Anda di halaman 1dari 17

METODE PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses peneliti dalam
pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data akan
membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan didapat
pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar.

Masing-masing penelitian memiliki proses pengumpulan data yang berbeda, tergantung


dari jenis penelitian yang hendak dibuat oleh peneliti. Pengumpulan data kualitatif pastinya
akan berbeda dengan pengumpulan data kuantitatif. Pengumpulan data statistik juga tidak
bisa disamakan dengan pengumpulan data analisis.

Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Terdapat


langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang harus diikuti. Tujuan dari
langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data ini adalah demi mendapatkan
data yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian pun tidak akan diragukan
kebenarannya.

DEFINISI PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti biasanya
telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia gunakan, dugaan tersebut disebut
dengan hipotesis (Baca juga: Pengertian Hipotesis dan Langkah Perumusan Hipotesis).
Untuk membuktikan hipotesis secara empiris, seorang peneliti membutuhkan
pengumpulan data untuk diteliti secara lebih mendalam.

Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis.
Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Data
adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan
adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara,
huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat disebut sebagai

1
data asalkan dapat kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek,
kejadian, ataupun suatu konsep.

Data dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Jenis-jenis data dapat dikategorikan
sebagai berikut:

A. Menurut cara memperolehnya:

1. Data primer, adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
langsung dari subjek atau objek penelitian.
2. Data sekunder, adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek atau
subjek penelitian.

B. Menurut sumbernya

1. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam
sebuah organisasi
2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau kegiatan di
luar sebuah organisasi

C. Menurut sifatnya

1. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti


2. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka

D. Menurut waktu pengumpulannya

1. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu
tertentu
2. Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk
menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/ peristiwa/
kegiatan.

2
METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode pengumpulan data dan
instrumen pengumpulan data. Meskipun saling berhubungan, namun dua istilah ini
memiliki arti yang berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Sementara itu instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen pengumpulan data dapat
berupa check list, kuesioner, pedoman wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk
merekam gambar.

Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah penelitian.
Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri, namun dapat pula
digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih. Beberapa metode
pengumpulan data antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi,
metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon,
email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur

Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang
hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar
pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen
penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

3
b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan


pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat
poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.

2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan


berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya
mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk
penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-
gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak
terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:

a. Participant observation

Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan


sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

b. Non participant observation

Berlawanan dengan participant observation, non participant observation merupakan


observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang
sedang diamati.

3. Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti
telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan
dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup
besar dan tersebar di wilayah yang luas.
4
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni
kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab. Sementara itu,
kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih
oleh objek penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga
menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini,
pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi
kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.

4. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada
subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai
macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan
dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Dokumen primer

Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu
peristiwa, misalnya: autobiografi

b. Dokumen sekunder

Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang
lain, misalnya: biografi.

5
INSTRUMEN (ALAT) PENGUMPULAN DATA PENELITIAN (Pola A)

A.    MENGENAL ALAT PENGUMPULAN DATA


Untuk menjawab problematika penelitian dalam mencapai tujuan dan membuktikan
hipotesa yang telah dirumuskan dalam rancangan penelitian, diperlukan data. Untuk
memperoleh data, seorang peneliti biasanya menggunakan instrumen mengumpulkan
data. Dengan demikian, kedudukan suatu skala/instrumen pengumpul data dalam proses
penelitian sangat penting karena kondisi data tergantung alat (instrumen) yang dibuat.

Tabel 9.1 Pasangan metode dan Instrumen Pengumpulan Data


No. Jenis Metode Jenis Instrumen
Angket, Check list (daftar cocok), Skala (scale), inventori
1 Angket (questionnaire)
(inventory)
Pedoman wawancara (interview guide), check list (daftar
2 Wawancara (interview)
cocok)
Lembar pengamatan (obsevation sheet), panduan
Pengamatan
3 pengamatan, panduan observasi (observation schedule),
(observasi)
daftar cocok
4 Tes Soal tes, inventory
5 Dokumentasi Check list (daftar cocok), tabel

Instrumen yang dapat digunakan dalam proses penelitian yaitu:


1.      Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud
agar orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan
permintaan. Angket dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
a.       Angket tertutup
Angket yang disajikan dengan serangkaian alternatif, sedangkan responden cukup
memberi tanda silang, melingkar, ataupun mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban
yang dianggap sesuai dengan keadaan dirinya.
b.      Angket terbuka
Angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan dan responden dipersilahkan untuk
menuliskan jawaban sesuai dengan dipiirkan dan dirasakannya sendiri
c.       Angket campuran
Gabungan angket terbuka dan angket tertutup (semi terbuka, semi tertutup)
6
2.      Daftar Cocok (Check List(
Merupakan angket yang respondennya hanya memberi tanda cek () atau silang (X) di
kolom yang telah disediakan.
3.      Skala
Skala merupakan instrumen yang berbentuk hampir sama dengan daftar cocok atau
angket tertutup, namun alternatif jawabannya merupakan perjenjangan.

