarang


34
at
Luas daerah segitiga =
2
Keliling segitiga = a  b  c

5. Layang-Layang
Layang-layang adalah segiempat yang diagonal-diagonalnya
berpotongan tegak lurus.

Luas daerah layang-layang = d1  d2


2
Keliling layang-layang = 2(s1  s2 )
Sifat layang-layang:
AB  BC ’ DA  DC
BAD  BCD
BAC  BCA
ADB  CDB

6. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segiempat yang diagonal-diagonalnya
berpotongan tegak lurus dan sisi-sisinya sama panjang.

Luas daerah belah ketupat = d1  d2


2
Keliling belah ketupat = 4  s
Sifat belah ketupat:
̅𝐷̅𝐶̅∥ ̅𝐴̅𝐵̅,̅𝐴̅𝐷̅∥ ̅𝐵̅𝐶̅
DC  AB  CB  DA
DAB  DCB
ABC  ADC BS  DS ’ AS  CS

7. Trapesium
Trapesium adalah segiempat yang memiliki tepat satu pasang sisi
sejajar.

35
(a  b)  t
Luas daerah trapesium =
2
Keliling trapesium = a  b  c  d
Sifat trapesium:
̅𝐷̅𝐶̅ ∥ ̅𝐴̅𝐵̅

8. Lingkaran
Lingkaran adalah kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap
sebuah titik tertentu dalam bidang yang sama.

d2
Luas daerah lingkaran =    r2
4
Keliling lingkaran =   d  2  r
Dengan   227  3,14 dan d  2  r

Contoh Masalah 1
Menentukan Luas dan Keliling Bangun Datar
Diberikan sebuah bangun datar kompleks ABCDE sebagai berikut.

Diketahui AC = 7 cm, BE = 6 cm, OB=OA=OE, AB=AE= 2 , dan BC= 5


3
cm.
1. Sebutkan bangun datar apa saja yang menyusun bangun datar
ABCDE di atas?
2. Tentukan luas daerah bangun datar tersebut!
3. Tentukan keliling bangun ABCDE!
Penyelesaian:
1. Berikut adalah alternatif bangun datar yang dapat menyusun
bangun ABCDE.

Alternatif ke-
Bangun Datar Penyusun Bangun ABCDE
Ilustrasi
Bangun ABCDE
1. dapat disusun dari bangun trapesium DCAE dan segitiga CBA.

Bangun ABCDE
2. dapat disusun dari bangun segitiga EAB dan trapesium BEDC

Bangun ABCDE3.dapat disusun dari bangun layang-layang ABCE dan segitiga EDC

4. Dan seterusnya

2. Karena bangun ABCDE dapat disusun oleh bangun layang-layang


ABCE dan segitiga EDC, maka
LABCDE = LABCE + LEDC
LABCDE = d  d a  t
2  2
1 2

7  6 3 4
LABCDE = 
2 2
LABCDE = 21 + 6
LABCDE = 27
Jadi, luas daerah ABCDE adalah 27 cm2.

3. KABCDE = AB+BC+CD+DE+EA
KABCDE = 3 2 +5+3+4+ 3 2
KABCDE = 12+ 6 2
2
Jadi, keliling bangun ABCDE adalah 12+ 6 .
C. Bangun Ruang
1. Kubus
Kubus dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi 3
pasang sisi persegi yang kongruen.
Volume kubus = s3 = s  s  s
Luas permukaan kubus = 6  s2

2. Balok
Balok dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi 3
pasang sisi berhadapan kongruen.
Volume balok = p  l  t
Luas permukaan balok =
2  ( p  l)  (l  t)  ( p  t) 

3. Prisma
Prisma dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi
sepasang sisi sejajar dan kongruen serta sisi tegak.

Volume prisma = Luas alas x tinggi


Luas permukaan prisma = 2 x luas alas + luas seluruh sisi tegak
4. Tabung
Tabung dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi tiga
buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi atas yang merupakan daerah
lingkaran serta sisi melingkar yang disebut selimut tabung.
Volume tabung = Luas alas x tinggi
Luas permukaan tabung = 2 x luas alas + luas seluruh sisi tegak
Luas permukaan tabung tanpa tutup = luas alas + luas seluruh sisi
tegak

5. Limas
Limas dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi alas
berbentuk polygon dan sisi tegak.

Limas segitiga Limas segiempat


1
Volume limas = x Luas Alas x tinggi
3

6. Kerucut
Kerucut dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi alas
berbentuk lingkaran dan sisi tegak (selimut kerucut). Kerucut dapat
dipandang sebagai limas yang alasnya berbentuk lingkaran.
1
Volume limas = x Luas Alas x tinggi
3
7. Bola
Bola dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi oleh
kedudukan titik-titik yang memiliki jarak yang sama terhadap titik
pusat.
4   r3
Volume bola =
3
Luas permukaan bola = 4   r2

Contoh Masalah 2
Menentukan Volume Bangun Ruang
Diberikan sebuah bangun ruang ABCDEF.GHIJKL sebagai berikut.

Diketahui AB = 12 cm, BC = 9 cm, CD=DE=3, dan BH= 4 cm.


1. Sebutkan bangun ruang apa saja yang menyusun bangun ruang
ABCDEF.GHIJKL di atas?
2. Tentukan volume bangun ABCDEF.GHIJKL tersebut!

Penyelesaian:
1. Berikut adalah alternatif bangun ruang yang dapat menyusun
bangun ruang ABCDEF.GHIJKL
Alternatif
Bangun
ke- Ruang Penyusun Bangun ABCDEF.GHIJKL
Ilustrasi
Bangun
1. ABCDEF.GHIJKL dapat disusundaribangunruang

balok E’BCD.K’HIJ dan prisma AE’EF.GK’KL.


2. Bangun ABCDEF.GHIJKL dapat
disusun dari bangun ruang
balok EE’CD.K’HIJ dan prisma
ABE’F.GHK’L.

3. Dan seterusnya

2. Diketahui AB = 12 cm, BC = 9 cm, CD=DE=3 cm, FE= 7 cm, dan


BH= 4 cm.
Karena bangun ABCDEF.GHIJKL dapat disusun dari bangun ruang
balok EE’CD.K’HIJ dan prisma ABE’F.GHK’L, maka
VABCDEF.GHIJKL = VEE’CD.K’HIJ +VABE’F.GHK’L
VABCDEF.GHIJKL = EE ' E ' K  E 'C  1 ( AB  FE ')  BE ' BH
2
1
VABCDEF.GHIJKL = 3 4 3  (12 10)  6 4
2
VABCDEF.GHIJKL = 36 + 264
VABCDEF.GHIJKL = 300
Jadi, volume bangun ABCDEF.GHIJKL adalah 300 cm 3.
D. Sistem Koordinat
Sistem yang sering digunakan dalam kajian geometri di antaranya
adalah sistem koordinat kartesius. Sistem koordinat kertesius dua
dimensi terdiri dari 2 sumbu, yakni sumbu-x (horizontal) dan sumbu-y
(vertikal). Berikut ini diilustrasikan manfaat sistem koordinat.

Menentukan Lokasi Titik dan Jarak Titik

K
ota Ngalam merupakan kota unik yang jalan-jalannya didesain
menyerupai sumbu koordinat dengan Balai Kota sebagai
pusatnya. Berikut ini adalah tata letak bangunan penting di kota Ngalam.

Peta Bangunan Penting Kota Ngalam

Nomor Jalan

U
6
B T
5
Pom Bensin
S
4
Terminal
3

Universitas 2
1
Stasiun
Balai Kota

-7-6-5-4-3-2-1 123 456 7


-1

Kantor Polisi -2 Stadion

-3

-4 Rumah Sakit

-5 Pizza Dut
-6
Contoh Masalah 3

Masalah Lokasi Titik

1. Berikan koordinat dari masing-masing bangunan


a. Pom Bensin
b. Universitas
c. Rumah Sakit

2. Kepala polisi kota Ngalam merencanakan beberapa rute mobil


polisi. Kepala polisi tersebut perlu membuat rute mobil polisi
terpendek dari pasangan lokasi berikut.
Pasangan 1: Kantor polisi ke Balai Kota
Pasangan 2: Stasiun ke Stadion
Pasangan 3: Universitas ke Pizza Dut
a. Berikan arah yang tepat dari rute mobil polisi pada setiap
pasangan!
b. Pada setiap pasangan, temukan total jarak mobil polisi dalam
satuan kotak!

3. Misalkan Anda mengetahui koordinat dua bangunan di Ngalam.


Bagaimana Anda menentukan lintasan terpendek mobil polisi
(dalam satuan kotak) di antara mereka?

Penyelesaian:
1. Berikut adalah koordinat bangunan di kota Ngalam.
a. Pom bensin terletak di persimpangan jalan ke-7 dan 5, jadi
koordinatnya (7,5).
b. Universitas terletak di persimpangan jalan ke- (-7) dan 2, jadi
koordinatnya (-7,2).
c. Rumah sakit terletak di persimpangan jalan ke- 4 dan (-4), jadi
koordinatnya (4,-4)
2. a. Berikut adalah rute yang tepat dari:
1) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Kantor polisi
ke Balaikota adalah melewati 2 jalan ke Utara dan melewati 5
jalan ke Timur atau melewati 5 jalan ke Timur dan melewati 2
jalan ke Utara.
2) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Stasiun ke
Stadion adalah melewati 2 jalan ke Timur dan melewati 3 jalan
ke Selatan atau melewati 3 jalan ke Selatan dan melewati 2
jalan ke Timur.

3) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Universitas ke


Pizza Dut adalah melewati 7 jalan ke Timur dan melewati 7
jalan ke Selatan atau melewati 7 jalan ke Selatan dan
melewati 7 jalan ke Timur.

b. Berdasarkan rute yang ditempuh, berikut adalah jarak tempuh dari


masing-masing rute.
1) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Kantor polisi
ke Balaikota adalah 7 satuan kotak.
2) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Stasiun ke
Stadion adalah 5 satuan kotak.
3) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Universitas ke
Pizza Dut adalah 14 satuan kotak.
3. Misalkan diberikan koordinat dua bangunan di Ngalam, yakni
bangunan A(x , y ) dan bangunan
1 1
B(x2 , y2 ) . Untuk menentukan
lintasan terpendek mobil polisi dari A(x1, y1 dan bangunan
bangunan
)
B(x2 , y2 ) adalah x  satuan ke Timur/Barat (horizontal) dan
2
x1
y2  y1 satuan ke Utara/Selatan (vertikal).

E. Segitiga Siku-Siku dan Teorema Pythagoras


1. Segitiga Siku-Siku
Segitiga siku-siku merupakan segitiga yang besar salah satu
sudutnya 90o. Perhatikan PQR
siku-siku di Q . Sisi PR disebut

sisi miring (hipotenusa) sedangkan sisi PQ dan QR disebut kaki


segitiga siku-siku.

2. Teorema Pythagoras
Pythagoras merupakan seorang ahli filsafat dan matematika dari
Yunani. Teorema Pythagoras menyatakan bahwa pada sebuah
segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring (hipotenusa) merupakan
jumlah kuadrat dari dua sisi yang lain. Misalkan PQR berikut siku-

siku di Q
.

Teorema Pythagoras
PR2  PQ2  QR2

Sebagai akibat teorema Pythagoras adalah adanya bilangan tripel


Pythagoras, yakni segitiga yang dibentuk dengan ukuran sisi sesuai
bilangan tripel Pythagoras adalah segitiga siku-siku. Contoh
bilangan tripel Pythagoras di antaranya adalah
3, 4, dan 5
5, 12, dan 13
7, 24, dan 25
Salah satu manfaat teorema Pythagoras adalah dalam menentukan
jarak.

Contoh Masalah 4

Masalah Penentuan Jarak

Perhatikan kembali peta kota Ngalam pada Kegiatan 1.

1. Dibandingkan dengan mobil, helikopter dapat secara langsung


menuju dari satu tempat ke tempat lain. Dari setiap pasangan lokasi
pada Contoh Masalah 3 Nomor 2, temukan jarak tempuh terpendek
helikopter (dalam satuan kotak) dari titik awal hingga titik akhir.

2. Apakah rute helikopter di antara setiap pasangan lokasi selalu lebih


pendek helikopter rute mobil? Jelaskan!

