Anda di halaman 1dari 6

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) PADA MATERI PROGRAM


LINEAR DI KELAS X SMK NEGERI 1 GORONTALO UTARA

Suleman A. Yusuf, Nurhayati Abbas Ali Kaku

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematika siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write
(TTW) pada materi Program Linear di Kelas X SMK Negeri 1 Gorontalo Utara.Jenis penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X jurusan Teknik Komputer dan Jaringan SMK Negeri 1 Gorontalo Utara yang berjumlah 26 Siswa. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes. Untuk tes berupa tes
uraian yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika
siswa, dan non tes berupa lembar pengamatan yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan guru
dalam mengelola proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dan
lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-
Write (TTW). Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap aktivitas guru dalam mengelola
proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, kemampuan pemecahan masalah serta
komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-
Talk-Write (TTW). Pada tindakan siklus I kemampuan pemecahan masalah matematika siswa nilai yang diperoleh
belum mencapai batas minimal indikator keberhasilan tindakan, namun pada siklus II terjadi peningkatan secara
signifikan dan telah memenuhi criteria sangat baik serta memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Pada
kemampuan komunikasi matematika siswa memperoleh nilai yang belum memenuhi criteria namun pada siklus II
terjadi peningkatan dengan kategori sangat baik dan telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Hasil
observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran siklus I presentase nilai yang diperoleh belum mencapai
batas minimal yang telah ditentukan, tetapi pada siklus II hasil diperoleh telah yang diperoleh mencapai batas
minimal indikator keberhasilan tindakan. Pada tindakan siklus I observasi aktivitas siswa dalam proses
pembelajaaran presentasenya belum mencapai indikator keberhasilan tindakan namun pada siklus II aktivitas
siswa meningkat dan telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Dengan demikian, pembelajaran melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika pada materi program linear.

Kata kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi Matematik, model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Talk-Write (TTW)

PENDAHULUAN memiliki sikap menghargai kegunaan matematika


Matematika merupakan salah satu ilmu dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu,
pengetahuan yang berperan penting dalam perhatian, dan minat dalam mempelajari
kehidupan, antara lain dalam pembentukan matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan pemecahan masalah (5) menalar secara logis dan
berkomunikasi serta mampu bekerjasama. Individu kritis serta mengembangkan aktivitas kreatif dalam
yang memiliki keterampilan berpikir seperti ini memecahkan masalah dan mengkomunikasikan
diharapkan mampu menghadapi tantangan ide. Disamping itu memberi kemampuan untuk
kehidupan secara mandiri. menerapkan matematika pada setiap program
Tujuan pembelajaran matematika tingkat keahlian.
SMK dalam lampiran permendiknas No 22 Tahun Tujuan di atas menekankan akan
2006 (Depdiknas, 2006: 426) tentang standar isi pentingnya peranan matematika dalam kehidupan
mata pelajaran matematika menyatakan bahwa manusia. Karena pentingnya peranan matematika
pelajaran matematika SMK bertujuan agar siswa: dalam kehidupan manusia, pemerintah selalu
(1) memahami konsep matematika, menjelaskan berusaha agar mutu pendidikan matematika
keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan semakin baik. Hal ini terlihat dari berbagai upaya
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, pemerintah seperti penyempurnaan kurikululum,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, kompetensi guru melalui penataran baik tingkat
melakukan manipulasi matematika dalam membuat nasional maupun regional, pembentukan
generalisasi, penyusunan bukti atau menjelaskan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),
gagasan dan pernyataan matematika, (3) perbaikan sarana dan prasarana belajar dan
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan berbagai usaha lainnya yang bertujuan untuk
memahami masalah, merancang model menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan dan berkualitas. Untuk menunjang usaha
solusi yang diperoleh. (3) mengemunikasikan pemerintah di atas harus dibarengi dengan upaya
gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media guru sebagai garda terdepan untuk meningkatkan
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (4) kualitas pendidikan, upaya guru itu berupa

