Anda di halaman 1dari 28

     Nama kelompok : - ALDI MUNAWAR KALOKO

- ARIF FADILLAH NASUTION


- HABIBUL RIZKY

Kelas : 4 IKM 1

PENGENALAN INSTRUMEN UNTUK ANALISA KUALITAS LINGKUNGAN

1. Pengertian Instrumen dan Penjelasannya

Instrumen penelitian adalah: Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan
penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode.
Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami
benar   penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan
modal penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator,
deskriptor dan butir-butir instrumennya.
Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian.
Langkah-langkah tersebut adalah:
1.    Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya,
sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
Dalam membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep
yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau
menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
2.    Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable / subvariabel /
indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula
lebih dari satu instrumen.
3.    Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen.
Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak
pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada
indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi
pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang
diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas
prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita
bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
4.    Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan
jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa
dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti
harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang
betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
5.    Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen,
misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau
perbaikan isi dan redaksi/bahasannya.[1]
Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian
hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.
[2] Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :
a)        Tes
Sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur
keterampilan,pengukuran intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok.
b)        Kuesioner
Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari reponden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
c)        Wawancara (Interview)
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari
data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,perhatian, sikap terhadap
sesuatu.
d)       Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung,observasi dapat dilakukan dengan tes,kuesioner,
ragam gambar, dan rekaman suara.Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati.
e)        Skala bertingkat (ratings)
Suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data
yang kasar tetapi cukup memberikan informasi tettentu tentang program atau orang.Instrumen
ini dapat dengan mudah memberikan gambaran, penampilan, terutama penampilan didalam
orang menjalankan tugas yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam
menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa
yang harus ditanyakan harus apa yang diamati responden.
f)         Dokumentasi
Berasal dari asal kata dokumen, yang artinya tetulis, didalam melaksanakan metode
dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah,dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat,dan sebagainya.
2.      Pengujian Instrumen penelitian

Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :a. Valid,
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat
ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika
digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil penelitian  dikatakan valid jika terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti. b.
Reliable,reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa
saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek
yang sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.[3]

3.         Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya


Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari sumber data.
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.  Pengumpulan data merupakan salah
satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden
yaitu, orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun
tulisan. Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan
kesimpulannya dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan pekerjaan penting
dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi mengumpulkan data terutama jika peneliti
menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.w
Ada 2 sumber data yaitu:
1)        Data Primer
Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian.Ada
3 cara pengumpul data primer:
a.       Observasi
b.      Wawancara
c.       Kuesioner
2)        Data Sekunder
Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang dimiliki
perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya.
Jenis pengukuran standart untuk pengukuran sampel air

Perlengkapan Alat Uji Kualitas Air

Alat uji kualitas air yang digunakan untuk menguji air untuk bahan kimia dan biologi, dan
untuk mengukur variabel seperti kejelasan dan tingkat gerakan. Instrumen ini menyediakan
alat standar yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber air.
Alat uji kualitas air dapat memonitor suhu air, oksigen terlarut, pH, konduktivitas, konsentrasi
nitrogen / fosfor, kekeruhan, makroinvertebrata, dan tingkat pestisida dan bahan kimia
beracun.

Jenis Pengukuran Kualitas Air Pengujian

Alat uji kualitas air dapat digunakan untuk menguji berbagai kondisi dalam sampel air.
Pengukuran ini meliputi:
Analisis tingkat antarmuka dirancang untuk mendeteksi tingkat antarmuka minyak dan air.

Minyak di monitor air dirancang untuk mengukur jumlah minyak dalam air.

Potensi hidrogen (pH) instrumen mengukur tingkat pH. pH sangat penting untuk tumbuh-
tumbuhan dan tanaman hidup dalam badan air. pH dapat bervariasi setiap hari dan antara
musim karena fotosintesis tanaman. Mengkontaminasi dari sumber lain, seperti drainase
tambang, hujan asam, atau tumpahan bahan kimia juga bisa menyebabkan perubahan drastis
dalam tingkat pH. Alat uji kualitas air menggunakan elektroda dengan arus listrik kecil untuk
melalui sampel air. Ketika direndam dalam air, elektroda mengembangkan potensial listrik
yang terkait dengan pH larutan. Sebuah persimpangan tersumbat atau kotor merupakan
sumber umum dari kesalahan pengukuran.

Perlengkapan Alat Uji Kualitas Air

Alat uji kualitas air voltametri bervariasi potensial listrik sementara mengukur arus yang
dihasilkan , yang dapat digunakan untuk menentukan kimia medium melakukan . Perangkat
menggunakan baik anodik voltametri stripping atau katodik stripping voltametri .

Konduktivitas / padatan terlarut – Konduktivitas adalah ukuran dari kemampuan air untuk
melakukan arus listrik . Konduktivitas ditentukan oleh suhu air dan konsentrasi garam terlarut
atau zat lain yang dapat membawa muatan listrik . Meskipun tidak ada standar kualitas air
untuk konduktivitas , dapat menjadi alat diagnostik yang berguna untuk menafsirkan informasi
kualitas air lainnya . Hal ini diukur dengan meteran dan dilaporkan menggunakan satuan yang
disebut micromhos / sentimeter ( mhos / cm ) . Konduktivitas meter adalah pabrik dikalibrasi ,
tetapi harus diuji secara berkala untuk keakuratan dalam larutan garam standar.