Penyelesaian:
1. Misalkan diberikan koordinat dua bangunan di Ngalam, yakni
bangunan A(x , y dan bangunan B(x , y ) .
1 1 2 2
)

Dengan menerapkan teorema Pythagoras, jarak dari bangunan A ke


bangunan B jika ditempuh dengan helikopter adalah

AB   x21 x y  y21


2
2
a. Diketahui koordinat kantor polisi (-5,-2) dan koordinat balai kota
(0,0).
Jarak kantor polisi ke balai kota adalah

 0  (5) 2   0  (2) 2  52  22  25  4  29

Jadi, jarak kantor polisi ke balai kota adalah 29 satuan.


b. Diketahui koordinat stasiun (3,1) dan koordinat stadion (5,-2).

Jarak Stasiun ke Stadion adalah

 5  32   2 12  22  (3)2  4  9  13

Jadi, jarak kantor polisi ke balai kota adalah 13 satuan.

c. Diketahui koordinat universitas (-7,2) dan koordinat pizza dut (0,-


5).

Jarak Universitas ke Pizza Dut adalah

 7  0 2   5  2 2  (7)2  (7)2  49  49  98

Jadi, jarak kantor polisi ke balai kota adalah 98 satuan


2. Ya. Berdasarkan sifat segitiga siku-siku, panjang hipotenusa selalu
kurang dari jumlah panjang kedua kaki segitiga siku-siku. Dengan
demikian, rute helikopter di antara setiap pasangan lokasi selalu
lebih pendek helikopter rute mobil.
F. Transformasi Geometri
Objek geometri dapat diberikan operasi seperti pergeseran,
perputaran, dan perbesaran/pengecilan.
1. Pergeseran
k

A
A’

Posisi objek geometri A dikatakan mengalami pergeseran sejauh


k menjadi di A’.

2. Pencerminan

s
B B’
Objek geometri B dikatakan mengalami pencerminan terhadap
sumbu s menjadi B’.

3. Perputaran

Objek geometri C dikatakan mengalami perputaran sebesar θ.


4. Perbesaran/Pengecilan

E
D

Objek geometri E dikatakan perbesaran dari objek geometri D


atau
Objek geometri D dikatakan pengecilan dari objek geometri E.
Rangkuman
KEGIATAN BELAJAR 2

1. Terdapat tiga istilah pokok dalam geometri yang tidak didefinisikan,


yaitu titik, garis, dan bidang.
2. Bangun Datar
No. Bangun datar Rumus Luas dan Keliling

1. Jajargenjang Lat
K  2(a  s)

2. Persegipanjang Lpl
K  2( p  l)

3. Persegi Lss
K4s
4. Segitiga
at
L 2
Kabc
5. Layang-layang
d1  d2
L 2
K  2(s1  s2 )
6. Belah Ketupat
d1  d2
L 2
K4s
7. Trapesium
(a  b)  t
L 2
Kabcd
8. Lingkaran
L    d    r2
2

4
K    d  2  r
  22  3,14
Dengan 7 dan
d2r
3. Bangun Ruang
No. Bangun ruang Rumus Volume

1. Kubus
V  s  s  s  s3
2. Balok V  plt

3. Prisma
V  L.Alas  t
4. Bola
4   r
3

V
3
V  4   r
2

5. Tabung V  L.Alas  t
6. Limas Segitiga
L.Alas  t
V 3
7. Limas Segiempat L.Alas  t
V 3
8. Kerucut L.Alas  t
V 3
4. Sistem koordinat dua dimensi terdiri dari sumbu-x dan sumbu-y.
5. Sisi miring segitiga siku-siku disebut juga hipotenusa.
6. Objek geometri dapat dikenai tindakan pergeseran, pencerminan,
perputaran dan perbesaran/pengecilan.
Tugas
KEGIATAN BELAJAR 2

1. Ketika menjelaskan bangun datar, guru mengilustrasikan pintu atau


papan tulis sebagai contoh persegipanjang. Bagaimana pendapat
Anda? Jelaskan!
2. Sebagai guru, bagaimana cara Anda mengajarkan konsep 𝜋 (dibaca:
pi) ketika menjelaskan luas dan keliling lingkaran? Jelaskan!
3. Buatlah peta konsep yang menunjukkan hubungan/kaitan di antara
bangun-bangun geometri!
4. Seorang siswa berpendapat bahwa persegipanjang merupakan
jajargenjang yang besar keempat sudutnya 90 o. Bagaimana Anda
menyikapi pendapat siswa tersebut?
5. Disadari bahwa rumus-rumus bangun datar yang harus dikuasai
siswa jenjang SD/MI cukup banyak. Sebagai guru, bagaimana cara
Anda menyiasati permasalahan tersebut?
Tes Formatif
KEGIATAN BELAJAR 2

1. Pernyataan-pernyataan berikut benar, kecuali ... .

a. Titik E terletak pada bidang TAC


b. Titik E terletak pada bidang TDB
c. Titik E terletak pada bidang TBC
d. Titik E terletak pada bidang ABCD
e. Titik E terletak pada bidang DAC

2. Pasangan bidang berikut saling berpotongan, kecuali ... .

a. BCHE dengan ADGF


b. ABFE dengan DCGH
c. ABGH dengan CDEF
d. ACGE dengan DBFH
e. EFGH dengan ADHE

3. Pernyataan berikut yang salah adalah ... .


a. Persegi adalah belah ketupat yang keempat sudutnya siku-siku
b. Belah ketupat adalah layang-layang yang kedua diagonalnya sama
panjang
c. Semua persegi pasti persegipanjang
d. Persegi memiliki empat sisi sejajar
e. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama
terhadap suatu titik pusat

4. Diketahui PQR berikut siku-siku di Q . Jika PR = 13 cm dan PQ = 5

cm, panjang QR adalah ... .

a. 5 cm
b. 7 cm
c. 8 cm
d. 10 cm
e. 12 cm

5. Diketahui volume suatu prisma adalah 792 cm3 dan tinggi prisma
adalah 11 cm. Luas alas prisma tersebut adalah ... .
a. 8712 cm2
2
b. 72 cm
2
c. 36 cm
2
d. 9 cm
2
e. 6 cm

6. Luas permukaan limas persegi pada gambar di bawah, jika AB = 4


dan TF = 8 adalah ... .
a. 64 cm2
b. 72 cm2
c. 80 cm2
d. 88 cm2
e. 96 cm2

7. Gambar berikut yang merepresentasikan contoh pencerminan adalah


….

a.

b.

c.

d.

e.

8. Berikut ini contoh perputaran adalah … .

a.

b.
c.

d.

e.

9. Gambar di bawah merupakan bangun persegi dan setengah


lingkaran. Jika luas daerah B adalah 77 cm2, ¼ luas daerah A adalah
... .

a. 45 cm2
b. 46 cm2
c. 47 cm2
d. 48 cm2
e. 49 cm2

10. Diketahui ABCD adalah sebuah persegipanjang dengan AB = 5 dan


BC = 3. Jika BQ = PQ = 1 cm, maka luas daerah layang-layang BCPQ
adalah ... .

a. 3 cm2
b. 4 cm2
c. 5 cm2
d. 6 cm2
e. 7 cm2

57
Kegitan Belajar 4 Logika

Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 3

3.1 Peserta mampu memilih dan menggunakan metode-metode statistika yang sesuai untuk analisis data
Sub-Capaian Pembe
KEGIATAN BELAJAR 3

Peserta mampu mendeskripsikan bentuk dan fitur penting dari sekumpulan data dan membandingkan d
Peserta mampu menggunakan ukuran pemusatan data
Peserta mampu membandingkan representasi berbeda dari data yang sama dan mengevaluasi seberapa

58
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 3

Rata-rata
Median
Modus
Varians
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 3
Ukuran pemusatan data merupakan karakteristik yang bermanfaat
untuk mengeksplorasi data. Karakteristik tersebut dapat dipelajari
menggunakan grafik atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari data.
Ukuran pemusatan meliputi rata-rata, median, dan modus.
A. Rata-rata
1. Rata-rata data acak (ungrouped data)
Misal a, b, dan c diketahui data nilai tiga mahasiswa. Yang
dimaksud dengan rata-rata nilai tiga mahasiswa itu adalah jumlah
nilai tiga mahasiswa dibagi dengan banyak mahasiswa. Secara
matematis, rata-ratanya bisa ditulis 𝑎+𝑏+𝑐. Rata-rata disimbolkan
3
dengan 𝑥̅ (baca : x bar).
Secara umum jika 𝑥1, 𝑥2, 𝑥3…., 𝑥𝑛 menyatakan sampel acak
ukuran 𝑛, maka rataan sampel dinyatakan oleh statistik ̅𝒙 =
𝒙𝟏+𝒙𝟐+⋯+𝒙𝒏 ∑𝒙
𝒏 = 𝒏 𝒊.
Simbol Σ adalah alfabet Yunani yang merupakan singkatan
dari sum (jumlah).

Contoh 1.1.a :
Misal nilai lima ulangan harian mata pelajaran Matematika 80, 80, 70,
90, 80. Tentukan rata-rata data tersebut !
Jawab :
𝑥̅ = 𝑥1+𝑥2+⋯+𝑥 ∑𝑛=5
𝑥𝑖
𝑛 = 𝑖=1
=
80+80 +70+90+80 =80
5
𝑛 𝑛

Rata-rata dari nilai ulangan harian tersebut adalah 80.

Contoh 1.2.a :
Diketahui data hasil ulangan harian 10 peserta didik pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut :
65, 70, 75, 85, 90, 90, 95, 95, 95, dan 100.
Hitunglah rata-rata (mean) data di atas!
Jawab :
65+70+75+85+90+90+95+95+95+100
𝑥̅ = 10 = 86
Rata-rata nilai ulangan harian 10 peserta didik pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam adalah 86.
2. Rata-rata data berkelompok (grouped data)
Bila data yang ada banyak jumlahnya banyak, maka perlu
disusun distribusi frekuensi agar mudah dianalisis. Data acak dapat
dikelompokkan berdasarkan ke dalam kelas tertentu dengan panjang
interval tertentu.
Secara matematis rata-rata (mean) data berkelompok adalah :
𝑛 𝑛
𝑓1𝑥1 + 𝑓2𝑥2 + 𝑓3𝑥3 + ⋯ + 𝑓𝑛𝑥𝑛
𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖 ⁄∑ 𝑓𝑖 =
𝑓+12𝑓 + ⋯ + 𝑓 𝑛
𝑖=1 𝑖=1

Keterangan :
𝑥̅ = rata-rata (means)
𝑥𝑖 = nilai tengah interval kelas ke- 𝑖
𝑓𝑖 = frekuensi interval kelas 𝑖

Untuk mengelompokkan data acak, bisa digunakan prosedur


yang telah dikembangkan oleh Sturges. Berikut ini adalah prosedur
atau langkah menyusun distribusi kuantitatif sebuah data.
a) Menentukan banyak dan lebar interval kelas.
Banyak interval kelas yang efisien biasanya antara 5 dan 15.
Adapun rumus banyak interval kelas (𝑘) adalah :

𝑘 = 1 + 3,322 log 𝑛
jangkauan
Lebar interval =
𝑘
Jangkauan biasanya disebut dengan range.
b) Meletakkan interval-interval kelas ke dalam sebuah kolom serta
mengurutkan kelas terendah pada kolom paling atas dan
seterusnya.
c) Memeriksa dan memasukkan data ke dalam interval yang sesuai.
Di bawah ini ada data nilai kuis mata kuliah Konsep Dasar
Matematika dari 25 mahasiswa yang tersaji dalam tabel berikut.
9 11 20 15 19
19 18 14 12 17
13 16 17 19 18
13 17 15 18 17
10 11 17 19 15
Selanjutnya, dibuatlah tabel yang memuat banyak data
(frekuensi) dengan turus. Perhatikan tabel di bawah ini.

Data Turus Frekuensi


9 I 1
10 I 1
11 II 2
12 I 1
13 II 2
14 I 1
15 III 3
16 I 1
17 IIII 5

Langkah berikutnya adalah menentukan banyak dan lebar


kelas digunakan aturan Sturges. Perhitungan penentuan banyak
kelas, jangkauan, dan lebar kelas disajikan sebagai berikut :
1) 𝑘 = 1 + 3,322 log 25 = 1 + 4,644 = 5,644 ≈ 6
2) jangkauan = 20 − 9 = 11.
11
3) Lebar interval = jangkauan = = 1,833 ≈ 2.
𝑘 6
Hasil pengelompokan data disajikan pada Tabel 3.3 di
bawah ini.

