Anda di halaman 1dari 18

Penelitian Kualitatif Pendidikan Biologi

A. Instrumen Penelitian Kualitatif


1. Pengertian Instrumen
Metode dan alat pengumpulan data dibahas dalam kaitannya dengan metodologi
penelitian. Instrumen dan teknik adalah sarana dan sarana pengumpulan data sebagai
komponen penting dalam penelitian. Metodologi penelitian dan prosedur pengumpulan
data saling terkait erat; tidak ada yang dapat diisolasi dari peralatan yang digunakan
dalam pengumpulan data. Ada hubungan erat antara ketiganya. Secara umum, tes,
angket, skala, wawancara, dokumentasi, dan observasi adalah metode pengumpulan
data yang sering dan efektif digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah soal tes, skala berlapis, angket, wawancara, dan
petunjuk observasi.
Data penelitian terbagi menjadi daata primer dan data sekunder. Data primer dan
sekunder dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan identitas sumber dan cara
pengumpulan informasi. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti
langsung dari sumbernya (peneliti subjek) dengan menggunakan ukuran-ukuran.
Misalnya saja seorang peneliti ingin mengumpulkan informasi rata-rata berat badan
balita di suatu lokasi tertentu. Data primer adalah data yang dikumpulkan ketika
peneliti menimbang balita satu per satu secara langsung. Seperti disebutkan
sebelumnya, alat ukur, disebut sebagai "instrumen", selalu digunakan dalam
pengumpulan atau pengukuran data primer dan sekunder. Peneliti memanfaatkan
berbagai instrumen untuk memudahkan pengukuran variabel.
2. Jenis Instrumen Penelitian
a. Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam
pengumpulan data melalui kegiatan wawancara. Dalam kegiatan wawancara, daftar
pertanyaannya disebut interview schedule. Adapun catatan garis besar tentang pokok-
pokok yang akan ditanyakan disebut pedoman wawancara (interview guide). Secara
umum, terdapat dua macam pedoman wawancara, yaitu:
1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya
memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja, kreatifitas pewawancara
sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak
bergantung pada pewawancara. Jenis wawancara ini sangat tepat untuk penelitian
kasus.
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai checklist.

Pewawancara tinggal membubuhkan tanda √ (check) pada nomor yang sesuai.


Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk semi structured. Dalam hal
ini, mula-mula pewawancara menanyakan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian
memperdalam satu per satu untuk mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian,
jawaban yang diperoleh dapat meliputi semua variabel, dengan keterangan yang
lengkap dan mendalam.
 Jenis wawancara
Menurut prosedurnya :
a) Wawancara bebas (wawancara tak terpimpin)
Wawancara bebas adalah proses wawancara di mana interviewer tidak secara
langsung mengarahkan tanya-jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian
dan narasumber. Dalam banyak hal wawancara bebas akan lebih mendekati
pembicaraan bebas atau free talk, sehingga menemukan kualitas wawancara. Karenanya
mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain:
(1) Kualitas datanya rendah
(2) Tak dapat digunakan untuk pengecekan secara mendalam
(3) Memakan waktu terlalu lama
(4) Hanya cocok untuk penelitian eksploratif
b) Wawancara terpimpin
Wawancara ini juga disebut dengan interview guide. Controled interview atau
structured interview, yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok
masalah yang diteliti. Ciri pokok wawancara terpimpin ialah pewawancara terikat oleh
suatu fungsi bukan saja sebagai pengumpul data relevan dengan maksud penelitian
yang telah dipersiapkan, serta ada pedoman yang memimpin jalannya tanya-jawab.
Dengan adanya pedoman atau panduan pokok-pokok masalah yang akan diselidiki
memudahkan dan melancarkan jalannya wawancara
c) Wawancara bebas terpimpin
Wawancara ini merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin.
Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti,
selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus
pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang. Pedoman
interview berfungsi sebagai pengendali jangan sampai proses wawancara kehilangan
arah. 2) Menurut sasaran penjawabnya:
a. Wawancara perorangan
Wawancara perorangan yaitu apabila proses tanya-jawab tatap muka itu secara
langsung antara pewawancara dengan seorang yang diwawancarai. Cara ini akan
mendapatkan data lebih intensif
b. Wawancara kelompok
Wawancara kelompok apabila proses interview itu berlangsung sekaligus dua
orang pewawancara atau lebih menghadapi dua orang atau lebih yang diwawancarai.