Kekeruhan / padatan tersuspensi – Kekeruhan didefinisikan sebagai properti optik dari sampel
yang menyebabkan cahaya yang akan tersebar dan diserap . Kualitas ini bervariasi dengan
jumlah dan ukuran partikel hadir dalam kolom air . Kekeruhan relatif mudah dan murah untuk
mengukur dan sering dasar untuk standar kualitas air . Hal ini dapat dikorelasikan dengan
sedimen layang secara spesifik . Kekeruhan dapat membantu memantau kecenderungan dasar
serta efek dari proyek tertentu pada kualitas air . Instrumen yang mengukur mengukur
kekeruhan pencar cahaya dan melakukan yang lebih baik untuk kekeruhan tinggi dan rendah .
how to select water quality testing instruments

Oksigen terlarut – Oksigen terlarut ( DO ) mengacu pada jumlah oksigen dalam air pada suhu
tertentu dan tekanan atmosfer tertentu . Sejak DO sangat penting bagi masyarakat biologis
seluruh itu adalah salah satu parameter prinsip digunakan untuk mengukur kualitas air . DO
biasanya diukur dalam bagian per juta ( ppm ) . Air biasanya dapat lubang lebih oksigen
terlarut pada suhu lebih rendah dari pada suhu tinggi . Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengukur DO dalam sampel air . Meskipun DO meter dapat digunakan ,
pengukuran paling akurat berasal dari metode Winkler titrasi . Waktu sampel merupakan
faktor penting dalam pengujian tingkat oksigen terlarut . Kebutuhan oksigen biologis ( BOD )
dapat berubah karena masukan besar bahan organik dan oksigen oleh sumber lain yang terjadi
pada waktu tertentu hari tahun . BOD adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dikonsumsi
dalam proses biologi yang memecah bahan organik dalam air . Semakin besar BOD , kurang
oksigen yang tersedia untuk keperluan biologis lainnya .

Karbon dioksida terlarut – Karbon dioksida merupakan asam yang dapat mempengaruhi
tingkat pH dalam sampel air . Tingkat karbon dioksida terlarut biasanya bervariasi sepanjang
perjalanan hari karena semua organisme air menghasilkan karbon dioksida melalui
metabolisme normal makanan . Tingkat karbon dioksida yang terendah sebelum matahari
terbit dan tertinggi pada malam hari .

Pigmen klorofil / alga – Klorofil adalah pigmen hijau dalam tumbuhan yang menyediakan
sebagian besar warna tanaman dan mendukung proses fotosintesis . Klorofil ditemukan dalam
sitoplasma ganggang biru – hijau dan kloroplas sel tumbuhan . Biasanya , klorofil
mendominasi lebih dari pigmen fotosintesis lainnya dan dengan demikian sangat penting
dalam perangkap energi matahari untuk proses pertumbuhan alga . Klorofil menyerap cahaya
dari daerah merah dan biru dari spektrum cahaya . Sejak lampu hijau tercermin daripada
diserap , klorofil tanaman memberikan warna hijau karakteristik mereka .

Pengukuran sampel udara

Pengukuran menggunakan instrumen low cost sensor berbeda dengan pengukuran instrumen


standar dan terkalibrasi. Pengukuran menggunakan instrumen yang tidak terstandar dan tidak
terkalibrasi umumnya menghasilkan tingkat akurasi yang lebih rendah disebabkan metode
pengukuran yang lebih sederhana.

Akibatnya konsentrasi partikulat hasil pengukuran low cost sensor cenderung menyimpang


jauh dari pengukuran instrumen standar yang dimiliki umumnya oleh Lembaga-Lembaga
Pemerintah. BMKG sudah menguji kedua jenis pengukuran instrumentasi tersebut pada lokasi
dengan udara relatif bersih yaitu di Pos Pengamatan Kualitas Udara Cibereum milik BMKG.

3. Oleh Lembaga Pemerintah yang berwenang, hasil pengukuran konsentrasi debu


partikulat digunakan untuk menghitung Indeks Kualitas Udara (air quality index, AQI)
yang selanjutnya disampaikan kepada publik untuk menjelaskan bagaimana kondisi
polusi udara saat itu. Semakin tinggi nilai AQI, semakin meningkat risiko kesehatan
masyarakat.
4. Tiap negara memiliki indeks kualitas udara yang berbeda, sesuai dengan standar
kualitas udara nasional yang telah ditetapkan masing-masing. Beberapa contoh
terhadap indeks itu di antaranya: the Air Quality Health Index (AQHI, Canada), the
Air Pollution Index (Malaysia), US AQI (United States), the Pollutant Standards Index
(PSI, Singapore), Common AQI (CAQI, Europa), serta Indeks Standar Pencemar
Udara (ISPU, Indonesia). Meskipun sama-sama berasal dari data konsentrasi partikel
polutan, rumusan yang berbeda akan menghasilkan indeks yang berbeda pula. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) sendiri memiliki indeks yang berbeda sebagaimana
ditentukan dalam inisiatif Platform Global tentang Kualitas dan Kesehatan Udara.
5. Indeks Kualitas Udara, AQI atau ISPU tersebut merupakan nilai atau angka yang
diperoleh dari pembandingan konsentrasi debu pada periode rata-rata yang ditentukan
(saat ini umumnya rata-rata harian, bulanan atau tahunan) terhadap ambang batas
acuan yang ditetapkan. AQI juga menggambarkan dosis polutan udara yang
berdampak pada kesehatan dan dikelaskan berdasarkan penelitian epidemiologis (ilmu
yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit yang diakibatkan oleh faktor yang
terkait polusi udara)
6. Berdasarkan regulasi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun
1997, Standar Pencemar Udara di Indonesia (ISPU), dihitung salah satunya dari
konsentrasi PM10. PM10 adalah debu partikulat yang mengapung di udara yang
memiliki ukuran <10 mikrogram, sekira 1/10 ukuran helai rambut. Sejauh ini
MenLHK dan Pemda DKI, yang juga didukung BMKG, telah mengukur kualitas udara
di Jakarta dengan memasang alat pengukur konsentrasi PM10 dan PM2.5.
7. Sepanjang Juni hingga awal Juli, data konsentrasi PM10 dan PM2.5 di BMKG
mengindikasikan peningkatan konsentrasi partikel polutan, terutama pada 20 hari
terakhir. Nilai konsentrasi PM10 tertinggi dapat mencapai 190 ug/m3 dan 73 ug/m3
untuk PM2.5 pada jam-jam tertentu.

