2.1 Remaja
Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan
cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaanya dan pada kelompok sebaya.
Identitas terutama difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada
keadaan normal Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat
menyelidiki, dan tidak membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman
sebaya adalah normal. Remaja pada masa ini berusaha untuk tidak
bergantung pada orang lain. Rasa penasaran yang tinggi atas diri sendiri
menyebabkan remaja membutuhkan privasi.
Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya
sendiri maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses
kognitif remaja pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran oprasional
formal, remaja pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan
apa yang dapat dibuat dengan barang barang yang ada, mengembangkan
wawasan, dan merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase
ini berfokus pada masalah identitas yang tidak terbatas pada aspek fisik
tubuh. Remaja pada fase ini mulai bereksperimen secara seksual, ikut serta
dalam perilaku beresiko, dan mulai mengembangkan pekerjaan diluar
rumah. Sebagai akibat dari eksperimen beresiko, remaja pada fase ini dapat
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, kecanduan obat, dan
3
Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh,
termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan,
dan seksual. Remaja akhir biasanya lebih berkomitmen pada pasangan
seksualnyadaripada remaja pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang
tidak tuntas dari fase sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika
mengalami perpisahan fisik dengan keluarganya.
Dalam perjalanan kehidupanya, remaja tidak akan lepas dari
berbagai macam konflik dalam perkembanganya. Setiap tingkatan memiliki
konflik sesuai dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik
yang sering dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan yang mereka alami pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri
mereka yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif, dimensi moral dan dimensi
psikologis
1. Perkembangan Remaja
Masa remaja sering disebut juga dengan masa pubertas. Hurlock (1997:274)
berpendapat bahwa masa puber adalah fase dalam rentang perkembangan
ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual.
Adapun Root (dalam Al-Mighwar, 2006:17) berpendapat bahwa masa puber
adalah suatu tahap dalam perkembangan saat terjadi kematangan alat-alat
seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan
perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan somatis dan
perspektif psikologis, seperti pertumbuhan dan perkembangan fisik,
kognitif, emosi, dan psikososial.
a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
b. Perkembangan kognitif
d. Perkembangan psikososial
Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai
membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang
6
lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat
remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi
di rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja
mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan
psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi
ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock
(2003: 206) yaitu :
a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan
aktivitas favorit.
c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock
(2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
sosialisasi.
e) Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki
teman sebaya mereka.
f) Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang
mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g) Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini
akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
d) Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk
menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e) Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis
pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis,
perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan
kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang
tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua
melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang
tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini
terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih
banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi
dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh
Santrock, (2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan
konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba
melakukan corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau
lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu
tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada
mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan
harus diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).
4. Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah
segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk
berespons atau melakukan tindakan.
Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan
memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan
kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja
cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja
mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau
meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman
sebayanya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terjemahan
: Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
Lask, Bryan. Memahami dan mengatasi masalah anak. 1985. Gramedia. Jakarta