Anda di halaman 1dari 48

METODE PEMBELAJARAN STAD

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS


DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA

Penulis : Dra. RATNAWATI


Editor : Drs.H.Ferial, M.PdT
Layout & Grafis :

TOLONG BUATKAN CETAKAN 1


TAHUN 2018
Tahun ISBN MENYESUAIKAN

1
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji untuk Allah Ta’ala, Tuhan seru
sekalian alam atas segala limpahan rahmat, taufiq dan inayah-Nya sehingga
penulis dapat merampungkan naskah buku ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya hingga hari kiamat, kelak.
Sudah bukan rahasia lagi sebahagian besar siswa menganggap
matematika pembelajaran yang sulit dipahami, sehingga hasil belajar
matematika yang rendah merupakan sesuatu yang wajar bagi mereka.. Guru
dianggap sebagai pihak yang paling berpengaruh dalam keberhasilan proses
pembelajaran. Setiap guru dituntut untuk mampu memilih metode atau
model pembelajaran yang tepat sehingga melalui pilihan guru tewujud
pembelajaran aktif kreatif dan menyenangkan (PAKEM). Salah satu metode
pembelajaran PAKEM yang direkomendasikan para ahli dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar adalah metode kooperatif tipe STAD.
Buku ini mencoba menjelaskan usaha guru mengatasi masalah siswa
dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan metode kooperatif tipe
STAD. Semula naskah ini merupakan hasil penelitian tindakan kelas yang
dilakukan pada semester Juli-Desember 2017 ditempat penulis bertugas SMA
Negeri 3 Solok. Mengingat ada beberapa hal yang sekiranya memiliki nilai
manfaat, hasil penelitian ini kemudian penulis rubah dengan penambahan data
seperlunya dengan harapan menambah wawasan dan bahan diskusi bagi kita
semua.
Penulisan buku ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Terutama
dan yang paling utama adalah suami tercinta dan nanda tersayang yang selalu
memotivasi kegiatan-kegiatan dalam memajukan anak bangsa. Ucapan terima
kasih penulis haturkan kepada kepala SMA Negeri 3 Solok dan majelis guru
SMA Negeri 3, begitu juga kepada teman-teman di Forum Komunikasi
MGMP SLTA kota Solok yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Penulis
juga mengucapkan terima kasih untuk penerbit Gema Media Wonosobo yang
merealisasikan terwujudnya buku ini
Sebagai penulis yang belum banyak pengalaman disadari tentunya
terdapat berbagai kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan buku ini. Oleh
karenanya, kritik konstruktif dari para pembaca yang budiman selalu penulis
tunggu dengan tangan terbuka lebar demi perbaikan buku ini di masa
mendatang.
Solok, Desember 2018

Dra. Ratnawati

2
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tentang Buku ini
BAB II. AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
A. Pengertian Aktivitas Belajar
B. Pengertian Hasil Belajar
BAB III PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A. Hakekat Pembelajaran Matematika
B. Pembelajaran Matematika di SMA
BAB IV. METODE PEMBELAJARAN STAD
A. Pengertian Metode pembelajaran STAD
B. Langkah – langkah Metode Pembelajaran STAD
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran STAD
D. Kerangka Pikir dan Implementasi STAD dalam matematika

BAB V. PENERAPAN METODE STAD DALAM PENELITIAN


TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
B. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
BAB VI. HASIL PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN STAD
A. Deskripsi Kondisi Awal
B. Hasil Penelitian Siklus I
C. Hasil Penelitian Siklus II
D. Pembahasan
BAB VII. PENUTUP

DAFTAR BACAAN
PROFIL PENULIS

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Buku standar isi
2006). Dengan mempelajari ilmu matematika, siswa akan memiliki
pengetahuan bilangan yang kuat untuk kehidupan sehari –hari dan juga
memiliki landasan dasar yang akan berguna pada bidang lainnya terutama
pada bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satu pendidikan
SMA/MA meliputi aspek: 1) Logika; 2) Aljabar; 3) Geometri;
4)Trigonometri; 5)Kalkulus dan 6) Statistika dan peluang (Buku standar
isi,146). Berdasarkan ruang lingkup proses pembelajaran matematika
diharapkan siswa memiliki kecakapan berfikir rasional, kecakapan
berkomunikasi dan memecahkan masalah secara matematis. Kecakapan
proses matematika juga meliputi kecakapan untuk mengeksplorasi,
memprediksi, berfikir logis rasional, dan memecahkan masalah. Disamping
itu mereka juga akan memiliki nilai dan sikap percaya diri, dan kemampuan
untuk menggunakan informasi dan mengolahnya secara sederhana dalam
pemecahan masalah sesuai dengan usia mereka.
Pembelajaran matematika harus didesain agar menarik minat siswa
dan menumbuhkan dorongan untuk belajar sehingga mereka terikat dalam
proses pembelajaran matematika. Sikap positif terhadap matematika,
mendorong keberhasilan siswa dalam menguasai dan memiliki kecakapan
matematika, yang pada akhirnya membuat mereka memiliki sikap percaya
diri yang kuat (Hari Suderajat, 2004). Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan mata pelajaran matematika sangat menunjang optimalisasi
kemampuannya dijenjang pendidikan selanjutnya.
Salah satu tujuan proses pembelajaran adalah hasil belajar, hasil
belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: kurikulum,
guru, dan kondisi lingkungan sekolah (guru, siswa dan sarana prasarana
sekolah) Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan

4
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam pembelajaran dikelas tugas dan fungsi guru
adalah menggerakan siswa-siswa nya dengan mempengaruhi, membimbing,
memotivasi dan mengarahkan agar siswa-siswa itu berbuat atau berprilaku
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan proses belajar
mengajar.
Namun dalam kenyataannya keberhasilan pembelajaran disuatu kelas
belum tentu berhasil dikelas lainnya. Inilah yang penulis temui pada satu
kelas (rombongan belajar) dari 25 orang siswa baru 12 orang (48%) yang
tuntas sisanya 13 orang (52%) harus mengikuti program remedial dan nilai
rata-rata kelas masih dibawah KKM. Konfirmasi penulis kepada siswa yang
belum tuntas, sebagian besar siswa menganggap pembelajaran matematika
merupakan pelajaran yang sulit dipahami, sehingga rendahnya motivasi
siswa. Upaya yang telah dilaksanakan guru selama ini adalah dengan
memberikan jam tambahan belajar dan bimbingan mandiri bagi siswa yang
hasil belajarnya belum mencapai KKM, namun kondisi ini tentu tidak
mungkin dilakukan terus menerus karena terbatas waktu .
Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam pembelajaran matematika
salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan menurut Sukayati
(2004) dengan menerapkan metode pembelajaran dengan strategi PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan) yang salah satunya adalah
metode STAD (Student Team Achiement Division).
Metode STAD merupakan model pembelajaran aktif dengan siswa
berkelompok, siswa diberi tanggung jawab belajar bersama, saling
berdiskusi menyelesaikan masalah/tugas yang diberikan siswa,
keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan dengan adanya saling
kerjasama siswa yang lebih menguasai materi dengan memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok yang belum memahaminya, diakhir
pembelajaran diberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil
meningkatkan hasil prestasi kawan sekelompoknya. Tugas bimbingan
mandiri yang selama ini dilaksanakan guru, dilimpahkan kepada teman
sekelompok, dan dalam hal ini merupakan penguatan pemahaman bagi
siswa yang memberikan penjelasan kepada temannya.

B. Tentang Buku ini


Buku ini semula merupakan hasil penelitian tindakan kelas (PTK)
yang dilaksanakan pada semester Juli – Desember 2017 di SMA Negeri 3
Solok . Karena dirasa perlu disebarluaskan, maka hasil PTK tersebut
penulis modivikasi dan lengkapi dengan data-data terbaru. Permasalahan
yang dibahas untuk didiskusikan dalam buku ini adalah bagaimanakah

5
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika?.
BAB II
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
A. Aktivitas Belajar
1. Pengertian Aktivitas Belajar
Sebelum kita membahas aktivitas belajar, perlu sama kita pahami
apa arti aktivitas . Anton M. Mulyono (2002) yang menjelaskan bahwa
aktivitas ialah kegiatan atau keaktivan. Jadi segala sesuatu yang
dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-
fisik merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono (1992) aktivitas adalah
segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Maka
dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kegiatan seseorang yang
dilakukan baik secara jasmati maupun rohani atau kegiatan fisik atau
nonfisik.
Selanjut pengertian belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia,
pengertian belajar yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Seseorang dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Ahmad Mudzalir (1997) mendefinisikan belajar adalah syarat mutlak
untuk menjadi pandai dalam segala hal baik dalam bidang ilmu
pengetahuan maupun keterampilan. Syah (2008) menyatakan belajar
merupakan tahap perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor
yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam
arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Sudjana (2010) mendefinisikan belajar suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan
serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang
belajar. Sedangkan Slameto (2010) menyatakan belajar pada hakikatnya
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dan kita kaitkan kontek
hubungan belajar antara guru dan siswa belajar adalah adanya hubungan
dari upaya guru dan tanggapan dari siswa terahadap upaya yang
dilakukan guru meliputi aspek pengetahuan , keterampilan dan sikap.
Siswa yang berhasil dalam belajar karena adnya tanggapan dari dirinya

6
sehinga nampak dari perubahan pemahaman pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam
proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental,
dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan.
(Sardiman, 2011).
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010) menjelaskan bahwa
aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi
peserta didik, berupa hal-hal berikut ini:
a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai
wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati.
b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri,
yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang
integral.
c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
d. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang
demokratis di kalangan peserta didik.
e. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh
kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan
terjadinya verbalisme.
f. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik
sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan
di masyarakat di sekitarnya.