Untuk Jakarta, konsentrasi partikel polutan memiliki variasi harian dimana pada jam-jam
tertentu mencapai nilai konsentrasi tinggi, yaitu pagi hari pada saat peak hour beban
transportasi, dan konsentrasi rendah pada jam-jam yang lain. Demikian halnya konsentrasi
PM2.5 yang mencapai peak menjelang tengah hari. Bulan Juni hingga September merupakan
bulan bulan dimana konsentrasi partikulat polutan lebih tinggi dibandingkan bulan bulan
lainnya.

8. Konversi (perubahan) konsentrasi PM10 selama 24 jam menjadi ISPU menghasilkan


nilai berkisar 65-88 kategori "sedang". Kualitas udara "sedang" pengertiannya adalah
kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan,
TETAPI dapat berpengaruh pada kelompok yang sensitif seperti yang memiliki
gangguan pernafasan dan cardiovaskular, dan dapat mengurangi nilai estetika udara
pada waktu tertentu.
9. Pada musim kemarau, kualitas udara memang dapat memburuk karena ketiadaan hujan
dapat mengurangi pengendapan (pencucian) polutan di udara oleh proses rain
washing). Pada musim kemarau, terutama pada hari-hari sudah lama tidak terjadi
hujan, udara yang stagnan, cuaca cerah, adanya lapisan inversi suhu, atau kecepatan
angin yang rendah memungkinkan polusi udara tetap mengapung di udara suatu
wilayah dan mengakibatkan peningkatan konsentrasi polutan yang tinggi.
Penampakannya dapat dilihat dari kondisi udara yang kabur hasil reaksi kimia antara
udara dengan kontaminan (polutan/zat yang mengkontaminasi udara)
10. Pemerintah sebenarnya sudah melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas udara
Jakarta, misalnya: semakin membaiknya layanan transportasi publik, KRL, busway,
LRT/MRT; pemasyarakatan bahan bakar ramah lingkungan, penambahan lokasi car
free day; perluasan aturan ganjil genap kendaraan; penambahan dan pembaharuan
ruang terbuka hijau; dll. Pemantauan kualitas udara juga semakin ditingkatkan dengan
adanya perencanaan penambahan alat pemantau kualitas udara terstandar.
11. Pada kondisi turunnya kualitas udara seperti saat ini, apa yang dilakukan pemerintah
tidak akan cukup untuk menyelesaikan semua persoalan kualitas udara di Jakarta,
harus ada partisipasi aktif masyarakat.

Partisipasi aktif masyarakat dapat ditunjukan antara lain dengan merubah pola hidup dengan
lebih memilih menggunakan transportasi umum dan menggunakan kendaraan tanpa atau
rendah emisi.

Pengkuran sampel makanan

Pengukuran dapat dilakukan oleh semua orang. Dalam dunia perdagangan, berbagai macam
peraturan dan aktivitas ekonomi seperti jual beli banyak bergantung pada hasil timbangan dan
ukuran. Seorang pilot pesawat terbang harus mengamati dengan cermat ketinggian pesawat,
arah, penggunaan bahan bakar dan kecepatan. Pengawas obat-obatan dan makanan mengukur
kandungan bakteri dan zat beracun. Para geogolog mengukur kekuatan gelombang kejut ketika
terjadi gempa bumi. Para fisikawan yang mempelajari partikel elementer harus melakukan
pengukuran waktu dalam orde sepersejuta second untuk memastikan adanya partikel yang
amat sangat kecil.

Kepercayaan pada kebenaran pengukuran semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya


jaringan kerjasama, adanya satuan ukuran yang dipakai bersama dan juga prosedur
pengukuran yang dipakai secara umum, serta pengakuan, akreditasi dan uji banding atas
standar satuan ukuran dan laboratorium-laboratorium di berbagai negara.

Dalam memberikan hasil pengukuran, ketersediaan alat ukur dan kemampuan


menggunakannya merupakan hal yang sangat esensial Selain itu, agar suatu hasil pengukuran
dapat dipercaya kebenarannya maka ketelusurannya harus terjamin. Untuk menjamin
ketertelusuran maka alat ukur dan bahan ukur yang digunakan harus dikalibrasi. Proses
kalibrasi dapat menentukan nilai-nilai yang berkaitan dengan kinerja suatu alat ukur atau
bahan acuan. Hal ini dicapai dengan pembandingan langsung terhadap suatu standar ukur atau
bahan acuan bersertifikat.

Kalibrasi didefinisikan dalam ISO/IEC Guide 99:2007, Kosakata internasional metrologi –


Konsep dasar dan umum dan istilah terkait. Mengacu pada penjelasan yang ada kalibrasi
dapat disimpulkan sebagai suatu proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi diperlukan untuk
memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan akurat dan konsisten dengan instrument
lainnya. Keluaran dari kalibrasi adalah sertifikat kablirasi. Selain sertifikat, biasanya juga ada
label atau stiker yang disematkan pada alat ukur yang sudah dikalibrasi. Hasil pengukuran
yang tidak konsisten menjadi tidak valid dan tidak dapat digunakan. Pada dunia industri
misalnya, hal ini akan berpengaruh langsung terhadap kualitas produk dan dapat
membahayakan kesan perusahaan di mata konsumen.

Alasan yang sangat mendasar bahwa suatu alat ukur perlu dikalibrasi diantaranya:

 Memastikan bahwa penunjukkan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran yang
valid;

 Menentukan akurasi penunjukkan alat;

 Mengetahui keadaan alat, yaitu bahwa alat tersebut dapat dipercayai.

Kalibrasi alat ukur memiliki dua tujuan utama yaitu untuk memeriksa keakuratan instrumen
dan menentukan ketertelusuran pengukuran. Dalam prakteknya, kalibrasi juga mencakup
perbaikan perangkat jika berada di luar kalibrasi. Sebuah laporan diberikan oleh ahli kalibrasi,
yang menunjukkan kesalahan pengukuran dengan alat ukur sebelum dan sesudah kalibrasi.
Maka, kalibrasi sangat penting untuk keakuratan suatu instrument.

