Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

INSTRUMEN PENELITIAN

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Bab ini mengemukakan materi tentang instrumen penelitian meliputi definisi,
jenis-jenis instrumen, validitas, dan reliabilitas instrumen.
2. Relevansi
Bab ini membantu mahasiswa memahami instrumen penelitian sebagai bekal
untuk merancang instrumen penelitian yang diperlukan dalam menulis tugas
akhir.
3. Capaian Pembelajaran
Kemampuan akhir yang harus dicapai mahasiswa mempelajari bab ini adalah
mahasiswa mampu merancang instrumen penelitian yang tepat dan benar sesuai
keperluan penelitiannya.

B. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Pengertian Instrumen Penelitian


Menurut Arikunto (2000), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data
agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Hadjar (1996)
berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara
objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Suryabrata (2008) adalah alat yang
digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan
bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk
atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.

76
2. Macam-macam Instrumen Penelitian
Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur
penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang
diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal
metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau
kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner. Metode tes, instrumennya
adalah soal tes, tetapi metode observasi, instrumennya bernama check-list.
Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena
mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang
diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang
dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes (Aedi,
2010).

a. Instrumen Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan
kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal
tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel
yang diukur. (Aedi, 2010) Menurut Sukardi (2012), tes merupakan prosedur
sistematik dimana individu yang dites direpresentasikan dengan suatu set stimuli
jawaban mereka yang dapat menunjukkan ke dalam angka. Subjek, dalam hal ini,
harus bersedia mengisi item-item dalam tes yang sudah direncanakan sesuai
dengan pilihan hati dan pikiran guna menggambarkan respons subjek terhadap item
yang diberikan. Terdapat tiga macam tes yang digunakan dalam penelitian
pendidikan. Yaitu (Sukardi, 2012):
1) Tes Psikologi
Merupakan suatu instrumen yang dirancang untuk mengukur aspek-aspek
tertentu dari tingkah laku manusia. Tes psikologi menghasilkan deskripsi yang
objektif yang diukur menggunakan skor atau angka. Skor pada tes psikologi
merupakan indikator yang merefleksikan karakteristik yang dimiliki oleh subjek yang
diukur.

77
2) Tes Prestasi
Tes prestasi digunakan untuk mengetahui apakah materi yang diberikan
seorang guru kepada siswanya sudah dikuasai atau belum oleh siswanya. Tes
prestasi pada umumnya mengukur penguasaan dan kemampuan para peserta didik
setelah mereka selama waktu tertentu menerima proses belajar mengajar dari guru.
Tes tersebut umumnya untuk mengukur tingkat penguasaan dan kemampuan
peserta didik secara individual dalam cakupan ilmu pengetahuan yang telah
ditentukan oleh peserta didik.
3) Tes Intelegensi
Tes intelegensi merupakan tes yang direncanakan untuk mengukur cakupan
khusus, yaitu kemampuan seseorang dalam kaitannya dengan penggunaan
pengetahuan yang ada ke dalam konteks yang bervariasi.

b. Instrumen Non-Tes
1) Angket atau Kuesioner
Adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan
nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan
tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia
alami dan ketahuinya.
a) Kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri,
bentuknya sama dengan kuesioner isian.
b) Kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan,
bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda
c) Kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
d) Kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan orang lain
e) Check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal
membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia
f) Skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat,
biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju
sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya
Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat
pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak
atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan.

78
Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa
jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner
menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang
dianggap penting, penggunaan warna-warna dan hiasan, serta meletakkan
kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada
tempat yang berbeda.
2) Bentuk Instrumen Interviu
Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interviu.
Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau inter view guide. Dalam
pelaksanaannya, interviu dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas
menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar
pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat
data yang harus terkumpul.
3) Bentuk Instrumen Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data.
Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan
pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman
pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Instrumen
observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi
sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah
dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau
kegiatan yang akan diamati.
4) Bentuk Instrumen Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya,
dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang
diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam
kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tally pada setiap
pemunculan gejala.