2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar


Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan Cucu
suhana (2010) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan
kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat
gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu
fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
berwawancara diskusi dan interupsi
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.

7
d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat
outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu
menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat
model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan
mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor,
melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat,
membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
Dengan adanya pembagian jenis aktivitas di atas, menunjukkan bahwa
aktivitas belajara cukup kompleks dan bervariasi. Jika kegiatan-kegiatan
tersebut dapat tercipta dalam pembelajaran, pembelajaran akan lebih hidup ,
lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas
belajar yang maksimal.

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan
saat terselesikannya bahan pelajaran.
Hamalik (2006) menyatakan hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif,
dan afektif..
a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari 6 (enam) aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian
b. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
5 (lima) jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,

8
menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks
nilai.
Menurut Gagne, dalam Supriyono (2012) hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian–pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan.
a. Informasi verbal yaitu kapalitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta
konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyelurkan dan menggarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkain
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi
nilai- nilai.
Dalam Buku panduan penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan
SMA (2017), dijelaskan untuk menentukan hasil belajar dilakukan
penilaian yang merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian
pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri
atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar
oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa aspek penilian terdiri dari : penilaian sikap
spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2); penilaian pengetahuan (KD-3)
dan keterampilan (KD-4)
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
peserta didik lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Bila seorang peserta didik memperoleh hasil belajar yang tinggi pada
suatu pelajaran tertentu maka peserta didik tersebut bisa dikatakan
memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut. peserta didik
itu juga dikatakan telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan oleh guru.

9
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan
diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Beljar
Slameto (2010) membagi dua faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam belajar yaitu faktor internal yang berasal dari dalam dan faktor
eksternal atau berasal dari luar. Faktor luar banyak dipengaruhi dari dalam
diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan,
baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Antar kedua faktor itu masing masing bisa mempengaruhi
seseorang untuk meningkatkan hasil belajar.
a. Faktor dari dalam diri (internal) adalah faktor yang timbul dari dalam
diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam
faktor intern yaitu kecedersan/ intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
b. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar yang sifatnya di luar diri peserta didik, yaitu beberapa
pengalaman- pengalaman, metode dan model pembelajaran yang
diterapkan guru, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan
sebagainya.
Dari  uraian   yang  telah   dikemukan para ahli diatas maka  hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.  Hasil belajar
tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Oleh
karena itu sesorang yang melakukan aktivitas belajar memperoleh
pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran.  Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.  Selanjutnya dari
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
peserta didik lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun
individu.  Bila seorang peserta didik memperoleh hasil belajar yang tinggi
pada suatu pelajaran tertentu maka peserta didik tersebut bisa dikatakan
memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut. peserta didik itu
juga dikatakan telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan oleh guru

10
BAB III
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A. Hakekat Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran Matematika SMA
Pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat dipisahkan
dari definisi matematika. Erman Suherman dkk (2001) menyatakan
bahwa matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di
pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah (SMA
dan SMK). Ruseffendi (2006) mendefinisikan matematika sebagai
hasil pemikiran manusia berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran menggunakan simbol, notasi atau lambang yang seragam
yang dapat dipahami matematikawan diseluruh dunia.
Menurut Ruseffendi (2006) matematika diajarkan di sekolah
karena matematika berguna dalam memecahkan persoalan
kehidupan sehari-hari dan persoalan lain. Saat guru memberikan soal
cerita kepada siwa yang sederhana dan dirancang sedemikan rupa,
membuat siswa dapat mengembangkan strategi dalam
menyelesaikan masalah. Lampiran Permendikbud nomor 59 tahun
2014 menyatakan matematika adalah ilmu universal yang berguna
bagi kehidupan manusia, mendasari perkembangan teknologi
modern, berperan dalam berbagai ilmu, dan memajukan daya pikir
manusia
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah ilmu yang dapat mengembangkan pola
berpikir, hubungan, struktur, ide dan konsep dengan pembuktian
yang logis untuk membantu manusia dalam mengatasi
permasalahannya.
Lebih lanjut Permendikbud nomor 59 tahun 2014
menguraikan beberapa karakteristik matematika dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di sekolah sebagai berikut:
a. Objek yang dipelajari abstrak, yaitu sebagian besar yang
dipelajari dalam matematika adalah angka atau bilangan yang
secara nyata ada atau merupakan hasil pemikiran otak manusia.
b. Kebenaranya berdasarkan logika, yaitu kebenaran dalam
matematika adalah kebenaran secara logika bukan empiris.
Kebenaran matematika tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen
seperti dalam ilmu fisika atau biologi.
c. Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinu, yaitu penyajian
materi matematika disesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan
dilakukan secara terus-menerus.

11
d. Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya,
yaitu materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai
materi sebelumnya.
e. Menggunakan bahasa simbol, yaitu penyampaian materi
menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati dan dipahami
secara umum.
f. Diaplikasikan dibidang ilmu lain, maksudnya materi matematika
banyak digunakan atau diaplikasikan dalam bidang ilmu lain
Berdasarkan karakteristik tersebut, matematika dapat
membantu siswa untuk berpikir secara sistematis, melalui urutan-
urutan yang teratur dan tertentu. Matematika juga dapat
mengembangkan kepekaan, kesadaran ataupun kepedulian siswa
dalam memahami fenomena-fenomena empiris yang ditemui
kehidupan sehari-hari. Jika matematika diterapkan dalam kehidupan
nyata maka siswa dapat menyelesaikan setiap masalah dengan lebih
mudah dan terarah.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika SMA


Pembelajaran matematika SMA berorentasi pada tercapainya
tujuan pembelajaran matematika yang telah ditetapkan dalam
Kurikulum 2013. Tujuan yang dimaksud bukan penguasaan materi
saja, tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran matematika yang akan dicapai. Berdasarkan
National Council of Teaching Mathematics (2000) tujuan
pembelajaran matematika di sekolah adalah: (1) komunikasi
matematis; (2) penalaran matematis; (3) pemecahan masalah; (4)
koneksi matematis; dan (5) representasi matematis.
The Mathematical Assosiation (Chambers, 2008) menjabarkan
tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut:
a. Membaca dan memahami bagian-bagian matematika.
b. Mengomunikasikan secara jelas dan urut menggunakan media
yang sesuai.
c. Bekerja secara jelas dan logis menggunakan notasi dan bahasa
yang cocok.
d. Menggunakan metode yang sesuai untuk memanipulasi bilangan
dan simbol-simbol.
e. Mengoperasikan secara nyata dan imajiner.
f. Mengaplikasikan urutan mengerjakan, memeriksa, memprediksi,
menguji, menggeneralisasi dan membuktikan.

12
g. Mengkonsruksikan dan menguji mode matematika dari situasi
nyata
h. Menganalisis masalah dan memilih teknik untuk menyelesaikan
yang sesuai.
i. Menggunakan keterampilan matematika dalam kehidupan
sehari-hari
j. Menggunakan alat-alat secara mekanik.
Berdasarkan Lampiran Permendikbud nomor 59 tahun 2014,
pembelajaran matematika SMA memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Dapat memahami konsep matematika, yaitu menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep maupun
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah.
b. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah,
dan mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau
data.
c. Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi
matematika baik dalam penyederhanaan, maupun menganalisa
komponen yang ada dalam pemecahan masalah.
d. Mengomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun
buktimatematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
f. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
dalam matematika dan pembelajarannya, seperti taat azas,
konsisten, menjunjung tinggi kesepakatan, toleran, menghargai
pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet, tangguh, kreatif,
menghargai kesemestaan (konteks, lingkungan), tanggung
jawab, adil, jujur, teliti, dan cermat.
g. Melakukan kegiatan motorik menggunakan pengetahuan
matematika.
h. Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi
untuk melakukan kegiatan-kegiatan matematik (Kemendikbud,
2014)

13
Berdasarkan deskripsi mengenai tujuan pembelajaran
matematika, dapat dirumuskan kan bahwa tujuan pembelajaran
matematika SMA adalah agar siswa mampu: (1) memahami konsep
matematika; (2) memecahkan masalah; (3) menggunakan penalaran
matematis matematis; (4) mengomunikasikan masalah secara
sistematis; dan (5) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan
nilai dalam matematika.