Hal ini berguna untuk alat pengumpulan data yang difungsikan memperoleh informasi
yang luas.
Dalam wawancara ada empat faktor yang sangat penting, yaitu:
a. Pewawancara
Beberapa karakteristik yang perlu dimiliki pewawancara, yaitu:
1) Kemampuan dan keterampilan mewawancarai sumber informasi.
2) Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang telah
dilakukan.
3) Karakteristik sosial pewawancara.
4) Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi.
5) Rasa aman yang dimiliki.
Kondisi di atas akan dapat memacu pewawancara untuk mengendalikan diri serta
mampu untuk menyampaikan pertanyaan dengan baik dan memahami jawaban yang
diberikan oleh sumber informasi.
b. Sumber Informasi
Beberapa hal yang perlu dan diperlukan dari sumber informasi, yaitu:
1) Kemampuan memahami/menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban dari
pertanyaan yang diajukan pewawancara.
2) Karakteristik sosial (sikap, penampilan, relasi/hubungan) sumber informasi.
3) Kemampuan untuk menyatakan pendapat.
4) Rasa aman dan percaya diri.
Dengan keadaan dan patokan di atas, setiap sumber informasi akan dapat
memberikan jawaban yang tepat dan bermanfaat.
c. Materi Pertanyaan
Keterlaksanaan wawancara dengan baik adalah harapan dari setiap pewawancara.
Karena itu, pewawancara perlu menghayati berbagai faktor yang terdapat di dalam
materi pertanyaan sehingga memungkinkan wawancara berjalan dengan baik. Di antara
faktor-faktor yang penting dipahami dalam isi/materi pertanyaan, yaitu:
1) Tingkat kesukaran materi yang ditanyakan
Materi pertanyaan hendaklah dalam ruang lingkup kemampuan sumber informasi.
Jangan terlalu sukar dan jangan pula terlalu mudah.
2) Kesensitifan materi pertanyaan
Peneliti hendaklah menyadari sejak dini, hal-hal yang menyangkut moral, agama,
ras, atau kedirian tiap sumber informasi yang selalu mengundang subjektivitas,
keengganan, atau penolakan untuk memberi jawaban. Dalam kaitan itulah jati diri,
kemampuan, dan keterampilan peneliti diuji dan sangat diperlukan. Usahakan materi
yang sensitif dijadikan normatif dan tidak menyinggung kedirian seseorang maupun
orang lain.
3) Situasi Wawancara
Dalam situasi wawancara, sekurang-kurangnya ada empat kondisi yang perlu
mendapat perhatian, yaitu:
a) Waktu pelaksanaan
b) Tempat pelaksanaan
c) Keadaan lingkungan pada waktu wawancara
d) Sikap masyarakat
3. Instrumen Observasi
Instrumen observasi adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam
pengumpulan data melalui teknik observasi (teknik pengamatan dan pencatatan
sistemastis dari fenomena-fenomena yang diselidiki baik secara langsung maupun tidak
langsung). Dalam menggunakan teknik observasi, cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi. Muhammad Ali mengemukakan, instrument atau alat yang digunakan
dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut:
1) Daftar cek (check list). Semua gejala yang akan atau mungkin akan muncul pada
suatu subjek yang menjadi objek penelitian didaftar secermat mungkin sesuai
dengan masalah yang diteliti, juga disediakan kolom cek yang digunakan selama
mengadakan pengamatan. Berdasarkan butir (item) yang ada pada daftar cek, gejala
yang muncul dibubuhkan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia. Hal ini akan
lebih memudahkan dalam pengamatan.
2) Daftar isian. Daftar isian memuat daftar butir (item) yang diamati, kolom tentang
keadaan, atau gejala tentang item-item tersebut. Kolom keadaan dikosongkan untuk
selanjutnya pada waktu pengamatan diisi oleh peneliti.