Untuk mendapatkan sertifikat, kalibrasi pada umumnya dilakukan pada laboratorium kalibrasi
dan dilakukan oleh tenaga ahli di bidangnya. Kalibrasi yang dilakukan di laboratorium
kalibrasi yang telah menerapkan dan mendapatkan akreditasi ISO/IEC 17025 Persyaratan
umum untuk kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi  akan memberi nilai lebih pada
sertifikat kalibrasi yang didapat. Hal ini karena pelaksanaan kalibrasi berarti telah sesuai
dengan standar internasional yang berlaku.

Selain kalibrasi proses pengukuran juga erat kaitannya dengan besaran dan satuan ukur. Ada
berbagai macam jenis besaran ukur, misalnya massa dengan alat ukur timbangan, suhu dengan
alat ukur termometer, waktu diukur dengan stopwatch dan lain sebagainya. Ukuran satuan
setiap jenis besaran ukur didefinisikan dalam Sistem Satuan Internasional (SI). Unit-unit SI ini
merupakan acuan pokok yang menjadi patokan bagi seluruh dunia. Sistem ini mendefinisikan
seberapa lama sebenarnya yang dikatakan 1 detik, apa yang menjadi patokan massa 1 kg, dan
seterusnya.

Unit-unit SI tersebut telah didefinisikan ulang pada tahun 2019 ini, dan mulai berlaku pada
bulan Mei lalu. Revisi yang ada akan mendukung banyak pengukuran di masa depan,
khususnya untuk berbagai metode pengukuran modern yang muncul pada penelitian, seperti
pengukuran menggunakan fenomena kuantum.

Penjelasan mengenai standar unit pengukuran internasional tersebut ada di Brosur SI, yang
diterbitkan oleh Biro Internasional des Poids et Mesures (BIPM). Brosur ini menjelaskan
Sistem Satuan Internasional dan merupakan alat penting bagi komunitas ilmiah.

Seri standar ISO dan IEC 80000 tentang jumlah dan unit, yang dirujuk dalam brosur SI,
juga sedang mengalami revisi agar selaras dengan versi baru, dan banyak bagian ISO yang
direvisi akan diterbitkan dalam beberapa bulan ke depan. Rangkaian standar ini penting karena
menyediakan istilah, definisi, dan simbol jumlah dan unit yang selaras dalam ilmu
pengetahuan dan teknik, menyediakan bahasa terpadu untuk mengomunikasikan informasi
pengukuran yang akurat antara ilmuwan, insinyur, dan semua orang yang terlibat dalam
pengukuran.

Standar ini digunakan oleh lembaga metrologi dan teknis, akademisi, penulis buku teknis dan
penerjemah dan pengembang standar, serta di banyak industri dan masyarakat pada
umumnya.  Seri ISO 80000 dikembangkan oleh komite teknis ISO / TC 12, Jumlah dan unit,
yang sekretariatnya dipegang oleh SIS, anggota ISO untuk Swedia
Manfaat instrument

Pengertian dan Kegunaan Instrumen Penelitian – Instrumen atau alat pengumpul data adalah
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen Penelitian
adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan
mengiterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran
yang sama. Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan dan tidak bisa digunakan pada
penelitian yang lain.

Kekhasan setiap objek penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri
instrumen yang digunakan. Susunan instrument untuk setiap penelitian tidak selalu sama
dengan peneliti lain. Hal ini mengingat tujuan dan mekanisme kerja dalam setiap teknik
penelitian juga berbeda-beda. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu
akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan
dalam suatu penelitian. Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat
menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunkan instrumen yang
dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrument yang sudah
dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.

Dengan demikian, jika instrumen baku telah tersedia untuk mengumpulkan data variabel
penelitian maka kita dapat langsung menggunakan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa
teori yang dijadikan landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang diacu
dalam penelitian kita. Selain itu, konstruk variabel yang diukur oleh instrumen tersebut juga
sama dengan konstruk variabel yang hendak kita ukur dalam penelitian kita. Akan tetapi, jika
instrumen yang baku belum tersedia untuk mengumpulkan data variabel tersebut harus dibuat
sendiri oleh peneliti.

Kegunaan Instrumen Penelitian Antara lain :

Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden,

Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara,


Sebagai alat evakuasi performa pekerjaan staf peneliti.

Penyusunan Instrumen Penelitian

Daftar kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai
objek yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan ataupun dirinya sendiri. Sebagai
suatu instrumen penelitian, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari
arah yang akan dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam rumusan
hipotesis. Dengan demikian daftar perntanyaan yang harus diajukan dengan taktis dan
strategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh responden.

Baca Juga: SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD)
KELAS B8

Pertanyaan yang diajukan oleh responden harus jelas rumusannya, sehingga peneliti akan
menerima informasi dengan tepat dari responden. Sebab responden dan pewawancara dapat
menginterpretasi makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti, sehingga isi
pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Di samping itu harus pula diperhatikan ke mana arah
yang dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu daftar
pertanyaan yang memadai.

Dalam menyususn daftar pertanyaan, seorang peneliti hendaknya mempertimbangkan hal-hal


berikut :

Apakah Anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau tertutup atau gabungan keduanya.

Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada masalah inti/pokok dalam
penelitian Anda. Buatlah pertanyaan yang setahap demi setahap, sehingga mampu mengorek
informasi yang dibutuhkan.

Pertanyaan hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa Nasional atau setempat agar
mudah dipahami oleh responden.
Apabila menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap pertanyaan maupun jawaban
diidentifikasi dan diberi kode guna memudahkan dalam pengolahan informasi

Dalam membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa Anda bukanlah seorang
introgator, tetapi pihak yang membutuhkan informasi dari pihak lain.

