Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengumpulan Data


Data adalah bahan pembentuk informasi yang direkam media yang dapat
dibedakan dengan data lain, dapat di analisis dan relevan dengan program tertentu.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data
yang diperlukan. (Sugiyono, 2011)

2.2 Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data,yaitu


sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer


Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung di lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan alat
sebagai berikut:
a. Wawancara mendalam yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung
kepada pihak terkait yang didasarkan pada percakapan intensif dengan suatu tujuan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara ditujukan untuk
informan penelitian yang ditetapkan. (Idrus, 2014)
b. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan
mencatat hal apa saja yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang
diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian. (Idrus, 2014)
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan alat sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang teliti.
(Idrus, 2014)
b. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber
lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait. (Idrus, 2014)

2.3 Pengertian Instrumen Penelitian


Semua penelitian melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang
telat ditetapkan dalam penelitian tersebut. Umumnya peneliti menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data penelitian. Sappaile (2007) menyebutkan bahwa Instrumen
merupakan suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data
mengenai suatu variabel. Instrumen dapat berbentuk tes dan juga dapat berbentuk non-
tes, namun untuk memperoleh sampel tingkah laku dari ranah kognitif digunakan tes.
Menurut Darmadi (2011:85) bahwa definisi instrumen adalah sebagai alat
untuk mengukur informasi atau melakukan pengukuran. Instrumen pengumpul data
menurut Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada
umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-
atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan
atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,
perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif,
perangsangnya adalah pernyataan. Selanjutnya menurut Sukarnyana dkk (2003:71)
instrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai
tujuan penelitian. Jika, data yang diperoleh tidak akurat (valid), maka keputusan yang
diambil pun akan tidak tepat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data penelitian, sebagai langkah untuk menemukan hasil atau
kesimpulan dari penelitian dengan tidak meninggalkan kriteria pembuatan instrumen
yang baik.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian pendidikan atau sosial, ada
empat macam cara mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat
ukur jenis data tersebut jika disebutkan dari cara yang sederhana sampai yang
kompleks (lengkap) adalah: data dari skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan
skala rasio. Dari keempat data ini dapat diketahui cara mengukur dan memilih salah
satu, kemudian diterapkan dalam bentuk instrumen yang hendak dicapai untuk mencari
data dari subjek penelitian.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen
penelitian, antara lain:
1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indicator variabel, harus jelas
spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan
digunakan
2. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui
terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa,
sistematika item dalam instrumen penelitian
3. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik
dari keabsahan, kesahihan maupun objektivitasnya
4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga
peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah
penelitian
5. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang
diperlukan

Ada beberapa langkah umum yang biasa ditempuh dalam menyususn instrumen
penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian
sejelas-jelasnya, sehingga indicator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data
yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indicator variabel, peneliti dapat
menggunkan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah
yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris
berdasarkan pengamatan lapangan
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel /
subvariabel / indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh
satu jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen
3. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out
instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis
pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup
materi pertanyaan didasarkan dari indicator variabel. Artinya setiap indikator
akan menghasilkan beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang
diukurnya
4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai
dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, manggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya Langkah
umum di atas sekedar petunjuk untuk memudahkan peneliti sehingga instrumen
penelitian tidak dibuat asal jad

2.4 Kegunaan instrumen penelitian


Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel
(peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam
suatu penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan indikator penelitian diukur
dengan baik, maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut
dikembangkan.. Secara sederhana fungsi dari instrumen penelitian

1. sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden


2. sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara dan
3. sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti.
3 Fungsi Instrumen Penelitian
Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel
(peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam
suatu penelitian. Semakin suatu peubah, konsep dan indikator penelitian diukur dengan
baik, maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan.
Secara sederhana fungsi dari instrumen penelitian diantaranya:
1. Alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai
suatu variabel yang diteliti.
2. Instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi , pemahaman, dan self
regulated learning atau kemandirian belajar dalam suatu pembelajaran.
3. Instrumen penelitian ini perlu dikembangkan, pengembangan instrumen yang
baik yang dipakai untuk penelitian harus memenuhi standar yang baku karena
hal tersebut dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Melalui uji coba instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi,
pemahaman dan self regulated learning siswa, maka tersedia instrumen yang
sudah valid dan realiable yang dapat memudahkan peneliti dalam melanjutkan
pengambilan data untuk kelanjutan penulisan disertasi.
5. Berdasarkan uji coba instrumen diatas, secara umum tujuan melakukan uji coba
instrumen ini dibagi menjadi 5 bagian:
a. Mengidentifikasi soal-soal yang lemah.
b. Mengidentifikasi taraf kesukaran soal sehingga dapat sesuai dengan tujuan
instrumen yang dibuat.
c. Mengidentifikasi kemampuan daya beda soal
d. Menentukan lamanya waktu mengerjakan soal-soal tersebut.
e. Untuk menghindari adanya bias dalam setiap pernyataan yang dibuat serta
serta menghindari adanya tumpang tindih antar soal.
6. Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden.
7. Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara.
8. Sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staf peneliti.
2.5 Jenis-Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen dalam sebuah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu bentuk tes dan
non tes. Instrumen tes terdiri dari tes psikologis dan tes non-psikologis, sedangkan
instrumen non tes teridiri dari angket atau kuesioner, interview atau wawancara,
observasi atau pengamatan, skala bertingkat dan dokumentasi. Penjelasan secara rinci
akan dibahas sebagai berikut.
Metode dan Jenis Instrumen Pengumpulan Data

No. Jenis Metode Jenis Instrumen


1 Angket (questionnaire) Angket (questionnaire) 
Daftar cocok (checklist)
Skala (scala),
 inventori (inventory)
2 Wawancara (interview) Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (checklist)
3 Pengamatan/Observasi Lembar Pengamatan,
(Observation) panduan pengamatan,
panduan observasi (observation sheet,
observation schedule),
Daftar cocok (checklist).
4 Ujian/Tes (test) Soal ujian,
soal tes atau tes (test),
 inventori (inventory).
5 Dokumentasi Daftar cocok (checklist) 
Tabel

Sumber : Arikunto (1995: 135)

1. Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner


Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai
dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan
tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia
alami dan ketahuinya.
Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
a) Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan rupa
sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
Angket terbuka digunakan apabiia peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga
kemungkinan altematif jawaban yang ada pada responden.
Contoh pertanyaan angket terbuka:
Penataran apa saja yang pernah Anda ikuti yang menunjang tugas Anda
mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan? Tuliskan apa, di mana, dan
berapa lama!
Jawab:

N Jenis Penataran Tempat Penataran Berapa Hari


o.
1. ……………………… ……………………… ………………
…. …. …..
2. ……………………… ……………………… ………………
…. …. …..
3. ……………………… ……………………… ………………
…. …. …..
4. dan seterusnya kira-kira 5-7 nomor