79
3. Validitas Instrumen
Suatu Instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat
mengukur apa yang hendak diukur, Gay (1983). Validitas suatu instrumen penelitian,
tidak lain adalah derajat yang menunjukan dimana suatu tes mengukur apa yang
hendak diukur. Prinsip suatu tes adalah valid, tidak universal. Validitas suatu tes
yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu
tujuan tertentu saja. Tes valid untuk bidang studi metrology industry belum tentu
valid untuk bidang yang lain, misalnya bidang mekanika teknik.
Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu validitas: isi, konstruk, konkuren, dan prediksi. Keempat macam
validitas tersebut sering pula dikelompokkan menjadi dua macam menurut rentetan
berpikirnya. Kedua macam validitas itu, yaitu validitas logic dan validitas empirik.
Validitas logic pada prinsipnya mencakup validitas isi, yang ditentukan
utamanya atas dasar pertimbangan (judgment) dari para pakar. Kelompok validitas
yang lain adalah validitas empirik. Dinamakan demikian karena validitas tersebut
ditentukan dengan menghubungkan performansi sebuah tes terhadap kriteria
penampilan tes lainnya dengan menggunakan formulasi eliable . Yang termasuk
dalam validitas elia diantaranya adalah validitas konkuren dan prediksi. Jika
dibandingkan antara validitas logic dan validitas empirik maka validitas empirik pada
umumnya menunjukan lebih objektif.
Penilaian validitas konstruk pada prinsipnya mencakup dua aspek diatas
pertimbangan dan kriteria eksternal. Untuk tes tertentu, ini penting untuk mencari
kejelasan (evidence) yang berkaitan dengan tipe validitas yang tepat untuk suatu
tujuan.
Dalam penelitian, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu, validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan prediksi yang akan
diuraikan dengan lebih jelas seperti berikut.
1) Validitas isi
Yang dimaksud validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur
cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan
dua aspek penting, yaitu valid isi dan valid teknik samplingnya. Valid isi mencakup
khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item itu menggambarkan
pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Sedangkan validitas sampling pada

80
umumnya berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes
merepresentasikan total cakupan isi.
Validitas isi mempunyai peran yang sangat penting untuk tes pencapaian atau
achievement test. Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para
ahli. Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk
menunjukan secara pasti. Tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes
divalidasi dengan menggunakan validitas isi, pertimbangan ahli tersebut dilakuka
dengan cara seperti berikut. Para ahli, pertama diminta untuk mengamati secara
cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mereka diminta
untuk mengoreksi semua item-item yang telah dibuat. Dan pada akhir perbaikan,
mereka juga diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes
tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.
2) Validitas konstruk
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukan suatu tes mengukur
sebuah konstruk sementara atau hypothetical construct. Konstruk, secara eliable t,
merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi kita dapat merasakan
pengaruhnya melalui satu atau dua indra kita. Contoh suatu konstruk dalam lingkup
pendidikan teknologi kejuruan misalnya, implikasi orang terampil atau memiliki skill,
dapat dilihat dengan melalui tinkah laku dia ketika seseorang tersebut melakukan
pekerjaanya.
3) Validitas konkuren
Validitas konkuren adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan
dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan validasi konkuren biasanya
diadministrasi dalam waktu yang sama atau dengan kriteria valid yang sudah ada.
Seringkali juga terjadi bahwa tes dibuat atau dikembangkan untuk pekerjaan sama
seperti beberapa tes lainnya, tetapi dengan cara yang lebih mudah dan lebih cepat.
Validitas konkuren ditentukan dengan membangun analisis hubungan atau
pembedaan. Cara-cara membuat tes dengan validitas konkuren dapat dilakukan
dengan beberapa langkah sebagai berikut.
a) Administrasikan tes yang baru dilakukan terhadap grup atau anggota kelompok.
b) Catat tes baku yang ada termasuk beberapa koefisien validitasnya jika ada.
c) Hubungkan atau korelasikan dua tes skor tersebut.