B.     TEKNIK OBSERVASI


Observasi atau pengamatan merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan
secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun
nonpartisipatif. Untuk menyempurnakan aktifitas pengamatan partisipan, peneliti harus
mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu,
memerhatikan apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan
informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang diteliti.
Karena dalam proses observasi yang dilaksanakan dilapangan mungkin saja tidak
sesuai dengan harapan yang diinginkan, dalam kegiatan observasi ada beberapa hal yang
perlu dipahami dan dilakukan oleh para observer, yaitu:
1.    Carilah terlebih dahulu informasi selengkap-lengkapnya tentang hal-hal yang hendak
diobservasi.
2.    Pahami tujuan-tujuan umum dan khusus penelitian yang sedang dilaksanakan, fokus
penelitian, pertanyaan penelitian, baru kemudian tentukan materi atau objek yang hendak
diobservasi.
3.    Terkait dengan butir no 2 diatas, batasi ruang lingkup serta materi atau objek yang ingin
diobservasi agar tidak melebar.
4.    Catatlah hasil observasi sedetail mungkin
Dalam melaksanakan obsevasi, ada empat pola yang dpat dilakukan, yaitu:
1.      Pengamatan Secara Langsung
Pengamat (observer) menjaadi anggota masyarakat yang diamati secara penuh.
Dengan begitu observer dapat menyatu dan menjadi bagian masyarakat yang sedang
diamati.
2.      Pemeran Serta Sebagai Pengamat

7
Peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta (tidak menjadi anggota), namun
masih tetap melaksanakan proses pengamatan.
3.      Pengamatan Sebagai Pemeran Serta
Peranan pengamat secara terbuka dilakukan oleh seluruh subjek, bahkan mungkin
pengamat didukung oleh subjek.
4.      Pengamatan Penuh
Peneliti dengan bebas melaksanakan proses pengamatan tanpa diketahui oleh subjek
yang sedang diamatinya. Peneliti akan menjaga jarak agar identitas dirinya sebagai
peneliti tidak diketahui oleh objek yang sedang diamatinya.
Hal-hal yang harus dialkukan yang berkaitan dengan pencapaian reliabilitas adalah:
1.      Melakukan pengamatan secara sistematis
2.      Melakukan pengamatan secara berulang untuk objek yang sama
3.      Melakukan kombinasi pengamatan dalam situasi yang berbeda sehingga diperoleh
akumulasi pemahaman seakurat-akuratnya tentang objek yang diamati.
Dan hal lain yang perlu diingat peneliti adalah jangan terlalu dini untuk menyimpulkan
makna sebuah perilaku yang ditampilkan informan pada awal pertemuan. Jika pada awal
pertemuan peneliti sudah menyimpulkan, dikhawatirkan informasi tersebut hanya sekedar
permukaan saja bukan informasi yang sebenarnya yang ingin diungkap dalam penelitian.

C.    TEKNIK WAWANCARA


Model wawancara yang dapat dilakukan dapat meliputi wawancara tak berencana yang
berfokus dan wawancara sambil lalu. Wawancara tak berencana berfokus adalah
pertanyaan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun selalu berpusat pada satu pokok
masalah tertentu. Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang dituju pada dijumpai
secara kebetulan (koentjaraningrat, 1986; danandjaja, 1988).
Dalam melakukan teknik wawancara terhadap informan, hendaklah pertanyaan
melingkupi beberapa hal antara lain:
1)      Apa (apa yang terjadi, apa yang dikatakan dan dilakukan, apakah hal itu merupakan
peristiwa ruti, apa makna hal itu bagi si pelaku)
2)      Siapa (siapa yang terlibat, ciri-ciri sosial pelaku, peran yang dimainkan, bagaimana
seseorang sampai terlibat, dasar penerimaan kelompok, siapa pemimpinnya)

