Anda di halaman 1dari 16

“METODELOGI PENELITIAN”

Instrumen Penelitian

OLEH:

1. NUR HOLIFAH 1513021031/ VI B


2. FINCE UTANG MANGGIL 1513021034/ VI B
3. I MADE DEDY KRISNAYAN 1513021053/ VI B
4. NI MADE SUMARNI ASIH 1513021055/ VI B

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu
suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat
ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping
prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena
instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen
yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel
maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di
lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti
mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga
tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat
menghasilkan kesimpulan yang keliru.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan
instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat
sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang
sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Dengan demikian, jika instrumen baku telah tersedia untuk mengumpulkan data
variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan instrumen tersebut,
dengan catatan bahwa teori yang dijadikan landasan penyusunan instrumen
tersebut sesuai dengan teori yang diacu dalam penelitian kita. Selain itu konstruk
variabel yang diukur oleh instrumen tersebut juga sama dengan konstruk variabel
yang hendak kita ukur dalam penelitian. Akan tetapi, jika instrumen yang baku
belum tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian, maka instrumen
untuk mengumpulkan data variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti.
Menyusun instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi
karena dengan mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang
diteliti. Oleh karena itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam
prosedur penelitian yang tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap yang

2
lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga kesinambungan data yang
dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam rangka pengujian
terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat. Sehingga berdasarkan permasalahan
tersebut, maka penulis akan membahas mengenai beberapa hal yang terkait
dengan instrumen penelitian, diantaranya pengertian instrumen, jenis-jenis
instrumen penelitian, langkah-langkah pengembangan instrumen, validitas dan
reliabilitas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada makalah tersebut, maka terdapat rumusan
masalah yang terdapat pada makalah ini yakni sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana Pengertian dari Instrumen Penelitian?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis Instrumen Penelitian?
1.2.3 Bagaimana langkah-langkah dalam menyusun Instrumen Penelitian?
1.2.4 Bagaiamana definisi dari Validalitas Instrumen Penelitian?
1.2.5 Bagaiamana definisi dari Realibiltas Instrumen Penelitian?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah makalah ini, terdapat tujuan penulisan dari
makalah ini yakni sebagai berikut.
1.3.1 Untuk menjelaskan pengertian dari instrumen penelitian.
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis dari instrumen penelitian.
1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menyusun instrumen
penelitian.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian dari Validalitas instrumen penelitian.
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian dari Realibiltas instrumen penelitian.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan mampu diperoleh dari penulisan makalah ini
yakni sebagai berikut.
1.4.1 Untuk dapat dijadikan sebuah referensi bagi pembaca tentang dasar-dasar
dari sebuah instrumen penelitian yang bisa digunakan dalam melakukan
suatu observasi dalam lingkungan tertentu, seperti dalam lingkungan

3
sekolah dan digunakan dalam menilai kemampuan dalam proses
pembelajaran.
1.4.2 Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang cara menyusun sebuah
instrumen penelitian yang selanjutnya bisa digunakan dalam melakukan
sebuah observasi di sekolah-sekolah tertentu.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
seorang peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan menjadi lebih mudah. Pada umumnya instrumen penelitian
digunakan untuk mendapatkan informasi secara kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel yang sedang diteliti secara objektif, keadaan dan atribut-
atribut psikologis. Atribut-atribut tersebut digolongkan menjadi atribut kognitif
dan atribut non kognitif.
Pada lingkup evaluasi, instrumen didefiniskan sebagai perangkat yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan
non tes. Instrumen bentuk tes mencakup tes uraian (uraian objektif dan uraian
bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja
(performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non tes mencangkup
wawancara, angket, dan pengamatan (observasi).
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu
suatu penelitian, karena kualitas data yang diperoleh ditentukan oleh validitas
instrumen yang digunakan. Salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
menganalisis validitas suatu instrumen adalah dengan memperhatikan kepada
siapa instrumen tersebut ditujukan. Aspek yang lainnya misalnya kesesuaian
indikator dengan butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum
yang berlaku, dan kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal.
Instrumen berfungsi untuk mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika
instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid
dan reliable maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan
sesungguhnya di lapangan. Apabila kualitas instrumen yang digunakan tidak
memadai dalam arti mempunyai validitas dan relliabilitas yang rendah, maka data

5
yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.
2.2 Jenis-jenis Instrumen Penelitian
Menyusun instrumen penelitian pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi,
karena mengevaluasi adalah cara untuk memperoleh data tentang sesuatu yang
diteliti, dan hasil yang diperoleh tersebut dapat diukur dengan menggunakan
standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat
dua bentuk alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian,
yaitu tes dan non-tes. Berikut merupakan bagan pembagian instrumen penelitian
berdasarkan bentuknya.