14
BAB IV
METODE PEMBELAJARAN STAD

A. Pengertian Metode pembelajaran STAD


STAD (Student Teams Achievement Division) adalah model
pembelajaran kooperatif (kelompok) yang dikembangkan oleh Robert Slavin,
dkk. di Universitas John Hopkins pada tahun 1995. Oleh karena itu kita
sebaiknya kita bahas sedikit apa yang dimaksud pembelajaran kooperatif.
Menurut Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara Wina
(2006) menyatakan model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur
penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam
kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota
kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Sementara menurut Anita
dalam Cooperative Learning (2007), model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-
kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan
siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta
mengembangkan keterampilan sosial
Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000)
adalah sebagai berikut.
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam
yakni saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas
individual, dan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Dalam
pembelajaran konvensional juga dikenal belajar kelompok. Meski pun

15
demikian, ada sejumlah perbedaan antara belajar kelompok kooperatif dengan
kelompok belajar konvensional Abdurrahman dan Bintaro, (2000 dalam
Nurhadi, 2003) mengemukakan beberapa perbedaan antara kelompok belajar
kooperatif dengan kelompok belajar konvensional seperti pada tabel berikut:
Tabel 1: Perbedaan Kelompok Belajar Koperatif STAD dengan Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif STAD Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan pada siswa yang
saling membantu dan saling memberikan mendominasi kelompok atau
motivasi sehingga ada interaksi promotif menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang Adanya akuntabilitas individual sering
mengukur penguasaan materi pelajaran diabaikan sehingga tugas-tugas sering
tiap anggota kelompok, dan kelompok diborong oleh salah satu anggota
diberi umpan balik tentang nilai belajar kelompok, sedangkan anggota lainnya
para anggotanya sehingga dapat saling “enak-enak saja” di atas keberhasilan
mengetahui siapa yang memerlukan temannya.
bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan
Kelompok belajar yang heterogen, baik Kelompok belajar biasanya homogen.
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnis dan sebagainya.
Sehingga dapat saling mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dan siapa yang
memberi bantuan
Ketua kelompok dipilih secara Ketua kelompok sering ditentukan oleh
demokratis atau bergilir untuk guru atau dibiarkan oleh kelompok untuk
memberikan pengalaman memimpin bagi memilih ketua masing-masing.
anggota kelompok.
Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sering tidak langsung
dalam kerja gotong-royong seperti diajarkan
kepemimpinan, kemampuan komunikasi,
kepercayaan kepada orang lain,
mengelola konflik secara langsung
diajarkan
Pada saat belajar kooperatif Pada saat belajar kooperatif berlangsung,
berlangsung,guru terus melakukan guru tidak melakukan pemantauan
pemantauan melalui observasi dan melalui observasi dan tidak melakukan
melakukan intervensi jika terjadi masalah intervensi jika terjadi masalah kerja sama
kerja sama antar anggota kelompok antar anggota kelompok
Guru memperhatikan secara langsung Guru sering tidak memperhatikan secara
proses kegiatan kelompok yang terjadi langsung proses kegiatan kelompok yang
dalam kelompok-kelompok belajar terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian Penekanan hanya pada penyelesaian tugas
tugas tetapi juga hubungan interpersonal
(hubungan antar pribadi yang saling
menghargai)
Sumber: Nurhadi (2003)
Metode pembelajajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2005),
merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dan paling tepat

16
digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pendekatan dengan
pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pernyataan Slavin (2005) penjelasan mengenai STAD
adalah sebagai berikut:
Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas
empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin,
dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran lalu
siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana
saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis
para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka
sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin
berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan
dengan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil
memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau
penghargaan lainnya.

Menurut Trianto (2010) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah


model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen,
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif (kelompok) dimana
dalam prosesnya pembelajaran dimulai dari guru menerangkan materi
pelajaran selanjutnya peserta didik mengerjakan soal secara pribadi,
kemudian dilanjutkan secara kelompok. Setelah semua anggota kelompok
paham selanjutnya guru mengadakan kuis dan memberikan penghargaan
pada peserta didik

B. Langkah – langkah Metode Pembelajaran STAD


Slavin (2005) menyatakan langkah-langkah pembelajaran STAD
dapat disusun sebagai berikut:
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
Menyampaikan tujuan belajar.
dan memotivasi siswa
Fase 2 Guru menyampaikan informasi kepada siswa

17
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
Mengorganisasikan siswa kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
ke dalam kelompok
kooperatif.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan
Evaluasi hasil

kerjanya.

Fase 6 Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun


hasil belajar individu dan kelompok
Memberikan penghargaan
Mohamad Nur (2012) memodifikasi kegiatan STAD menjadi 4
(empat) kegiatan inti yaitu penyajian materi, belajar dalam tim, pemberian
kuis, dan penghargaan.
1. Penyajian Materi
Guru menyajikan atau mempresentasikan materi pelajaran.Setiap awal
pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan
terbimbing
2. Belajar Dalam Tim
Siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok mereka
dengan dipandu oleh LKS, untuk menuntaskan materi pelajaran. Selama
belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang
diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi
tersebut.
Pada saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif,
guru perlu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview
konsep, atau menjawab pertanyaan. Selain itu guru juga melakukan
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada saat kegiatan
belajar kelompok berlangsung.
3. Pemberian Kuis
Siswa mengerjakan kuis secara individual tidak boleh kerja sama. Hal
ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama
belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan
individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Nilai
perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan individu tiap
anggota kelompok. Nilai awal diambil dari hasil ulangan harian siswa tiap
anggota kelompok.

18
Penghitungan skor perkembangan menurut Slavin (2005) didapat
melalui kriteria sebagai berikut:
Tabel 3 Skor Perkembangan menurut Slavin
Poin
Skor Kuis
Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 0
10 poin sampai dengan satu poin dibawah skor awal 10
Skor awal sampai dengan 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Nilai sempurna (tanpa memperhitungkan skor awal) 30

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor


perkembangan anggota kelompok yaitu dengan menjumlah semua skor
perkembangan yang diperoleh anggota kelompok, dibagi dengan jumlah
anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok,
diperoleh kategori skor kelompok sesuai dengan tabel berikut.
Tabel 4. Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata Tim Predikat
0≤ x ≤ 5 --
5 ≤ x ≤ 15 TIM BAIK
15 ≤ x ≤ 25 TIM HEBAT
25 ≤ x ≤ 30 TIM SUPER
4. Penghargaan
Pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan
tim/kelompok yang memperoleh akor tertinggi dalam kuis. Kegiatan ini
dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan pembelajaran. Guru dapat
memberikan penghargaan berupa pujian, skor perkembangan, atau barang
yang dapat berbentuk makanan kecil. Langkah tersebut dilakukan untuk
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Student Teams


Achievement Division
Menurut Roestiyah (2011) kelebihan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah sebagai berikut.
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bert anya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan peny elidikan mengenai suatu masalah
3. Dapat mengembangkan bakat kepemim pinan dan mengajarkan
keteramp ilan berdiskusi
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
in dividu dan kebutuhan belajarnya

19
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka
lebih aktif dalam diskusi.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan,menghargai
pendapat orang lain.
Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan.
Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat
yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD
ini. Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah
model tersebut tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah
kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.
1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru),
pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang
relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang
menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok
dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat
sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa
(LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai
kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak
ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan
ruang kelas.
2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut
sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010).
Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator,
mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di
jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti
mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan
tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan pengawasan
rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri perlu lebih aktif
lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran

D. Kerangka Pikir dan Implementasi STAD dalam matematika

Pembelajaran matematika menerapkan model STAD merupakan


proses pembelajaraan berkelompok dengan konsep bagaimana
memotivasi siswa dalam kelompoknya agar mereka dapat saling

20
mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi
pembelajaran, serta menumbuhkan kesadaran bahwa belajar itu penting
bermakna dan menyenangkan. Adanya kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan lebih dari teman-temannya dapat diberdayakan untuk
peningkatan kemampuan matematika teman-temanya. Karena mereka
lebih bisa berkomonikasi dengan sesama temannya sesuai dengan bahasa
komunikasi yang mudah mereka pahami
Adanya pemberian hadiah pada salah satu fase model STAD
merupakan motivasi bagi mereka yang mempunyai kemampuan lebih
untuk meningkatkan hasil belajar teman-temannya, karena dengan
meningkatnya hasil belajar masing-masing anggota kelompok akan
mendapatkan predikat Tim Baik – Tim Hebat dan Tim Super, mereka
yang awalnya mempunyai kemampuan awal rendah juga termotivasi
karena tak ingin kelompok belajarnya jauh tertinggal dari kelompok
lainnya.
Oleh karena itu yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah sebagai berikut.
a. Nilai rata-rata harian siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk
kelompok siswa yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok
(jumlah nilai rata-rata siswa dalam suatu kelompok dibagi dengan
banyaknya siswa dalam kelompok tersebut).
b. Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa membedakan
kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Jadi, dalam setiap kelompok
sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing
siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok terdiri
atas 4 sampai 5 siswa.
c. Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS itu untuk belajar
bukan untuk sekedar diisi dan dikumpulkan.
d. Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek sendiri oleh
siswa). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada akhirnya diberi
kunci jawaban LKS.
e. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda dengan
ulangan harian. Waktu kuis berkisar antara 10 menit sampai 15 menit
saja.
f. Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang
diharapkan.
Dalam pembelajaran matematika langkah-langkah penerapan STAD
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa.
2. Guru membentuk kelompok belajar dan mengatur tempat duduk siswa
agar setiap kelompok dapat saling bertatap muka.
3. Guru membagikan LKS. Setiap kelompok diberi 2 set.
4. Anjurkan agar setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS
secara berpasang-pasangan dua-dua atau tigaan. Kemudian saling