3) Skala penilaian (rating scale). Rating scale biasanya untuk mengubah data kualitatif
ke dalam data kuantitatif atau bentuk angka-angka yang dimanifestasikan dalam
bentuk skala, dengan fungsi menentukan tingkat kategori sifat atau karakteristik
sesuatu. Skala penilaian berfungsi untuk menentukan kedudukan objek penelitian
pada tingkat tertentu dalam skala yang didasarkan pada karakteristik yang sudah
ditentukan. Angka-angka yang menggambarkan karakteristik itu (misalkan 5: baik
sekali; 4: baik; 3: cukup; 2: kurang baik; 1: sangat kurang baik), selanjutnya
dicantumkan pada garis skala sehingga pencatatan dilakukan dengan cara
melingkari angka atau mengisi kolom pada skala dengan gejala yang muncul.

 Jenis observasi
Di dalam penelitian jenis teknik observasi yang lazim digunakan untuk alat
pengumpulan data ialah :
1) Observasi partisipan
Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan orang-
orang yang diobservasi. Umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif.
Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial
dalam pabrik dan lain-lain.
2) Observasi sistematik
Biasa disebut juga observasi terstruktur yaitu observasi di mana terdapat kerangka
yang memuat faktorfaktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati. Dalam
observasi sistematik, isi dan luasnya observasi lebih terbatas yang disesuaikan dengan
tujuan observasi biasanya telah dirumuskan pada awal penyusunan rancangan
observasi, respon dan peristiwa yang diamati dapat dicatat secara lebih teliti, dan
mungkin dikuantifikasikan.
3) Observasi eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan dengan cara
mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa, untuk
mengetahui apakah perilaku yang muncul benar-benar disebabkan oleh faktor yang
telah dikendalikan sebelumnya.

Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan kelompok sesuai dengan aspek yang diteliti,
tergantung pada teknik mana yang dipilih oleh peneliti tersebut. Menurut Udinsky,
participant observer dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu:
a. Observer berpartisipasi secara utuh (complete participation)
Jenis ini menekankan bahwa peneliti secara resmi merupakan anggota dari
kelompok/program yang dijadikan objek penelitian. Ia ikut secara aktif dalam setiap
kegiatan dari awal sampai program berakhir. Ia mengikuti seluruh aktivitas sesuai
dengan tata aturan yang terdapat dalam kelompok itu. Ia adalah bagian dari kelompok
dan program secara utuh.
Fungsi penelitinya dilakukan secara tidak kentara, namun semua data dan informasi
yang dibutuhkan terekam dengan baik. Dengan cara demikian peneliti dapat
menghindari kecemasan dari anggota kelompok, sehingga data yang dihimpun dan
dicatat lebih baik, lebih lengkap, terhindar dari syakwasangka, jujur, bebas, dan bersifat
alami, dan tidak terlepas dari konteks yang sebenarnya.
b. Berpartisipasi sebagai pengamat
(participant as observer)
Tipe ini menekankan bahwa peneliti hanya berfungsi dalam kelompok sebagai
pengamat (observer). Dia hanya sebagai subordinat dari kelompok sesuai dengan fungsi
formalnya. Ia diterima oleh kelompok selama waktu mengamati kegiatan kelompok.
c. Pengamat sebagai partisipan (observer as participant)
Dalam tipe ketiga ini, peneliti adalah pengamat (observer) dan juga sebagai participant.
Ia tahu bahwa fungsinya yaitu:
1) Berpartisipasi secara kreatif dalam kelompok, namun ia tetap sebagai orang di luar
kelompok
2) Mengumpulkan informasi atau data tentang program atau aspek yang ditelitinya. Ia
adalah pengamat yang berpartisipasi dalam kelompok. Karena itu ia dapat
berpartisipasi secara kreatif dalam kegiatan kelompok, namun ia tetap orang di luar
anggota kelompok.
d. Pengamat (complete observer)
Dalam tipe ini peneliti atau pengumpul data tidak mempunyai peran untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Ia lebih merupakan pengamat yang secara
diam-diam mengamati atau menghayati program yang sedang dilaksanakan walaupun
sebagai pengamat lengkap. Ia masih mungkin melakukan observasi secara lebih
mendalam, namun untuk memberikan umpan balik kepada anggota kelompok sangat
terbatas.

4. Instrumen Dokumentasi
a. Definisi
Instrumen dokumentasi adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam
pengumpulan data melalui teknik dokumentasi (teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen). Dua alat penting
dalam teknik dokumentasi, yaitu:
1) Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya.