No Data 𝒇𝒊 𝒙𝒊 𝒇𝒊𝒙𝒊
1 9 – 10 5 9,5 47,5
2 11 – 12 8 11,5 92
3 13 – 14 4 13,5 54
4 15 – 16 3 15,5 46,5
5 17 – 18 3 17,5 52,5
6 19 - 20 2 19,5 39
∑ 𝑓𝑖 =25
∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖 331,5

𝑛 𝑛
331,5
𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖⁄∑ 𝑓𝑖 = = 13,26.
𝑖=1 𝑖=1 25
Jadi, rata-rata data nilai kuis mahasiswa pada mata kuliah Konsep
Dasar Matematika adalah 13,26.

Contoh 2.1.a
Tabel berikut adalah data statistik penelitian seorang guru yang
melakukan penelitian tindakan kelas.

Tabel tersebut menunjukkan perbandingan kemampuan siswa


(objek penelitian) dalam mengonstruksi konsep pada siklus 1 dan 2.
Apakah kemampuan siswa dalam mengonstruksi konsep secara
umum mengalami peningkatan?

Jawab:
Untuk menentukan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi
konsep secara umum apakah mengalami peningkatan atau tidak
bisa digunakan ukuran pemusatan yakni rata-rata jumlah siswa
yang berkategori baik.
No Deskripsi Baik
1 2
1 Merumuskan hipotesis konsep 36 62
2 Mengajukan pertanyaan untuk 33 56
mengumpulkan data
3 Mengklasifikasikan data 23 44
4 Mengeliminasi data 23 41
5 Mengaitkan data untuk 13 46
mendefinisikan konsep
Rata-rata 25,6 49,8
Terlihat bahwa rata-rata nilai kemampuan siswa dalam
mengonstruksi konsep secara umum mengalami peningkatan
sebesar 49,8 − 25,6 = 24,2.
B. Median
1) Median data acak
Median atau nilai tengah termasuk ukuran pemusatan data.
Median adalah nilai tengah jika segugus data diurutkan dari yang
terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya.

Median data ganjil


Misal terdapat data 8, 7, 9. Untuk menentukan median data
tersebut, haruslah diurutkan datanya. Setelah diurutkan, maka
datanya menjadi 7, 8, 9. Dengan demikian, dapat dengan mudah
ditentukan mediannya adalah 8.

Median data genap


Berbeda dengan data yang jumlahnya genap, nilai
tengahnya ditentukan dengan menjumlahkan data ke 𝑛
2 dengan
data ke 𝑛 + 1, hasil penjumlahan itu dibagi dua. Misalnya, diketahui
2
sebuah data 2, 8, 3, 4, 1, 8. Untuk menentukan median data
tersebut, langkah pertama adalah dengan mengurutkan data
tersebut. Data terurutnya 1, 2, 3, 4, 8, 8. Mediannya adalah jumlah
data ke-3 dan ke-4 dibagi 2, yakni 3+4
= 3,5.
2
Secara matematis, misalkan terdapat data : 𝑥1, 𝑥2, 𝑥3…., 𝑥𝑛 ,
median (𝑀𝑑) dirumuskan sebagai berikut :
𝑥𝑛+1 untuk 𝑛 ganjil
2
𝑀𝑑 = {𝑥𝑛+𝑥 𝑛+1
2 2
2 untuk 𝑛 genap

Contoh 1.1.b
Carilah median (𝑀𝑑) data berikut: 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19
Jawab : 𝑀𝑑 = data keenam = 14

Contoh 1.2.b
Carilah median (𝑀𝑑) data berikut : 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20
Jawab : 𝑀
data keenam+data ketujuh 14+15
𝑑 = 2
= 2
= 14,5

2) Median data yang dikelompokkan


Untuk data yang sudah dikelompokkan (grouped data), median atau
nilai tengah disajikan dalam
𝑛2
+ ( − 𝐹) 𝑐
𝑀𝑑 = 𝐿𝑀𝑑 𝑓𝑀
𝑑

Keterangan :
𝑀𝑑 = median
𝐿𝑀𝑑 = batas bawah kelas median
𝑛 = banyak data
𝐹 = jumlah frekuensi interval sebelum interval median
𝑓𝑀𝑑 = frekuensi interval median
𝑐 = lebar interval

Contoh 2.1.b
Perhatikan data di bawah ini.
No Data 𝒇𝒊
1 9 – 10 5
2 11 – 12 8
3 13 – 14 4
4 15 – 16 3
5 17 – 18 3
6 19 – 20 2
Tentukan median (𝑀𝑑) data di atas !
Jawab :
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan kelas
median.

No Data 𝒇𝒊 𝒇𝒌
1 9 – 10 5 5
2 11 – 12 8 13
3 13 – 14 4 17
4 15 – 16 3 20
5 17 – 18 3 23
6 19 - 20 2 25
∑ 𝑓𝑖 =25
∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖
Karena banyak data adalah 25 (ganjil), maka nilai tengah untuk
data acak adalah 𝑥 25+1 = 𝑥13 (data ketiga belas). Perhatikan kelas
2

interval yang ditandai di atas.


𝑛
−𝐹
2
𝑀𝑑 = 𝐿𝑀𝑑 + (𝑓 ) 𝑐
𝑀𝑑

𝑀𝑑 = 10,5 + (12,5−5) 2 = 11,65


13
Jadi median data di atas adalah 11,65.

C. Modus
1) Modus data acak
Modus (mode) adalah data yang sering muncul.
Contoh 1.1.c
Diketahui data IPK 4 mahasiswa 2, 3, 4, dan 4. Tentukan modus
data tersebut !
Jawab :
Modus data tersebut adalah 4.
Contoh 1.2.c
Penelitian uang saku siswa MI Al Hikmah Kota Malang dengan
sampel 24 siswa adalah sebagai berikut.
15000 17500 18000 20000 25000 22500 12500 17500
22500 14000 17500 16000 22000 23000 22500 14000
15000 20000 22500 25000 30000 22500 12500 20000
Tentukan modus data tersebut !
Jawab :
Modus data di atas adalah 22500 karena data tersebut muncul 5
kali (muncul paling banyak).
2) Modus data berkelompok
Untuk data berkelompok (grouped data), modus (𝑀0) dirumuskan
dengan
𝑑1
𝑀𝑜 = 𝐿 𝑀 + ( )𝑐
0
𝑑1 + 𝑑2
Keterangan :
𝑀𝑜 = modus
𝐿𝑀𝑜 = batas bawah kelas modus
𝑛 = banyak data
𝑑1 = selisih positif frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
𝑑2 = selisih positif frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
setelahnya
𝑐 = lebar interval

Contoh 2.1.c
Perhatikan data di bawah ini!
No Data 𝒇𝒊 𝒇𝒌
1 9 – 10 5 5
2 11 – 12 8 13
3 13 – 14 4 17
4 15 – 16 3 20
5 17 – 18 3 23
6 19 - 20 2 25
∑ 𝑓𝑖 =25
∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖

Tentukan modus (𝑀𝑜) data di atas!


Jawab :
𝑑1
𝑀𝑜 = 𝐿 𝑀 + ( )𝑐
𝑑1+𝑑2
0

𝑀𝑜 = 10,5 + ( 3
) 2 = 11,36
3+4
Jadi, modus data di atas adalah 11, 36.

Ketiga statistik ukuran pemusatan belumlah dapat memberikan


gambaran yang memuaskan mengenai distribusi data. Masih perlu
diketahui bagaimana pengamatan memencar di sekitar pusat data.
Mungkin saja dua pengamatan memiliki rataan atau median yang sama,
tetapi pemencarannya sangat berbeda dengan rata-ratanya.

D. Range
(Jangkauan)
Definisi
Range sampel acak 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 yang diurutkan membesar
didefinisikan sebagai statistik 𝑥𝑛 − 𝑥1.
Contoh 1.1.d :
Range himpunan pengamatan 10,12,12,18,19,22, dan 24 adalah
24 − 10 = 14.
Pandanglah contoh pengukuran berikut mengenai dua sampel
pembotolan air jeruk oleh dua perusahaan yang berbeda, sebut saja
perusahaan A dan B.
Sampel A 75 80 76 83 86 Jangkauan = 12
Sampel B 86 80 69 71 94 Jangkauan = 25
Kedua sampel mempunyai rataan yang sama, 80. Cukup jelas
bahwa perusahaan A lebih merata isi botol air jeruknya daripada
perusahaan B. Tentunya, kalau membeli air jeruk kita akan merasa
labih yakin bahwa isi botol yang kita pilih lebih mendekati isi yang
dicantumkan pada etiket botolnya bila kita membeli produksi
perusahaan A.
Range merupakan ukuran penyebaran yang kurang efektif
teutama apabila sekali bila ukuran sampel besar, karena hanya
menggunakan dua nilai yang ekstrem dan sama sekali tidak
mendeskripsikan apapun tentang penyebaran data di antaranya.
Perhatikan contoh berikut !
3 4 5 6 8 9 10 12 15
3 8 8 9 9 9 10 10 15
Pada himpunan pertama rata-rata dan median sama-sama 8,
tapi bilangannya berubah dari 3 sampai 15. Pada himpunan kedua,
rata-rata dan median sama-sama 9, tapi banyak bilangannya yang
dekat dengan 9. Kendati range gagal mengukur penyebaran di antara
kedua pengamatan terbesar dan terkecil, manfaat pemakaiannya masih
ada.
Untuk mengatasi kelemahan range, akan dibahas ukuran
penyebaran lainnya yaitu varians, yang memperhitungkan besar tiap
pengamatan sampel terhadap rataan sampel.

D. Varians (Ragam)
Dalam teori probabilitas dan statistika, varians (dari bahasa
Inggris: variance) atau ragam suatu peubah acak (atau distribusi
probabilitas) adalah ukuran seberapa jauh sebuah kumpulan bilangan
tersebar. Varians nol mengindikasikan bahwa semua nilai sama.
Varians selalu bernilai non-negatif, varians yang rendah
mengindikasikan bahwa titik data condong sangat dekat dengan nilai
rata-rata (nilai ekspektasi) dan antara satu sama lainnya, sementara
varians yang tinggi mengindikasikan bahwa titik data sangat tersebar di
sekitar rata-rata dan dari satu sama lainnya.
Pengukuran yang sama yaitu akar kuadrat dari varians, disebut
juga simpangan baku. Simpangan baku memiliki dimensi dan data yang
sama, oleh karena itu bisa dibandingkan dengan deviasi dari rerata.
Varians adalah salah satu penanda dari sebuah distribusi
peluang. Dalam konteks tersebut, ia menjadi bagian dari pendekatan
sistematis sebagai pembeda antara distribusi probabilitas. Walaupun
pendekatan lain telah dikembangkan, pendekatan yang berbasis
momen lebih mudah secara matematis. Varians adalah salah satu
parameter yang menjelaskan, distribusi peluang sebenarnya dari suatu
populasi yang diobservasi, atau distribusi peluang teoretis dari sebuah
populasi yang tidak secara penuh diobservasi (sampel). Pada kasus
terakhir, sebuah sampel data dapat digunakan untuk membentuk
sebuah estimasi varians dari distribusi yang mendasarinya.
1) Varians data acak
Varians sampel dari suatu data 𝑥1, 𝑥2, 𝑥3, … , 𝑥𝑛 adalah jumlah
kuadrat selisih antara data dan rata-rata dibagi 𝑛 − 1. Secara
simbolik, dituliskan dengan
1 𝑛
𝑠2 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅)2
𝑛−1
𝑖=1

Contoh 1.1.d
Data indeks prestasi kumulatif (IPK) 10 mahasiswa PGMI FITK UIN
MALIKI MALANG adalah sebagai berikut : 2,75 ; 2,86; 3,01; 3,21;
3,30 ; 3,45; 3,50 ; 3,55 ; 3,58 ; dan 3,60.
Jawab:

Mahasiswa IPK 𝑥 − 𝑥̅ (𝑥 − 𝑥̅)2


1 2,75 -0,531 0,281961
2 2,86 -0,421 0,177241
3 3,01 -0,271 0,073441
4 3,21 -0,071 0,005041
5 3,30 0,019 0,000361
6 3,45 0,169 0,028561
7 3,50 0,219 0,047961
8 3,55 0,269 0,072361
9 3,58 0,299 0,089401
10 3,60 0,319 0,101761
𝑛
2
1 (𝑥1 − 𝑥̅)2 + (𝑥2 − 𝑥̅)2 + ⋯ + (𝑥10 − 𝑥̅)2
𝑠 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅)2 =
𝑛−1 10
𝑖=1
(2,75 − 3,281)2 + (2,86 − 3,281)2 + ⋯ + (3,6 − 3,281)2
=
10
(−0,531)2 + (−0,421)2 + ⋯ + (3,281)2
=
10
0,28196 + 0,17724 + ⋯ + 0,10176 0,8780
= 9 = 0,087809
10 =
10

2) Varians data berkelompok


Untuk data berkelompok 𝑥𝑖 varians sampel dari suatu data
𝑥1, 𝑥2, 𝑥3, … , 𝑥𝑛 adalah jumlah kuadrat selisih antara data dan rata-
rata dibagi 𝑛. Secara simbolik, dituliskan dengan
1 𝑛
𝑠2 = ∑ 𝑓 (𝑥 − 𝑥̅)2
𝑖 𝑖
𝑛−1
𝑖=1

Untuk varians populasi dinotasikan dengan 𝜎2.