21
mengecek pekerjaannya di antara teman dalam pasangan atau tigaan itu.
Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu
tim/kelompok bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada temannya
yang tidak bisa tadi.
5. Berikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaannya sendiri.
6. Bila ada pertanyaan dari siswa, mintalah mereka mengajukan
pertanyaan itu kepada teman satu kelompok sebelum mengajukannya
kepada guru.
7. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.
8. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor
kepada guru hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam
mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada
kelompok secara proporsional.
9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.
10. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
11. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada
seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan
kuis. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis, langsung dikoreksi untuk
melihat hasil kuis.
12. Berikan penghargaan kepada siswa yang benar, dan kelompok yang
memperoleh skor tertinggi. Berilah pengakuan/pujian kepada prestasi
tim.
13. Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang
pokok bahasan yang sedang dipelajari.
14. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing.
15. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.

22
BAB V
PENERAPAN METODE STAD DALAM PTK

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Menurut Arikunto (2006) Penelitian
tindakan kelas atau sering (disingkat dengan PTK) merupakan salah satu
bentuk penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan utama untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan minimal sebanyak
dua siklus. Setiap siklus menggunakan langkah-langkah: Perencanaan
(planning), Pelaksanaan (acting).Observasi (observing) dan Refleksi
(reflecting). Menurut Kemmis dan Taggart dalam Arikunto (2006),
hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus.

Gambar 1 . Alur Penelitian Tindakan Kelas

B. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


1. Tahap Persiapan
Dalam perencanaan ini meliputi kegiatan identifikasi masalah,
menganalisis penyebab masalah dan menetapkan tindakan
pemecahannya. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam observasi awal
untuk mengidentifikasi masalah yaitu melalui observasi guru dan
wawancara dengan siswa. Berdasarkan analisis terhadap masalah yang
ditemukan kemudian ditentukan metode yang akan digunakan yaitu
melalui pemanfaatan model kooperatif type STAD pada mata pelajaran
matematika standar kompetensi Standar Kompetensi (SK) :
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat
peluang dalam pemecahan masalah.
Langkah-langkah persiapan selanjutnya adalah membuat skenario
pembelajaran dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

23
(RPP) yang disesuaikan dengan model kooperatif tipe STAD (terlampir
dalam Lampiran1). Pembentukan kelompok-kelompok secara heterogen
(berdasarkan prestasi akademik, jenis kelamin dan suku) yakni dengan
membagi siswa kelas XI IPS 6 yang awalnya terdiri dari 25 orang siswa
ke menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri 8 kelompok, dan
masing-masing kelompok terdiri dari 3 anggota yang memiliki
kemampuan yang berbeda. Sebelum penyampaian materi dilakukan
penjelasan kepada siswa tentang metode pembelajaran STAD dan cara
melaksanakannya. Hal ini dimaksudkan agar siswa siap mengikuti proses
pembelajaran dengan koperatif tipe STAD.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan guru. Pada dasarnya dalam
penelitian ini bentuk tindakannya sama. Pada tiap-tiap siklus yaitu
menerapkan pembelajaran menggunakan metode pembelajarankoperatif
tipe STAD tetapi siklus II merupakan hasil pengembangan atas refleksi
hasil siklus I, dan siklus III merupakan pengembangan dari siklus II
apabila hasil dari siklus II belum memuaskan.
Dalam akhir penerapan metode koperatif tipe STAD selanjutnya
dilakukan evaluasi atau test secara individual, diberikan hadiah bagi
kelompok yang berhasil meningkatkan prestasi anggota kelompok nya.
Secara umum dalam pelaksanaan tindakan ini dapat dikemukakan
dalam bagan pada gambar 2.

Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Pemberian


Pembelajaran metode STAD Test/Evalu Hadiah
asi
Siklus I:
Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang,garis,lingkaran dan ogive
serta penafsirannya
Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Pemberian
Pembelajaran metode STAD Test/Evalu Hadiah
asi
Siklus II:
Menghitung ukuran pemusatan ukuran letak dan ukuran penyebaran data serta
penafsirannya
Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Pemberian
Pembelajaran metode STAD Test/Evalu Hadiah
asi

Gambar 2.Pembelajaran dengan Metode STAD

24
3. Tahap Observasi
Pada kegiatan ini peneliti dibantu oleh satu orang observer untuk
melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan untuk
mengetahui sejauh mana efek dan tindakan pembelajaran dengan metode
STAD. Observasi dilaksanakan bersamaan pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Aspek-aspek yang
diamati adalah keaktifan siswa dan kinerja guru selama proses
pembelajaran berlangsung serta hasil tes pada akhir siklus. Hasil analisis
data yang dilaksanakan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan siklus berikutnya.
4. Tahap Refleksi
Hasil dan tahap observasi yang meliputi aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar, hasil tes pada akhir siklus juga kendala-kendala
yang dihadapi selama kegiatan pembelajaran dikumpulkan serta dikaji
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan untuk mengetahui perubahan
yang terjadi selama menerapkan pembelajaran ini. Hasil analisis data
yang dilaksanakan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan siklus berikutnya.

25
BAB VI.
HASIL PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN STAD

A. Deskripsi Kondisi Awal


Hasil pengamatan awal dalam proses pembelajaran matematika di kelas
XI IPS 6 SMA Negeri 3 Solok pada tahun pelajaran 2017/2018 ditemukan
masih banyaknya siswa yang belum Tuntas atau mencapai standar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 78,00 yaitu sebesar 48%. Dari hasil
wawancara dengan siswa, sebagian besar siswa menganggap pembelajaran
matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami, sehingga rendahnya
motivasi siswa. Namun sebagian siswa lainnya beranggapan bahwa pelajaran
matematika bisa dipahami. Upaya yang telah dilaksanakan guru selama ini
adalah dengan memberikan jam tambahan belajar dan bimbingan mandiri
bagi siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM.
Hasil refleksi guru terhadap pembelajaran yang telah dilakukan selama
ini dengan melakukan pembelajaran secara konvensional, menyajikan materi
pembelajaran, memberikan contoh soal, memberikan bimbingan dalam
pembeljaaran., guru lebih dominan dalam pembelajaran, sedangkan siswa
hanya mengikuti arahan dan bimbingan guru.

1. Aktivitas Belajar Sebelum Penelitian


Sebelum dilakukan tindakan penerapan model pembelajaran mode
STAD pada pembelajaran materi membaca data dalam bentuk lingkaran dan
ogive pada , penulisi bersama kolaburator mengobservasi aktivitas
pembelajaran dengan langkah langkah model pembelajaran mode STAD
rekapitulasinya ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 5. Aktivitas Belajar Sebelum Penelitian
%
No Aspek yang diamati Kategori
skor
Memperhatikan penjelasan guru atau
1 66 Cukup
siswa lainnya
2 Mencatat / membaca materi 61 Cukup
3 Berdiskusi antar teman kelompok 58 Kurang
Berdiskusi antar teman dan guru dalam
4 59 Kurang
diskusi kelas
5 Mengerjakan evaluasi/kuis 51 Kurang
Rata-rata 59 Kurang

B. Hasil Penelitian Siklus I

26
1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada
dimulai dengan penjelasan bahwa pembelajaran matematika pada hari
ini dan beberapa minggu kedepan akan dilaksanakan dengan
menggunakan model pembelajaran mode STAD.
Guru memulai tahapan pembelajaran sesuai dengan RPP, dalam
kegiatan inti tahapan pertama pembentukan kelompok STAD
berdasarkan kemampuan prestasi dan jenis kelamin. Kemampuan
prestasi diambil berdasarkan rata-rata UH1 pada KD sebelumnya.
Tugas I dikerjakan siswa secara berkelompok sesuai LKS yang telah
dipersiapkan guru dengan tujuan pemahaman konsep bahwa
penyajian data dapat dalam bentuk tabel dan digram batang, garis,
lingkaran, dan ogive sehingga memperoleh simpulan.
Pada tahapan selanjutnya mengerjakan latihan dalam bentuk
pemberian kuis dan selanjutnya akan dievaluasi melalui ulangan
harian.