2) Check list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam
menggunakan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memegang check list untuk
mencatat variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat atau muncul variabel yang
dicari, peneliti hanya membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai.
Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar
variabel, peneliti dapat menggunakan kalimat bebas
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.
Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi
sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang
sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis,
artefacts, gambar, maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan
(life histories), biografi, karya tulis, dan cerita. Di samping itu ada pula material
budaya, atau hasil karya seni yang merupakan sumber informasi
dalam penelitian kualitatif.
b. Jenis dokumentasi
1) Dokumen pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang
tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi
ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial atau arti berbagai faktor di
sekitar subjek penelitian.
Macam-macam dokumen pribadi yang bisa digunakan: a) Buku harian
Buku harian yang bermanfaat ialah buku yang ditulis dengan memberikan tanggapan
tentang peristiwa-peristiwa di sekitar penulis. Namun akan sukar diperoleh karena
pemiliknya memandang sebagai milik yang sangat pribadi sekali.
b) Surat pribadi
Surat pribadi antara seseorang dengan keluarganya dapat juga dimanfaatkan, untuk
mengungkapkan hubungan sosial seseorang.
c) Otobiografi
Ada bermacam-macam maksud menulis otobiografi. Motif penulisnya akan
mempengaruhi isi penulisan otobiografi tersebut.
2) Dokumen resmi Dokumen resmi terbagi atas:
a) Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu
lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri.
Dokumen ini dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan disiplin, dan dapat
menunjukkan tentang gaya kepemimpinan.
b) Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu
lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan
kepada media massa. Dapat dimanfaatkan untuk menelaah kontek sosial,
kepemimpinan, dan lain-lain.
3. Ciri-ciri Instrumen Penelitian
Ciri-ciri Instrumen Penelitian sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau
angka yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan
arah pengamatan, untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai
umpan balik untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif
yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah
secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan
manusia sebagai instrumen, respon yang negatif, yang menyimpang justru diberi
perhatian. Respon yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk
mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek
yang diteliti.
4. Kriteria Instrumen
Validitas
Gronlund (2009: 70) menyebutkan bahwa validitas adalah ketepatan interpretasi yang
diperoleh dari hasil penilaian. Lebih rinci Azwar (2010: 5) mennyebutkan bahwa
validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Namun secara khusus
Allen & Yen (1979: 97) menyatakan bahwa validitas dari suatu perangkat tes dapat
diartikan merupakan kemampuan suatu tes untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Ada tiga tipe validitas, yaitu validitas isi, validitas konstruk dan validitas kriteria (Allen
& Yen, 1979: 97). Selain itu, menurut (Azwar, 2011: 45-47) terdapat dua macam
validitas isi, yaitu validitas kenampakan dan validitas logika. Validitas isi berarti sejauh
mana suatu perangkat tes mencerminkan keseluruhan kemampuan yang hendak diukur
(Azwar, 2011: 45), yang berupa analisis rasional terhadap domain yang hendak diukur.
Validitas kenampakan didasarkan pada pertanyaan apakah suatu butir-butir dalam
perangkat tes mengukur aspek yang relevan dengan domainnya. Validitas logika
berkaitan dengan keseksamaan batasan pada domain yang hendak diukur, dan
merupakan jawaban apakah keseluruhan butir merupakan sampel representatif dari
keseluruhan butir yang mungkin dibuat.
Validitas kriteria, disebut juga validitas prediktif, merupakan kesahihan suatu perangkat
tes dalam membuat prediksi, dapat meramalkan keberhasilan siswa pada masa yang
akan datang. Validitas prediktif suatu perangkat tes dapat diketahui dari korelasi antara
perangkat tes dengan kriteria tertentu yang dikehendaki, yang disebut dengan variabel
kriteria (Allen & Yen, 1979: 97; Azwar, 2011:
51).
Reliabilitas
Reynold (2006: 91) menyatakan bahwa reliabilitas mengacu pada kekonsistenan atau
kestabilan hasil penilaian. Namun secara singkat Cohen (2007: 146) menyatakan bahwa
reliabilitas sebagai kestabilan. Mengenai reliabilitas, Ebel & Frisbie (1991: 76),
menyatakan bahwa jika tesnya memiliki konsistensi yang tinggi, maka tes tersebut
akurat, reproducible, dan generalizable terhadap kesempatan testing dan instrumen
yang sama.