1 𝑛
𝜎2 = ∑ 𝑓 (𝑥 − 𝜇)2
𝑖 𝑖
𝑛 𝑖=1
Contoh 2.1.d
Data indeks prestasi kumulatif (IPK) sampai periode semester gasal
2017-2018 mahasiswa FITK UIN MALIKI MALANG tersaji pada
tabel di bawah ini.

No IPK 𝑓
1 2,5 ≤ IPK < 2,75 11

2 2,75 ≤ IPK < 3,00 24

3 3,00 ≤ IPK < 3,25 276

4. 3,25 ≤ IPK < 3,50 378

5. 3,50 ≤ IPK < 3,75 245

6. 3,75 ≤ IPK ≤ 4,00 66

Tentukan varians data di atas!


Langkah pertama adalalah menghitung nilai tengah tiap kelas yaitu
:2,5+2,75 = 2,625. Hasil selengkapnya bisa dilihat pada tabel di
2
bawah ini.
No IPK Nilai tengah 𝑓
1 2,5 ≤ IPK < 2,75 2,625 11
2 2,75 ≤ IPK < 3,00 2,875 24
3 3,00 ≤ IPK < 3,25 3,125 276
4. 3,25 ≤ IPK < 3,50 3,375 378
5. 3,50 ≤ IPK < 3,75 3,625 245
6. 3,75 ≤ IPK ≤ 4,00 3,875 66

Selanjutnya dihitung rata-rata nilai tengah. Rata-rata nilai


tengah adalah
2,625 + 2,875 + 3,125 + 3,375 + 3,625 + 3,875
𝑥̅𝑖 = = 3,25
6
Selanjutnya dihitung pengurangan tiap nilai tengah oleh rata-
rata nilai tengah. Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut.
No Nilai tengah 𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖
1. 2,625 -0,625

2. 2,875 -0,375

3. 3,125 -0,125

4. 3,375 0,125

5. 3,625 0,375

6. 3,875 0,625

Selanjutnya hasil pengurangan tiap nilai tengah oleh rata-rata nilai


tengah dikuadratkan. Hasil perhitungan disajikan pada berikut.

No Nilai tengah 𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 (𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 )2


1. 2,625 -0,625 0,390625

2. 2,875 -0,375 0,140625

3. 3,125 -0,125 0,015625

4. 3,375 0,125 0,015625

5. 3,625 0,375 0,140625

6. 3,875 0,625 0,390625


Tiap (𝒙𝒊 − 𝒙̅𝒊 )𝟐 dikalikan dengan frekuensi masing-masing kelas. Hasil disajikan pada tabel di
bawah ini.
No Nilai (𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 )2 𝑓 (𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 )2 . 𝑓
tengah
1. 2,625 0,390625 11 4,296875

2. 2,875 0,140625 24 3,375

3. 3,125 0,015625 276 4,3125

4. 3,375 0,015625 378 5,90625

5. 3,625 0,140625 245 34,45313

6. 3,875 0,390625 66 25,78125

Tiap (𝒙𝒊 − 𝒙̅𝒊 )𝟐 𝑓 dijumlahkan. Hasilnya 4,296875 + 3,375 +


4,3125 + 5,90625 + 34,45313 + 25,78125 = 78,125. Jadi, varians
data tersebut adalah 78,125 = 0,078125.
1000
Rangkuman
KEGIATAN BELAJAR 3

1. Statistika adalah ilmu yang berkaitan dengan cara-cara pengumpulan


data, penyajian data, pengolahan data, penganalisisan data, dan
penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data.
2. Ukuran pemusatan terdiri atas rata-rata, modus, dan median.
3. Range sampel acak 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 yang diurutkan membesar
didefinisikan sebagai statistik 𝑥𝑛 − 𝑥1.
4. Untuk data acak :
a) Varians untuk sampel :
1 𝑛
𝑠2 =
2
𝑛 − 1 ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅)
𝑖=1
b) Varians untuk populasi :
1𝑛
𝜎2 = ∑(𝑥 − 𝑥̅)2
𝑛 𝑖=1 𝑖
5. Untuk data berkelompok (grouped data) :
a) Varians untuk sampel :
1
𝑠2 = 𝑛
∑𝑓 − 𝑥̅)2
(𝑥
𝑖 𝑖
𝑛−1
𝑖=1
b) Varians untuk populasi
: 1
𝑛
2
𝜎 = ∑ 𝑓 (𝑥 − 𝑥̅)2
𝑛 𝑖=1 𝑖 𝑖
Tugas
KEGIATAN BELAJAR 3

1. Berikut ini adalah data hasil PAT (Penilaian Akhir Tahun) mata
pelajaran Aqidah Akhlak untuk 30 siswa pada Madrasah Aliyah
Negeri Maju Bersama Kabupaten Malang.
79 78 79 80 80 81 82 83 82 75
80 81 76 75 77 79 80 74 71 72
78 79 76 74 69 70 91 82 78 89
a. Hitunglah mean data di atas!
b. Hitunglah median data di atas!
2. Hasil survey lembaga penelitian sebuah LSM tentang banyaknya
pelajar atau mahasiswa yang menggunakan media sosial whatsapp
di desa Sukamaju adalah sebagai berikut.
No Data 𝑓𝑖
1 9 – 10 35
2 11 – 12 48
3 13 – 14 84
4 15 – 16 113
5 17 – 18 253
6 19 - 20 276
Hitunglah modus data di atas!
3. Diberikan data hasil ulangan harian Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IX MTs
Unggulan Al Hidayah sebagai berikut.
80 78 75 80 81 81 82 83 84 79
80 81 72 75 77 79 80 74 71 72
78 79 76 74 69 70 91 82 78 89
a. Sajikan data di atas dalam distribusi data berkelompok (tentukan
banyak kelas dan panjang interval)!
b. Hitunglah varians data di atas!
4. Pak Zuhdan mendata tinggi 30 siswanya. Datanya disajikan dalam
tabel berikut.
144 132 133 130 127 128
139 146 125 132 128 129
135 147 128 135 129 132
135 139 130 129 129 128
137 138 135 131 127 136
a. Sajikan data di atas dalam distribusi data berkelompok (tentukan
banyak kelas dan panjang interval)!
b. Hitunglah varians data di atas!
Tes Formatif
KEGIATAN BELAJAR 3

1. Berat badan dari 40 siswa di MTs Bina Umat (dalam kg) tercatat
pada tabel di bawah.

Rataan berat badan tersebut adalah … .


A. 46,20
B. 46,5
C. 47,00
D. 47,25
E. 49,50

2. Siswa suatu kelas terdiri dari tiga kelompok penyumbang korban


bencana alam di Nabire. Kelompok I, II, dan III masing-masing
terdiri dari 10, 12, dan 18 siswa. Jika rata–rata sumbangan
kelompok I adalah Rp 10.000,00, rata–rata sumbangan kelompok II
adalah Rp 11.000,00, dan rata–rata sumbangan seluruh kelas
adalah Rp 9.400,00, maka rata–rata sumbangan kelompok III
adalah … .
A. Rp 7.500,00
B. Rp 8.000,00
C. Rp 8.500,00
D. Rp 9.000,00
E. Rp 10.000,00

3. Suatu data dengan rata-rata 16 dan jangkauan 6. Jika setiap nilai


dalam data dikalikan 𝑞 kemudian dikurangi 𝑟 didapat data baru
dengan rata-rata 20 dan jangkauan 9. Nilai 2𝑞 + 𝑟 = … .
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6
E. 7

4. Pada ulangan matematika, diketahui nilai rata–rata kelas adalah


58. Jika rata - rata nilai matematika untuk siswa laki–laki 64 dan
rata-rata untuk siswa perempuan 56, maka perbandingan banyak
siswa laki - laki dan perempuan adalah … .
A. 1 : 3
B. 1 : 6
C. 2 : 3
D. 3 : 2
E. 3 : 4

5. Perhatikan data pada tabel di bawah ini!

Median dari data tersebut adalah ... .


16−10
A. 34,5 + × 10
12
16−10
B. 34,5 + ×9
12
16−10
C. 29,5 + ×9
12
16−10
D. 29,5 + × 10
12
16−10
E. 38,5 + × 10
12

6. Perhatikan tabel!
Median dari data yang disajikan berikut adalah … .

77
A. 32
B. 37,625
C. 38,25
D. 43,25
E. 44,50

7. Diberikan data dalam tabel frekuensi sebagai berikut.

Modus dari data tersebut adalah ... .


40
A. 49,5 −
7
36
B. 49,5 −
7
36
C. 49,5 +
7
40
D. 49,5 +
7
48
E. 49,5 +
7

8. Modus dari data pada tabel di bawah ini adalah ... .

34
A. 20,5 + . 10
5
3
B. 20,5 + . 5
25
3
C. 20,5 + . 5
7
3
D. 20,5 − . 5
4
3
E. 20,5 − . 5
7

78
9. Modus dari data pada tabel di bawah ini adalah ... .

A. 13,05
B. 13,50
C. 13,75
D. 14,05
E. 14,25

10. Diketahui nilai ulangan harian pada mata pelajaran Matematika 5


siswa adalah 9, 8, 6, 9, dan 7. Varians data tersebut adalah ... .
A. 1,7
B. 1,8
C. 2,0
D. 2,1
E. 2,5
CAPAIAN PemBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR 4

Mampu memahami konsep pernyataan (statement), bentuk implikasi


kalimat matematika (pernyataan) dan variasinya, kuantor, serta
argumen dan penarikan kesimpulan
Sub-CApAIAN PEMBELAJAran
KEGIATAN BELAJAR 4
1. Konsep pernyataan (statement)
1) Menjelaskan definisi pernyataan dalam matematika serta
memberikan contoh dan negasinya
2) Membuat tabel kebenaran dari suatu pernyataan tunggal
3) Menjelaskan konsep konjungsi dan disjungsi serta negasinya
2. Konsep implikasi kalimat matematika (pernyataan) dan variasinya
1) Menjelaskan bentuk implikasi dan menguraikan
komponen- komponennya seperti hipotesis, asumsi, dan
konklusi
2) Membuat tabel kebenaran dari suatu pernyataan
yang mengandung bentuk implikasi
3) Menentukan negasi dari pernyataan yang mengandung
bentuk implikasi
4) Memahami konsep konvers, invers, kontraposisi,
danbiimplikasi dari suatu bentuk implikasi, serta konsep
tautologi dan kontradiksi
3. Konsep kuantor
1) Menjelaskan definisi kuantor universal dan memberikan contohnya
2) Menjelaskan definisi kuantor eksistensial dan memberikan
contohnya
3) Mengombinasikan dua kuantor dalam satu pernyataan;
4. Konsep argumen dan penarikan kesimpulan
1) Memahami konsep argumen dan dapat menentukan
kevalidan suatu argumen
2) Mengetahui dan memahami beberapa jenis kaidah
penarikan kesimpulan
Pokok
MATERi KEGIATAN BELAJAR 4
1. Pernyataan dalam matematika
2. Konjungsi dan disjungsi serta negasinya
3. Komponen-komponen, tabel kebenaran, dan negasi dari
bentuk implikasi
4. Konsep konvers, invers, kontraposisi, dan biimplikasi dari
suatu bentuk implikasi, serta konsep tautologi dan
kontradiksi
5. Kuantor universal dan kuantor eksistensial serta negasinya
6. Kevalidan argumen dan kaidah penarikan kesimpulan
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 4

a. Pernyataan dalam Matematika


Pendefinisian secara detail suatu pernyataan dalam matematika
ternyata tidaklah mudah. Kita dapat saja terjebak ke dalam filosofi
yang dalam. Sehingga dalam kegiatan belajar ini, penulis berusaha
mengupayakan pendekatan praktis dalam mendefinisikan dan
memberi contoh suatu pernyataan.