Untuk itu, dalam menyusun suatu rancangan daftar pertanyaan sebetulnya merupakan kerja
kolektif seluruh anggota team peneliti. Keterlibatan semua anggota team peneliti akan
memberikan konstribusi penyempurnaan kontruksi instrumen penelitian. Berikut adalah
langkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan :

Penentuan informasi yang dibutuhkan,

Penentuan proses pengumpulan data,

Penyusunan instrumen penelitian,

Pengujian instrumen penelitian.

Prinsip-prinsip Pemilihan Instrumen Penelitian

Prinsip utama pemilihan instrumen adalah memahami sepenuhnya tujuan penelitian, sehingga
peneliti dapat memilih instrumen yang dirahapkan dapat mengantar ke tujuan penelitian.

Tujuan penelitian menentukan instrumen apa yang akan digunakan.

Kadang terjadi bahwa tujuan penelitian justru ditentukan oleh instrument yang tersedia, atau
digunakan instrumen yang sudah popular, walaupun sebenarnya tidak cocok dengan tujuan
penelitiannya.

Suatu pendapat yang tidak selalu benar bahwa “instrumen yang canggih adalah yang terbaik”.

Pedoman umum yang dapat digunakan dalam pemilihan instrumen, khususnya bagi peneliti
pemula adalah :
Pakailah instrumen seperti yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu.

Buatlah daftar instrumen yang tersedia, kemudian kategorikan tiap instrumen sesuai dengan
input yang diperlukan dan output yang dihasilkan, baru dipilih yang paling sesuai.

Syarat-syarat Instrumen Penelitian

Baca Juga: Pengertian, Dasar dan Tujuan Strategi Pembelajaran

Ada beberapa kriteria penampilan instrumen yang baik, baik yang digunakan untuk
mengontrol ataupun untuk mengukur variabel, yaitu:

Akurasi (accuracy)

Akurasi dari suatu instrument pada hakekatnya berkaitan erat dengan validitas (kesahihan)
instrumen tersebut.

Apakah instrumen benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Apakah masukan yang diukur (measured) hanya terdiri dari masukan yang hendak diukur saja
ataukah kemasukan unsur-unsur lain.

Pengontrolan yang ketat terhadap kemurnian masukan ini adalah sangat penting agar pengaruh
luar dapat dieliminasi.

Kegagalan pengontrolan ini akan menyebabkan menurunnya akurasi output atau validitas hasil
pengukuran.

Validitas tentang apa yang hendak diukur disebut validitas kualitatif.

Instrument dapat mengukur dengan cermat dalam batas yang hendak diukur, maka validitas
yang diperoleh adalah validitas kuantitatif.

Persisi (precision)
Persisi instrumen berkaitan erat dengan keterandalan (reliability), yaitu kemampuan
memberikan kesesuaian hasil pada pengulangan pengukuran.

Instrumen mempunyai presisi yang baik jika dapat menjamin bahwa inputnya sama
memberikan output yang selalu sama baik kapan saja, di mana saja, oleh dan kepada siapa saja
instrumen ini digunakan memberikan hasil konsisten (ajeg).

Instrumen dengan presisi yang baik belum tentu akurasinya baik dan sebaliknya.

Instrumen yang baik tentu akusari dan presisinya baik.

Kepekaan (sensitivity)

Penelitian yang ingin mengetahui adanya perubahan harga variabel tertentu membutuhkan
instrumen yang dapat mendeteksi besarnya perubahan tersebut.

Makin kecil perubahan yang terjadi harus makin peka instrumen yang digunakan.

Sebagai ilustrasi :

Stopwatch dengan presisi 0,1 detik tidak dapat untuk mengukur kecepatan gerak refleks.

Penggaris dengan presisi 1,1 mm tidak dapat mendeteksi perubahan panjang ikatan dalam
perubahan stuktur molekul.

Dalam contoh tersebut kepekaan instrumen tidak memadahi.

Kepekaan berkaitan erat dengan validitas kuantitatif.

Klasifikasi Instrumen

Baca Juga: Pengertian, Dasar dan Tujuan Strategi Pembelajaran

a. Klasifikasi Berdasarkan Katagori Instrumen

Berdasarkan kategorinya, instrumen penelitian terdiri dari dua kategori alat atau instrumen
(seterusnya disebut instrumen) yang digunakan dalam penelitian, yaitu :
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data tentang keadaan objek atau
proses yang diteliti.

Instrumen yang digunakan untuk mengontrol objek atau proses penelitian.

Dengan adanya dua jenis instrumen tersebut, maka kondisi objek atau proses penelitian diukur
dalam kondisi yang spesifik dan dapat diulangi lagi (reproducible).

b. Berdasarkan wujudnya, instrumen penelitian dibedakan atas dua bentuk, yaitu :

Perangkat keras (hardware)

Dalam penelitian instrumen penelitian dibedakan atas perangkat keras misalnya :


spektofometer, stetoskop, thermometer, dsb.

Perangkat lunak (software)

Perangkat lunak digunakan untuk memperoleh informasi atau respon dari subyek baik
langsung maupun tidak langsung. Dengan perangkat lunak akan dapat dilakukan pengukuran
tentang :

Infofmasi lansung dari objek.

Mengevaluasi objek atau tindakan objek oleh pengamat.

Mengukur langsung kemampuan dan pengetahuan objek.

Mengukur secara tidak langsung tentang kepercayaan, sikap atau perilaku objek.
Adapun yang termasuk dalam kategori perangkat lunak misalnya: kuesioner, ceklist, rating
scale, ujian tertulis, wawancara dan lain-lainnya.

Sekian ulasan singkat tentang Pengertian dan Kegunaan Instrumen Penelitian semoga dapat
menjadi referensi bagi anda, dan jika artikel ini di rasa bermanfaat bagi anda silahkan
bagikan/share artikel ini. terima kasih telah berkunjung.

4. Ayat ayat alquran tentang analisa kualitas lingkungan

Surat Ar Rum
ayat 41-42 tentang Larangan Membuat Kerusakan di Muka Bumi
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakanlah perjalanandimuka bumi dan
perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Ar Rum : 41-42)

Isi kandungan
Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi.
Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara
alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan
semua makhluk-Nya, khususnya manusia.

Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan
manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kekeringan, tata ruang daerah yang tidak karuan
dan udara serta air yang tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan
manusia dan makhluk hidup lainnya.

Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali
tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam
haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan
itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah
SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.

Tentang memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, banyak upaya yang bisa dilakukan,
misalnya rehabilitasi SDA berupa hutan, tanah dan air yang rusak perlu ditingkatkan lagi.
Dalam lingkungan ini program penyelamatan hutan, tanah dan air perlu dilanjutkan dan
disempurnakan. Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut dan kawasan udara perlu
dilanjutkan dan makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.

Surah Al A’raf
Ayat 56-58 tentang Peduli Lingkungan
Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke
suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan
dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang
baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran
(Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58)

Isi Kandungan :
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah
dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai,
lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan.
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya
merusak sesuatu yang berupa materi atau benda, melainkan juga berupa sikap, perbuatan
tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan
tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan
di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi.

Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Dia telah
menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan berbuat kerusakan ini mencakup semua
bidang, termasuk dalam hal muamalah, seperti mengganggu penghidupan dan sumber-sumber
penghidupan orang lain (lihat QS Al Qasas : 4).

Allah menegasakan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada hamba-Nya
ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat-Nya. Angin yang membawa
awan tebal, dihalau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya karena tidak ada air,
sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan kepada penduduk yang menderita
lapar dan haus. Lalu Dia menurunkan hujan yang lebat di negeri itu sehingga negeri yang
hampir mati tersebut menjadi subur kembali dan penuh berisi air. Dengan demikian, Dia telah
menghidupkan penduduk tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang
berlimpah ruah.

Konsep Perencanaan Tata Ruang Di Dalam Islam

“Dialah (Allah) yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); dan kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar kami
menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, agar kami member minum dengan air
itu sebagian besar dari makhluk kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak”.
( Al-Furqan : 48-49)

Penjelasan dari Al-Furqan 48-89 adalah bahwa manusia haruslah selalu mensyukuri atas
nikmat yang telah diberikan Oleh Allah SWT. Tentunya nikamat tersebut senantiasa kita jaga
kita rawat dan kita lestarikan agar kelak nanti anak cucu kita masih dapat menikmati atas apa
yang telah diberikan-Nya. Serta merencanakan pembangunan tata ruang yang tidak merugikan
masyarakat, berharap pembangunan dan perkembangan kota menuju Button Up Top Down
yaitu perekembangan kota mengarah kepada masyarakat lapisan bawah.

Terkadang kebijakan Pembangunan tata ruang yang tidak didasari dengan hati nurani dan
tidak berpedomana pada ajaran Islam kedepannya akan menimbulkan suatu permasalahan
yang lebih besar, sudah banyak kasus-kasus Tata Ruang kota yang perencanaannya tidak
berpedomana pada nilai-nilai islam, akhirnya yang terjadi adalah kerusakan, dan bencana.

Konsep perencanaan Tata ruang didalam Islam sudah lama terkonsep dengan baik terbukti
bahwa adanya bangunan bernuansa Islam misalnya di Majene sendiri terdapat situs Masjid tua
di Lingkungan Salabose Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae dan di Negara luar misalnya
di Iskandariah, Madinah, Andalusia ( Spanyol), Basrah, Kufah, Baitul Maqdis, Baitul Laham
(Bethelem), Darussalam (Yerussalem), artinya hasil karya Islam tersebut telah menjadi sejarah
dunia (Drs Dyayadi MT, Tata Ruang kota menurut Islam). Sehingga sebagai generasi penerus
senantiasa untuk tetap berpegang teguh kepada ajaran Islam tentunya dalam kontek penataan
ruang.

Selama ini masih banyak kita temui penataan ruang dalam rangka mempercantik estetika
ruang dengan menggunakan Patung-patung, padahal dalam islam pembuatan patung dilarang
oleh Allah, sebagai Hadist Rosullullah ”barang siapa membuat patung maka sesungguhnya
allah akan menyiksanya sehingga ia memberi nyawa pada patung untuk selama-lamanya”
(HR. Al Bukhari).

Pembangunan tata ruang setidaknya memperhatikan pula akan kondisi sosial masyarakat,
kelestarian alam, dan aturan-aturan yang berlaku suatu contoh : Pembangunan tata ruang yang
telah melanggar aturan,misalnya alih fungsi lahan, serta pembangunan kota yang keluar dari
nilai-nilai Islam misalnya : Merebaknya gemerlapan kehidupan kota yang tidak Islami dengan
adanya beberapa tempat lokalisasi dengan fasilitas-fasilitas seperti itu suasana kota semakin
buram, runyam karena telah keluar jauh sekali dari tatanan nilai-nilai islam.
Dari paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa pembangunan kota yang sebenarnya merusak
moral bangsa, merusak kaidah islam, tunggu saatnya kehancuran dan bencana akan menanti.
Suatu contoh yang pernah terjadi adalah , sebagaimana Allah telah pernah menimpakan
bencana kepada dua buah kota Zaman nabi Luth yaitu kota Sadum dan Gamuroh karena
mereka melakukan Homo sexual (Liwath) demikian pula kota Aad dan Iram yang juga
dihancurkan Allah karena penduduknya yang Zhalim dan melakukan maksiat. Seperti halnya
firman Allah “Berapalah banyaknya kota yang kami telah membinasakannya, yang
penduduknya dalam kedaan Zalim, maka (tembok-tembok) kota roboh menutupi atap-atapnya
dan (beberapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan Istana yang tinggi tidak ada
penghuninya ( Al-Hajj:45). Azab yang diberikan oleh Allah banyak bentuknya bisa berupa
banjir bandang (Nabi Nuh, ), penyakit menular(zaman nabi Musa), hujan batu(zaman nabi
Luth) dan gempa bumi sebagaimana termaktub dalam AL Quran.

Friman Allah”Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah


(allah)memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut(tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik.( Al- A’raf :56). Namun pada kenyataannya yang terjadi di Negara
Indonesia selama ini masyarakatnya banyak merusak lingkungan. Sehingga permasalahan tata
ruang kota yang semakin komplek.

Suatu ketika kita akan melihat bencana dan kerusakan-kerusakan di suatu wilayah, daerah
maupun kawasan yang telah ingkar apa yang diberikan Oleh Allah. Di Indonesia kita dapat
melihat bencana yang terjadi selama ini merupakan bentuk dari peringatan Allah SWT kepada
manusia untuk senantiasa menjaga lingkungan jangan ada yang mengekploitasi dan
menyalahgunakannya.
Memperbaiki Lingkungan

Kita Sebagai Umat Islam hendaknya menjadi pelopor dalam menjaga kelestarian dan
keserasian Lingkungan, sebab dalam berbagai ayat Al-Quran telah melarang umat Islam
merusak ekosistemnya atau lingkungan hidupnya. Jika hal ini kita langgar, kita tidak saja
melakukan dosa besar, tetapi kita juga akan menyengsarakan masyarakat banyak (Publik)
yang harus menerima social cost akibat ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Dikaitkan dengan hal ini Allah SWT berfirman “oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum)
bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang telah membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka
seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seorang
manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampui batas dalam berbuat kerusakan-kerusakan di muka bumi.” ( Al-
Ma’idah : 32 ).

Dari ayat tersebut diatas jelaslah Allah membolehkan menghukum mati orang-orang yang
melakukan pengrusakan di muka bumi. Perusakan dimuka bumi dengan arti luas yakni
melakukan pemboman tanpa alasan, mengebom masyarakat sipil ketika berperang
(bombardier ), merusak hutan, mencemarkan daratan, lautan dan sungai dengan bahan beracun
dan berhaya, pembocoran radio aktif (reactor nuklir) mengepras bukit untuk kepentingan
pribadi dan sebagainya. Artinya perbuatan merusak lingkungan, selain pengeboman yang
jelas-jelas merupakan kesejahteraan perang sangat bertentangan dengan konferensi jenewa,
maka perusakan lingkungan selain karena perang akan sangat membahyakan masyarakat pada
umunnya. Sebab hal ini dapat menyebabkan banjir, tanah longsor, keracunan masal
(terkontaminasi)penyakit menular dan sebagainya.
Saat ini kita perlu berbenah diri untuk senantiasa mengharap ridho kepada Allah SWT, selalu
bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya.jangan melanggar aturan-aturan dalam
syaria’at Islam, mengetahui posisi kita ada dimana sehingga kita tidak akan salah dalam
melangkah. Dalam ajaran Islam siapa yang mengerjakan baik maka kelak hidupnya akan
bermanfaat, tetapi apabila siapa yang curang, culas, serakah maka kelak akan mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Balasan yang sifatnya kecil hingga balasan yang manusia tidak bisa
memperhitungkan, kerusakan material dan kematian yang dasyat.. Jika secara hukum tidak
bisa membuat mereka jera(pengambil keputusan) maka balasan dari Allah SWT lah yang akan
membuat mereka jera. wallahu alam.

5. Undang undang instrument analisa kualitas lingkungan

Undang undang 37 pada tahun 2014 tentang konservasi tanah dan air

UU 37 tentang tentang Konservasi Tanah dan Air disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober 2014 untuk melestarikan tanah dan air. Tanah dan air
merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan dan mudah terdegradasi fungsinya karena
posisi geografis dan akibat penggunaan yang tidak sesuai dengan fungsi, peruntukan, dan
kemampuannya sehingga perlu dilindungi, dipulihkan, ditingkatkan, dan dipelihara melalui
Konservasi Tanah dan Air.

Tanah dan air dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan karunia
sekaligus amanah Tuhan Yang Maha Esa untuk bangsa Indonesia yang perlu dijaga
kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi
sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.
Undang-Undang Nomor 37 tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air diundangkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 299. Penjelasan Atas Undang-
Undang Nomor 37 tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air ditempatkan dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5608.

Penjelasan umum uu konservasi tanah dan air

Tanah dan air dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan karunia
sekaligus amanah Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya
yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Hal itu sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta makna yang terkandung
dalam falsafah dan dasar negara Pancasila. Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, Undang-Undang
tentang Konservasi Tanah dan Air ini menyatakan bahwa negara mengatur dan
menyelenggarakan Konservasi Tanah dan Air yang pelaksanaan kewenangannya dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dengan
mengindahkan kaidah Konservasi Tanah dan Air serta tetap menghormati hak yang dimiliki
oleh Setiap Orang.

Tanah dan air merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan (non renewable resources)
yang merupakan satu kesatuan yang berperan sebagai sistem pendukung kehidupan (life
support system) bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Posisinya sangat strategis sebagai
modal dasar pembangunan nasional yang berkelanjutan, selain itu juga merupakan sumber
devisa negara dan memberikan kontribusi yang besar dalam menyumbang pertumbuhan
ekonomi nasional. Di lain pihak, tanah dan air merupakan sumber daya alam yang mudah
terdegradasi fungsinya karena kondisi geografis dan akibat penggunaan yang tidak sesuai
dengan fungsi, peruntukan, dan kemampuannya sehingga penggunaan dan pemanfaatan tanah
harus dilaksanakan secara terencana, rasional, dan bijaksana. Upaya tersebut dilaksanakan
dengan cara melindungi, memulihkan, meningkatkan, dan memelihara Fungsi Tanah pada
Lahan melalui penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air secara memadai agar manfaatnya
dapat didayagunakan secara berkelanjutan lintas generasi.
Sejalan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai landasan konstitusional yang mewajibkan agar bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat, penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air senantiasa mengandung jiwa
dan semangat kerakyatan, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Konservasi Tanah dan Air harus diselenggarakan dengan berasaskan tanggung jawab negara,
partisipatif, keterpaduan, keseimbangan, keadilan, kemanfaatan, kearifan lokal, dan
kelestarian, serta bertujuan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat yang
berkeadilan dan berkelanjutan. Sesuai dengan wewenang dan penguasaan atas Lahan yang
bersangkutan, Konservasi Tanah dan Air menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pemegang hak atas tanah, pemegang
kuasa atas tanah, pemegang izin, dan/atau pengguna Lahan. Konservasi Tanah dan Air
diselenggarakan pada setiap hamparan tanah Lahan, baik di Kawasan Lindung maupun di
Kawasan Budi Daya.

Penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air yang meliputi pelindungan Fungsi Tanah pada
Lahan, pemulihan Fungsi Tanah pada Lahan, peningkatan Fungsi Tanah pada Lahan, dan
pemeliharaan Fungsi Tanah pada Lahan dilaksanakan pada Lahan Prima, Lahan Kritis, dan
Lahan Rusak di Kawasan Lindung dan di Kawasan Budi Daya pada setiap jenis penggunaan
Lahan yang meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, padang penggembalaan, peternakan,
perikanan, pertambangan, perindustrian, pariwisata, permukiman (perkotaan dan perdesaan),
dan jalan.

Guna mencegah semakin menurunnya ketersediaan Lahan yang baik serta menjamin
kelestariannya untuk tujuan menumbuhkan tanaman penghasil termasuk di dalamnya Lahan
pertanian, perkebunan, hutan, dan padang rumput, tidak termasuk perkotaan, permukiman, dan
perairan, pelindungan Fungsi Tanah pada Lahan dalam penyelenggaraan Konservasi Tanah
dan Air dilaksanakan dengan cara pengendalian konversi penggunaan Lahan Prima, serta
pengamanan dan penataan kawasan. Pemulihan Fungsi Tanah pada Lahan dilaksanakan pada
Lahan Kritis dan Lahan Rusak dengan metode vegetatif berupa penanaman tanaman
konservasi, dan/atau sipil teknis berupa pembuatan bangunan Konservasi Tanah dan Air.
Metode sipil teknis tidak dilakukan dalam Kawasan Lindung. Peningkatan Fungsi Tanah pada
Lahan dilaksanakan pada Lahan Kritis dan Lahan Rusak dengan metode agronomi, vegetatif,
dan sipil teknis. Pemeliharaan Fungsi Tanah pada Lahan dilaksanakan pada Lahan Prima,
Lahan Kritis, dan Lahan Rusak yang telah dipulihkan dan ditingkatkan fungsinya dengan
menggunakan metode agronomi dan pemeliharaan bangunan Konservasi Tanah dan Air.

Pada dasarnya Setiap Orang yang terdiri atas orang perseorangan dan badan hukum dan/atau
badan usaha berhak:

a. menikmati Fungsi Tanah pada Lahan yang dihasilkan dari penyelenggaraan


Konservasi Tanah dan Air;
b. mengetahui rencana peruntukan Lahan, pemanfaatan Lahan, informasi Konservasi
Tanah dan Air; dan
c. berperan serta dan melakukan pengawasan dalam Konservasi Tanah dan Air.

Bersamaan dengan dimilikinya hak tersebut, Setiap Orang wajib melaksanakan Konservasi
Tanah dan Air untuk mencegah degradasi Lahan berat pada setiap jenis penggunaan Lahan,
kecuali di kawasan hutan konservasi dan hutan lindung yang dilaksanakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya. Setiap Orang yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dikenai sanksi
administratif. Bagi Setiap Orang yang mengonversi penggunaan Lahan di Kawasan Lindung
dan di Kawasan Budi Daya yang mengakibatkan degradasi Lahan berat dan bencana dikenai
sanksi administratif dan sanksi pidana.

Agar penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air dapat mencapai tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan pemberdayaan dalam
menumbuhkan dan meningkatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat tersebut
bukanlah mobilisasi masyarakat, melainkan bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat
secara aktif dan sukarela dalam merencanakan, melaksanakan, mendanai, dan mengendalikan
penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air. Sumber Pendanaan penyelenggaraan Konservasi
Tanah dan Air dapat berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran
pendapatan dan belanja daerah, badan hukum, badan usaha, perseorangan, dan/atau sumber
dana lain yang sah dan tidak mengikat. Agar mencapai daya guna dan hasil guna yang tinggi,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya secara berjenjang bertugas melaksanakan pembinaan dan pengawasan dalam
penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan tersebut
dapat menggunakan instrumen berupa mekanisme bantuan, insentif, ganti kerugian dan
kompensasi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air yang transparan,
partisipatif, dan akuntabel, Undang-Undang tentang Konservasi Tanah dan Air ini
mencantumkan pula ketentuan penyelesaian sengketa melalui pengadilan dan di luar
pengadilan serta hak gugat Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan organisasi.
Ketentuan pidana penjara dan denda yang besar juga diberikan kepada Setiap Orang yang
melakukan perbuatan melanggar hukum dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak
melaksanakan Konservasi Tanah dan Air atau mengonversi penggunaan Lahan yang
mengakibatkan bencana, degradasi Lahan berat, dan/atau timbulnya kerugian harta benda atau
barang diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi para pelanggar hukum yang
bersangkutan. Namun, untuk menjunjung prinsip keadilan hukum, terhadap tindak pidana
yang dilakukan oleh petani penggarap tanaman pangan yang tidak memiliki Lahan usaha tani
dan menggarap paling luas 2 ha (dua hektare), petani yang memiliki Lahan dan melakukan
usaha budi daya tanaman pangan pada Lahan paling luas 2 ha (dua hektare), dan/atau petani
hortikultura, pekebun, atau peternak skala usaha kecil sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dikenai ancaman hukuman pidana yang lebih ringan.

Anda mungkin juga menyukai