PRESTASI
TES
POTENSI

INSTRUMEN
WAWANCARA

OBSERVASI

NON-TES ANGKET

DOKUMENTASI

SKALA BERTINGKAT
(RATINGS)

Gambar 1. Jenis-jenis instrument penelitian


1. Bentuk Instrumen Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya
yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan
kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi
soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu

6
jenis variabel yang diukur. Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti,
terdapat beberapa macam tes, yaitu:
a) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas,
disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya,
b) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat
seseorang,
c) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan
tingkat intelektual seseorang,
d) tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap
orang dalam menghadapi suatu kondisi,
e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu,
f) tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui
pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu.
Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam
mengevaluasi kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar. Dengan
memperhatikan aspek-aspek mendasar seperti kemampuan dalam
pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik setelah
menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah
disampaikan.
2. Bentuk Instrumen Non-tes
A. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui komunikasi verbal dengan cara mengadakan tanya
jawab baik langsung atau tidak langsung dengan responde. Instrumen
dalam melakukan wawancara dinamakan pedoman wawancara atau
interview guide. Dalam pelaksanaannya, wawancara dapat dilakukan
secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada
terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat

7
wawancara seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat data
yang harus terkumpul.
Lain halnya dengan wawancara yang bersifat terpimpin, dimana
pewawancara berpedoman pada pertanyaan lengkap dan terperinci,
layaknya sebuah kuesioner. Selain itu ada juga, wawancara yang bebas
terpimpin, dimana pewawancara bebas melakukan wawancara dengan
hanya menggunakan pedoman yang memuat garis besarnya saja.
B. Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk
mendapatkan data. Jadi, observasi merupakan pengamatan langsung
dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan,
atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam
observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman
gambar, dan rekaman suara.
Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa
digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja
sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar
jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati.
Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang
akan diamati ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam
sebuah kolom yang akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa
yang mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi
pengarahan kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang
pengajarnya berhalangan hadir, petugas administrasi mengisi buku induk
siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan kebersihan sekolah, para
siswa berseragam rapi, dan sebagainya. Bekerja dengan pedoman
pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data yang
didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga
sekolah dalam suatu hari tertentu.

8
C. Angket
Angket atau kuesioner merupakan perangkat pernyataan atau
pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh responden secara tertulis pula.
Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis,
tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia
alami dan ketahuinya. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen
sangat beragam seperti berikut:
a) akuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya
sendiri, bentuknya sama dengan kuesioner isian;
b) kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah
disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda;
c) kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya;
d) kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan orang lain;
e) check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal
membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia; dan
f) skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan
bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang
dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya.
Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
membuat pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar
tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan
indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal yang tidak
perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan di oleh dalam
penelitian.
Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-
hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan
kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas

9
untuk membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti
penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting,
penggunaan warna-warna dan hiasan, serta meletakkan kelompok
pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada
tempat yang berbeda.
D. Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan
dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini
terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi,
peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan
pada check-list, peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan
menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam
penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hhukum, dan
peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat
berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.
E. Skala Bertingkat (Rating Scale)
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti
untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel
yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif
yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating
scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang
diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan
jawaban secara jujur.
Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka
perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman

10
dan Siegel dalam Aedi (2010), faktor yang berpengaruh terhadap
ketidakjujuran jawaban responden adalah:
a) persahabatan;
b) kecepatan menerka;
c) cepat memutuskan;
d) jawaban kesan pertama;
e) penampilan instrument;
f) prasangka;
g) kesalahan pengambilan rata-rata; dan
h) kemurahan hati.
2.3 Langkah-langkah Menyusun Instrumen Penelitian
Terdapat 6 langkah-langkah untuk menyusun intrumen penelitian. Langkah-
langkah tersebut yakni sebagai berikut.
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti
2. Menjabarkan variable menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi
4. Mendeskripsikan kiri-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernytaan intrumen
6. Petunjuk pengisian intrumen
Titik tolak dari penyusunan intrumen penelitian adalah variabel-variabel yang
ditetapkan untuk diteliti. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu
digunakan kisi-kisi instrumen. Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari
setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam
mengenai variabel yang diteliti dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan
teori untuk menyusun instrument harus secerdasmungkin agar diperoleh indikator
yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi,
membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis dan konsultasi pada
orang yang dipandang ahli.
2.4 Validitas Instrumen Penelitian