Definisi 1 Suatu pernyataan adalah suatu kalimat yang jelas nilai


kebenarannya. Bisa bernilai salah saja. Bisa bernilai benar saja.
Namun tidak bernilai keduanya.

Sebagai contoh, perhatikan kalimat-kalimat berikut.


1) Bentuk “1 + 2 = 4” merupakan suatu pernyataan karena bernilai
salah.
2) Kalimat “Semua kucing berwarna abu-abu” juga merupakan suatu
pernyataan karena jelas bernilai salah, sebab ada beberapa kucing
yang berwarna hitam.
3) Bandung adalah ibukota provinsi Jawa Tengah. Kalimat ini
merupakan contoh pernyataan yang salah.
4) DKI Jakarta adalah ibukota negara Indonesia. Kalimat ini
merupakan contoh pernyataan yang benar.

Kalimat yang bukan merupakan pernyataan adalah ungkapan atau


kalimat yang tidak bernilai benar atau tidak bernilai salah. Contohnya
“Silakan duduk!”, “Apakah kamu sudah makan?”, “Jangan memotong
pembicaraan orang lain”.

Bagaimana dengan notasi atau simbol untuk pernyataan? Dalam


logika matematika, pernyataan dinotasikan (dilambangkan) dengan
huruf alfabet kecil.

Contoh:

1) 𝑝: Paris ibukota negara Swiss.


2) 𝑞: Bilangan 6 adalah bilangan genap.
Selanjutnya bagaimanakah menentukan kebenaran suatu
pernyataan?

 Dasar Secara Empiris, yaitu menentukan nilai kebenaran dengan


mengadakan pengamatan terlebih dahulu (berdasarkan kenyataan
pada saat itu). Jadi, nilai kebenaran ini bersifat relatif. Contoh: Ara
berbaju putih. Alin berkulit putih bersih.
 Dasar Secara Tak Empiris (Pernyataan Absolut/Mutlak), yaitu
menentukan nilai kebenaran bilamana nilai kebenaran itu mutlak
tidak tergantung pada situasi dan kondisi atau waktu dan tempat.
Contoh : Bilangan 2 adalah bilangan prima. Ibukota negara Inggris
adalah London.

Catatan: Sebagai simbol dari benar biasa dipakai B (benar), R (right),


T (true) atau 1, sedangkan simbol salah digunakan S (salah), W
(wrong), F (false) atau 0. Penggunaan notasi nilai kebenaran ini harus
berpasangan, yaitu B-S, atau R-W, atau T-F, atau 1-0.

Secara garis besar, pernyataan dibagi menjadi dua jenis, yaitu


pernyataan tunggal dan pernyataan majemuk.

 Definisi 2 Pernyataan tunggal adalah pernyataan yang


hanya memuat satu pokok persoalan atau satu ide.
 Notasi. Pernyataan tunggal pada umumnya dinyatakan
dengan huruf- huruf kecil seperti 𝑝, 𝑞, dan 𝑟.
 Contoh. 𝑝 : 13 adalah bilangan prima.
𝑞 : Malang adalah kota kedua terbesar di provinsi Jawa
Timur.

Beberapa kalimat tunggal, 𝑝, 𝑞, dapat digabung dengan menggunakan


kata penghubung sehingga membentuk pernyataan baru seperti 𝑝 dan
𝑞; 𝑝 atau 𝑞; 𝑝 yang 𝑞, dan sebagainya. Pernyataan baru ini disebut
pernyataan majemuk.

Kata-kata penghubung kedua pernyataan biasa disebut konektor atau


perakit.

Ditinjau dari segi definisi kalimat, sebenarnya pernyataan merupakan


kalimat matematika yang tertutup. Perhatikan perbedaan antara kalimat
terbuka dan tertutup berikut.
1) Kalimat tertutup adalah kalimat yang dapat ditentukan nilai
kebenarannya. Nilai kebenaran yang dimaksudkan adalah nilai benar
saja atau nilai salah saja, tetapi tidak keduanya. Yang dimaksud benar
atau salah adalah sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Kalimat tertutup dapat disebut juga sebagai pernyataan.
2) Kalimat terbuka adalah kalimat matematika yang tidak dapat
ditentukan nilai kebenarannya (tidak dapat ditentukan benar atau
salahnya) sampai dilakukan penyelesaian tertentu. Kalimat terbuka
biasanya mengandung unsur atau simbol yang nilainya tidak
diketahui. Unsur atau simbol yang nilainya tidak diketahui ini biasa
disebut dengan variabel atau peubah dan sering dilambangkan
dengan huruf kecil seperti 𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑎, 𝑏, 𝑐, dan sebagainya. Kalimat
terbuka dapat diubah menjadi kalimat tertutup jika variabelnya diganti
dengan nilai tertentu. Contohnya adalah 3𝑥 + 4 = 10 serta akar
kuadrat dari 𝑦 adalah 9.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai negasi suatu pernyataan.

 Definisi 3 Negasi dari pernyataan 𝑝 adalah suatu pernyataan yang


bernilai salah jika 𝑝 benar dan bernilai benar jika 𝑝 salah.
 Notasi Negasi dari 𝑝 biasa dinotasikan dengan ~𝑝 atau ¬𝑝 (dibaca
“negasi 𝑝" , “tidak 𝑝 “ , “bukan 𝑝“, atau “ingkaran 𝑝".
 Contoh. Negasi dari pernyataan ”Bilangan prima genap satu-satunya
adalah 2” adalah ”Bilangan 2 adalah bukan satu-satunya bilangan
prima genap”.

Catatan:
 Kata sifat tidak bisa dijadikan sebagai unsur tak terdefinisi (undefined
term).
 Jika kata-kata seperti ini dibuat untuk membuat pernyataan, maka
harus didefinisikan terlebih dahulu.
 Misalnya pada kalimat “Ani anak yang pandai", selain butuh observasi
juga harus didefinisikan terlebih dahulu tentang kriteria “pandai",
sehingga tidak menimbulkan penafsiran berbeda.
 Jika pernyataan dan negasinya tidak bisa dinilai benar atau salah,
maka kalimat tersebut dikatakan kalimat tak bermakna. Misalnya,
kalimat “Kakak habis dibagi adik” mempunyai negasi “Kakak tidak habis
dibagi adik”.
Sebagai pembahasan terakhir dalam sub materi ini, kita akan belajar
mengenai tabel kebenaran (truth table). Tabel kebenaran sangat
bermanfaat saat mempelajari logika matematika walaupun para
matematikawan tidak sering menggunakannya dalam keseharian
namun tabel kebenaran bisa untuk membantu mengecek kebenaran
bagi para pemula. Ide awalnya adalah dengan merangkum semua
kemungkinan nilai kebanaran dalam satu tabel. Dua pernyataan
dikatakan ekivalen jika keduanya mempunyai hasil tabel
kebenaran yang sama. Berikut merupakan tabel kebenaran untuk
negasi.

𝑨 Bukan 𝑨 (~𝑨)
Benar (B) Salah (S)
Salah (S) Benar (S)

b. Konjungsi dan Disjungsi serta Negasinya


Setelah kita mengenal pernyataan, kini saatnya kita mempelajari
hubungan antarpernyataan melalui suatu atau beberapa perakit.
Berikut perakit yang masih sederhana.

1) Perakit Konjungsi
Konjungsi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (ditulis 𝑝 ∧ 𝑞, dibaca “𝑝 dan 𝑞”)
adalah pernyataan majemuk yang bernilai benar hanya apabila
masing-masing 𝑝, maupun 𝑞 bernilai benar, sedangkan untuk
keadaan lain maka dia bernilai salah. Perakit konjungsi disebut
juga perakit penyertaan, karena harus menyertakan semua
komponen-komponennya dan bernilai benar hanya jika semua
komponennya benar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kata
hubung lain yang mempunyai arti yang sama dengan “dan" yaitu :
“yang, tetapi, meskipun, maupun, sedangkan, padahal,
sambil, juga” dan sebagainya.

2) Perakit Disjungsi
Disjungsi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (ditulis 𝑝 ∨ 𝑞, dibaca “𝑝 atau 𝑞”)
adalah pernyataan majemuk yang bernilai salah hanya apabila
masing-masing 𝑝 dan 𝑞 salah, sedangkan untuk keadaan lain ia
bernilai benar. Disjungsi disebut juga alternatif, karena cukup
salah satu saja komponennya benar maka disjungsinya benar.
Disjungsi yang didefinisikan seperti demikian disebut disjungsi
inklusif (lemah/weak). Disjungsi ini yang banyak dibicarakan
dalam matematika dan jika dikatakan 𝑝 atau 𝑞 maka yang
dimaksud adalah disjungsi inklusif ini.

Sedangkan untuk negasi dari konjungsi dan disjungsi mengikuti


Hukum De’Morgan, yakni:

o Negasi dari 𝑝 ∧ 𝑞, ditulis ∼ (𝑝 ∧ 𝑞), adalah ∼ 𝑝 ∨∼ 𝑞


o Negasi dari 𝑝 ∨ 𝑞, ditulis ∼ (𝑝 ∨ 𝑞), adalah ∼ 𝑝 ∧∼ 𝑞

1. Komponen-komponen, Tabel Kebenaran, dan Negasi dari Bentuk


Implikasi
Kita telah mempelajari dua perakit/penghubung antardua pernyataan.
Dalam Kegiatan Belajar 4 ini kita akan mempelajari perakit lain yang
berhubungan dengan pernyataan bersyarat, yakni bentuk implikasi.

 Definisi 4 Implikasi adalah pernyataan yang bernilai salah hanya


apabila hipotesisnya benar, tetapi diikuti oleh konklusi yang salah.
Untuk keadaan lain implikasinya benar.
 Notasi. Secara matematis kalimat dalam bentuk “Jika 𝑝, maka 𝑞"
yang dinotasikan dengan 𝑝 → 𝑞 disebut implikasi.
 Pada pernyataan 𝑝 → 𝑞:
1. 𝑝 disebut anteseden/ hipotesis,
2. 𝑞 disebut konsekuen/ konklusi/ kesimpulan.

Adakah cara membaca yang lain untuk bentuk 𝑝 → 𝑞? Jawabannya:


ada. Berikut cara membacanya.
1) jika 𝑝, maka 𝑞;
2) setiap kali 𝑝, (maka) 𝑞;
3) 𝑝 hanya jika 𝑞;
4) 𝑝 syarat cukup (sufficient) untuk 𝑞;
5) 𝑞 syarat perlu (necessary) untuk 𝑝:
6) 𝑞 asal saja 𝑝;
Setelah mengetahui cara membaca bentuk implikasi di atas, tentunya
kita perlu memahami apa itu syarat cukup dan syarat perlu. Berikut
diberikan penjelasannya.
 Pernyataan 𝑝 dikatakan syarat cukup bagi 𝑞 apabila 𝑞 selalu
muncul setiap kali 𝑝 muncul.
 Pernyataan 𝑞 dikatakan sebagai syarat perlu untuk 𝑝 apabila
𝑝 muncul hanya jika 𝑞 muncul, jika 𝑞 tidak muncul maka 𝑝 juga tidak
bisa muncul.
Untuk mengilustrasikan dan membedakan syarat cukup dan syarat
perlu, diberikan contoh berikut. Pernyataan berbentuk implikasinya
adalah “Jika suatu bilangan prima, maka bilangan itu bulat”.

Bilangan prima adalah syarat cukup untuk bilangan bulat. Pernyataan


bahwa bilangan itu prima sudah cukup untuk menyatakan bilangan
tersebut bulat. Artinya juga, jika kita ingin bilangan bulat cukup kita
mengambil bilangan prima, karena bilangan prima pasti bulat.

Sebaliknya, jika kita mengambil bilangan yang tidak bulat maka tidak
mungkin kita memperoleh bilangan prima. Akan tetapi untuk
memperoleh bilangan bulat tidak perlu (tidak harus) mengambil
bilangan prima (4 dan 1 juga merupakan bilangan bulat). Supaya
suatu bilangan itu prima, tidak cukup hanya dikatakan bulat (4, 8, bulat
tetapi tidak prima). Jadi, kita juga peroleh kenyataan bahwa syarat
cukup belum tentu perlu dan syarat perlu belum tentu cukup.

Selanjutnya kita akan mempelajari jenis-jenis implikasi.