Kuis

Siswa diberikan kesempatan mengerjakan soal kuis secara


berkelompok, dan menyerahkan kepada guru untuk diberikan catatan
waktu. Pada pembahasan soal diberikan kesempatan perwakilan
kelompok siswa untuk maju kedepan. Pada tahapan ini
observer/kolaburator mengamati aktivitas pembelajaran siswa, yang
hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut, adapun kegiatan Evaluasi
Siklus I dilaksanakan diakhir pembelajaran untuk mengetahui hasil
belajar siswa

27
2. Aktivitas Mengajar Guru Pada Siklus I
Tabel 6 : Deskripsi Aktivitas Mengajar Guru Pada Siklus I

No. Aktivitas Mengajar Guru


Pendahuluan
1 Mengkondisiskan siswa
2 Berdoa
3 Absensi
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran
Apersepsi : Mengingat kembali bentuk-bentuk tabel (daftar) dan
5
diagram.
Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka peserta
6 didik diharapkan dapat menyajikan data dalam berbagai bentuk
tabel dan diagram, kemudian menafsirkan data tersebut.
Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi secara heterogen
1
berdasarkan peringkat hasil rata-rata UH matematika sebelumnya
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat :
2 a.Menemukan penyajian data dalam bentuk tabel
b. Menemukan penyajian data dalam bentuk diagram
Guru memaparkan dan menndemonstrasikan cara menyelesaikan
3
masalah yang berhubungan dengan lpenyajian data
4 Guru memberikan Kuis
Masing-masing kelompok berdiskusi didalam kelompok asalnya dan
5 mengacungkan tangan bila telah selesai menyelesaikan tugas dari
guru.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan soal
6
Kuis kedepan kelas
7 Siswa dan guru memperhatikan tugas yang dikerjakan dipapan tulis
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
8
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
9 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
  Penutup
1 Menyimpulkan materi
2 Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Mengumumkan Peringkat Kelompok yang berhasil meningkatkan
3 hasil belajar anggota kelompoknya serta memberikan hadiah
/Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang
4 akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

28
3. Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I

Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa saat pembelajaran siklus I

%
No Aspek yang diamati Kategori
skor
Memperhatikan penjelasan guru atau
1 75 Baik
siswa lainnya
2 Mencatat / membaca materi 63 Cukup
3 Berdiskusi antar teman kelompok 69 Cukup
Berdiskusi antar teman dan guru dalam
4 79 Baik
diskusi kelas
5 Mengerjakan evaluasi/ kuis 64 Cukup
Rata-rata 70 Cukup

Aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung sudah mulai


tinggi. Rata-rata aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru
maupun penjelasan siswa lain tergolong cukup dengan rata-rata persentase
skor mencapai 70%. Hal ini berarti hampir cukup banyak siswa lebih fokus,
cermat, antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Rata-rata siswa
memperhatikan guru atau siswa lain adalah 75% dalam kategori baik. Rata-
rata skor mencatat atau membaca materi adalah 63% dalam kategori cukup.
Skor tingkat keaktifan berdiskusi siswa antar sesama teman kelompok
hampir mendekati skor minimal indikator keaktivan yaitu 69% dengan
kategori cukup. Rata-rata skor berdiskusi antar teman dan guru dalam
diskusi kelas mencapai 79% dalam kategori baik. Hal ini membuktikan
bahwa mereka mampu ikut serta untuk melibatkan diri secara aktif dan juga
membuktikan bahwa menghargai teman lain ketika berpendapat sudah
terlihat baik.
Aktivitas siswa dalam mengerjakan evaluasi atau kuis sudah
mengalami peningkatan dari pada sebelumnya. Rata-rata skor mengerjakan
evaluasi atau kuis yaitu 64% dalam kategori cukup.

4. Keadaan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1


Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I dapat diketahui
perkem-bangan skor awal ke siklus I, baik secara individu maupun
kelompok, data lengkap dapat dilihat pada lampiran 4. Rekapitulasi
perkembangan skor awal ke siklus I dapat dilihar pada Tabel 8
dihalaman berikut ini:

29
Tabel 8. Rekapitulasi perkembangan skor awal ke siklus I
No No Skor Nilai Skor Skor Predikat
Perobahan
Kel Absen Awal Siklus I Perkemb Kelompok Tim

1 81.20 85.00 3.80 20.00


KELOMPOK I

9 78.00 78.80 0.80 20.00


15 71.00 78.00 7.00 20.00 20.00 HEBAT
18 68.80 78.00 9.20 20.00
25 52.80 62.00 9.20 20.00
2 80.00 82.00 2.00 20.00
KELOMPOK II

10 78.00 78.60 0.60 20.00


6 78.50 80.00 1.50 20.00 20.00 HEBAT
16 70.00 78.00 8.00 20.00
23 58.60 65.60 7.00 20.00
4 80.00 82.00 2.00 20.00
KELOMPOK III

5 78.50 80.00 1.50 20.00


14 75.00 78.00 3.00 20.00 22.00 HEBAT
19 65.60 76.00 10.40 30.00
21 62.80 70.00 7.20 20.00
7 79.00 80.00 1.00 20.00
KELOMPOK IV

8 78.00 80.00 2.00 20.00


12 78.00 78.60 0.60 20.00 22.00 HEBAT
20 64.00 72.00 8.00 20.00
24 49.50 62.00 12.50 30.00
11 78.00 78.80 0.80 20.00
KELOMPOK V

13 75.00 78.00 3.00 20.00


79.00 20.00 HEBAT
3 80.00 1.00 20.00
17 70.00 78.00 8.00 20.00
22 61.50 65.60 4.10 20.00

Dari hasil diatas secara individual sudah terdapat perkembanagn


individu, dimana rata-rata terbesar perkembanganya adalah kelompok III
dan kelompok IV dengan rata-rata Skor perkembangan kelompok 22.00 dan
dinyatakan merupakan Tim Hebat di Siklus I, selanjutnya diikuti oleh

30
kelompok I, II dan V dengan skor perkembangan kelompok sebesar 20,00
dan dinyatakan sebagai TIM HEBAT.
Adapun perkembangan Hasil Belajar siswa secara lebih rinci dapat
dilihat pada lampiran 5, sedangkan Rekapitulasi Hasil Evaluasi belajar
secara individual pada Siklus I ditampilkan pada Tabel berikut:
Tabel 9. Rekapitulai Evaluasi Individual Siklus I
Siklus I Persentase
Nilai Tertinggi 85.00 Tuntas
Nilai Terendah 62.00 /Tidak
Nilai Rata-rata 76.20 Tuntas
Jumlah Siswa
18 72 %
Tuntas
Jumlah Siswa
7 28%
Remedial

Berdasarkan data diatas diketahui rata-rata hasil belajar mencapai


76.20 dengan nilai tertinggi 85.00 dan nilai terendah 62.00. Jumlah siswa
yang telah mencapai KKM adalah 18 siswa (72 %) dan belum mencapai
KKM adalah 7 siswa (28%). Meskipun jumlah siswa yang berada diatas
KKM telah mencapai 18 siswa (72%) namun belum memberikan hasil yang
optimal, sebab nilai rata-rata adalah 76.20 yang artinya masih dibawah
KKM. Dari data ini menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang belum
sepenuhnya mampu dengan benar menyajikan data dalam bentuk tabel dan
diagram.

5. Refleksi Hasil Penelitian Siklus 1


Pada siklus I ini ada beberapa kelemahan yang diprediksi menjadi
penyebab kurang optimalnya hasil belajar. Kelemahan tersebut adalah
kurang optimalnya aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran karena
siswa belum terbiasa menggunakan metode pembelajaran mode STAD
yang latihannya berupa kuis. Sebagian mereka belum mampu
berkomunikasi dengan baik antara teman sekelompok. Hal ini terlihat dari
masih belum jelasnya siswa ketika menyampaikan hasil jawaban kepada
temannya dalam satu kelompok, sehingga belum signifikannya
perkembangan skor individual yang secara langsung akan mempengaruhi
skor perkembangan kelompok. Siswa belum benar-benar memahami
hakekat pembelajaran STAD adalah peningkatan prestasi seluruh anggota
kelompok.
Melihat kondisi ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi untuk
pertemuan berikutnya, dimana siswa harus lebih ditekankan untuk

31
bertanggung jawab atas masalah keberhasilan belajar teman
sekelompoknya.
B. Hasil Penelitian Pada Siklus II
1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Pertemuan pertama di dalam siklus II ini dilakukan pada Rabu, 10
Agustus 2017. Sebelum pembelajaran pada siklus II ini dimulai, terlebih
dahulu pengkondisian siswa, berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas.
Seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, selanjutnya tidak henti-
hentinya guru senantiasa memberikan motivasi. Setelah siswa mulai fokus,
selang beberapa waktu kemudian kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan
siklus II ini lebih difokuskan peningkatan menghitung ukuran pemusatan,
ukuran letak dan ukuran penyebaran data. Pada kegiatan inti melakukan
diskusi dan kuis dengan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari
/ /
Diakhir pertemuan dilaksankanan evaluasi individual berupa
Ulangan Harian.