166 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


pemilihan model, metode, strategi, dan pendekatan pernyataan matematika kedalam bentuk gambar (5)
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kemampuan menghubungkan benda nyata kedalam
disekolah, karena pada kenyataannya kualitas ide matematika. Untuk menyelesaikan masalah ini,
pendidikan masih di bawah harapan yang dapat guru bukannya perperan sebagai pemberi informasi
dilihat dari rendahnya nilai siswa pada setiap dan penceramah, tetapi guru harus berperan
pelaksanaan ujian, baik ujian nasional, ujian sebagai fasilitator, motivator, pelatih, dan manajer
sekolah maupun ujian yang dilaksanakan pada bagi siswa. Guru harus bertanggung jawab untuk
setiap semester atau ujian untuk kenaikan kelas, membimbing dan memotivasi siswa agar dapat
khususnya pada mata pelajaran matematika dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari. Juga
dikatan belum mancapai nilai yang diharapkan. guru tidak menyajikan materi pelajaran dalam
Banyak hal yang diharapkan dapat diperoleh siswa bentuk jadi, tetapi sebaiknya siswa yang aktif dalam
dengan belajar matematika. Salah satu diantaranya menemukan konsep. Selain itu juga guru harus
adalah memecahkan masalah. mampu memberi bantuan belajar, mencarikan
Pembelajaran matematika di kelas X SMK sumber belajar yang diperlukan siswa. Abbas
Negeri 1 Gorontalo Utara selama ini masih (2007: 2) Guru harus mencari metode, model,
menggunakan metode konvensional dimana guru strategi dan pendekatan pembelajaran yang dapat
mengajarkan materi dan siswa mendengarkan apa membantu siswa untuk mendorong kembali
yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran ini belum motivasi, gairah dan minat dalam belajar, dalam
efektif karena kegiatan pembelajaran masih banyak arti guru hendaknya mampu mnenerepkan model
didominasi oleh aktivitas guru. Pada pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
yang demikian tidak akan terjadi proses kontruksi mengembangkan, meyelidiki, menemukan dan
pengetahuan sebagaimana menjadi tujuan mengungkap ide siswa sendiri. Trianto (2013: 51)
pembelajaran matematika. Cara mengajar seperti menyatakan bahwa model pembelajaran adalah
ini hanya menekankan pada tercapainya target suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
kurikulum bukan menekakan pada proses sebagai pedoman dalam merencakan pembelajaran
pengembangan kemampuan belajar siswa, peran dikelas. Sementara Shoimin (2014: 45)
siswa selama dalam proses belajar mengajar mengemukakan bahwa cooperative learning
sangat sedikit, inilah yang menyebabkan nilai siswa merupakan suatu model pembelajaran yang mana
menjadi rendah. Khusus pada kemampuan siswa belajar dalalm kelompok-kelompok kecil yang
pemecahan masalah pada pokok bahasan Program memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam
linear dapat dilihat dari hasil ulangan harian menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
sebagian besar siswa tidak dapat menjawab soal- saling bekerja sama dan membantu untuk
soal yang diberikanoleh guru secara maksimal. memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar
Nasution (2006 : 7) mengungkapkan bahwa dikatakan belum selesai jika salah satu teman
pemecahan masalah dapat dipandang sebagai dalam kelompok belum menguasai bahan
manipulasi informasi secara sistematis, langkah pelajaran.
demi langkah, dengan mengolah informasi yang Yamin (2009: 84) menyatakan bahwa
diperlukan melalui pengamatan untuk mencapai suatu model pembelajaran kooperatif yang
suatu hasil pemikiran sebagai respon terhadap diharapkan dapat menumbuh kembangkan
problem yang dihadapi. Faktor yang menyebabkan kemampuan pemecahan masalah dan komunkasi
rendahnya nilai siswa dalam materi Program Linear, matematika adalah model pembelajaran tipe think-
khusus pada mengubah soal-soal cerita dalam talk-write (TTW). Model pembelajaran kooperatif
bentuk model matematika, menggambar grafik dari yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin ini
fungsi kendala, antara lain system pengajaran yang pada dasarnya dibangun melalui berfikir (think),
masih konvensional (guru masih mendominasi berbicara (talk), dan menulis (write). Alur kemajuan
proses belajar mengajar), rasa kurang percaya diri Think-Talk-Write dimulai dari keterlibatan siswa
siswa (takut salah bila mengemukakan gagasan), dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri
mereka hanya menunggu jawaban teman yang setelah proses membaca, selanjutnya berbicara
dianggapnya lebih pintar atau menunggu jawaban dan membagi ide (sharing) dengan temannya
dari guru, pendampingan guru terhadap siswa yang sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif
kesulitan belajar masih kurang maksimal, selain itu dilakukan dalam kelompok heterogen dengan
juga dalam kegiatan proses pembelajaran ketika anggota 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa
guru meminta siswa mendiskusikan hasil kerjanya diminta membaca, membuat catatan kecil,
di depan kelas, kegiatan diskusi tidak berjalan menjelaskan, mendengar dan membagi ide
dengan baik, disebabkan diskusi tersebut hanya di bersama teman kemudian melengkapkannya
dominasi oleh 2-3 orang siswa sedangkan yang dengan tulisan dalam suasana yang
lainnya cenderung pasif artinya siswa hanya menyenangkan.
datang, duduk, dengar dan diam. Siswa merasa Langkah-langkah model pembelajaran
kesulitan dan takut akan matematika, terutama kooperatif tipe think-talk-write (TTW) menurut
pada kemampuan pemecahan masalah, dan Yamin (2009: 90) yaitu: (1) Guru membagi
kemampuan komunikasi matematika. Menurut Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang memuat
Sumarmo (2004: 25) indicator yang menunjukkan situasi masalah dan petunjuk serta prosedur
kemampuan komunikasi matematika adalah: (1) pelaksanaannya. (2) Siswa membaca teks dan
kemampuan menjelaskan ide, (2) kemampuan membuat catatan dari hasil bacaan secara
menyelesaikan masalah sehari-hari dalam symbol individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think). (3)
matematika, (3) memberikan alasan atau bukti Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman
terhadap kebenaran suatu solusi, (4) menyajikan untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan

Volume 02, Nomor 1, Februari 2017 | 167


sebagai mediator lingkungan belajar. (4) Siswa Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri
mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil 1 Gorontalo Utara, Kecamatan Anggrek Kabupaten
kolaborasi (write). Gorontalo Utara. SMK Negeri 1 Gorontalo Utara
Huda (2014: 220) Untuk mewujudkan memiliki 12 rombongan belajar yang terdiri dari 4
pembelajaran yang sesuai dengan harapan, jurusan yaitu jurusan Agrobisnis Perikanan,
dirancang pembelajaran yang mengikuti langkah- Agrobisnis Rumput Laut, Perkantoran dan Teknik
langkah berikut: Komputer dan Jaringan dengan jumlah siswa
a. Siswa membaca teks dan membuat catatan keseluruhan 235 siswa. Jumlah guru dan pegawai
dari hasil bacaan secara individual (think), sebanyak 37 orang yang terdiri dari 25 guru
untuk dibawa ke forum diskusi. pegawai negeri sipil, 9 guru honorer dan 3 orang
b. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan pegawai tata usaha.
teman satu grup/kelompok untuk membahas Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
isi catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka Tahun Pelajaran 2015/2016 di kelas X jurusan
menggunakan bahasa dan kata-kata yang Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide Jenis dan Rancangan Penelitian
matematika dalam diskusi. Pemahaman Jenis penelitian yang digunakan adalah
dibangun melalu interaksinya dalam diskusi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan
Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi secara partisipatif. Partisipatif artinya peneliti
atas soal yang diberikan. dibantu teman sejawat sebagai observer. Peneliti
c. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari
yang rnemuat pemahaman dan komunikasi awal sampai berakhirnya penelitian.
matematika dalam bentuk tulisan (write). Rancangan penelitian tindakan kelas
d. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat dalam penelitian adalah menggunakan model
refleksi dan kesimpulan atas materi yang rancangan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc
dipelajari. Sebelum itu dipilih satu atau Taggrat (dalam Yudhistira. 2013. 46) yang terdiri 4
beberapa orang siswa sebagai perwakilan tahap yaitu Perencanaan (planning), Pelaksanaan
keompok untuk menyajikan jawabannya, (acting), Observasi (observing) dan Refleksi
sedangkan kelompok lain diminta memberikan (reflecting) dalam setiap siklus.
tanggapan Rancangan tindakan PTK Model Kemmis dan MC
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan Taggart
masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-
Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika pada
pembelajaran materi Program Linear di kelas X
SMK Negeri 1 Gorontalo Utara? (2) apakah model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write
(TTW) dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika pada pembelajaran materi
Program Linear di kelas X SMK Negeri 1 Gorontalo
Utara?
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini
bertujuan untuk : (1) meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write Subyek Penelitian
(TTW) pada materi Program Linear di kelas X SMK Dalam penelitian ini yang menjadi subyek
Negeri 1 Gorontalo Utara. (2) meningkatkan penelitian adalah siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 1
kemampuan komunikasi matematika melalui model Gorontalo Utara, semester genap tahun pelajaran
pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write 2015-2016 yang berjumlah 26 siswa yang terdiri
(TTW) pada materi Program Linear di kelas X SMK atas 11 laki-laki dan 15 perempuan.
Negeri 1 Gorontalo Utara.
Dalam penelitian ini hipotesis tindakan TEKNIK PENGUMPULAN DATA
sebagai berikut: (1) jika dalam proses pembelajaran Data dalam penelitian ini terdiri dari data
matematika pada materi Program Linear di kelas X kemampuan pemecahan masalah dan data
SMK Negeri 1 Gorontalo Utara menggunakan kemampuan komunikasi matematika, data aktivitas
model pembelajaran kooperatif tipe Think–Talk– siswa dalam pembelajaran dan data kemampuan
Write (TTW), maka kemampuan pemecahan guru mengelola pembelajaran. Untuk memperoleh
masalah matematika siswa meningkat. (2) jika data tersebut, teknik pengumpulan data yang
dalam proses pembelajaran matematika pada digunakan adalah tes dan non tes. Teknik tes
materi Program Linear di kelas X SMK Negeri 1 dalam bentuk uraian yang digunakan untuk
Gorontalo Utara menggunakan model pembelajaran mengumpulkan data kemampuan pemecahan
kooperatif tipe Think–Talk–Write (TTW), maka masalah dan data kemampuan komunikasi
kemampuan komunikasi matematika siswa matematika. Kemudian teknik non tes digunakan
meningkat. untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan data
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
METODE PENELITIAN Teknik ini digunakan dalam bentuk pengamatan.
Tempat dan Waktu Penelitian Sebelum instrumen tes tersebut digunakan, terlebih