Menggali informasi mengenai identitas responden biasanya dilakukan dengan


membuat pertanyaan terbuka. Keuntungan pertanyaan terbuka terdapat pada dua belah
pihak yakni pada responden dan pada peneliti:
(1) Keuntungan pada responden: mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan
atau keadaannya.
(2) Keuntungan pada peneliti: mereka akan memperoleh data yang bervariasi,
bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan demikian
b) Kuesioner tertutup
Adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan
kuesioner pilihan ganda
Contoh pertanyaan angket tertutup:
1) Pernahkan Anda memperoleh penataran yang menunjang tugas Anda
mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?
Jawab: ……………………………. ….a. Pernah ….b. Tidak
Jika pernah, penataran tentang apa saja? (dapat memberikan centang lebih dari
satu)
a. materi bidang studi
b. metode mengajar/strategi belajar-mengajar
c. memilih dan penggunaan media/alat pelajaran
d. menyusun alat evaluasi
c) Kuesioner langsung
Responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
d) Kuesioner tidak langsung
Responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain
e) Check list
Yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom jawaban yang tersedia. Di dalam penjelasan mengenai angket
dikemukakan juga bahwa dalam mengisi angket tertutup responden diberi kemudahan
dalam memberikan jawabannya. Di lain tempat, yakni di dalam penjelasan umum
mengenai instrumen disebutkan bahwa daftar cocok adalah angket yang dalam
pengisiannya responden tinggal memberikan tanda cek (√). Dengan keterangan
tersebut tampaknya angket tertutup dapat dikategorikan sebagai checklist. Namur
demikian angket bukan khusus merupakan daftar. Daftar cocok mempunyai pengertian
tersendiri. Daftar cocok bukanlah angket. Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih
sederhana karena dengan daftar cocok peneliti bermaksud meringkas penyajian
pertanyaan Berta mempermudali responden dalam memberikan respondennya. Daftar
cocok memuat beberapa pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar
responden tidak diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai berbagai hal tetapi
dalam bentuk membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai pengganti.
Contoh:
Berikan tanda silang tepat pada kolom yang menunjukkan kebiasaan Anda melakukan
pekerjaan di rumah yang tertera di bawah ini.

Dikerjakan oleh Dikerjakan Dikerjakan


No. Jenis kegiatan di rumah
Anda bersama pembantu
1. Menyiapkan makan pagi
2. Membersihkan rumah
3. Mencuci pakaian sendiri
Mencuci sprei, korden,
4.
dan seterusnya.
Mencuci alat-alat makan
5.
dan seterusnya

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa variasi jawaban yang harus
diberikan oleh responden hanya empat macam yakni: . “Dikerjakan oleh Anda”,
“Dikerjakan bersama”, dan “Dikerjakan pembantu”. Dengan daftar cocok ini barang
kali peneliti hendak mengungkap seberapa besar tanggung jawab responden terhadap
pekerjaan di dalam rumah tangga. Jika pertanyaan dan alternatif jawaban tersebut
disajikan dalam bentuk angket, alternatif jawaban hanya tiga macam itu akan
disebutkan secara berulang-ulang dengan bentuk dan isi yang sama. Daripada
memakan tempat padahal responden sudahtahu (dan hafal!) apa yang harus dipilih
maka altematif tersebut disingkat dalam bentuk kolom-kolom yang apabila sudah diisi
oleh responden terlihat adanyadaftar tanda centang yang disebut daftar cocok. Istilah
“daftar cocok” juga dapat datang dari apa yang diharapkan dari responden, yakni
memberi tanda cocok atau tanda centang pada daftar pernyataan yang disediakan.
f) Skala bertingkat
Jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya
menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat
tidak setuju terhadap pernyataannya.
Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan
dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak
menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan
di oleh dalam penelitian. Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu
diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan
kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat
tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis dan kotak
pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan hiasan, serta
meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan
inti pada tempat yang berbeda
Bentuk tes seperti ini dapat saudara laksanakan salah satunya ketika
menyelesaikan tugas akhir terkait dengan bidang garapan ke SD an diantaranya
membuat laporan tugas akhir penyelesaian studi seperti skripsi.

