Anda di halaman 1dari 10

1

2.1 Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan dalam


kehidupan seorang individu. Masa yang merupakan periode transisi dari
masa anak ke dewasa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,
mental, emosional, sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan. WHO mendefinisikan remaja merupakan anak usia 10 – 19
tahun. Undang-Undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak
mengatakan remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun
dan belum menikah. Menurut Undang-Undang Perburuhan, remaja adalah
anak yang telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal sendiri. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menganggap remaja jika sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat
lulus dari sekolah menengah. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1
tahun 1974, anak dianggap remaja bila sudah cukup matang untuk menikah
yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun unuk anak laki-
laki. Menurut Hurlock remaja adalah anak dalam rentang usia 12-18 tahun.
Berdasarkan batasan yang telah dikemukakan rentang usia remaja sangat
bervariasi, akan tetapi awal dari masa remaja relatif sama sedangkan masa
berakhirnya masa remaja lebih bervariasi. Awal usia masa remaja
berkisar 10 tahun dan akhir masa remaja berkisar 21 tahun.13 Dalam
penelitian remaja yang akan diteliti berada pada rentang usia 13-15 tahun.
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.


Remaja pada masa ini mengalami masa pubertas yaitu terjadinya
pertumbuhan yang cepat, timbul ciri-ciri seks sekunder, dan tercapai
fertilitas.14 Perubahan psikososial yang menyertai pubertas disebut adolesen,
Adolesen adalah masa dalam kehidupan seseorang dimana masyarakat tidak
lagi memandang individu sebagai seorang anak, tetapi juga belum diakui
sebagai seorang dewasa dengan seggala hak dan kewajibanya.15
2

Tumbuh kembang adalah peristiwa yang terjadi sejak masa


pembuahan sampai masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses
biologis yang menyebabkan perkembangan fisik yang dapat diukur.
Perkembangan merupakan suatu proses seorang individu dalam aspek
ketrampilan dan fungsi yang kompleks. Individu berkembang dalam
pengaturan neuromuskuler, ketrampilan menggunakan anggota tubuh, serta
perkembangan kepribadian, mental, serta emosi.15
Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi tiga fase,
yaitu fase remaja awal , fase pertengahan , dan fase akhir. 13
1) Remaja awal (10-14 tahun)

Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan
cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaanya dan pada kelompok sebaya.
Identitas terutama difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada
keadaan normal Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat
menyelidiki, dan tidak membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman
sebaya adalah normal. Remaja pada masa ini berusaha untuk tidak
bergantung pada orang lain. Rasa penasaran yang tinggi atas diri sendiri
menyebabkan remaja membutuhkan privasi.

2.) Remaja pertengahan (15-17 tahun)

Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya
sendiri maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses
kognitif remaja pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran oprasional
formal, remaja pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan
apa yang dapat dibuat dengan barang barang yang ada, mengembangkan
wawasan, dan merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase
ini berfokus pada masalah identitas yang tidak terbatas pada aspek fisik
tubuh. Remaja pada fase ini mulai bereksperimen secara seksual, ikut serta
dalam perilaku beresiko, dan mulai mengembangkan pekerjaan diluar
rumah. Sebagai akibat dari eksperimen beresiko, remaja pada fase ini dapat
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, kecanduan obat, dan
3

kecelakaan kendaraan bermotor. Usaha remaja fase pertengahan untuk tidak


bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai
maksimal mengakibatkan berbagai permasalahan yang dengan orang tua,
guru, maupun figur yang lain.
3) Remaja akhir (18-21 tahun )

Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh,
termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan,
dan seksual. Remaja akhir biasanya lebih berkomitmen pada pasangan
seksualnyadaripada remaja pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang
tidak tuntas dari fase sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika
mengalami perpisahan fisik dengan keluarganya.
Dalam perjalanan kehidupanya, remaja tidak akan lepas dari
berbagai macam konflik dalam perkembanganya. Setiap tingkatan memiliki
konflik sesuai dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik
yang sering dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan yang mereka alami pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri
mereka yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif, dimensi moral dan dimensi
psikologis
1. Perkembangan Remaja

Masa remaja sering disebut juga dengan masa pubertas. Hurlock (1997:274)
berpendapat bahwa masa puber adalah fase dalam rentang perkembangan
ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual.
Adapun Root (dalam Al-Mighwar, 2006:17) berpendapat bahwa masa puber
adalah suatu tahap dalam perkembangan saat terjadi kematangan alat-alat
seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan
perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan somatis dan
perspektif psikologis, seperti pertumbuhan dan perkembangan fisik,
kognitif, emosi, dan psikososial.
a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik

Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja meliputi perubahan


4

progresif yang bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal


meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya besar
dan berat jantung dan paru-paru, serta bertambah sempurnanya sistem
kelenjar endoktrin atau kelamin dan berbagai jaringan tubuh. Adapun
perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi dan berat badan,
bertambahnya proporsi tubuh, bertambahnya ukuran besarnya organ seks,
dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti pada laki-laki tumbuh
kumis dan janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu
di ketiak, di dada, di kaki, di lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-otot
menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan, tumbuhnya payu dara, pinggul
membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar
kemaluan (Ali.M dan Asrori.M, 2006:20).

b. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif pada remaja menurut Jean Piaget (dalam


Desmita, 2008:195) adalah telah mencapai tahap pemikiran operasional
formal (formal operational thought) yaitu sudah dapat berpikir secara
abstrak dan hipotesis, serta sudah mampu berpikir tentang sesuatu yang
akan atau mungkin terjadi. Mereka juga sudah mampu memikirkan semua
kemungkinan secara sistematik (sebab-akibat) untuk memecahkan dan
menyelesaikan masalah-masalah.
c. Perkembangan emosi

Perkembangan emosi pada remaja menurut Granville Stanley Hall


(dalam Al-Mighwar, 2006:69) belum stabil sepenuhnya atau masih sering
berubah-ubah. Kadang-kadang mereka semangat bekerja tetapi tiba-tiba
menjadi lesu, kadang-kadang mereka terlihat sangat gembira tiba-tiba
menjadi sedih, kadang-kadang mereka terlihat sangat percaya diri tiba-tiba
menjadi sangat ragu. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki perasaan
yang sangat peka terhadap rangsangan dari luar.
5

d. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial yang terjadi pada remaja yaitu, remaja mulai


mencari identitas jati dirinya. Remaja mulai menyadari adanya rasa
kesukaan dan ketidak sukaan atas sesuatu, sudah mempunyai tujuan-tujuan
yang ingin dicapai di masa depan, sudah mempunyai kekuatan dan hasrat
untuk mengontrol kehidupan sendiri. Dalam menjalin hubungan relasi,
remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dari
pada dengan orang tuanya, sehingga lebih terjalin kedekatan secara pribadi
dengan teman sebaya daripada dengan orang tua. Hal itu membuat mereka
lebih suka bercerita masalah-masalah pribadi seperti masalah pacaran dan
pandangan-pandangan tentang seksualitas kepada teman sebayanya.
Sedangakan masalah-masalah yang mereka ceritakan kepada orang tua
hanya seputar masalah sekolah dan rencana karir. (Desmita, 2008:217-222).

2.3 Ciri Khas Remaja

1. Hubungan dengan Teman Sebaya


Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja
dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack
Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja
mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui
interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti
minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses
penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan
beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk
kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia
menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga
termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan,
penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.

Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai
membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang
6

lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat
remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi
di rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja
mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan
psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi
ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.

Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock
(2003: 206) yaitu :

a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan
aktivitas favorit.

b) Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.

c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.

d) Menghargai diri sendiri dan orang lain.

e) Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk


berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain
dengan memberikan pujian.

Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock
(2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :

a) Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.

b) Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.

c) Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat


menimbulkan penyimpangan kepribadian.

d) Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses


7

sosialisasi.

e) Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki
teman sebaya mereka.

f) Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang
mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.

g) Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini
akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.

h) Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan


meningkatkan penerimaan sosial mereka.

Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:

a) Merasa senang dan aman.

b) Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.

c) Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima


secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam
situasi sosial.

d) Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk
menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.

e) Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.

2. Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik


Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja
8

awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis
pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis,
perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan
kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang
tua dan remaja.

Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua
melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang
tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini
terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih
banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.

Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi
dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh
Santrock, (2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan
konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba
melakukan corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau
lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu
tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.

3. Keingintahuan tentang seks yang tinggi


Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan
berkembang (Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap perkembangan memberikan
perubahan pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan
masa di mana individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak
daripada masa perkembangan manusia lainnya.

Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat


mengenai topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi
terhadap hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter,
2010:31). Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun
teman sebaya. Bahkan informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak
mengintergrasikan penhgetahuan ini ke dalam gaya hidupnya. Mereka
mempunyai orientasi saat ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat
9

menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada
mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan
harus diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).

4. Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah
segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk
berespons atau melakukan tindakan.

Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat


mengadaptasi stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut
berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai
penyakit.

Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan
memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan
kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja
cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja
mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau
meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman
sebayanya.
10

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terjemahan 
: Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

Lask, Bryan. Memahami dan mengatasi masalah anak. 1985. Gramedia. Jakarta 

Anda mungkin juga menyukai