11
Validitas adalah salah satu dari dua kriteria utama yang digunakan untuk
menentukan kualitas instrumen. Validitas suatu instrumen menunjukkan seberapa
jauh dapat mengukur apa yang hendak diukur. Terdapat tiga jenis pengujian
validitas instrumen penelitian, antara lain:

1. Pengujian Validitas Konstruk


Instrumen akan mempunyai validitas konstruk apabila instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan.
Misalnya akan mengukur prestasi belajar, maka perlu didefinisikan terlebih
dahulu apa itu prestasi belajar. Setelah itu disiapkan instrumen yang
digunakan untuk mengukur prestasi belajar sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli.
Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur,
dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan
ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun
tersebut. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan
umumnya para ahli tersebut telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang
diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor
item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas
pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar
yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan
materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan
untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan
program yang telah direncanakan.

12
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi
pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran
yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai
validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel
yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan
atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi
instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk
mengukur keaktifan siswa dalam diskusi kelompok. Mka kriteria kinerja pada
instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris)
tentang keaktifan siswa. Jika sudah terdapat kesamaan antara kriteria dalam
instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen
tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi
2.5 Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas berasal dari kata “reliability” yang berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apalagi
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang
sama, diperoleh hasil pengukuran terhadap yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Reliabilitas ukuran
menyangkut seberapa jauh skor deviasi individua tau skor-Z, relatif konsisten
apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian dengan tes yang sama atau tes
yang ekivalen.

13
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan
masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan
sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran
ulang terhadap kelompok subyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam
arti reliabilitas hasil ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan
sampel yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran
dilakukan berulang pada kelompok yang berbeda.
Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan secara eksternal dan internal.
Secara internal, pengujian dilakukan dengan test-retest equivalent, dan gabungan
keduanya. Sedangkan secara internal, pengujian dlakukan dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan Teknik-teknik tertentu.
Berikut penjelasan mengenai pengujian-pengujian tersebut yakni sebagai berikut.
1. Test retest
Instrument penelitian dilakukan beberapa kali pada responden yang sama
dengan instrument yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur
dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Jika
hasil yang diperoleh itu adalah koefisien korelasinya positif dan signifikan,
maka instrument ini sudah dapat dikatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrument ekuivalen adalah pernyataan yang secara bahasa berbeda tetapi
maksud dari instrument itu sama. Pengujian dengan cara ini sudah cukup
dilakukan sekali, tetapi instrument kedua dan berbeda pada esrponden yang
sama. Reliabilitas ini diukur dengan cara mengkorelasikan antara data
instrument yang satu dengan instrument yang dijadikan ekuivalen. Jika hasil
yang diperoleh itu adalah koefisien korelasinya positif dan signifikan, maka
instrument ini sudah dapat dikatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencoba dua instrumen. Instrumen
ekuivalen dilakukan beberapa kali pada responden yang sama. Cara ini
merupakan gabungan antara test-retest dan ekuivalen. Reliabilitas instrument

14
ini dilakukan dengan mengkorelasikan kedua ntrumen tersebut, lalu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutna dikorelasikan secara
silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan
dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien diperoleh
korelasinya semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa
instrument itu reliabel.

4. Internal consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk
memeprediksi reliabilitas intrumen. Pengujian reliabilitas intrumen dapat
dilakukan dengan Teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20,
KR21 dan Anova.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan atas pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
3.1.1 Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
seorang peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan menjadi lebih mudah.
3.1.2 Terdapat dua bentuk alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi
instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes.
1) Bentuk Instrumen Tes digunakan untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian.
2) Bentuk Instrumen Non-Tes dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yakni: wawancara, observasi, angket, dokumentasi, dan skala
bertingkat (rating scale).
3.1.3 Terdapat 6 langkah-langkah untuk menyusun intrumen penelitian.
3.1.4 Validitas adalah salah satu dari dua kriteria utama yang digunakan untuk
menentukan kualitas instrumen. Validitas suatu instrumen menunjukkan
seberapa jauh dapat mengukur apa yang hendak diukur. Terdapat tiga jenis
pengujian validitas instrumen penelitian, antara lain: pengujian validitas
konstruk, pengujian validitas isi dan pengujian validitas eksternal.
3.1.5 Reliabilitas berasal dari kata “reliability” yang berarti sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas instrument dapat
dilakukan secara eksternal dan internal. Secara internal, pengujian
dilakukan dengan test-retest equivalent, dan gabungan keduanya.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini adalah bagi seorang
peneliti yang akan melaksanakan penelitian, hendaknya menggunakan instrument
penelitian yang tepat pada saat melaksanakan penelitian sehingga diperoleh hasil
yang lebih baik.

16

Anda mungkin juga menyukai