168 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


dahulu di lakukan validasi konten yakni divalidasi Aspek Jumla Siklu Siklu Peningk
N
oleh para pakar matematika agar memperoleh Yang h sI s II atan
o
instrumen tes yang baik dan benar untuk digunakan Diamati Item (%) (%) (%)
dalam penelitian. Dalam penelitian ini validasi Kegiatan
konten dilakukan melalui pemvalidasian tes yang 73.4
1 Pendahulu 4 90.63 17.19
dilakukan oleh beberapa orang validator yang telah 4
an
dipilih oleh peneliti. Setelah instrument divalidasi Kegiatan 72.1
oleh validator, peneliti melakukan perbaikan atau 2 11 87.50 15.34
Inti 6
revisi tehadap instrument berdasarkan saran dan
Kegiatan 77.0
pendapat yang berikan oleh validator. Setelah 3 3 87.50 10.42
Penutup 8
dilakukan revisi terhadap instrument tes peneliti
melakukan uji coba lapangan yang dilanjutkan 74.2
Rata - rata 88.54 14.32
dengan mengecek validitas dan reliabilitasnya. 3
Validitas menurut Pomalato (2006: 16) adalah Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
validitas menunjukan ketepatan pengumpulan data terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari
atau data yang dikumpulkan memang benar-benar aktivitas kegiatan pembelajaran dari siklus I ke
yang ingin diperoleh peneliti. siklus II. Pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas
guru dalam proses pembelajaran mulai dari
TEKNIK ANALISIS DATA kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan penutup secara umum belum menunjukkan hasil
Kemampuan Guru dalam Pembelajaran yang optimal dengan persentase 74,23%. Hal ini
Data hasil observasi kegiatan guru dan belum memenuhi indikator keberhasilan yang
siswa dianalisis secara deskriptif pada setiap akhir diharapkan. Kondisi tersebut menggambarkan
pengamatan dengan menggunakan persentase. pelaksanaan kegiatan ini cenderung belum berhasil
Nilai hasil observasi kegiatan guru dan siswa dapat memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.
ditetapkan dengan mengacu pada criteria penilaian Namun setelah pelaksanaan siklusII dalam proses
sangat baik (SB), baik (B), cukup (C) dan kurang pembelajaran menunjukkan bahwa kegiatan
(K). pendahuluan telah memenuhi indikator
Data Hasil Kemampuan Pemecahan masalah dan keberhasilan dengan capaian 90.63%.
komunikasi matematika siswa Pelaksanaan kegiatan inti juga telah mengalami
Data kemampuan pemecahan masalah perubahan yang sangat siginfikan dengan tingkat
dan komunikasi matematika siswa pada materi capaian 87.50%. Kondisi tersebut menunjukkan
program linear yang diperoleh melalui pemberian bahwa pelaksanaan kegiatan ini telah berhasil
tes uraian yang dianalisis secara deskriptif dengan memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.
memperhatikan skor capaian masing-masing siswa Pada kegiatan penutup atau tahap akhir
melalui evaluasi tertulis. pembelajaran menunjukkan bahwa tiga item yang
Setelah menganalisis hasil kemampuan menjadi fokus pelaksanaan pembelajaran juga telah
pemecahan masalah dan komunikasi matematika mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan
siswa, kemudian dilanjutkan dengan penetapan oleh persentase capaiannya sebesar 87.50%. Dari
nilai yang diperoleh siswa. Nilai siswa dapat ketiga kegiatan tersebut menunjukkan bahwa
ditentukan dengan menggukan rumus sebagai capaian rata-rata aktivitas pelaksanaan kegiatan
berikut: belajar mengajar telah berada pada kategori sangat
( ) baik dan telah memenuhi indikator keberhasilan
ℎ ℎ dengan persentase 88.54%.
= 100 % Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam

Setelah hasil kemampuan pemecahan Proses Pembelajaran dengan Model
masalah dan komunikasi maatematika siswa PembelajaranTkooperatif tipe Think-Talk-Write
diketahui, dilanjutkan dengan penetapan kriteria (TTW)
keberhasilan atau ketentuan dengan menggunakan Siklu Sikl
N Aspek Yang Peningkata
penilaian acuan patokan (PAP) seperti pada tabel sI us II
o Diamati n (%)
berikut. (%) (%)
Kualifikasi prosentase kemampuan pemecahan Membaca/mencer
masalah dan komunikasi matematika. mati dan
Persentase Kualifikasi memikirkan 100. 100.
1 0.00
85 % - 100 % Sangat Baik masalah dalam 00 00
70 % - 84,99 % Baik Lembar Kegiatan
60 % - 69,99 % Cukup Siswa (LKS).
0 % - 59,99 % Kurang Membuat catatan
kecil tentang ide-
idenya mengenai
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kemungkinan
Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam 75.0 87.5
2 jawaban dan atau 12.50
Mengelola Proses Pembelajaran Melalui Model 0 0
langkah
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write
penyelesaian atas
(TTW)
permasalahan/so
al yang diberikan.