81
4) Validitas prediksi
Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat
memprediksi tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas
atau pekerjaan yang direncanakan. Tes kemampuan aljabar, sebagai contohnya,
dapat dikatakan mempunyai nilai validasi prediksi, jika tes tersebut dapat menduga
pada seseorang yang memiliki kemampuan aljabar dengan anak yang tidak memiliki
kemampuan.
Instrumen validitas prediksi mungkin bervariasi bentuknya tergantung
beberapa factor, misalnya kurikulum yang digunakan, buku pegangan yang dipakai,
intensitas mengajar, dan letak geografis atau daerah sekolah. Yang perlu
diperhatikan ketika kita akan melakukan tes prediksi diantaranya adalah perlunya
memperhatikan proses dan cara membandingkan instrumen yang divalidasi dengan
tes yang telah dilakukan. Untuk tes validasi prediksi, prinsip instrumen umum yang
menyatakan bahwa tidak ada tes yang memiliki tes prediksi sempurna masih tetap
berlaku. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa skor tes yang dihasilkan juga memiliki
sifat ketidaksempurnaan tersebut. Prosedur berikutnya adalah menentukan validitas
prediksi suatu tes dengan cara sebagai berikut.
a) Buat item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
b) Tentukan grup yang dijadikan subjek pilot study.
c) Identifikasi criterion prediksi yang hendak dicapai.
d) Tunggu sampai tingkah laku yang diprediksi atau eliable criterion muncul dan
terpenuhi dalam grup yang ditentukan.
e) Capai ukuran-ukuran criterion tersebut.
f) Korelaskan dua set skor yang dihasilkan.
Tidak instrumen suatu tes pada prinsipnya dikatakan juga sia-sia tes tersebut,
karena jika dilakukan pengetesan kembali hasilnya akan berbeda. Reliabelitas suatu
tes pada umummnya diekspresikan secara numeric dalam bentuk koefisien.
Koefisien tinggi menunjukan reliabilitas tinggi. Sebaliknya jika koefisien suatu tes
rendah maka reliabilitas rendah. Jika suatu tes mempunayi reliabilitas sempurna,
berarti bahwa tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.
Dalam kenyataannya tes yang mempunyai nilai sempurna adalah tidak ada.
Karena skor itu kemungkinan besar bervariasi, yang disebabkan oleh terjadinya
kesalahan pengukuran dari bermacam-macam sumber.

82
Reliabilitas tinggi menunjukan kesalahan varian yang minim. Jika sebuah tes
mempunayi reliabilitas tinggi maka pengaruk kesalahan pengukuran telah terkurangi.
Kesalahan pengukuran memengaruhi skor dalam tampilan secara random yang
ditunjukkan dengan bebrapa skor, mungkin bertambah selagi yang lainnya
berkurang secara tidak beraturan.
Kesalahan pengukuran dapat disebabkan oleh karakteristik tes itu sendiri,
oleh kondisi pelaksanaan tes yang tidak mengikuti peraturan baku seperti: tes item
yang meragukan dan mahasiswa langsung mengikuti, status pesera yang mengikuti
tes misalnya, seseorang yang sedang lelah, atau mempunyai masalah pribadi,
mahasiswa mempunyai motivasi rendah, atau kombinasi dari semua gejala di atas.
Reliabilitas yang tinggi menunjukan bahwa sumber-sumber kesalahan telah
dihilangkan sebanyak mungkin. Perhitungan reliabilitas pada umumnya lebih mudah
disbanding validasi. Hal ini terjadi karena dalam menentukan koefisien korelasi,
peneliti tidak lagi memikirkan substansi dalam tes.

4. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh
sebuah alat ukur, meskipun dipakai secara berulang-ulang pada subjek yang sama
atau berbeda. Dengan demikian suatu instrumen dikatakan reliabel bila mampu
mengukur sesuatu dengan hasil yang konsisten. Ada beberapa cara untuk
menentukan indeks reliabilitas instrumen, yaitu : metoda belah dua, metode tes
ulang, metoda kesamaan rasional, dan metoda paralel (Sudarwan Danim dan
Darwis, 2003)
a. Metoda belah dua
Metoda belah dua dilakukan dengan jalan memilah satu instrumen ke dalam dua
bagian yang sama banyak, bagian pertama memuat unsur yang bernomor ganjil
dan bagian lain untuk yang bernomor genap.
b. Metoda tes ulang
Anggapan dasar metoda ini adalah suatu instrumen memiliki reliabilitas yang
tinggi bila dipergunakan pada subjek-subjek yang sama dengan waktu yang
berbeda namun hasilnya sama atau mendekati sama.
c. Metoda kesamaan rasional

