Oleh
Kelompok U1:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
DAFTAR ISI
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perubahan suhu baik panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia
aeruginosa.
luka kronis yang tidak sembuh-sembuh karena kolonisasi kritis dan/ atau
3
mengadopsi rencana intervensi awal untuk menghapus biofilm sesegera
untuk luka dengan jumlah eksudat sedikit. Untuk luka dengan jumlah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-
kira 16% berat badan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive,
bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung
tubuh utama yang menghubungkan dengan dunia luar. Berat rata-rata kulit
adalah 4 kg, kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan
perubahan dengan terlepasnya lapisan luar dan digantikan oleh lapisan dalam.
5
Ketebalan kulit juga bermacam-macam antara berbagai lokasi anatomis, jenis
hidup dan tiap-tiap lokasi anatomis. Kulit yang paling tebal terdapat pada
telapak tangan dan telapak kaki, yaitu setebal + 1,5 mm dan yang paling tipis
terdapat pada kelopak mata dan postauricular (0,05 mm) (Weller et al, 2015).
Kulit dibagi menjadi dua, yaitu kulit tebal dan kulit tipis. Kulit tebal terdapat
pada telapak tangan dan kaki. Kulit tebal mengandung banyak kelenjar
keringat, tanpa folikel rambut, kelenjar sebasea, atau serat otot polos. Kulit
tipis terdapat pada seluruh permukaan tubuh kecuali pada telapak tangan dan
kaki. Kulit tipis mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar
a) Lapisan Epidermis
air, elektrolit, dan nutrisi dari dalam tubuh, serta membatasi masuknya
6
• Lapisan tanduk (Stratum korneum)
utama dan terdiri dari delapan sampai enam belas lapisan sel yang
sekitar 34-44 µm, lebar 25-36 µm, dan tebal 0,15-0,2 µm. Lapisan
kaki.
Lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas
granul.
7
• Lapisan spinosum (stratum spinosum)
permukaan sel. Sel-sel pada lapisan ini dipisahkan oleh celah yang
Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke
b) Lapisan Dermis
− Kolagen
8
Merupakan komponen serat utama dari kulit. Kolagen membentuk
− Elastin
− Sel Fibroblast
− Pembuluh darah
9
− Kelenjar keringat apokrin, berfungsi sebagai organ seks skunder.
c) Jaringan Subkutan
sebagai lapisan serat lemak (fibrofatty), kecuali pada kelopak mata dan
bagian genital pria. Ketebalan jaringan ini bergantung pada umur, jenis
kelamin, endokrin, dan gizi dari individu yang bersangkutan. Sel-sel pada
jaringan ini membuat dan menyimpan lipid dalam jumlah besar, dan serat
Lapisan ini juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh dan sebagai
bantalan mekanis.
B. Fungsi Kulit
10
ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak,
daya ikat terhadap air akan berkurang. Kulit menjaga suhu tubuh agar
tetap normal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas.
kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan, serta gangguan panas atau dingin.
C. Luka
penyebab seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan suhu
baik panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan,
1) Jenis Luka
11
Luka bersih adalah luka bedah tidak terinfeksi yang mana
tidak terjadi.
12
jenis ini akan semakin besar dengan adanya mikroorganisme
tersebut.
epidermis kulit.
Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam
Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai lapisan otot,
• Luka Akut
13
luka akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai
luka tusuk. Luka operasi dapat dianggap sebagai luka akut yang
• Luka Kronis
eksogen dan endogen. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada
dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
14
• Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda,
a. Fase Inflamasi
terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang
luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan
15
dengan eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang
b. Fase Proliferatif
ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses
suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah
luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan
turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini merupakan proses terintegrasi dan
(growth factors). Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen
telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai
c. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir
berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen
16
bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari
perlukaan.
setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung
Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan
a. Infeksi
lebih dari 10 pangkat lima per gram jaringan, dapat diketahui melalui
17
organisme. Infeksi pada luka ditandai dengan bengkak pada area lokal,
kemerahan, panas, nyeri dan demam (suhu tubuh lebih dari 38 0C), bau
Pada luka sayat, resiko infeksi akan terjadi dalam 5 sampai 7 hari
setelah operasi.