1. Implikasi Logis: konsekuen secara logis dapat disimpulkan dari


hipotesis.
Contoh: Jika semua bilangan bulat adalah rasional, maka 5 adalah
bilangan rasional.
2. Implikasi Definisional: konsekuen pada implikasi ini dapat
disimpulkan dari hipotesis, yaitu mengacu pada suatu definisi yang
berlaku.
Contoh: Jika bangun geometri ABCD adalah persegi, maka sisi-sisi
yang sehadap adalah sejajar dan sama panjang.
3. Implikasi Empirik atau Kausal: implikasi yang diketahui
berdasarkan pengamatan empiris.
Contoh: Kalau panas air mencapai 100∘𝐶, maka air mendidih.
Konsekuen “air mendidih” hanya dapat diketahui melalui
pengamatan empirik.
4. Implikasi Intensional atau Desisional
Contoh: Misalnya seorang anak (siswa SMA) berkata kepada
orang tuanya: “Kalau ayah tidak bisa mengantar saya ke sekolah,
maka saya akan mencoba berusaha mandiri dengan berangkat ke
sekolah dengan bersepeda”. Konsekuen “saya akan mencoba
berusaha mandiri dengan berangkat ke sekolah dengan bersepeda”
merupakan keputusan (decision) sang anak.

Bagaimana dengan pernyataan yang ekivalen dengan bentuk 𝑝 →


𝑞? Cek bahwa 𝑝 → 𝑞 ≡ ~𝑝 ∨ 𝑞. Dengan demikian, negasi dari 𝑝 → 𝑞
adalah 𝑝 ∧∼ 𝑞.

2. Konsep Konvers, Invers, Kontraposisi, dan Biimplikasi


dari Suatu Bentuk Implikasi, serta Konsep Tautologi dan
Kontradiksi

Dari implikasi 𝑝 → 𝑞, kita dapat membentuk berbagai pernyataan-


pernyataan yaitu:
(i) ∼ 𝑝 → ~𝑞 yang disebut invers,
(ii) 𝑞 → 𝑝 disebut konvers,
(iii) ~𝑞 → ∼ 𝑝 disebut kontra posisi/kontra positif dari implikasi tadi.

Selain tiga bentuk di atas, ada satu bentuk lagi dari implikasi yang
berlaku dua arah. Bentuk tersebut dinamakan biimplikasi. Berikut
penjelasannya.

Biimplikasi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (dinotasikan dengan 𝑝 ↔ 𝑞 dan


dibaca “𝑝 jika dan hanya jika (jhj) 𝑞" atau “𝑝 bila dan hanya bila (bhb)
𝑞") adalah pernyataan yang bernilai benar jika komponen-
komponennya bernilai sama, serta bernilai salah jika komponen-
komponennya bernilai tidak sama.

Bagaimana cara membaca bentuk 𝑝 ↔ 𝑞 selain dari penjelasan di


atas? Biimplikasi 𝑝 ↔ 𝑞 , selain dibaca “𝑝 jika dan hanya jika 𝑞”, dapat
juga dibaca dengan:
1. Jika 𝑝 maka 𝑞 dan jika 𝑞 maka 𝑝,
2. 𝑝 syarat perlu dan cukup bagi 𝑞, dan
3. 𝑞 syarat perlu dan cukup bagi 𝑝.
Definisi biimplikasi memungkinkan kita untuk memperoleh dua
implikasi dari arah yang berbeda. Bagaimanakah penerapannya
dalam bidang matematika itu sendiri? Berikut ini adalah salah satu
contohnya.

 Biimplikasi banyak dipergunakan dalam mendefinisikan sesuatu,


misalnya: “Persegipanjang disebut persegi jika dan hanya jika
masing-masing sudutnya 90∘ dan keempat sisinya sama panjang".
 Di sini terkandung pengertian bahwa jika suatu persegipanjang
adalah persegi, maka keempat sudutnya masing-masing 90∘ dan
keempat sisinya sama panjang.
 Sebaliknya jika suatu persegipanjang masing-masing sudutnya 90∘
dan keempat sisinya sama panjang, maka persegipanjang itu
disebut persegi.
Selanjutnya tentu muncul pertanyaan ”Bagaimana bentuk negasi dari
biimplikasi?”

Negasi bimplikasi 𝑝 ↔ 𝑞 adalah ~𝑝 ↔ 𝑞, di mana ~𝑝 ↔ 𝑞 ekivalen


dengan 𝑝 ↔ ~𝑞 dan [(𝑝 ∧ ~𝑞) ∨ (𝑞 ∧ ~𝑝)].

Setelah kita mendapatkan hasil dari suatu tabel kebenaran, terkadang


kita menemui hasil yang keseluruhannya bernilai benar saja, atau
bernilai saja. Dari fenomena tersebut, akhirnya diperkenalkanlah
istilah tautologi dan kontradiksi. Untuk latar belakangnya dapat
Anda baca dari uraian berikut.
 Beberapa pernyataan dapat digabung untuk membentuk
pernyataan majemuk.
 Pernyataan-pernyataan tunggal 𝑝1, 𝑝2, …, 𝑝𝑛 dapat membentuk
suatu pernyatan majemuk yang dihubungkan oleh berbagai perakit.
 Dilihat dari nilai kebenarannya, ada dua jenis kalimat majemuk
yang istimewa, yaitu kalimat majemuk yang selalu bernilai benar
dan kalimat majemuk yang selalu bernilai salah, terlepas dari nilai
kebenaran masing-masing komponennya.
 Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar
(dalam segala hal) tanpa memandang nilai kebenaran komponen-
komponennya.
 Kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah
(dalam segala hal) tanpa bergantung nilai kebenaran dari
komponennya.

3. Kuantor Universal dan Eksistensial serta Negasinya


Sebelum mempelajari kuantor, ada baiknya kita belajar terlebih dahulu
mengenai tetapan dan peubah. Dalam matematika, notasi yang
melambangkan unsur dibedakan atas dua macam yaitu yang mewakili
unsur yang bersifat tetap dan unsur yang berubah. Berikut diberikan
definisi tetapan beserta contonya.

 Definisi 5 Tetapan atau konstanta adalah lambang yang mewakili


suatu unsur tertentu yang bersifat khusus atau bersifat tetap dalam
suatu semesta pembicaraan.
 Definisi 6. Semesta pembicaraan adalah kumpulan yang menjadi
sumber atau asal unsur-unsur yang dibicarakan.
 Contoh. Dalam pernyataan-pernyataan berikut, simbol yang digaris
bawahi adalah suatu tetapan.
(i)2 adalah bilangan asli.
(ii)Ani berbaju merah.
(iii) Bentuk persamaan linier satu variabel adalah 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏

Sedangkan untuk peubah atau variabel dijelaskan dalam bagian


berikut.

 Definisi 7. Peubah atau variabel adalah lambang yang masih


mewakili suatu unsur umum yang belum dikhususkan atau yang
nilainya berubah-ubah pada semesta pembicarannya.
 Contoh. Bagian-bagian yang digarisbawahi pada contoh kalimat
berikut adalah peubah. Pada umumnya peubah dilambangkan
dengan huruf-huruf terakhir dari abjad seperti 𝑥, 𝑦, dan 𝑧.
(i) 𝑥 adalah bilangan asli
(ii)Manusia berbaju merah
(iii) Bentuk umum fungsi linier adalah 𝑦 = 𝑎 𝑥 + 𝑏
Secara garis besar, kuantor dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu
kuantor universal dan kuantor eksistensial.

 Definisi 8. Kuantor universal, dinotasikan dengan ∀, adalah


sebuah frasa “untuk semua”.

 Contoh
1. Untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ, 𝑥 2 ≥ 0. Penulisan dengan simbol kuantor :
∀𝑥 ∈ ℝ, (𝑥2 ≥ 0). Perhatikan bahwa penggunaan tanda kurung
dimaksudkan untuk menandai bagian yang dikuantifikasi.
2. Untuk setiap bilangan rasional 𝑥 dan 𝑦, hasil kali 𝑥𝑦 dan jumlahan
𝑥 + 𝑦 adalah rasional. Penulisan dengan simbol kuantor:
∀𝑥 ∈ ℚ ∀𝑦 ∈ ℚ, (𝑥𝑦 ∈ ℚ and 𝑥 + 𝑦 ∈ ℚ ) atau ∀𝑥, 𝑦 ∈ ℚ ,
(𝑥𝑦 ∈ ℚ and 𝑥 + 𝑦 ∈ ℚ )

Selanjutnya untuk kuantor eksistensial dijelaskan sebagai berikut.


 Definisi 9 Kuantor eksistensial, dinotasikan dengan ∃, adalah
sebuah frasa “terdapat” atau “beberapa” atau “ada”.
 Contoh
1. Terdapat 𝑥 ∈ ℤ sehingga 𝑥 2 = 4”.Catatan: kata “terdapat” bukan
berarti “hanya ada satu”.
2. Terdapat 𝑥 ∈ ℤ sehingga 𝑥 2 = 5”.
3. “∃𝑥 ∈ ℤ(𝑥2 − 4𝑥 + 3 = 0)”. Dibaca: terdapat suatu bilangan bulat 𝑥
sehingga 𝑥2 − 4𝑥 + 3 = 0.
Dengan demikian, bagaimana negasi dari kuantor itu? Perhatikan
penjelasan berikut.

 Jika kita ingin menegasikan suatu pernyataan 𝑝 yang berkuantor,


maka ubah setiap ∀ ke ∃ dan setiap ∃ ke ∀, dan juga gantilah 𝑝
dengan negasinya.
 ~{∀(𝑥), 𝑝(𝑥)} ≡ {∃(𝑥)}{~𝑝(𝑥)}
 ~{∃(𝑥), 𝑝(𝑥)} ≡ {∀(𝑥)}{~𝑝(𝑥)}

4. Kevalidan Argumen dan Kaidah Penarikan Kesimpulan


Sebelum lebih jauh membahas penarikan kesimpulan, kita akan
belajar terlebih dahulu mengenai premis dan konklusi.
 Premis adalah pernyataan-pernyataan yang diketahui yang akan
ditarik kesimpulannya.
 Konklusi adalah kesimpulan dari beberapa pernyataan.
 Argumentasi adalah penarikan kesimpulan.
 Penarikan kesimpulan dikatakan sah atau valid bila konjungsi dari
premis-premis berimplikasi dengan konklusi (kesimpulan) atau
merupakan tautologi.
Selanjutnya kriteria apa saja yang diperlukan agar suatu argumen
dikatakan valid dan bagaimana kriteria validitas itu sendiri?

 Ketika suatu argumen dikatakan valid, kebenaran dari premisnya


menjamin kebenaran kesimpulannya.
 Suatu argumen dikatakan valid jika tidak mungkin semua
premisnya bernilai benar namun kesimpulannya salah.
 Validitas tidak bergantung kepada kumpulan fakta-fakta.
 Validitas tidak bergantung kepada hokum-hukum alam.
 Validitas tidak bergantung kepada makna dari ekspresi personal
yang spesifik.
 Validitas bergantung secara alami terhadap bentuk dari argumen.
Kegitan Belajar 4 Logika

Berikut diberikan contoh argumen yang valid dan tidak valid.

 Contoh Argumen yang Tidak Valid


o Zeno adalah seekor kura-kura.
o Oleh karena itu, Zeno ompong.
Catatan: kebenaran premisnya tidak menyediakan jaminan yang kuat
untuk kebenaran kesimpulannya.
 Contoh Argumen yang Valid
o Zeno adalah seekor kura-kura.
o Semua kura-kura ompong.
o Oleh karena itu, Zeno ompong.
Kemudian bagaimana struktur penulisan argumen itu? Berikut akan
diberikan salah satu cara menuliskan premis-premis beserta
kesimpulannya.

Bentuk argumen:
Premis 1
Premis 2
.
.
.
Premis n
Oleh karena itu, Simpulan (Konklusi)

Terdapat tiga jenis penarikan kesimpulan yang sering digunakan.


Ketiga jenis penarikan kesimpulan itu adalah sebagai berikut.
1. Modus Ponens
Modus Ponens merupakan suatu kaidah penarikan kesimpulan
dengan premis 1 menyatakan 𝑝 → 𝑞 dan premis 2 menyatakan 𝑝
sehingga diperoleh kesimpulan pernyataan 𝑞.
2. Modus Tollens
Modus Tonens merupakan suatu kaidah penarikan kesimpulan
dengan premis 1 menyatakan 𝑝 → 𝑞 dan premis 2 menyatakan ~𝑞
sehingga diperoleh kesimpulan pernyataan ~𝑝.
3. Silogisme
Silogisme merupakan suatu kaidah penarikan kesimpulan dengan
premis 1 menyatakan 𝑝 → 𝑞 dan premis 2 menyatakan 𝑞 → 𝑟
sehingga diperoleh kesimpulan pernyataan 𝑝 → 𝑟 .