Mehrens & Lehmann (1973: 249) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat
keajegan (konsisten) di antara dua buah hasil pengukuran pada objek yang sama.
Definisi ini dapat diilustrasikan dengan seseorang yang diukur tinggi badannya akan
diperoleh hasil yang tidak berubah walaupun menggunakan alat pengukur yang berbeda
dan skala yang berbeda. Kaitannya dengan dunia pendidikan, prestasi atau kemampuan
seorang siswa dikatakan reliabel jika sudah dilakukan pengukuran. Kereliabelan ini
bermakna hasil pengukuran akan sama informasinya, walaupun penguji berbeda,
korektornya berbeda atau butir soal yang berbeda tetapi memiliki karakteristik yang
sama.
Allen & Yen (1979: 62) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor amatan
mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor yang sebenarnya. Selanjutnya dinyatakan
bahwa reliabilitas merupakan koefisien korelasi antara dua skor amatan yang diperoleh
dari hasil pengukuran menggunakan tes yang paralel. Dengan demikian, pengertian
yang dapat diperoleh dari pernyatan tersebut adalah suatu tes itu reliabel jika hasil
pengukuran mendekati keadaan peserta tes yang sebenarnya.
Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan, pengukuran tidak dapat langsung dilakukan
pada ciri atau karakter yang akan diukur. Ciri atau karakter ini bersifat abstrak. Hal ini
menyebabkan sulitnya memperoleh alat ukur yang stabil untuk mengukur karakteristik
seseorang (Mehrens & Lehmann, 1973: 103).
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembuatan alat ukur dalam dunia pendidikan
harus dilakukan secermat mungkin dan disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang telah
ditentukan oleh ahli-ahli pengukuran di bidang pendidikan. Kereliabilitasan suatu alat
ukur, yang berupa suatu indeks reliabilitas, dapat dilakukan penelaahan secara statistik.
Nilai ini biasa dinamakan dengan koefisien reliabilitas (reliability coefficient).
Menentukan nilai reliabilitas suatu tes dapat menggunakan aplikasi SPSS atau
menghitung secara manual menggunakan formula sebagai berikut:
Validitas • Validitas Isi
Validitas isi ditentukan menggunakan kesepakatan ahli (expert). Kesepakatan ahli
bidang studi atau sering disebut dengan domain yang diukur menentukan tingkatan
validitas isi. Hal ini dikarenakan instrumen pengukuran dibuktikan valid jika ahli
meyakini bahwa bahwa istrumen tersebut mengukur penguasaan kemampuan yang
didefinisikan dalam domain ataupun juga konstruk psikologi yang diukur (Retnawati,
2014: 7). Peneliti meminta kepada ahli untuk memeriksa ketepatan antara kesesuaian
butir soal dengan indikatorindikatornya, redaksi penulisan soal, dan kesesuaian pilihan
jawaban (pengecoh) pada pilihan ganda. Apabila masih ada kekeliruan dalam
pembuatan instrumen, maka instrumen tersebut direvisi kembali.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh ahli, dalam hal ini sebagai validator, selanjutnya
ahli memberikan penilaian terhadap instrumen. Penilaian tersebut terdiri dari 5 kriteria
sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Penilaian Butir
Instrumen oleh Validator
Nilai Keterangan
1 Tidak Relevan
2 Kurang Relevan
3 Cukup
4 Relevan
5 Sangat Relevan
Setelah diberikan penilaian oleh ahli, selanjutnya peneliti menghitung hasil penilaian
menggunakan indeks validitas,
Rentang angka V yang mungkin diperoleh adalah antara 0 sampai dengan 1. Semakin
tinggi angka V (mendekati 1 atau sama dengan 1) maka nilai kevalidan sebuah
item/butir soal juga semakin tinggi, dan semakin rendah angka V (mendekati 0 atau
sama dengan 0) makan nilai kevalidan sebuah item/butir soal juga semakin rendah
(Aiken, 1980: 957).