b. Perdarahan
d. Sinus
18
Sinus merupakan jalan ke permukaan kulit (terowongan)
karena adanya abses atau benda asing yang memberikan efek iritasi
pada kulit yang sehat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi, misalnya
− Status Imunologi
− Nutrisi
pressure – oedema)
6) Perawatan Luka
berikut :
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat
2. Mempercepat angiogenesis
19
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
cepat.
lembab.
untuk luka dengan jumlah eksudat sedikit. Untuk luka dengan jumlah
20
BAB III
TELAAH JURNAL
A. Judul Jurnal
Setiap jurnal harus memiliki judul yang jelas. Dengan membaca judul
keseluruhan dari jurnal tersebut. Judul tidak boleh memiliki makna ganda.
Pada judul jurnal sudah terdapat variabel independen dan dependen, yaitu:
B. Kelebihan Jurnal
1. Judul jurnal sudah baik dan terdiri dari 15 kata,dimana syarat judul
jurnal adalah tidak boleh lebih dari 20 kata, singkat dan jelas. Judul
judul jurnal kita sudah mengetahui bahwa jurnal ini menjelaskan tentang
2. Pada jurnal ini nama penulis sudah ditulis dengan benar, tanpa
21
C. Abstrak
keseluruhan isi jurnal. Penulisan sebuah abstrak terdiri dari sekitar 250 kata yang
berisi tentang latar belakang, tujuan, metode, bahan, hasil, dan kesimpulan isi
jurnal. Terdapat kata kunci juga yang menonjolkan dari judul jurnal tersebut,
Kelebihan :
1. Jurnal ini memiliki abstrak dengan sangat rinci dan menjelaskan secara singkat
isi jurnal
2. Abstrak pada jurnal ini sudah baik dan berurutan yang terdiri dari latar belakang
Kelemahan :
Jurnal ini memiliki kata yang kurang dari abstrak yang seharusnya,yaitu 278
kata. Penulisan abstrak yang berlebihan dapat dituliskan lebih rinci lagi,seperti pada
D. Pendahuluan
penelitian. Pendahuluan terdiri dari 4-5 paragraf, dimana dalam setiap paragraf
1. ada jurnal ini, sudah terdapat penelitian lain yang sejenis yang mendukung
perawatan luka dengan cepat yaitu PVP-I mewakili pilihan terapi yang layak
2. Pada jurnal ini, sudah terdapat penelitian lain yang sejenis yang mendukung
penelitian jurnal.
Kelemahan :
E. Pernyataan Masalah
Dalam jurnal ini terdapat pernyataan masalah yang jelas yaitu peran
antiseptik dalam pengelolaan luka kronis dan biofilm, dengan fokus pada
F. Tujuan Penelitian
Dalam jurnal ini sudah dipaparkan dengan jelas tujuan penelitiannya yaitu
penyembuhan luka
G. Tinjauan Pustaka
konsep.
23
H. Kerangka Konsep dan Hipotesis
I. Metodologi
diadakan pada bulan Desember 2019. Tinjauan ini terutama didasarkan pada
mengikuti pencarian literatur yang dilakukan di PubMed pada bulan Maret 2020,
operator Boolean seperti “ATAU” atau “DAN”. Tidak ada batasan tanggal
dalam pencarian yang digunakan. Hanya artikel teks lengkap yang diidentifikasi
dari pencarian yang dianggap relevan secara langsung yang disertakan dalam
tinjauan ini, dan sebagian besar artikel ini adalah akses terbuka. Daftar referensi
24
J. Sampel dan Instrumen
mengusulkan panduan atau algoritme klinis praktis baru untuk perawatan luka
K. Data Analisa
Dari ketiga antiseptik yang dibahas dalam tinjauan ini, PVP-I memiliki
karakteristik khusus yang ideal untuk pengobatan luka kronis yang tidak
penyembuhan, dan kecepatan aksi. Ketika kehadiran biofilm dalam luka kronis
intensif atau pembersihan luka dengan sabun atau scrub PVP-I akan membantu
luka. Ini sebaiknya dilakukan tanpa menyebabkan trauma tambahan pada luka.