2. Bentuk Instrumen Wawancara/Interviu


Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interviu.
Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau interview guide. Dalam
pelaksanaannya, interviu dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas
menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar
pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat
data yang harus terkumpul.
Interviu dapat dibedakan dalam dua jenis berikut ini:
a) Interviu berstruktur
Dalam interviu berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan
kepada interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Keuntumgan pendekatan ini
adalah bahwa pendekatan ini telah dibakukan. Karena itu, jawabannya dapat dengan
mudah dikelompokkan dan dianalisis. Kelemahannya, pendekatan ini kaku dilakukan
dalam teknik ini dapat meningkatkan releabilitas interviu, tetapi dapat menurunkan
kemampannya mendalami persoalan yang diselidiki
b) Interviu tak terstruktur
Interviu ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan
hidup, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara
bebas kepada subjek. Interviu seperti ini bersifat luwes dan biasanya direncanakan agar
sesuai dengan dengan subjek dan suasana pada saat interviu dilaksanakan. Teknik
wawncara ini tidak dapat segera dipergunakan untuk pengukuran mengingat subjek
mendapat kebebasan untuk menjawab sesuka hatinya dan pertanyaan yang diajukan
interviewer dapat menyimpang dari rencana semula. Namun, interviu semacam ini
dapat membantu menciptakan dan menjelaskan dimensi-dimensi yang ada di dalam
topic yang sedang dipersoalkan.
Kekuatan interviu terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan
tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber
data dapat memberikan informasi yang jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing
untuk mengeluarkan informasi yang akurat tanpa merasa diminta secara paksa,
ibaratnya informasi keluar seperti air mengalir dengan derasnya.
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi
terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar
ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang guru di
sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya dengan kepala
sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan sebagian siswa
yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru terkait.

3. Bentuk Instrumen Observasi


Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi
observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen
yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner,
rekaman gambar, dan rekaman suara.
Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam
observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang
telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi
atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah
sekolah, objek yang akan diamati ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan
dalam sebuah kolom yang akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang
mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan
kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan
hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara
peralatan kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja
dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data
yang didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga sekolah
dalam suatu hari tertentu.
Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system,
yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati
terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu,
setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh,
pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang diamati dan ditally
adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala sekolah mengamati
proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan program peningkatan
kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa
kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk.
Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen
observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan.
Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengamati
aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang
digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebih
lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.
Ada beberapa alat dan cara untuk mencatat hasil observasi, yaitu sebagai berikut:
a) Catatan Anekdot (anecdotal record)
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan
kejadian. Catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatn ini
dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat si pencatat tentang
kejadian tersebut
b) Catatan berkala (insidental record)
Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan. Menurut waktu munculnya
suatu gejala, tidak dilakukan secara terus menerus, melainkan pada waktu
teretntu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang ditentukan untuk tiap-tiap
kali pengamatan
c) Daftar cek (check list)
Penataan data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang memuat
nama observer disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas observasi
memberi tanda cek pada gejala yang muncul
d) Skala nilai (rating scale)
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya
terletak pada kategorisasi kejadian yang dicatat. Di dalam daftar rating scale
tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan
diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan
atau mempergunakan skala 3, 5 dan 7. Misal: baik, sedang, dan buruk (skala
3); sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk (skala 5); luar biasa,
sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk, luar biasa buruk (skala 7).
Karena itu kecermatan dan sikap kritis observer, dalam hal ini, sangat
diperlukan
e) Peralatan mekanis (mechanical device)
Pencatatan data dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi
berlangsung, karena seluruh atau sebagian peristiwa direkam dengan alat
elektronik sesuai dengan keperluan. Misalnya, peristiwa di film, photo,
rekaman, menggunakan video kaset dan lain-lain.

4. Bentuk Instrumen Tes


Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada sesorang
dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan
skor angka. Persyaratan pokok bagi tes adalah validitas dan reliabilitas.
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan
dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri
atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.
Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes,
yaitu: a) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin,
kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya, b) tes bakat atau aptitude test, tes ini
digunakan untuk mengetahui bakat seseorang, c) tes inteligensi atau intelligence test,
dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang, d) tes sikap atau
attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi
suatu kondisi, e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu, f) tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk
mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu.
Ada juga jenis tes yang sering digunakan sebagai alat pengukur, yaitu:
a) Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara
lisan pula
b) Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara
tertulis pula. Tes tertulis ini dibedakan dalam bentuk tes essay (essay test) dan tes
objektif.
Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi
kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek
aspek mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang
dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang
telah disampaikan.

5. Bentuk Instrumen Dokumentasi


Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya,
dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang
diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam
kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tally pada setiap
pemunculan gejala.
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan
pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari
bukti-bukti sejarah, landasan hhukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku.
Subjek penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan
artefak.

Anda mungkin juga menyukai