• Validitas Konstruk
Analisis untuk membuktikan validitas konstruk ialah menggunakan analisis faktor
eksploratori. Analisis faktor eksploratori dapat dilihat dari persentasi varians yang
dilihat dari nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin). Nilai KMO dapat diperoleh melalui
aplikasi SPSS IBM 20. Jika nilai KMO lebih dari 0,5, maka variabel dan sampel yang
digunakan memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut (Santoso, 2006: 22).
Adapun langkah-langkah untuk mencari nilai KMO dengan SPSS IBM 20 adalah
sebagai berikut:
1) Input data,
2) Klik Analyze,
3) Pilih Dimension Reduction, lalu pilih Factor,
4) Masukkan semua butir soal ke kolom items, lalu pilih Descriptives dan beri tanda
centang pada KMO and Bartlett’s test of sphecirity, dan
5) Klik OK.
5. Pengembangan Instrumen
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji secara teoritik
tentang substansi yang akan diukur. Peneliti harus menentukan defenisi konseptual
kemudian definisi operasional. Selanjutnya definisi operasional ini dijabarkan menjadi
indikator dan butir-butir. Menurut Tim Pusisjian (1997/1998, ada enam langkah untuk
mengembangkan instrumen alat ukur, yaitu:
1.Menyusun spesifikasi alat ukur termasuk kisi-kisi dan indikator
2.Menulis pertanyaan
3.Menelaah pertanyaan
4.Melakukan ujicoba
5.Menganalisis butir instrumen
6.Merakit instrument dan memberi label
Spesifikasi alat ukur ini mencakup: tujuan pengukuran, kisi-kisi instrumen, skala
pengukuran, dan panjang instrumen. Oleh karenanya dalam menentukan spesifikasi alat
ukur berarti menentukan tujuan instrumen, mengembangkan kisi-kisi instrumen,
menentukan skala pengukuran, dan menentukan panjang instrumen.
Di depan telah dikemukakan bahwa ada dua macam instrumen, yaitu instrumen untuk
tes dan nontes. Oleh karenanya, perlu dibedakan antara kisi-kisi instrumen untuk tes
dan kisi-kisi instrumen nontes. Secara rinci penyusunan kisi-kisi keduanya adalah
sebagai berikut.
1.Kisi-kisi Instrumen /Tes
Setelah tujuan tes ditetapkan, kegiatan berikuimya adalah menyusun kisi-kisi tes. Kisi-
kisi ini padadasarnya merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal yang akan
ditulis. Kisi-kisi berisi tentang tujuan, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, dan penilaian yang berisi bentuk dan jenis tagihan. Standar kompetenssi
dijabarkan menjadi kompetensi dasar, kompetensi dasar dipecah menjadi beberapa
iindikator, dan dari indikator inilah dibuat butir-butir instrumen.
Ada tiga langkah yang harus dipenuhi untuk menulis kisi-kisi, yaitu: 1) memilih standar
kompetensi dasar, (2) memilih kompetensi dasar, (3) menulis indikator, dan (4)
menentukan bentuk tes. Secara garis besar, ada dua bentuk tes yang banyak digunakan
oleh guru, yaitu bentuk obyektif dan bentuk uraian atau nonobyektif. Sudah barang
tentu, masing-masing bentuk tes memiliki kelebihan dan kekurangan.
2.Kisi-kisi Instrumen nontes
Penyusunan instrumen nontes didahului dengan penentuan definisi konseptual,
kemudian dijabarkan lagi kedefinisi operasional. Dari definisi operasional ini kemudian
dijabarkan menjadi beberapa indikator yang selanjutnya dijabarkan menjadi butir-butir
instrumen. Seperti yang telah dijelaskan di muka, instrumen nontes ini dibedakan
menjadi dua, yaitu skala, angket, dan inventori. Skala digunakan untuk mengukur
konstruk atau konsep psikologis seperti: sikap, minat, motivasi, pendapat, dan trait
lainnya, sedangkan angket digunakan untuk mengukur fakta, atau yang dianggap fakta
seperti: pendidikan terakhir, jumlah anggota, penghasilan setiap bulan, dll. Sementara
itu, inventori digunakan untuk mengungkap kepemilikan benda nyata, seperti: jumlah
kursi, jumlah meja, dll. Secara ringkas, hubungan antara tujuan, metode dan instrumen
yang digunakan pada Tabel berikut.