Idealnya, pembersihan luka harus dilakukan setiap kali mengganti balutan. Hal
ini terutama terjadi jika kemungkinan biofilm tinggi, tetapi karakteristik unik
25
dari setiap dasar luka tertentu harus menentukan frekuensi penggantian balutan.
penyembuhan luka.
berbeda termasuk teknik bedah, mekanik, dan kimia. Luka kemudian dapat
didesinfeksi menggunakan kain kasa yang diresapi dengan larutan dermik PVP-
I. Mengingat onset kerja PVP-I yang cepat, menggunakan waktu kontak minimal
1 menit mungkin cukup untuk membasmi sebagian besar mikroba yang tersisa di
dengan cepat tumbuh kembali dalam waktu 24 jam, jadi debridement saja
khususnya jumlah eksudat yang dihasilkan luka. Luka yang seimbang dan
tidak cukup atau produksi eksudat yang berlebihan akan menghambat proses
penyembuhan luka. Luka kering tanpa eksudat, yang menghambat aktivitas sel
perbaikan jaringan. Dengan luka eksudasi rendah dan sedang, dasar luka dan
kulit di sekitarnya menjadi semakin basah. Jumlah eksudat yang berlebihan yang
dihasilkan oleh luka yang sangat eksudat dapat menyebabkan maserasi pada
kulit di sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk mengatur tingkat kelembapan
dengan memilih balutan yang tepat. Berbagai jenis pembalut tersedia untuk
lingkungan luka sangat penting untuk hasil pasien yang lebih baik. Algoritme
baru mengusulkan bahwa luka eksudasi rendah hingga sedang dapat diobati
dengan gel PVP-I dan tulle PVP-I dan ditutup dengan pembalut sekunder. Luka
dengan eksudasi tinggi dapat diobati dengan gel PVP-I yang dioleskan di bawah
terlihat, pembalut harus diganti setiap hari dan diperiksa secara teratur untuk
dengan kriteria tertentu, termasuk penilaian ukuran dan kedalaman luka, serta
jumlah dan jenis eksudat. Jika ada perbaikan dalam penyembuhan luka
dilakukan setiap minggu dan, jika perlu, prosedur yang diuraikan dalam
L. Hasil
27
kesehatan. PVP-I menunjukkan kemanjuran yang kuat terhadap biofilm yang
dibentuk oleh berbagai mikroba yang ditemukan lazim dalam luka kronis,
terbatas yang ditunjukkan oleh PHMB dan produk yang mengandung perak.
PVP-I juga memenuhi semua persyaratan lain dari antiseptik ideal untuk
perawatan luka kronis, termasuk kurangnya resistensi bakteri yang didapat atau
yang baik.
merupakan pilihan terapi yang sangat layak dalam perawatan luka dan
manajemen biofilm, dengan potensi untuk menjadi efektif selama tahap terjajah
secara kritis, tahap biofilminfiltrat dari rangkaian infeksi luka. Algoritma baru
pengobatan pasien dengan luka kronis yang tidak sembuh-sembuh, yang terbukti
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
penyebab seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan suhu baik
panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan, gigitan
luka meliputi infeksi, pendarahan, dehiscence dan evicerasi dan juga sinus.
Pemilihan dressing tergantung dari jumlah dan tipe eksudat yang terdapat
pada luka. Dressing hidrogel, film, komposit baik digunakan untuk luka dengan
jumlah eksudat sedikit. Untuk luka dengan jumlah eksudat sedang digunakan
hidrokoloid dan untuk luka dengan jumlah eksudat banyak digunakan alginate,
foam.
B. Saran
Saat pemilihan dressing pada pembalutan luka, sebaiknya perawat
mengetahui dahulu bagaimana dan jenis apa luka yang ada, sehingga nantinya
jenis dressing yang dipilih sesuai dan mampu membuat luka sembuh dengan
cepat.
29
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol.
3. Jakarta: EGC
Essentials, 3, 125-
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku
Kedokteran. EGC
Agung Waluyo, dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8.
30
Webster J, Scuffham P, Sherriff KL, Stankiewicz M, Chaboyer WP, 2012.
Negative pressure wound therapy for skin grafts and surgical wounds
Reviews;4:1-45.
31