93
Kegitan Belajar 4 Logika

Rangkuman
KEGIATAN BELAJAR 4

1. Pernyataan adalah suatu kalimat matematika terbuka yang jelas


nilai kebenarannya.
2. Negasi dari suatu pernyataan 𝑝 adalah pernyataan yang bernilai
salah saat 𝑝 bernilai benar.
3. Pernyataan-pernyataan dapat dikonstruksi dengan menggunakan
perakit/penghubung “dan” dan “atau”.
4. Dua pernyataan dikatakan ekivalen jika keduanya mempunyai hasil
tabel kebenaran yang sama. Yakni ~(𝑝 ∧ 𝑞) ≡∼ 𝑝 ∨∼ 𝑞 dan ~(𝑝 ∨
𝑞) ≡∼ 𝑝 ∧∼ 𝑞.
5. Pada bentuk implikasi 𝑝 → 𝑞, pernyataan 𝑝 disebut sebagai
hipotesis atau asumsi, sedangkan pernyataan 𝑞 disebut sebagai
kesimpulan.
6. Bentuk 𝑝 → 𝑞 dapat ditulis sebagai Jika 𝑝, maka 𝑞.
7. Pernyataan 𝑝 mengimplikasikan 𝑞 berarti bahwa jika 𝑝 benar, maka
𝑞 benar. Tidak ada yang lain. Jika 𝑝 salah, maka 𝑞 bisa benar dan
bisa juga salah.
8. Negasi dari 𝑝 → 𝑞 adalah bukan 𝑝 atau 𝑞.
9. Pernyataan “ hanya jika 𝑞” sama dengan 𝑝 → 𝑞.
10. Pernyataan “𝑞 jika 𝑝” sama juga dengan 𝑝 → 𝑞.
11. Dari implikasi 𝑝 → 𝑞, kita dapat membentuk berbagai pernyataan-
pernyataan, yaitu:
(i) ∼ 𝑝 → ~𝑞 yang disebut invers,
(ii) 𝑞 → 𝑝 disebut konvers,
(iii) ~𝑞 →∼ 𝑝 disebut kontra posisi/kontra positif.
12. Biimplikasi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (dinotasikan dengan 𝑝 ↔ 𝑞 dan
dibaca “𝑝 jika dan hanya jika (jhj) 𝑞" atau “𝑝 bila dan hanya bila
(bhb) 𝑞") adalah pernyataan yang bernilai benar jika komponen-
komponennya bernilai sama, serta bernilai salah jika komponen-
komponennya bernilai tidak sama.
13. Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar
(dalam segala hal) tanpa memandang nilai kebenaran komponen-
komponennya.
14. Kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah

94
Kegitan Belajar 4 Logika

(dalam segala hal) tanpa bergantung nilai kebenaran dari


komponennya.
15. Kuantor universal, dinotasikan dengan ∀, adalah sebuah frasa
“untuk semua”.
16. Kuantor eksistensial, dinotasikan dengan ∃, adalah sebuah frasa
“terdapat” atau “beberapa” atau “ada”.
17. Jika kita ingin menegasikan suatu pernyataan 𝑝 yang berkuantor,
maka ubah setiap ∀ ke ∃ dan setiap ∃ ke ∀, dan juga gantilah 𝑝
dengan negasinya.
18. Premis adalah pernyataan-pernyataan yang diketahui yang akan
ditarik kesimpulannya.
19. Konklusi adalah kesimpulan dari beberapa pernyataan.
20. Argumentasi adalah penarikan kesimpulan.
21. Penarikan kesimpulan dikatakan sah atau valid bila konjungsi dari
premis-premis berimplikasi dengan konklusi (kesimpulan) atau
merupakan tautologi.
22. Terdapat tiga jenis metode penarikan kesimpulan yang paling
sering digunakan, yakni Modus Ponens, Modus Tollens, dan
Silogisme.

95
Kegitan Belajar 4 Logika

Tugas
KEGIATAN BELAJAR 4

1. Buatlah tabel kebenaran untuk perakit konjungsi (“dan”), perakit


disjungsi (“atau”), dan bentuk implikasi.
2. Negasikan pernyataan-pernyataan berkuantor berikut.
a) Terdapat seekor kucing berwarna abu-abu.
b) Terdapat seorang pemelihara untuk setiap kucing.
c) Terdapat seekor kucing abu-abu untuk setiap pemelihara kucing
d) Setiap mesin pemadam kebakaran berwarna merah dan setiap
mobil ambulan berwarna putih.
3. Buatlah tabel kebenaran dari bentuk invers, konvers, dan kontrapositif.
4. Buatlah tabel kebenaran dari bentuk biimplikasi.
5. Berikan satu contoh argumen yang valid dan argumen yang tidak
valid, serta berikan alasan mengapa dikatakan tidak valid!
6. Buat penarikan simpulan masing-masing untuk Modus Ponens, Modus
Tollens, dan Silogisme.

96
Tes Formatif
KEGIATAN BELAJAR 4

1. Di bawah ini yang merupakan contoh pernyataan adalah … .


A. Pemerintah berharap agar masyarakat tertib membayar pajak untuk
kesejahteraan bersama.
B. Jangan sampai terlambat mengikuti ujian akhir!
C. Ada bilangan ganjil yang habis dibagi 2.
D. Apakah bilangan prima itu ada yang genap?
E. Untuk menghindari kemacetan sebaiknya kamu berangkat pagi-
pagi sekali.
2. Negasi/ingkaran adalah … .
A. Pernyataan yang membenarkan pernyataan yang diberikan
B. Pernyataan yang menyangkal pernyataan yang diberikan
C. Pernyataan yang menyangkal dan membenarkan pernyataan yang
diberikan
D. Pernyataan yang bernilai benar
E. Pernyataan yang bernilai salah
3. Negasi dari pernyataan “Ada hewan yang berkaki dua dan semua
hewan di sini tidak bertanduk” adalah … .
A. Semua hewan berkaki dua dan ada hewan di sini yang bertanduk
B. Ada hewan yang tidak berkaki dua dan ada hewan di sini yang
bertanduk
C. Semua hewan tidak berkaki dua dan ada hewan di sini yang
bertanduk
D. Semua hewan tidak berkaki dua atau ada hewan di sini yang tidak
bertanduk
E. Semua hewan tidak berkaki dua atau ada hewan di sini yang
bertanduk
4. Negasi dari pernyataan “Pada rumah atau hotel itu terdapat pintu yang
didesain dengan sangat bagus” adalah … .
A. Pada rumah dan hotel itu semua pintunya didesain dengan sangat
bagus.
B. Pada rumah dan hotel itu terdapat pintu yang didesain dengan
sangat tidak bagus.

97
C. Pada rumah dan hotel itu semua pintunya didesain dengan sangat
tidak bagus.
D. Pada rumah atau hotel itu semua pintunya didesain dengan sangat
tidak bagus.
E. Pada rumah dan hotel itu terdapat pintu yang didesain dengan
sangat bagus.
5. Jika 𝑝: semua dokter berbadan sehat dan 𝑞: semua dokter berumur
panjang, maka ∼ (𝑝 → 𝑞) adalah … .
A. Semua dokter berbadan sehat dan terdapat dokter yang berumur
pendek.
B. Semua dokter berbadan sehat atau terdapat dokter yang berumur
pendek.
C. Terdapat dokter yang berbadan sehat dan berumur panjang.
D. Terdapat dokter yang berbadan sehat atau berumur pendek.
E. Ada dokter berbadan sehat sehat dan berumur pendek.
6. Negasi dari pernyataan “Aku akan datang jika kamu berjanji akan
datang” adalah … .
A. Kamu tidak berjanji akan datang dan aku tidak akan datang.
B. Aku tidak akan datang jika kamu tidak berjanji akan datang.
C. Kamu berjanji akan datang atau aku akan datang
D. Kamu berjanji akan datang dan aku tidak akan datang
E. Kamu tidak berjanji akan datang dan aku tidak akan datang
7. Bentuk kontrapositif dari pernyataan “Jika dia tidak menjawab, maka
dia tidak tahu” adalah … .
A. Jika dia menjawab, maka dia tahu.
B. Jika dia tahu, maka dia menjawab.
C. Jika dia tidak tahu, maka dia tidak menjawab.
D. Jika dia menjawab, maka belum tentu dia tahu.
E. Jika dia tahu, maka dia bisa saja tidak menjawab.
8. Negasi dari pernyataan “Ada rumah yang tidak dihuni” adalah … .
A. Ada rumah yang dihuni
B. Semua rumah tidak dihuni
C. Beberapa rumah tidak dihuni
D. Semua rumah dihuni
E. Ada rumah yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni
9. Berikut argumen yang valid adalah … .
A. Ikbal adalah seorang TNI. Oleh karena itu badan Ikbal kekar.
B. Ikbal adalah seorang TNI. Beberapa TNI berbadan kekar. Oleh
karena itu badan Ikbal kekar.
C. Ikbal adalah seorang TNI. Jadi Ikbal setiap hari menjunjung tinggi
kedisiplinan.
D. Ikbal adalah seorang TNI. Semua TNI berbadan kekar. Oleh karena
itu badan Ikbal kekar
E. Ikbal adalah seorang TNI. Beberapa TNI suka makan pedas. Oleh
karena itu badan Ikbal kekar
10. Kesimpulan dari dua premis berikut: (1) Jika kamu datang maka aku
tidak akan pergi, (2) Aku akan pergi atau tinggal di rumah adalah … .
A. Jika kamu tidak datang maka aku akan tidak tinggal di rumah
B. Kamu tidak datang atau aku tinggal di rumah
C. Kamu tidak datang dan aku tidak tidak tinggal di rumah
D. Kamu datang dan aku tinggal di rumah
E. Jika kamu datang maka aku tidak tinggal di rumah
Tugas Akhir

Setelah Bapak/Ibu memahami materi dan mengerjakan tugas/soal-soal


pada Kegiatan Belajar 1, 2, 3, dan 4, maka Anda dapat mengerjakan
tugas akhir. Dalam tugas akhir ini, Anda diminta untuk membuat buku mini
(mini book) pada suatu jenjang kelas tertentu di MI (Pilih satu jenjang
kelas). Buku mini tersebut diintegrasikan dengan muatan islami.
Tunjukkan kreativitas yang tinggi dalam pembuatan produk buku mini
tersebut.