8
3)      Kapan (kapan kejadian berlangsung, hubungan kejadian satu dengan kejadian yang lain,
apa yang menyebabkan hal itu muncul)
4)      Di mana (dimana itu terjadi, dalam setting sosial, budaya, ekonomi, politik yang
bagaimana, mungkinkah terjadi di tempat lain)
5)      Mengapa (mengapa terjadi, apa faktor penyebabnya)
6)      Bagaimana (bagaimana kejadian itu berlangsung dan bagaimana kejadian itu
dihubungkan dengan kejadian lain).
Dalam proses penelitian dilapangan pertanyaan –pertanyaan tersebut bersifat fleksibel
dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peneliti.
1.      Etika Wawancara
Dalam melakukan wawancara seorang peneliti harus memahami kaedah-kaedah
masyarakat atau etika yang dianut dalam masyarakat yang menjadi subjek penelitian.
Untuk itu seorang peneliti harus memahami etika-etika dalam melakukan wawancara,
antara lain:
a.       Memberi Tahu Topik Penelitian
b.      Melindungi Identitas Subjek (informan)
c.       Menghormati Hal-hal yang Dianggap “Tabu”
d.      Memahami Bahasa dan Budaya Informan
e.       Gunakan penerjemah (Intepreter)
f.       Informan sebagai Pemandu Peneliti
g.      Memerhatiakn Penampilan Diri
h.      Tidak Menjelaskan Secara Detail kepada Informan
i.        Tidak Mengalihkan Fokus Pembicaraan
j.        Harus Bersikap Netral
k.      Memosisikan Informan sebagai yang Paling Tahu
l.        Ikuti Pandangan dan Pemikiran Informan
2.      Jenis Wawancara
Wawancara dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu:
a.       Wawancara Terstruktur
b.      Wawancara Tidak terstruktur
c.       Wawancara Kelompok
d.      Wawancara Begender
9
e.       Wawancara Berbingkai (Framing)
f.       Wawancara Interpreting

D.   FOKUS GROUP DISCUSSION


Focus Group Discussion (FGD) yaitu Diskusi Kelompok Terfokus dirancang untuk
melakukan pengumpulan data dengan menggunakan sebuah forum diskusi dengan tema-
tema yang telah dipersiapkan sejak awal oleh peneliti. Tujuan utama diskusi terfokus ini
adalah mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang satu tema yang dijadikan
fokus penelitian.
Dalam pelaksanaan FGD, peneliti harus terlebih dahulu menyiapkan tentang tema-
tema yang akan didiskusikan dan alat perekam yang akan digunakan. Berikut prosedur
pelaksanaan FGD:
1.      Pendahuluan
a.       Langkah-langkahnya adalah mengucapkan terima kasih kepada para peserta yang hadir
dan telah meluangkan waktunya
b.      Kemudian memperkenalkan diri dan personel yang menyertainya beserta
memperkenalkan masing-masing peserta
c.       Dan terakhir mengingatkan para peserta akan kepentingan peran peserta masing-masing
individu.
2.      Pelaksanaan Kegiatan
a.       Memulai dengan mengungkapkan dalam diskusi tema yang akan dibicarakan yang ttelah
disiapkan sejak awal.
b.      Menyampaikan kepada peserta bahwa peneliti begitu tertarik dengan pendapat, saran,
komentar, dan ide para peserta tentang topik itu.
c.       Menyampaikan bahwa sanya pasti akan ada perbedaan pandangan antara peserta dan
itu siperbolehkan di antara peserta diskusi
d.      Menyampaikan bahwa setiap peserta boleh langsung mengemukakan pendapatnya tanpa
harus menunggu giliran
e.       Ada kemungkinan bahwa topik diskusi berkembang pada hal-hal yang berhubungan
dengan topik utama
f.       Menyampaikan pada audiens bahwa jika satu topik telah selesai dibicarakan, diskusi akan
dilanjutkan ke topik berikutnya.
10
3.      Materi Diskusi
Materi yang disajikan dirancang terlebih dahulu sejak awal. Sebagai bahan masukan,
materi yang didiskusikan dapat dibagi dalam tiga bagian.
4.      Penutup Diskusi
Menyampaikan hasil ringkasan diskusi dan hal-hal penting selama proses diskusi
berlangsung. Moderator atau peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi para
informan atau peserta diskusi yang hadir dan berpartisipasi.