1. Langkah-langkah Pembelajaran Guru Pada Siklus II


Tabel 10 : Deskripsi Aktivitas Mengajar Guru Pada Siklus II
No. Aktivitas Mengajar Guru
  Pendahuluan
1 Mengkondisiskan siswa
2 Berdoa
3 Absensi
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran
Apersepsi : Mengingat kembali mengenai penyajian data dalam
5
berbagai macam bentuk tabel dan diagram.
Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka peserta
didik diharapkan dapat menentukan ukuran pemusatan data,
6
meliputi rataan (rataan data tunggal, rataan sementara data tunggal,
rataan data berkelompok, rataan sementara data berkelompok,
Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi secara heterogen
1
berdasarkan peringkat hasil rata-rata UH matematika sebelumnya
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat :
a. Menghitung ukuran pemusatan
2
b. Menghitung ukuran letak
c. Menghitung ukuran penyebaran data
Guru memaparkan dan menndemonstrasikan cara menyelesaikan
3
masalah yang berhubungan dengan luas lingkaran
4 Guru memberikan Kuis

32
Masing-masing kelompok berdiskusi didalam kelompok asalnya dan
5 mengacungkan tangan bila telah selesai menyelesaikan tugas dari
guru.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan soal
6
Kuis kedepan kelas
7 Siswa dan guru memperhatikan tugas yang dikerjakan dipapan tulis
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
8
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
9 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
  Penutup
1  Menyimpulkan materi
2 Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Mengumumkan Peringkat Kelompok yang berhasil meningkatkan
3 hasil belajar anggota kelompoknya serta memberikan hadiah
/Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang
4 akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

2. Keadaaan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II


Hasil observasi aktivitas siswa saat pembelajaran pada siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Aktivitas Siswa saat pembelajaran siklus II
%
No Aspek yang diamati Kategori
skor
Memperhatikan penjelasan guru atau
1 78 Baik
siswa lainnya
2 Mencatat / membaca materi 66 Cukup
3 Berdiskusi antar teman kelompok 76 Baik
Berdiskusi antar teman dan guru dalam
4 81 Baik
diskusi kelas
5 Mengerjakan evaluasi/ kuis 74 Cukup
Rata-rata 75 Cukup

Aktivitas siswa pada saat pembelajaran Sangat Tinggi pada saat


kegiatan pembelajaran mode STAD maupun pada saat latihan berupa Kuis.
Rata-rata aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru maupun
penjelasan siswa lain tergolong sangat tinggi yaitu 78%. Sebagian besar siswa
lebih fokus, cermat, antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Skor
siswa dalam memperhatikan guru berada pada kategori baik dengan rata-rata
78%. Rata-rata skor dalam mencatat atau membaca materi adalah 66%.
Aktivitas siswa dalam berdiskusi antar teman kelompok mencapai 76 %
dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mampu berinteraksi,
bekerjasama dan aktif selama diskusi kelompok dengan teman kelompok. Pada
aktivitas berdiskusi antar teman atau guru dikelas terlihat skor rata-rata

33
mencapai 81% dengan kategori baik. Pencapaian skor ini menunjukkan bahwa
sudah banyak siswa yang ikut serta berpartisipasi aktif dalam proses diskusi di
kelas. Kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi atau kuis yaitu 74 %
dengan kategori cukup.
Pada tabel diatas terlihat bahwa siswa sudah mampu untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Mereka cenderung
memperhatikan, menyimak dan mencatat ketika temannya mengemukakan
pendapatnya Secara umum aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada
siklus II sudah tergolong baik terbukti dari rata-rata skor 75% dimana minimal
indikator keberhasilan aktivitas adalah 70%.

3. Keadaan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II


Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus II dapat diketahui
perkembangan skor Siklus I ke siklus II, baik secara individu maupun
kelompok, rekapitulasi perkembangan Siklus I ke siklus II adalah sebagai
berikut :
Tabel 12: Rekapitulasi perkembangan skor Siklus I ke siklus II
No No Nilai Nilai Skor Skor Predikat
Siklus Perobahan
Kelompok Tim
Kel Absen Siklus I II Perkemb
85 92
1 .00 .00 7.0 20.0
KELOMPOK I

78 80
9 .80 .00 1.2 20.0
78 80 20.0 HEBAT
15 .00 .00 2.0 20.0

18 78.00 78.00 0.0 20.0


25 62.00 70 8.0 20.0

2 82.00 85.00 3.0 20.0


KELOMPOK II

10 78.60 80.00 1.4 20.0


20.0 HEBAT
6 80.00 82.00 2.0 20.0

16 78.00 80.00 2.0 20.0

23 65.60 72.00 6.4 20.0


KELOM
POK

4 82.00 85.00 3.0 20.0 20.0 HEBAT


5 2.0 20.0

34
80.00 82.00

III 14 78.00 80.00 2.0 20.0

19 76.00 78.00 2.0 20.0

21 70.00 78.00 8.0 20.0

7 80.00 84.00 4.0 20.0


KELOMPOK IV

8 80.00 80.00 0.0 20.0


20.0 HEBAT
12 78.60 80.00 1.4 20.0

20 72.00 78.00 6.0 20.0

24 62.00 70.00 8.0 20.0

11 78.80 80.00 1.2 20.0


KELOMPOK V

13 78.00 80.00 2.0 20.0


20.0 HEBAT
3 80.00 84.00 4.0 20.0

17 78.00 78.00 0.0 20.0

22 65.60 75.00 9.4 20.0

Dari hasil diatas secara individual terdapat peningkatan perkembangan


individu hampir merata yaitu 20,00 dengan kategori Tim HEBAT. Ini
menunjukkan pada Siklus 2 siswa telah memahami proses pembelajaran
STAD, sehingga siswa saling bekerjasama untuk keberhasilan belajar teman
dikelompoknya. Rekapitulasi Hasil Evaluasi belajar secara individual adalah
seperti ditampilkan berikut

Tabel 13: Rekapitulai Evaluasi Individual Siklus II


Siklus II Persentase
Nilai Tertinggi 92.00 Tuntas

35
Nilai Terendah 70.00 /Tidak
Nilai Rata-rata 79.64 Tuntas
Jumlah Siswa
21 84%
Tuntas
Jumlah Siswa
4 16%
Remedial

Berdasarkan data diatas diketahui rata-rata hasil belajar mencapai 79,64


dengan nilai tertinggi 92,00 dan nilai terendah 70,00. Hasil belajar ini secara
kuantitatif telah menunjukkan peningkatan dibandingkan pembelajaran di
Siklus I telah mengalami kemajuan dimana terdapat 4 siswa (16%) yang belum
mencapai ketuntasan belajar dengan nilai < 78. Dari data ini menunjukkan
sudah menunjukkan keberhasilan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang
optimal.

C. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya pembelajaran
dengan metode STAD dalam setiap siklus yang dijalani. Perubahan hasil
belajar ini karena adanya pengaruh secara berkesinambungan antara
penggunaan metode STAD. Adapun pembelajaran dengan metode STAD siswa
yang mempunyai kemampuan/ prestasi lebih dikondisikan untuk bertanggung
jawab dalam menjelaskan masalah kesulitan pembelajaran matematika dan
penyelesaiaan kepada teman dalam satu kelompok. Adanya kegiatan Kuis
memotivasi aktivitas belajar seluruh anggota kelompok. Selain itu kekuatan
utama pembelajaran mode STAD keberhasilan individu sangat mempengaruhi
keberhasilan kelompok/ Tim, sehingga anggota kelompok yang lebih
memahami akan berusaha memberikan penjelasan untuk peningkatan
pemahaman belajar kawan-kawan sekelompoknya.
Perubahan hasil belajar belajar dari setiap siklusnya merupakan
pengaruh positif dari aktivitas siswa. Dengan diterapkannya metode STAD
mengalami peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Peningkatan
aktivitas Peningkatan aktivitas pembelajaran dari siklus I dan II semakin
meningkat seperti berikut.