83
Metode ini dikembangkan oleh Kuder dan Richarson dengan titik tekan kesamaan
semua butir pertanyaan yang ada pada instrumen tes, baik pada ranah maupun
tingkat kesukarannya. Artinya metoda ini hanya dimaksudkan untuk mengukur
reliabilitas yang mempunyai satu sifat
d. Metoda paralel
Metoda paralel sering pula disebut reliabilitas bentuk setara (equivalent-form
reliability), yang mempunyai dua bentuk instrumen. Metoda parallel dilakukan
dengan dua kemungkinan. Pertama, dua orang peneliti menggunakan instrumen
yang sama untuk mengukur variabel yang sama dengan menggunakan
responden dan waktu yang sama. Kedua, peneliti tunggal menggunakan
instrumen yang berbeda untuk mengukur variabel yang sama dengan
menggunakan responden dan waktu yang sama pula.

5. Rangkuman
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua macam instrumen
penelitian yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen tes terdiri dari tes psikologi, tes
prestasi, dan tes intelegensi. Sedangkan instrumen non tes terdiri dari kuesioner,
interviu, dan dokumentasi.

6. Latihan/Tugas/Lembar Kerja
Diskusikanlah instrumen penelitian yang sudah saudara pahami dan jawablah
pertanyaan berikut.
a. Jelaskan apa kelebihan dan kekurangan dari instrumen tes dan instrumen non
tes
b. Jelaskan empat macam variabel tes yang digunakan untuk memvalidasi
instrumen penelitian

Tugas Individu
Cermati beberapa proposal penelitian di bidang pendidikan matematika dan
tentukan instrumen yang digunakan pada penelitian tersebut!

Pustaka

84
Borg.,W.R and Gall.,M.D. 1983. Educational Research: An Introduction. New York:
Longman Inc.
Creswell., J.W. 2010. Research Design: Quaitative, Quantitative and Mixed Method
Approaches. California. Sage Publication
Emzir. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif &Kualitatif. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.
Lestari., K.E. dan Yudhanegara. M.R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung. Refika Aditama.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sukardi.2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya.Yogyakarta: Bumi Aksara.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aedi, Nur. 2010. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia (Diakses dalam bentuk PDF)
Ibnu Hadjar. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara
Suryabrata, Sumardi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

C. PENUTUP
1. Tes Formatif

Soal 1 :
Responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan
kuesioner pilihan ganda. Merupakan contoh kuesioner ….
A. Check list
B. Kuesioner tidak langsung
C. Kuesioner langsung
D. Kuesioner tertutup
E. Kuesioner terbuka

85
Soal 2 :
Pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan, merupakan cara
yang dapat dilakukan dalam menggunakan instrumen….
A. Interviu
B. Observasi
C. Dokumentasi
D. Kuesioner
E. Tes
Soal 3 :
Ada beberapa cara untuk menentukan indeks reliabilitas instrumen, kecuali …
A. Metoda seri
B. Metoda belah dua
C. Metode tes ulang
D. Metoda kesamaan rasional
E. Metoda paralel
Soal 4 :
Derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana
seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang direncanakan,
disebut ….
A. Validitas isi
B. Validitas konstruk
C. Validitas prediksi
D. Validitas konkuren
E. Validitas logis
Soal 5 :
Terdapat beberapa faktor yang membentuk instrumen validitas prediksi sebagai
berikut, kecuali ….
A. Kurikulum yang digunakan
B. Buku pegangan yang dipakai
C. Intensitas mengajar
D. Letak geografis

86
E. Kemampuan validator

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci jawaban Tes Formatif yang
terdapat di bagian akhir buku ajar ini. Hitunglah jawaban Saudara yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
saudara dalam materi Bab VI ini.
Rumus:
Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat Penguasaan (TP)= ×100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Saudara capai:

90% ≤ TP≤100% : baik sekali


80% ≤ TP < 90% : baik

70% TP < 80% : sedang
< 70% : kurang
Bila Saudara telah mencapai tingkat penguasaan lebih dari 80%, berarti
Saudara sudah dapat melanjutkan mempelajari Bab VII, jika belum maka Saudara
harus mempelajari kembali materi yang belum Saudara kuasai.

87

Anda mungkin juga menyukai