E.     HUMAN INSTRUMENT


Dalam penelitian kualitatif dikenal istilah human instrument yang berarti si peneliti
sendiri yang bertindak selaku instrumen penelitian. Berhasil atau tidaknya penelitian ini
lebih tergantung pada kemampuan peneliti dalam pengumpulkan data.
Kelemahan metode ini adalah peneliti tidak dapat berada pada dua situasi berbeda,
terlebih jika situasi tersebut sangat penting bagi peneliti yang sedang dilaksanakan. Bisa
saja peneliti minta tolong kepada temennya tetapi perbedaan orang yang mengambil data
akan menyebabkan perbedaan dalam memahami atau memaknai data yang sedang
diteliti.

11
INSTRUMEN (ALAT) PENGUMPULAN DATA PENELITIAN (Pola B)

Macam-Macam Instrumen Penelitian - Menyusun instrumen merupakan langkah penting


dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam
mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode
pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara.
Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner. Metode tes,
instrumennya adalah soal tes, tetapi metode observasi, instrumennya bernama chek-list.

Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena


mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang
diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya
oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan
menjadi instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes.

 Bentuk Instrumen Tes

Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari
subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas
butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.

Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes, yaitu: a) tes
kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang
yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan
sebagainya, b) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat
seseorang, c) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat
intelektual seseorang, d) tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai
sikap orang dalam menghadapi suatu kondisi, e) tes minat atau measures of interest,
ditujukan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu, f) tes prestasi atau
achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia
mempelajari sesuatu.

12
Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan
hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek mendasar
seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik
setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah
disampaikan.

 Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner

Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai
dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan
tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami
dan ketahuinya. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam,
seperti:

 kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri,


bentuknya sama dengan kuesioner isian.
 kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan,
bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda
 kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
 kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan orang lain
 check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom jawaban yang tersedia
 skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat,
biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju
sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya.

Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan


dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak
menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan di
oleh dalam penelitian.

13
Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban. Oleh
karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca,
seperti penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting,
penggunaan warna-warna dan hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang
identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda.

Bentuk tes seperti ini dapat saudara laksanakan salah satunya ketika menyelesaikan
tugas akhir terkait dengan bidang garapan ke SD an di antaranya membuat laporan tugas
akhir penyelesaian studi seperti skripsi.

 Bentuk Instrumen Interview

Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interview. Instrumennya dinamakan
pedoman wawancara atau inter view guide. Dalam pelaksanaannya, interview dapat
dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada
terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interview seperti ini
adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul.

Lain halnya dengan interview yang bersifat terpimpin, si pewawancara berpedoman pada
pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah kuesioner. Selain itu ada juga
interview yang bebas terpimpin, dimana pewawancara bebas melakukan interview dengan
hanya menggunakan pedoman yang memuat garis besarnya saja.

Kekuatan interview terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan


tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber
data dapat memberikan informasi yang jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing untuk
mengeluarkan informasi yang akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya
informasi keluar seperti air mengalir dengan derasnya.

14
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi terkini
terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar ingin
mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang guru di sekolah
tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya dengan kepala sekolah, dengan
teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan sebagian siswa yang telah mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan guru terkait.

 Bentuk Instrumen Observasi

Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi
merupakan  pengamatan  langsung  dengan menggunakan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan
dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar,
dan rekaman suara.

Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam


observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang
telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau
kegiatan yang akan diamati. Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah,
objek yang akan diamati ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah
kolom yang akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di
sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru
piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas
administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan kebersihan
sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja dengan pedoman
pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data yang didapatkan
berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga sekolah dalam suatu hari
tertentu.

Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu sistem

15
pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati terbatas pada
kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu, setiap kejadian yang
berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja
kepala sekolah, maka kejadian yang diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke
sekolah tepat waktu, kepala sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah
membuat rancangan program peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil
pengamatan menyimpulkan bahwa kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik
atau buruk.

Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen observasi
dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan. Kemudian bentuk
kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin
diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan
sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai
kebutuhan.

 Bentuk Instrumen Skala Bertingkat atau Rating Scale

Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui
pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala
bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan
dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar
pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan
jawaban secara jujur.

Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai


beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan Siegel dalam Suharsimi
(2002) faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah a)
persahabatan, (b) kecepatan menerka, (c) cepat memutuskan, (d) jawaban kesan
pertama, (e) penampilan instrumen, (f) prasangka, (g) halo effects, (h) kesalahan
pengambilan rata-rata, dan (i) kemurahan hati.

 Bentuk Instrumen Dokumentasi


16
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi yang
memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang
memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk
instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi,
peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list,
peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.

Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan


pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-
bukti sejarah, landasan hukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek
penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.

17

Anda mungkin juga menyukai