Tabel 14 : Peningkatan Aktivitas belajar dalam penelitian


% skor
No Aspek yang diamati Kondisi Siklus Siklus
awal I II

36
Memperhatikan penjelasan guru atau siswa
1 66 75 78
lainnya
2 Mencatat / membaca materi 61 63 66
3 Berdiskusi antar teman kelompok 58 69 76
Berdiskusi antar teman dan guru dalam diskusi
4 59 79 81
kelas
5 Mengerjakan evaluasi/ kuis 51 64 74
Rata-rata 59 70 75
Dari tabel diatas peningkatan dari kondisi awal 59 % kategori Kurang
menjadi 70% disiklus I dan i 75 % di Siklus II berada dalam kategori aktivitas
Cukup (Siklus I dan II) Adanya peningkatan hasil belajar ini karena
pembelajaran menggunakan metode STAD membawa siswa pada keadaan
yang lebih nyaman terutama saat penggunaannya lebih menerapkan kegiatan
tutorial sebaya dan mengutamakan adanya kerja sama dan komunikasi yang
baik antar siswa dalam kelompoknya. Pembelajaran ini ternyata mampu
menciptakan norma-norma yang mendukung akademik di kalangan siswa yang
mempunyai dampak terhadap hasil belajar siswa.
Dengan adanya sistem gotong royong, bagi siswa yang merasa mampu
akan memberikan masukan yang berarti bagi teman kelompoknya pada saat
melakukan latihan maupun menyelesaikan tugas- tugas PR. Kondisi ini
berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, sebab siswa akan merasa
nyaman mendapat bantuan dari teman lainnya daripada oleh gurunya.
Keberhasilan yang dicapai tercipta juga karena hubungan antar siswa yang
saling mendukung, saling membantu dan peduli. Siswa yang lemah mendapat
masukan dari siswa yang relatif kuat, sehingga menumbuhkan motivasi
belajarnya. Motivasi inilah yang berdampak positif terhadap hasil belajar.
Perkembangan Hasil Belajar dari Kondisi Awal ke Siklus I dan II dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 15 : Rekapitulasi perubahan Hasil Belajar siswa antar Penelitian
Kondisi
Periode Siklus I Siklus II
Awal
Nilai Tertinggi 81.20 85.00 92.00
Nilai Terendah 49.00 62.00 70.00
Nilai Rata-rata 71.6 76.20 79.64

/Dalam bentuk tambilan grafik perubahan Hasil Belajar siswa antar


Penelitian ditampilkan pada gambar berikut:

37
Gambar
3. Grafik Peningkatan Hasil Belajar pada Penelitian
Terjadinya perubahan hasisl belajar dari kondisi awal ke Siklus I dan
Siklus II diiringi dengan meningkatnya ketuntasan belajar seperti data berikut:
Tabel 16. Peningkatan Ketuntasan Belajar pada penelitian
Kondisi
Periode Siklus I Siklus II
Awal
Jumlah Siswa
12 18 21
Tuntas
Jumlah Siswa
13 7 4
Remedial

Secara tampilan grafik peningkatan ketuntasan belajar ditampilkan


pada gambar berikut :
/

Gambar 3. Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar


Secara umum terjadinya perubahan hasil belajar ini karena dalam
pembelajaran ini dikembangkan melalui kerja sama, hubungan antar pribadi
yang positif dari latar belakang yang berbeda, menerapkan bimbingan antar
teman, dan tercipta lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah yang dapat
membangun motivasi belajar pada siswa. Hal ini sesuai dengan manfaat yang
dapat diambil dalam proses tutorial menurut Saiful Bahri(1995: 30) ini antara

38
lain: 1) ada peningkatan hasil belajar bagi beberapa anak yang enggan atau
takut pada gurunya. Hal ini dikarenakan siswa tidak enggan atau takut untuk
menanyakan apa yang menjadi kesulitannya kepada teman sendiri. 2)
Mempererat hubungan antara sesama teman sehingga perasaan sosialnya
semakin kuat. 3) Bagi para tutor akan memperkuat konsep yang telah diterima
karena dengan mengajarkan kembali kepada anak lain ia akan belajar. 4) Para
tutor memperoleh kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab
dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. Di dalam pembelajaran
model STAD ini setiap siswa yang lebih memahami materi pelajaran
bertanggungjawab menjadi tutor bagi teman lainnya, sehingga setiap siswa
akan memperkuat konsep yang telah diterima dari kegiatan diskusi di
kelompok ahli karena bertanggungjawab untuk mengajarkan kepada teman
lainnya.Pada kegiatan berikutnya yaitu adanya reward berupa hadiah bagi
kelompok/Tim yang memperoleh skor tertinggi, maka setiap siswa akan
berusaha memenangkan kelompoknya.

BAB VII
PENUTUP

39
Metode “Kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran model
kooperatif (berkelompok) yang sederhana dengan memberdayakan teman
sekelompok yang mempunyai kemampuan lebih sebagai tutor pada teman
sekelompoknya dalam upaya meningkatkan keberhasilan belajar temannya.
Berdasarkan penelitian dan analisa data penggunaan metode STAD pada
pembelajaran matematika di SMA Negeri 3 Solok secara nyata meningkatkan
aktivitas belajar dan selanjutnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajar.
Atau dapat juga perubahan hasil belajar ini disebabkan karena tingginya
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran,
Penulis menyarankan bagi guru yang akan menggunakan metode
Kooperatif tipe STAD, agar dapat berjalan dengan baik dan optimal maka
harus mempersiapkan terlebih dahulu RPP terintegrasi model pembelajaran
STAD beserta kelengkapan perangkat pembelajaran LKS, media yang akan
digunakan untuk memperjelas materi, soal Kuis dan alat evaluasi beserta kunci
jawabannya. Selanjutnya pada saat kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD, guru perlu mengamati kegiatan siswa, agar kesulitan yang dialami
siswa dapat segera diketahui dan memberikan pengarahan seperlunya manakala
menemui kelompok yang mengalami kesulitan menyelesaikan soal yang
diberikan. Setiap akhir pembelajaran, guru perlu memberikan hadiah bagi
kelompok yang berhasil meningkatkan hasil belajar kelompok sebagai bentuk
dorongan agar siswa termotivasi ntuk belajar.
Kepada anak didik penulis berharap agar lebih fokus dalam belajar
dengan penerapan metode STAD, serta memberikan kepercayaan teman
sekelompok yang telah dibimbingnya untuk tampil kedepan dalam
mengerjakan Kuis sebagai penambah rasa percaya diri teman yang telah
dibimbing tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

40
Agus, Suprijono, 2012. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung:
Alfabeta
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia
Anton M. Mulyono,2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai.
Pustaka.
Ahmad Mudzakir ,1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
BSNP. 2006. Standar Isi, Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar Mata.
Pelajaran Matematika SMA/ MA.
Depdiknas, 2017. Buku Penilaian Hasil Belajar SMA. Jakarta : Kemendiknas
Dimyati dan Mudjiono,1999. Belajar dan Pembelajaran,. Jakarta: Rineka
Cipta
Erman Suherman ,dkk 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA
Hamalik Oemar. 2006.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA
Press.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung:Alfabeta.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Cooperatif Learning di.
Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana
Nur,M dan Wikandri, R. P. 2012. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan
Pendekatan Konstruktif dalam Pengajaran. Surabaya : UNESA.
Roestiyah ,2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ruseffendi, 2006 Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan.
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika. BandungSlameto.
2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta
Sardiman A.M .2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media
Sudrajat, Hari .(2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Bandung. : Cipta Cekas Grafika.
Sudjana, N. 2010. Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Algesindo
Supriyono,Widodo.1992. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Lampiran 1 RPP
Trianto, 2010. Model -Model Pembelajaran Inovatif Progresif , Surabaya:
Prenada Media Group

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

41
(RPP)
Nama Sekolah : SMAN 3 KOTA SOLOK
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Program : XI (Sebelas) / IPS
Semester : Ganjil

Standar Kompetensi : 1. Menggunakan aturan statistika, kaidah


pencacahan, dan sifat-sifat peluang
dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 1.2. Menyajikan data dalam bentuk tabel
dan diagram batang, garis, lingkaran,
dan ogif, serta penafsirannya.
Indikator : 1. Menyajikan data dalam bentuk diagram
batang, garis, lingkaran, dan ogive serta
penafsirannya
2. Menafsirkan data dalam bentuk
diagram batang, garis, lingkaran, dan
ogive

Alokasi Waktu : 6 x 45 menit (3 pertemuan).


A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat Menyajikan data dalam bentuk diagram batang,
garis, lingkaran, dan ogive serta penafsirannya. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
b. Peserta didik dapat Menafsirkan data dalam bentuk diagram batang,
garis, lingkaran, dan ogive. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
 Karakter siswa yang diharapkan :
 Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
 Berorientasi tugas dan hasil, Percaya diri,Keorisinilan.

B. Materi Ajar
a. Penyajian data dalam bentuk tabel (daftar):
- Tabel (daftar) baris-kolom.
- Daftar distribusi frekuensi.
- Daftar distribusi frekuensi kumulatif.

b. Penyajian data dalam bentuk diagram:

42
- Diagram lingkaran.
- Diagram garis.
- Diagram batang.
- Diagram kotak-garis.
- Diagram batang daun.
- Histogram dan poligon frekuensi.
- Diagram campuran.
- Ogif.

C. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab,
Strategi Pembelajaran
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
 Menafsirkan data dari  Menyajikan data  Siswa dapat
berbagai macam dalam berbagai Menyajikan
bentuk tabel dan bentuk tabel, meliputi data dalam
diagram. daftar baris-kolom, bentuk tabel
daftar distribusi dan diagram
frekuensi (data batang, garis,
tunggal dan data lingkaran, dan
berkelompok), dan ogif, serta
daftar distribusi penafsirannya.
frekuensi kumulatif
(data tunggal dan data
berkelompok).

D. Langkah-langkah Kegiatan
 Pertemuan Pertama sampai lima
Pendahuluan
Apersepsi : - Mengingat kembali bentuk-bentuk tabel (daftar) dan
diagram.
- Membahas PR.
Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka
peserta didik diharapkan dapat menyajikan data
dalam berbagai bentuk tabel dan diagram, kemudian
menafsirkan data tersebut.

Kegiatan Inti

43
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
a. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru
(selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi
dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi
yang berhubungan dengan lingkungan, atau pemberian contoh-contoh
materi untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media interaktif,
dsb) mengenai cara menyajikan data dalam berbagai macam bentuk
tabel (daftar baris-kolom, daftar distribusi frekuensi (data tunggal dan
data berkelompok), daftar distribusi frekuensi kumulatif (data tunggal
dan data berkelompok)) dan diagram (diagram garis, diagram kotak-
garis, diagram batang daun, diagram batang, diagram lingkaran,
histogram, poligon frekuensi, diagram campuran, ogif), serta cara
menafsirkan data dari berbagai bentuk tabel dan diagram, kemudian
antara peserta didik dan guru mendiskusikan materi tersebut (Bahan:
buku paket, yaitu buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas XI
Semester Ganjil Jilid 2A, karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 19-31
mengenai penyajian data dalam bentuk tabel (daftar), dan hal. 31-48
mengenai penyajian data dalam bentuk diagram). (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan mengenai cara menyajikan data dalam berbagai
macam bentuk tabel (daftar baris-kolom, daftar distribusi frekuensi,
daftar distribusi frekuensi kumulatif) dan diagram (diagram lingkaran,
diagram garis, diagram batang, diagram kotak-garis, diagram batang
daun, histogram, poligon frekuensi, diagram campuran, ogif), serta
cara menafsirkan data dari berbagai bentuk tabel dan diagram. (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
c. Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam
buku paket pada hal. 25 mengenai pembuatan daftar distribusi
frekuensi berkelompok untuk suatu data, hal. 31-32 mengenai
pembuatan diagram lingkaran, hal. 35 mengenai pembuatan diagram
kotak-garis untuk statistik lima serangkai yang diberikan, hal. 37
mengenai pembuatan diagram batang-daun dari suatu data tunggal,
dan hal. 38 mengenai pembuatan diagram batang-daun untuk
membandingkan dua kumpulan data. (nilai yang ditanamkan: Rasa
ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
d. Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai daftar baris-
kolom, daftar distribusi frekuensi, daftar distribusi frekuensi
kumulatif, diagram lingkaran, diagram garis, diagram batang, diagram
kotak-garis, diagram batang daun, histogram, poligon frekuensi,

44
diagram campuran, dan ogif, dari Aktivitas Kelas dalam buku paket
hal. 19-20, 23-24, 26, 29, 33-34, 36, 38-39, 42-43, 44, 45-46
sebagai tugas individu. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu,
Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
e. Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-
soal dari Aktivitas Kelas dalam buku paket pada hal. 19-20, 23-24,
26, 29, 33-34, 36, 38-39, 42-43, 44, 45-46. (nilai yang ditanamkan:
Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
f. Peserta didik mengerjakan beberapa soal Latihan dalam buku paket
hal. 29-31 dan hal. 46-48 sebagai tugas individu. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
g. Peserta didik diingatkan untuk mempelajari kembali materi mengenai
penyajian data dalam bentuk tabel (daftar baris-kolom, daftar distribusi
frekuensi (data tunggal dan data berkelompok), daftar distribusi
frekuensi kumulatif (data tunggal dan data berkelompok)) dan diagram
(diagram lingkaran, diagram garis, diagram batang, diagram kotak-
garis, diagram batang daun, histogram, poligon frekuensi, diagram
campuran, ogif), serta cara menafsirkan data dari berbagai bentuk tabel
dan diagram untuk menghadapi ulangan harian pada pertemuan
berikutnya. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Disiplin. Demokratis);
b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
Penutup
a. Peserta didik membuat rangkuman dari materi mengenai penyajian
data dalam bentuk tabel (daftar baris-kolom, daftar distribusi frekuensi
(data tunggal dan data berkelompok), daftar distribusi frekuensi
kumulatif (data tunggal dan data berkelompok)) dan diagram (diagram
lingkaran, diagram garis, diagram batang, diagram kotak-garis,
diagram batang daun, histogram, poligon frekuensi, diagram
campuran, ogif), serta cara menafsirkan data dari berbagai bentuk tabel
dan diagram. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi. (nilai yang ditanamkan:
Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan
penyajian data dalam bentuk tabel (daftar baris-kolom, daftar distribusi
frekuensi (data tunggal dan data berkelompok), daftar distribusi

45
frekuensi kumulatif (data tunggal dan data berkelompok)) dan diagram
(diagram lingkaran, diagram garis, diagram batang, diagram kotak-
garis, diagram batang daun, histogram, poligon frekuensi, diagram
campuran, ogif), serta cara menafsirkan data dari berbagai bentuk tabel
dan diagram dari Aktivitas Kelas atau Latihan yang belum
terselesaikan di kelas atau dari referensi lain. (nilai yang ditanamkan:
Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);

 Pertemuan enam sampai delapan


Pendahuluan
Apersepsi : Mengingat kembali mengenai pengertian dasar
statistika (data (jenis-jenis data, ukuran data),
statistika, statistik, populasi, sampel, data tunggal),
penyajian data dalam bentuk tabel (daftar baris-kolom,
daftar distribusi frekuensi, daftar distribusi frekuensi
kumulatif), dan penyajian data dalam bentuk diagram
(diagram lingkaran, diagram garis, diagram batang,
diagram kotak-garis, diagram batang daun, histogram,
poligon frekuensi, diagram campuran, ogif).
Motivasi : Agar peserta didik dapat menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan materi mengenai pengertian dasar
statistika (data (jenis-jenis data, ukuran data),
statistika, statistik, populasi, sampel, data tunggal),
penyajian data dalam bentuk tabel (daftar baris-kolom,
daftar distribusi frekuensi, daftar distribusi frekuensi
kumulatif), dan penyajian data dalam bentuk diagram
(diagram lingkaran, diagram garis, diagram batang,
diagram kotak-garis, diagram batang daun, histogram,
poligon frekuensi, diagram campuran, ogif).
Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
a. Peserta didik diminta untuk menyiapkan kertas ulangan dan peralatan
tulis secukupnya di atas meja karena akan diadakan ulangan harian.
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja
keras. Demokratis.);
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
b. Peserta didik diberikan lembar soal ulangan harian. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
c. Peserta didik diingatkan mengenai waktu pengerjaan soal ulangan
harian, serta diberi peringatan bahwa ada sanksi bila peserta didik

46
mencontek. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
d. Guru mengumpulkan kertas ulangan jika waktu pengerjaan soal
ulangan harian telah selesai. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Disiplin. Demokratis);
b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
Penutup
Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi berikutnya, yaitu
tentang statistik deskriptif berupa ukuran pemusatan data. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);

E. Alat dan Sumber Belajar


Sumber :
- Buku paket, yaitu buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas XI
Semester Ganjil Jilid 2A, karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 19-31,
31-48).
- Buku referensi lain.
Alat :
- Laptop
- LCD
F. Penilaian
Teknik : tugas individu, ulangan harian.
Bentuk Instrumen : uraian singkat.
Contoh Instrumen :
1. Data nilai Matematika di kelas XI IPS adalah sebagai berikut:
6 7 5 4 9 5 4 4 5 6
5 3 7 4 8 5 9 6 4 5
7 6 6 5 6 4 6 8 7 8
9 3 6 7 4 5 6 6 6 8
a. Susun data di atas dalam daftar distribusi frekuensi data tunggal.
b. Tentukan frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari.
2. Buatlah diagram batang daun dari data berikut.
88 32 78 74 67 56 84 58 51 66

47
45 64 47 76 35 74 52 74 52 61
63 69 64 68 43 68 50 50 34 33
28 21 31 48 49 55 63 64 73 78
81 70 73 56 57 24 27 29 30 34
3. Gambarlah histogram dan poligon frekuensi untuk data hasil ulangan
Bahasa Inggris dari 40 siswa berikut:

Nilai Frekuensi
46-50 3
51-55 5
56-60 7
61-65 10
66-70 8
71-75 4
76-80 3
Solok, Juli
2017
Mengetahui Guru Bidang Studi
Kepala Sekolah
Lampiran 1 RPP

Eko Gunanto, S.Pd Dra. Ratnawati


NIP. 19700524 200003 1 002 NIP. 19630620 199412 2002

48

Anda mungkin juga menyukai