Tujuan untuk
mengungkap: Metode Instrumen yg digunakan
- perilaku, kebiasaan, ketrampilan observasi, wawancara mendalam lembar
observasi, lembar penilaian, catatan, peneliti
sendiri
- potensi termasuk di dalamnya unjuk kerja tes, perintah mengerjakan soal tes,
lembar perintah
dilengkapi dg lembar observasi/ lembar penilaian
- afektif: motivasi, sikap,
minat , kesukaan, dll wawancara, survei pedoman wawancara, skala
- data pribadi, data nyata wawancara, survei angket, inventori,
- data yang lalu, data
sekunderdokumentasi daftar dokumen
Tabel di atas menjelaskan bahwa metode dan instrumen yang digunakan harus mengacu
pada tujuan pengukuran. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan pengukuran.
6. Cara memvalidasi instrumen
Di muka telah dijelaskan pengertian dan jenis validitas dan reliabilitas instrumen.
Secara ringkas cara memvalidasi dan mengestimasi reliabilitas instrumen dapat dilihat
pada instrumen berikut.
Jenis Validitas Cara Memvalidasi Keterangan
Validitas isi: validitas - menggunakan kisi-kisi -tanpa menggunakan teknik
kurikulum, validitas - konsultasi keahlinya statistik
tampang
Validitas kriteria terkait -mengkorelasikan dengan Korelasi product moment
atau validitas empirik: data di masa datang
validitas prediktif, validitas
konkuren
Validitas konstruk: validitas -mengkorelasikan skor butir - analisis faktor
faktor dengan total - product moment
-analisis butir

Jenis Reliabilitas Prosedur Teknik yang dipakai


Internal Consistency: 1 dan 2, tes satu kali, 1. Koef. Alpha
1. data ordinal kemudian dianalisis atau 2. KR 20, KR 21
2. data nominal diestimasi reliabilitasnya 3. Spearman Brown
3 tes sekali, kemudian skor
dibelah dua dan diestimasi
Stabilitas Tes dua kali dengan soal Product moment dan
sama, kemudian hasilnya korelasi intra kelas
dikorelasikan.
Ekivalen Beri tes dua kali dengan Product moment dan
soal yang berbeda korelasi intra kelas
kemudian dikorelasikan
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk mengestimasi validitas dan reliabilitas
instrumen diiperlukan kerja yang sangat hati-hati, Harus diupayakan agar proses dan
estimasi ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk kasus ini atau untuk menyusun instrumen untuk mengukur kinerja SMK-SBI kali
ini tidak perlu dituliskan kisis-kisi dan indikator karena sudah ada (WS 2). Selain itu,
instrumen juga tidak perlu diuji coba dan analisis empirik karena memerlukan keahlian
khusus dan memakan waktu tambahan. Jadi dalam kegiatan ini, yang harus dilakukan
dalam penyusunan instrumen hanya menulis butir-butir instrumen dan menelaah butir.
Setelah butir ditulis lalu ditelaah (diusahakan telaah dilakukan oleh orang lain atau
bukan penulis butir).
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: (1) butir instrumen harus sesuai indikator, (2)
butir ditulis secara singkat dan jelas, (3) pilihan jawaban yang berbentuk angka atau
waktu, sebaiknya diurutkan, (4) dalam satu komponen, setiap butir diberi skor sama
(skor sama tidak berarti pilihan jawabannya sama), dan (5) butir ditulis dengan
menggunakan bahasa baku. Selain itu, untuk menarik responden agar mau merespon
dengan baik maka instrumen sebaiknya: (1) dikemas dalam bentuk yang menarik, misal
dalam bentuk buku yang agak kecil, (2) diusahakan jumlah butir untuk setiap jenis
responden tidak terlalu banyak (maksimum 40 butir), dan (3) diusahakan butir
pertanyaan dan jawaban pada halaman yang sama.
7. Ciri seorang validator
a) Keterampilan Teknis:
Analisis: Mampu menganalisis instrumen dengan cermat dan mendalam.
Pengetahuan Instrumentasi: Memiliki pemahaman yang kuat tentang jenis
instrumen yang akan divalidasi dan cara kerjanya.