Volume 02, Nomor 1, Februari 2017 | 169


Aktif dalam Data Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
diskusi kelompok Matematika siswa
membahas 62.5 75.0 Siklus Siklus Peningkat
3 12.50
penyelesaian 0*) 0 Aspek Yang Dinilai I II an
pemecahan Memahami
masalah. 78.21 90.60 12.39
masalah
Berinteraksi atau Merencanakan
bekerjasama penyelesaian
serta masalah, yang 80.77 91.88 11.11
berkolaborasi 68.7 87.5 menyangkut
4 18.75
dengan teman 5*) 0 pemilihan strategi
membahas solusi Menjalankan
pemecahan rencana 73.40 87.82 14.42
masalah. penyelesaian
Menuliskan hasil
diskusi/jawaban Menyimpulkan
terhadap masalah atau menafsirkan 60.90 80.13 19.23
yang diberikan 68.7 87.5 kembali hasilnya
5 18.75
pada LKS secara 5*) 0
jelas dan lengkap Rata-rata
73.32 87.61 14.29
dan mudah prosentase
dibaca. Dari tabel diatas kemampuan pemecahan
Mempresentasika masalah matematika menunjukkan bahwa capaian
n / memaparkan rata-rata ke empat aspek kemampuan pemecahan
hasil diskusi masalah sebesar 73.32%. Nilai ini jika dibandingkan
75.0 100. dengan indikator keberhasilan capaian tersebut
6 kelompok di 25.00
0 00 belum memenuhi kriteria yang ditentukan. Namun
depan kelas atau
menuliskan di pada siklus II dari seluruh aspek kemampuan
papan tulis. pemecahan masalah diperoleh capaian sebesar
Memberi 87,61%, sehingga terjadi peningkatan sebesar
tanggapan atas 14,29%. Hal ini sudah berada pada kategori sangat
jawaban dari 62.5 75.0 baik dan telah memenuhi indikator keberhasilan.
7 12.50 Data Hasil Tes Kemampuan komunikasi
teman- 0*) 0
teman/kelompok matematika siswa
lain. Aspek Yang di Siklus I Siklus II Peningka
Merangkum/meny nilai (%) (%) tan
impulkan materi 68.7 100. Menyelesaiakan
8 31.25 masalah dalam
yang sudah 5*) 00
dijelaskan. bentuk bahasa 81.20 91.88 10.68
Siswa menjawab atau simbol
56.2 75.0 matematika
9 tes evaluasi yang 18.75
5*) 0 Membuat
diberikan guru.
gambar, grafik 66.24 85.04 18.80
Mencermati
dan diagram
tugas-tugas
tambahan yang Rata-rata
73.72 88.46 14.74
1 diberikan guru 68.7 75.0 Prosentase
6.25 Untuk kemampuan komunikasi
0 untuk 5*) 0
memperdalam matematika juga menunjukkan untuk siklus I
materi yang diperoleh capaian rara-rata dari dua aspek
dipelajari. kemampuan komunikasi matematika siswa sebesar
70.6 86.2 73.72%. Jika dibandingkan dengan indikator
15.63 keberhasilan capaian tersebut belum memenuhi
Rata - rata 3*) 5
Hasil pengamatan terhadap aktivitas kriteria yang ditentukan yaitu minimal 85% dari
belajar siswa pada siklus I bahwa dalam kegiatan seluruh siswa yang dibelajarkan memperoleh
pembelajaran belum menunjukkan hasil optimal. capaian kemampuan komunikasi matematika,
Persentase rata-rata aktivitas siswa dalam minimal dengan nilai 75. Namun pada siklus II
pembelajaran berada pada klasifikasi belum terjadinya peningkatan kemampuan komunikasi
memenuhi indikator keberhasilan dengan besar dengan prosentasi ke dua aspek kemampuan
capaian yaitu 70,63%. Namun pada siklus II terjadi komunikasi matematika sebesar 88,46 % sehingga
peningkatan dengan ncapaian 86,25%. Hal ini terjadi peningkatan sebesar 14,74%. Jika
merupakan akumulasi dari seluruh item yang dibandingkan dengan indikator keberhasilan
menjadi aspek dalam pembelajaran yang berada capaian tersebut telah memenuhi kriteria yang
pada kategori baik dan sangat baik dan telah ditentukan.
memenuhi indikator keberhasilan. Dengan
demikian aktivitas kegiatan oleh siswa telah
mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

170 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


KESIMPULAN Pomalato, Sarson. 2006. Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan (Classroom Action research). : Nurul
pembahasan dapat disimpulkan : (1) Dengan Jannah.
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran
Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan Inovatif dalam Kurikulum 2013.
aktivitas guru dalam mengelola proses Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
pembelajaran dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan model pembelajaran Sumarmo, U. 2004. Pembelajaran Matematika
kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW), Hasil untuk Mendukung Pelaksanaan
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam Kurikulum Berbasis Kompotensi.
mengelola pembelajaran berbasis model Makalah disajikan pada penelitian
pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write Pelatihan Guru Matematika di
(TTW) untuk siklus I dengan presentase 74,23%, JurusanMatematika ITB. April 2004.
sedangkan pada siklus II meningkat dengan Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu.
presentase 88,54%. Hal ni terjadi peningkatan Jakarta: Bumi Aksara.
sebesar 14,32% dan sudah berada pada kategori Yamin, Martinis. 2009. Strategi Pembelajaran
sangat baik serta sudah memenuhi indicator Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
keberhasilan. Sementara untuk aktivitas siswa Persada Press.
dalam pembelajaran berbasis model pembelajaran Yudhistira, Dadang. 2013. Menulis Penelitian
kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) pada siklus I Tindakan Kelas yang APIK (Asli Perlu
dengan persentase 70,63%, sedangkan pada siklus Ilmiah Konsisten) Jakarta: PT Gramedia
ke dua mengalami peningkatan sebesar 86,25%. Widiasarana Indonesia.
Hal ini sudah berada pada kategori sangat baik dan
sudah memenuhi indikator keberhasilan. (2) Dari
hasil penerapan dua siklus, yang masing-masing
siklus terdiri dari 3 dan 2 kali pertemuan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah untuk siklus I dengan rata-rata
ke empat indicator pemecahan masalah mencapai
73,32% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak
19 orang sedangkan pada siklus II meningkat
dengan presentase 87,61% dengan jumlah siswa
yang tuntas sebanyak 23 siswa. Hal ni terjadi
peningkatan sebesar 14,29% dan sudah berada
pada kategori sangat baik serta sudah memenuhi
indicator keberhasilan. Sementara untuk
kemampuan komunikasi matematika pada siklus I
dengan rata-rata ke dua indikatorkomunikasi
matematika mencapai 73,72% dengan jumlah
sisiwa yang tuntas sebanyak 18 siswa. sedangkan
pada siklus ke dua mengalami peningkatan sebesar
88,46% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak
23 siswa. Hal ini sudah berada pada kategori
sangat baik dan sudah memenuhi indikator
keberhasilan.
Daftar Pustaka
Abbas, Nurhayati. Darsono Daud, Patrina Bukoting,
2007. Upaya Meningkakan Hasil Belajar
Siswa Melalui Pembelajaran
Berdasarkan Masalah dan Penilaian
Portofolio di SMPN 10 Kota Gorontalo.
Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Depdiknas 2006. Standar Komptensi Lulusan Mata
Pelajaran Matematika Sekolah
Menengah dan Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan
Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nasution S. 2006. Metode Penelitian Naturalistik
Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Volume 02, Nomor 1, Februari 2017 | 171

Anda mungkin juga menyukai