Tes Sumatif
1. Banyak ayat dalam surat berikut adalah bilangan komposit, kecuali … .
a. Surat Al-Zalzalah
b. Surat Al-Bayyinah
c. Surat Al-Layl
d. Surat Al-Humazah
e. Surat Al-Qori’ah

2. (−12) + 648 ∶ (−3) × (−4) = … .


a. (−66) b. (−52) c. d. 852 e. 864

3. Diberikan bilangan 4, 5, 6, 7, dan 8.Di antara kelima bilangan tersebut,


bilangan yang jika dikuadratkan akan meningkat 500% adalah … .
a. 4 b. 5 c. 6 d. 7 e. 8

4. Pak Ihsan mengangkut buah apel dari Malang ke Surabaya sebanyak


636 peti. Buah apel tersebut akan diangkut oleh 6 mobil dengan
ketentuan banyak peti yang dimuat setiap mobil sama dan setiap peti
berisi 35 kg apel. Berat semua apel yang diangkut setiap mobil adalah
… kg.
a. 560 b. 3560 c. 3710 d. 3800 e. 3950

100
5. Aslikah sedang melaksanakan sholat Ashar. 2018 sholat fardhu
kemudian adalah sholat ... .
a. Shubuh b. Dhuhur c. Ashar d. Maghrib e. Isya

6. Ibu Yanti berbelanja ke pasar setiap 4 hari sekali, ibu Lisa setiap 5
hari sekali, dan Ibu Kholisoh setiap 6 hari sekali. Jika mereka
berbelanja untuk pertama kalinya pada tanggal 17 April, maka mereka
akan berbelanja bersama-sama lagi untuk yang kedua kalinya pada
tanggal
... .
a. 16 Mei b. 17 Mei c. 15 Juni d. 16 Juni e. 17 Juni

7. Hasil dari 1 − 1 ÷ 1 ÷ 1 ÷ 1 ÷ 1 1
÷…÷ adalah ... .
21 1 1 1 2018
a. 0 1
1 2 3 4 5
b.
2018
1
c.
2019
2018
d. 2019
e. Semua jawaban salah

8. Perbandingan tabungan Ikhwan dan tabungan Hilda adalah 3:7.


Jumlah tabungan Ikhwan dan Hilda adalah Rp700.000,00. Besar
tabungan Hilda adalah ... .
a. Rp 450.000,00 d. Rp 480.000,00
b. Rp 460.000,00 e. Rp 490.000,00
c. Rp 470.000,00

9. Sebuah keluarga terdiri dari abi, umi dan anggota keluarga. Dalam
keluarga tersebut, terdapat 7 saudara laki-laki. Masing-masing
mempunyai 1 saudara perempuan. Jumlah seluruh anggota dalam
keluarga tersebut adalah … .
a. 8 b. 10 c. 12 d. 14 e. 16

10. Kelereng Hendra 12 butir lebih banyak dari kelereng Alwi. Banyak
kelereng Alwi dibanding dengan banyak kelereng Hendra adalah
4: 7. Banyak kelereng Alwi adalah ... .
a. 16 b. 20 c. 24 d. 28 e. 32

𝑏
11. Bentuk sederhana dari 52𝑎
5 3 adalah ... .
2𝑎3𝑏2

101
a. 5𝑎2𝑏 b. 26𝑎2𝑏 c. 5𝑎 8𝑏5 d. 26𝑎2𝑏5 e. 26𝑎 8𝑏5

102
12. Nilai 𝑝 yang memenuhi −17 = 32 + 𝑝 adalah ... .
a. −59 b. −49 c. −15 d. 15 e. 49
13. Jika 𝑎 = −3, maka 8 − 𝑎 − 𝑎2 = ... .
a. −14 b. −4 c. 2 d. 4 e. 28

14. Jumlah dari tiga bilangan berbeda adalah 20. Bilangan pertama
besarnya 4 kali dari jumlah bilangan kedua dan bilangan ketiga. Hasil
kali ketiga bilangan tersebut adalah ... .
a. 36 b. 48 c. 56 d. 64 e. 96

15. Perhatikan gambar di samping!


Diketahui keliling persegi sama dengan keliling segitiga.
Jika keliling persegi 20 cm, maka keliling gabungan kedua
bangun tersebut adalah ... .
a. Tidak bisa ditentukan
b. 25 cm
c. 30 cm
d. 35 cm
e. 40 cm

16. Luas daerah yang diarsir adalah......𝑐𝑚2.


10 cm

4 cm

a. 80 b. 82 c. 84 d. 86 e. 88

17. Trapesium ABCD dengan panjang AD = 25 cm dan BC = 16 cm. Jika


luas trapesium adalah 246 cm2, panjang BE adalah ... .

a. 10 cm b. 11 cm c. 12 cm d. 13 cm e. 14 cm

102
18. Kebun pak Arif berbentuk persegi dengan luas 4.225 𝑚 2. Keliling
kebun paman Arif adalah ... 𝑚.
a. 220 b. 230 c. 240 d. 250 e. 260

A P
19. Perhatikan gambar di samping! Titik P, Q, R, dan S B
berada tepat di tengah-tengah AB, BC, CD, dan
AD. Jika AB = 10 cm, maka luas daerah
lingkarannya adalah ... .
S Q
a. 𝜋 (5√2 – 5)2
b. 𝜋 (5√3 – 5)2
c. 25 𝜋
9 D R C
d. 25𝜋
e. Tidak bisa ditentukan

20. Sebuah kotak berbentuk kubus mempunyai volume 46.656 𝑐𝑚3. Kotak
tersebut diisi pasir hingga setengah bagian. Tinggi pasir dalam kotak
tersebut adalah ... .
a. 18 cm b. 19 cm c. 26 cm d. 30 cm e. 36 cm

21. Lima segitiga siku-siku sama kaki yang kongruen disusun seperti
gambar di bawah ini.

A B

Jika panjang AB adalah 30 cm, maka luas daerah yang diarsir adalah
….
a. 30 cm2 b. 35 cm2 c. 40 cm2 d. 45 cm2 e. 50 cm2

22. Hasil ulangan susulan Matematika dari 12 siswa adalah 10, 4, 10, 5,
7, 8, 7, 9, 8, 8, 3, 5. Median dari data tersebut adalah … .
a. 5,5 b. 6 c. 6,5 d. 7 e. 7,5

23. Hasil tes Matematika 14 siswa sebagai berikut: 7, 6, 5, 9, 5, 8, 4, 7, 6,


7, 5, 9, 7, 8. Banyak siswa yang mempunyai nilai di atas rata-rata
adalah … .
a. 5 b. 6 c.7 d. 8 e. 9

103
24. Data nilai ulangan Matematika kelas VI MI Bustanul Ulum yang
berjumlah 30 siswa menunjukkan bahwa 4 siswa mendapat nilai 100,
7 siswa mendapat nilai 90, 6 siswa mendapat nilai 80, 7 siswa
mendapat nilai 75, dan sisanya mendapat nilai 70. Jadi modus nilai
dari data tersebut adalah ... .
a. 70 b. 80 c. 75 dan 90 d. 90 e. 100

25. Rata-rata usia tiga pria adalah 26 tahun. Usia mereka tidak lebih dari
30 tahun. Usia terendah yang mungkin dari pria-pria tersebut adalah...
.
a. 15 b. 16 c. 17 d. 18 e. 19

26. Pernyataan-pernyataan berikut bernilai benar, kecuali … .


a. (−3,89) > (−4,1)

b. 63 < √47.089
c. 349 adalah bilangan prima
d. Setiap bilangan cacah pasti bilangan rasional
e. Untuk semua bilangan real 𝑥 , berlaku 𝑥 2 > 0

27. Invers dari pernyataan ”jika matahari terbit, maka semua ayam jantan
berkokok ” adalah ... .
a. Jika beberapa ayam jantan tidak berkokok, maka matahari tidak
terbit
b. Jika beberapa ayam jantan berkokok, maka matahari tidak terbit
c. Jika beberapa ayam jantan berkokok, maka matahari terbit
d. Jika matahari tidak terbit, maka beberapa ayam jantan tidak
berkokok
e. Jika matahari terbit, maka beberapa ayam jantan tidak berkokok

28. Pernyataan yang ekivalen dengan ”Jika Anda rajin membaca Al-
Qur’an, maka Anda segera khatam” adalah ... .
a. Jika Anda segera khatam, maka Anda rajin membaca Al-Qur’an
b. Jika Anda tidak rajin membaca Al-Qur’an, maka Anda tidak segera
khatam
c. Anda tidak rajin membaca Al-Qur’an, tetapi Anda segera khatam
d. Anda tidak segera khatam, tetapi Anda rajin membaca Al-Qur’an
e. Jika Anda tidak segera khatam, maka Anda tidak rajin membaca
Al-Qur’an

104
29. Negasi dari pernyataan kuantor ∀𝑥(𝑥 + 4 < 9) adalah ... .
a. ∀𝑥(𝑥 + 4 = 9) b. ∃𝑥(𝑥 + 4 < 9) c. ∀𝑥(𝑥 + 4 ≥ 9) d. ∃𝑥(𝑥 + 4 ≥ 9) e.∃𝑥(𝑥 + 4 ≤ 9)

30. Perhatikan argumen berikut.


Premis 1: Jika besar sudut X lancip , maka besar sudut pelurusnya
tumpul.
Premis 2: Besar sudut pelurusnya tidak tumpul.
Simpulan: Jadi, besar sudut X tidak lancip.
Jenis argumen di atas adalah ... .
a. Modus ponens
b. Modus tollens
c. Silogisme
d. Konjungsi
e. Kontradiksi

105
KUNCI TES FORMATIF
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 1 (Bilangan dan Aljabar)
1. C
2. B
3. D
4. E
5. B
6. C
7. D
8. A
9. E
10. A

Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 2 (Geometri)


1. C
2. B
3. D
4. E
5. B
6. C
7. D
8. A
9. E
10. A

Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3 (Statistika)


1. D
2. B
3. E
4. A
5. C
6. B
7. D
8. C
9. E
10. A
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 4 (Logika)
1. C
2. B
3. C
4. C
5. A
6. D
7. B
8. D
9. D
10. B

KUNCI TES SUMATIF


1. E 11. B 21. D
2. D 12. B 22. E
3. C 13. C 23. D
4. C 14 B 24. C
5. A 15. C 25. C
6. D 16. C 26. E
7. D 17. C 27. E
8. E 18. E 28. E
9. A 19. A 29. D
10. A 20. A 30. B
Daftar Pustaka

Bennet, A., Burton, L., & Nelson, L. 2011. Mathematics for Elementary Teachers.
USA: Mc Graw Hill.
Kennedy, L.M, & Tipps, S. 1994. Guiding Children’s Learning of Mathematics.
California: Wadsworth Publishing Company.
Nisfulaila, I. 2018. Modul Logika dan Pembuktian. Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim.
Oberste-Vorth, R.W., & Mouzakitis, A. 2003. Bridge to Abstract Mathematics. Florida:
University of South Florida.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. USA: The
National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Mukmin, M. I. 2018. Modul Statistika Pendidikan (Statistika Deskriptif Berbasis
Microsoft Excel 2010). Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Musser, G., Burger, W., & Peterson, B. 2011. Mathematics for Elementary
Teachers: A Contemporary Approach. USA: John Willey & Sons.
Riedesel, C.A., Schwartz J.E., & Clements, D.H. 1996. Teaching Elementary
School Mathematics. Boston: Allyn & Bacon.
Rofiki, I. 2018. Modul Logika Matematika. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Walpole, R. E., & Myers, R. H. 1983. Probability and Statistics for Engineers
and
Scientists. New York: Macmillan Publishing Co.
Glosarium
Anggota himpunan Suatu objek dalam himpunan
Belah ketupat Suatu jajargenjang dengan empat sisi yang sama
panjang.
Bilangan asli Bilangan 1, 2, 3, 4, …
Bilangan bulat Bilangan yang terdiri dari bilangan nol, bilangan asli,
dan lawan-lawannya.
Bilangan rasional Bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk 𝒑
𝒒
dengan 𝒑 dan 𝒒 adalah bilangan bulat, serta 𝑞 ≠ 0.
Bilangan irasional Bilangan yang bukan rasional.
Bilangan real Gabungan bilangan rasional dan irasional
Bilangan prima Bilangan asli lebih dari 1 yang memiliki tepat 2 faktor,
yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Contoh: 2, 3, 5, 7,
dan 11.
Bilangan komposit Bilangan asli lebih dari 1 yang bukan merupakan
bilangan prima. Contoh: 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 18,
20, dan 21.
Desimal berulang Desimal yang satu atau serangkaian angkanya terus
berulang. Contoh 0,34343434… .
Derajat Satuan ukuran sudut, dengan 1 derajat adalah
ukuran sudut yang sama dengan 1
360 ukuran sudut
satu putaran penuh.
Jarak antar dua Panjang ruasgaris terpendek antara kedua titik
titik tersebut
Kongruen Dua bangun geometri atau lebih dikatakan kongruen
jika dan hanya jika bangun-bangun tersebut memiliki
bentuk dan ukuran yang sama.
Kontradiksi Suatu pernyataan majemuk yang selalu bernilai
salah untuk setiap komponen-komponennya.
Rata-rata (mean) Jumlah data dibagi banyaknya data.
Median (nilai Data yang letaknya paling tengah setelah data
tengah) tersebut diurutkan.
Modus Data yang paling sering muncul.
Pernyataan Kalimat yang bernilai benar saja atau salah saja,
tetapi tidak keduanya.
Radian Satuan ukuran sudut, dengan 1 radian adalah
ukuran sudut di pusat lingkaran yang panjang busur
di hadapannya sama panjang dengan panjang jari-

109
jari lingkarannya.
Sebangun Bangun-bangun geometri dikatakan sebangun jika
dan hanya jika bangun-bangun geometri tersebut
mempunyai bentuk sama, tetapi tidak harus
berukurannya sama.
Sudut Gabungan dua sinar garis yang titik pangkalnya
berhimpit.
Tautologi Suatu pernyataan majemuk yang selalu bernilai
benar untuk setiap nilai kebenaran komponen-
komponennya
Teorema Pernyataan yang kebenarannya harus dibuktikan.

110

Anda mungkin juga menyukai