Keterampilan Pengukuran: Dapat melakukan pengukuran dan evaluasi yang
akurat.
b) Keakuratan dan Ketelitian:
Teliti: Sangat teliti dalam melakukan pemeriksaan dan verifikasi instrumen.
Akurat: Dapat memberikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan.
c) Pemahaman Standar:
Pemahaman Standar Industri: Mengetahui standar atau pedoman industri terkait
instrumen yang sedang divalidasi.
Pemahaman Kriteria Kualitas: Memahami kriteria kualitas yang harus dipenuhi
oleh instrumen tersebut.
d) Kemampuan Komunikasi:
Komunikasi Efektif: Mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif, baik
secara lisan maupun tertulis, terutama dalam memberikan umpan balik kepada
pihak terkait.
e) Pemecahan Masalah:
Kemampuan Memecahkan Masalah: Mampu mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang mungkin muncul selama proses validasi.
f) Etika Profesional:
ntegritas: Bertindak dengan integritas tinggi dan menjalankan validasi
instrumen dengan etika profesional.
Keberimbangan: Menilai instrumen tanpa adanya bias dan berpegang pada
standar etika profesi.
g) Pengalaman dan Pendidikan:
Pengalaman Praktis: Memiliki pengalaman praktis dalam melakukan validasi
instrumen.
h) Fleksibilitas:
Fleksibel: Bersifat fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan perubahan atau
perbaikan instrumen yang mungkin diperlukan.
i) Manajemen Waktu:
Manajemen Waktu yang Baik: Mampu mengelola waktu dengan baik untuk
menyelesaikan validasi instrumen sesuai jadwal yang ditetapkan.

8. Cara identifikasi dan mengurangi bias data


Identifikasi Bias Data:
a) Analisis Deskriptif:
Lakukan analisis deskriptif data untuk memahami karakteristik dasar, seperti
mean, median, dan distribusi.
b) Analisis Variabel:
Tinjau setiap variabel secara terpisah untuk mendeteksi perbedaan yang signifikan
atau pola tidak bias.
c) Analisis Subkelompok:
Periksa apakah ada perbedaan signifikan di antara subkelompok data (misalnya,
berdasarkan usia, jenis kelamin, atau wilayah).
d) Visualisasi Data:
Gunakan visualisasi data, seperti grafik atau diagram, untuk mengidentifikasi tren
atau pola yang mungkin menunjukkan bias.
e) Perbandingan dengan Data Referensi:
Bandingkan data Anda dengan data referensi atau normatif untuk melihat apakah
ada perbedaan yang tidak terduga.
Pengurangan Bias Data:
a) Pemilihan Sampel yang Representatif:
Pastikan bahwa sampel yang digunakan merepresentasikan populasi dengan baik
dan mencakup berbagai karakteristik.
b) Pengkodean dan Kategorisasi yang Konsisten:
Pastikan konsistensi dalam pengkodean dan kategorisasi variabel untuk
menghindari bias yang mungkin muncul akibat interpretasi yang berbeda.
c) Penyelidikan Variabel yang Kritis:
Selidiki variabel yang dianggap kritis untuk memastikan bahwa mereka tidak
memberikan kontribusi signifikan terhadap bias.
d) Normalisasi Data:
Normalisasi data dapat membantu mengatasi perbedaan skala atau satuan
pengukuran yang mungkin menyebabkan bias.
e) Validasi dan Verifikasi Data:
Lakukan validasi lintas untuk memverifikasi keakuratan data dengan
membandingkan hasil dengan sumber data alternatif atau metode pengukuran
yang berbeda.
f) Pemantauan Kesetaraan:
Perhatikan kesetaraan dalam perlakuan terhadap semua subkelompok untuk
memastikan bahwa tidak ada kelompok yang diuntung atau dirugikan secara tidak
adil.
g) Penerapan Metode Analisis yang Sesuai:
Perhatikan kesetaraan dalam perlakuan terhadap semua subkelompok untuk
memastikan bahwa tidak ada kelompok yang diuntung atau dirugikan secara tidak
adil.
h) Transparansi dan Dokumentasi:
Pilih metode analisis yang sesuai dan hindari interpretasi yang berlebihan yang
dapat menyebabkan bias.
9. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai