Jenis observasi
Di dalam penelitian jenis teknik observasi yang lazim digunakan untuk alat
pengumpulan data ialah :
1) Observasi partisipan
Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan orang-
orang yang diobservasi. Umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif.
Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial
dalam pabrik dan lain-lain.
2) Observasi sistematik
Biasa disebut juga observasi terstruktur yaitu observasi di mana terdapat kerangka
yang memuat faktorfaktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati. Dalam
observasi sistematik, isi dan luasnya observasi lebih terbatas yang disesuaikan dengan
tujuan observasi biasanya telah dirumuskan pada awal penyusunan rancangan
observasi, respon dan peristiwa yang diamati dapat dicatat secara lebih teliti, dan
mungkin dikuantifikasikan.
3) Observasi eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan dengan cara
mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa, untuk
mengetahui apakah perilaku yang muncul benar-benar disebabkan oleh faktor yang
telah dikendalikan sebelumnya.
Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan kelompok sesuai dengan aspek yang diteliti,
tergantung pada teknik mana yang dipilih oleh peneliti tersebut. Menurut Udinsky,
participant observer dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu:
a. Observer berpartisipasi secara utuh (complete participation)
Jenis ini menekankan bahwa peneliti secara resmi merupakan anggota dari
kelompok/program yang dijadikan objek penelitian. Ia ikut secara aktif dalam setiap
kegiatan dari awal sampai program berakhir. Ia mengikuti seluruh aktivitas sesuai
dengan tata aturan yang terdapat dalam kelompok itu. Ia adalah bagian dari kelompok
dan program secara utuh.
Fungsi penelitinya dilakukan secara tidak kentara, namun semua data dan informasi
yang dibutuhkan terekam dengan baik. Dengan cara demikian peneliti dapat
menghindari kecemasan dari anggota kelompok, sehingga data yang dihimpun dan
dicatat lebih baik, lebih lengkap, terhindar dari syakwasangka, jujur, bebas, dan bersifat
alami, dan tidak terlepas dari konteks yang sebenarnya.
b. Berpartisipasi sebagai pengamat
(participant as observer)
Tipe ini menekankan bahwa peneliti hanya berfungsi dalam kelompok sebagai
pengamat (observer). Dia hanya sebagai subordinat dari kelompok sesuai dengan fungsi
formalnya. Ia diterima oleh kelompok selama waktu mengamati kegiatan kelompok.
c. Pengamat sebagai partisipan (observer as participant)
Dalam tipe ketiga ini, peneliti adalah pengamat (observer) dan juga sebagai participant.
Ia tahu bahwa fungsinya yaitu:
1) Berpartisipasi secara kreatif dalam kelompok, namun ia tetap sebagai orang di luar
kelompok
2) Mengumpulkan informasi atau data tentang program atau aspek yang ditelitinya. Ia
adalah pengamat yang berpartisipasi dalam kelompok. Karena itu ia dapat
berpartisipasi secara kreatif dalam kegiatan kelompok, namun ia tetap orang di luar
anggota kelompok.
d. Pengamat (complete observer)
Dalam tipe ini peneliti atau pengumpul data tidak mempunyai peran untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Ia lebih merupakan pengamat yang secara
diam-diam mengamati atau menghayati program yang sedang dilaksanakan walaupun
sebagai pengamat lengkap. Ia masih mungkin melakukan observasi secara lebih
mendalam, namun untuk memberikan umpan balik kepada anggota kelompok sangat
terbatas.
4. Instrumen Dokumentasi
a. Definisi
Instrumen dokumentasi adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam
pengumpulan data melalui teknik dokumentasi (teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen). Dua alat penting
dalam teknik dokumentasi, yaitu:
1) Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya.
2) Check list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam
menggunakan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memegang check list untuk
mencatat variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat atau muncul variabel yang
dicari, peneliti hanya membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai.
Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar
variabel, peneliti dapat menggunakan kalimat bebas
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.
Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi
sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang
sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis,
artefacts, gambar, maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan
(life histories), biografi, karya tulis, dan cerita. Di samping itu ada pula material
budaya, atau hasil karya seni yang merupakan sumber informasi
dalam penelitian kualitatif.
b. Jenis dokumentasi
1) Dokumen pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang
tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi
ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial atau arti berbagai faktor di
sekitar subjek penelitian.
Macam-macam dokumen pribadi yang bisa digunakan: a) Buku harian
Buku harian yang bermanfaat ialah buku yang ditulis dengan memberikan tanggapan
tentang peristiwa-peristiwa di sekitar penulis. Namun akan sukar diperoleh karena
pemiliknya memandang sebagai milik yang sangat pribadi sekali.
b) Surat pribadi
Surat pribadi antara seseorang dengan keluarganya dapat juga dimanfaatkan, untuk
mengungkapkan hubungan sosial seseorang.
c) Otobiografi
Ada bermacam-macam maksud menulis otobiografi. Motif penulisnya akan
mempengaruhi isi penulisan otobiografi tersebut.
2) Dokumen resmi Dokumen resmi terbagi atas:
a) Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu
lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri.
Dokumen ini dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan disiplin, dan dapat
menunjukkan tentang gaya kepemimpinan.
b) Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu
lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan
kepada media massa. Dapat dimanfaatkan untuk menelaah kontek sosial,
kepemimpinan, dan lain-lain.
3. Ciri-ciri Instrumen Penelitian
Ciri-ciri Instrumen Penelitian sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau
angka yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan
arah pengamatan, untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai
umpan balik untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif
yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah
secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan
manusia sebagai instrumen, respon yang negatif, yang menyimpang justru diberi
perhatian. Respon yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk
mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek
yang diteliti.
4. Kriteria Instrumen
Validitas
Gronlund (2009: 70) menyebutkan bahwa validitas adalah ketepatan interpretasi yang
diperoleh dari hasil penilaian. Lebih rinci Azwar (2010: 5) mennyebutkan bahwa
validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Namun secara khusus
Allen & Yen (1979: 97) menyatakan bahwa validitas dari suatu perangkat tes dapat
diartikan merupakan kemampuan suatu tes untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Ada tiga tipe validitas, yaitu validitas isi, validitas konstruk dan validitas kriteria (Allen
& Yen, 1979: 97). Selain itu, menurut (Azwar, 2011: 45-47) terdapat dua macam
validitas isi, yaitu validitas kenampakan dan validitas logika. Validitas isi berarti sejauh
mana suatu perangkat tes mencerminkan keseluruhan kemampuan yang hendak diukur
(Azwar, 2011: 45), yang berupa analisis rasional terhadap domain yang hendak diukur.
Validitas kenampakan didasarkan pada pertanyaan apakah suatu butir-butir dalam
perangkat tes mengukur aspek yang relevan dengan domainnya. Validitas logika
berkaitan dengan keseksamaan batasan pada domain yang hendak diukur, dan
merupakan jawaban apakah keseluruhan butir merupakan sampel representatif dari
keseluruhan butir yang mungkin dibuat.
Validitas kriteria, disebut juga validitas prediktif, merupakan kesahihan suatu perangkat
tes dalam membuat prediksi, dapat meramalkan keberhasilan siswa pada masa yang
akan datang. Validitas prediktif suatu perangkat tes dapat diketahui dari korelasi antara
perangkat tes dengan kriteria tertentu yang dikehendaki, yang disebut dengan variabel
kriteria (Allen & Yen, 1979: 97; Azwar, 2011:
51).
Reliabilitas
Reynold (2006: 91) menyatakan bahwa reliabilitas mengacu pada kekonsistenan atau
kestabilan hasil penilaian. Namun secara singkat Cohen (2007: 146) menyatakan bahwa
reliabilitas sebagai kestabilan. Mengenai reliabilitas, Ebel & Frisbie (1991: 76),
menyatakan bahwa jika tesnya memiliki konsistensi yang tinggi, maka tes tersebut
akurat, reproducible, dan generalizable terhadap kesempatan testing dan instrumen
yang sama.
Mehrens & Lehmann (1973: 249) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat
keajegan (konsisten) di antara dua buah hasil pengukuran pada objek yang sama.
Definisi ini dapat diilustrasikan dengan seseorang yang diukur tinggi badannya akan
diperoleh hasil yang tidak berubah walaupun menggunakan alat pengukur yang berbeda
dan skala yang berbeda. Kaitannya dengan dunia pendidikan, prestasi atau kemampuan
seorang siswa dikatakan reliabel jika sudah dilakukan pengukuran. Kereliabelan ini
bermakna hasil pengukuran akan sama informasinya, walaupun penguji berbeda,
korektornya berbeda atau butir soal yang berbeda tetapi memiliki karakteristik yang
sama.
Allen & Yen (1979: 62) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor amatan
mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor yang sebenarnya. Selanjutnya dinyatakan
bahwa reliabilitas merupakan koefisien korelasi antara dua skor amatan yang diperoleh
dari hasil pengukuran menggunakan tes yang paralel. Dengan demikian, pengertian
yang dapat diperoleh dari pernyatan tersebut adalah suatu tes itu reliabel jika hasil
pengukuran mendekati keadaan peserta tes yang sebenarnya.
Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan, pengukuran tidak dapat langsung dilakukan
pada ciri atau karakter yang akan diukur. Ciri atau karakter ini bersifat abstrak. Hal ini
menyebabkan sulitnya memperoleh alat ukur yang stabil untuk mengukur karakteristik
seseorang (Mehrens & Lehmann, 1973: 103).
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembuatan alat ukur dalam dunia pendidikan
harus dilakukan secermat mungkin dan disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang telah
ditentukan oleh ahli-ahli pengukuran di bidang pendidikan. Kereliabilitasan suatu alat
ukur, yang berupa suatu indeks reliabilitas, dapat dilakukan penelaahan secara statistik.
Nilai ini biasa dinamakan dengan koefisien reliabilitas (reliability coefficient).
Menentukan nilai reliabilitas suatu tes dapat menggunakan aplikasi SPSS atau
menghitung secara manual menggunakan formula sebagai berikut:
Validitas • Validitas Isi
Validitas isi ditentukan menggunakan kesepakatan ahli (expert). Kesepakatan ahli
bidang studi atau sering disebut dengan domain yang diukur menentukan tingkatan
validitas isi. Hal ini dikarenakan instrumen pengukuran dibuktikan valid jika ahli
meyakini bahwa bahwa istrumen tersebut mengukur penguasaan kemampuan yang
didefinisikan dalam domain ataupun juga konstruk psikologi yang diukur (Retnawati,
2014: 7). Peneliti meminta kepada ahli untuk memeriksa ketepatan antara kesesuaian
butir soal dengan indikatorindikatornya, redaksi penulisan soal, dan kesesuaian pilihan
jawaban (pengecoh) pada pilihan ganda. Apabila masih ada kekeliruan dalam
pembuatan instrumen, maka instrumen tersebut direvisi kembali.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh ahli, dalam hal ini sebagai validator, selanjutnya
ahli memberikan penilaian terhadap instrumen. Penilaian tersebut terdiri dari 5 kriteria
sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Penilaian Butir
Instrumen oleh Validator
Nilai Keterangan
1 Tidak Relevan
2 Kurang Relevan
3 Cukup
4 Relevan
5 Sangat Relevan
Setelah diberikan penilaian oleh ahli, selanjutnya peneliti menghitung hasil penilaian
menggunakan indeks validitas,
Rentang angka V yang mungkin diperoleh adalah antara 0 sampai dengan 1. Semakin
tinggi angka V (mendekati 1 atau sama dengan 1) maka nilai kevalidan sebuah
item/butir soal juga semakin tinggi, dan semakin rendah angka V (mendekati 0 atau
sama dengan 0) makan nilai kevalidan sebuah item/butir soal juga semakin rendah
(Aiken, 1980: 957).
• Validitas Konstruk
Analisis untuk membuktikan validitas konstruk ialah menggunakan analisis faktor
eksploratori. Analisis faktor eksploratori dapat dilihat dari persentasi varians yang
dilihat dari nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin). Nilai KMO dapat diperoleh melalui
aplikasi SPSS IBM 20. Jika nilai KMO lebih dari 0,5, maka variabel dan sampel yang
digunakan memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut (Santoso, 2006: 22).
Adapun langkah-langkah untuk mencari nilai KMO dengan SPSS IBM 20 adalah
sebagai berikut:
1) Input data,
2) Klik Analyze,
3) Pilih Dimension Reduction, lalu pilih Factor,
4) Masukkan semua butir soal ke kolom items, lalu pilih Descriptives dan beri tanda
centang pada KMO and Bartlett’s test of sphecirity, dan
5) Klik OK.
5. Pengembangan Instrumen
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji secara teoritik
tentang substansi yang akan diukur. Peneliti harus menentukan defenisi konseptual
kemudian definisi operasional. Selanjutnya definisi operasional ini dijabarkan menjadi
indikator dan butir-butir. Menurut Tim Pusisjian (1997/1998, ada enam langkah untuk
mengembangkan instrumen alat ukur, yaitu:
1.Menyusun spesifikasi alat ukur termasuk kisi-kisi dan indikator
2.Menulis pertanyaan
3.Menelaah pertanyaan
4.Melakukan ujicoba
5.Menganalisis butir instrumen
6.Merakit instrument dan memberi label
Spesifikasi alat ukur ini mencakup: tujuan pengukuran, kisi-kisi instrumen, skala
pengukuran, dan panjang instrumen. Oleh karenanya dalam menentukan spesifikasi alat
ukur berarti menentukan tujuan instrumen, mengembangkan kisi-kisi instrumen,
menentukan skala pengukuran, dan menentukan panjang instrumen.
Di depan telah dikemukakan bahwa ada dua macam instrumen, yaitu instrumen untuk
tes dan nontes. Oleh karenanya, perlu dibedakan antara kisi-kisi instrumen untuk tes
dan kisi-kisi instrumen nontes. Secara rinci penyusunan kisi-kisi keduanya adalah
sebagai berikut.
1.Kisi-kisi Instrumen /Tes
Setelah tujuan tes ditetapkan, kegiatan berikuimya adalah menyusun kisi-kisi tes. Kisi-
kisi ini padadasarnya merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal yang akan
ditulis. Kisi-kisi berisi tentang tujuan, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, dan penilaian yang berisi bentuk dan jenis tagihan. Standar kompetenssi
dijabarkan menjadi kompetensi dasar, kompetensi dasar dipecah menjadi beberapa
iindikator, dan dari indikator inilah dibuat butir-butir instrumen.
Ada tiga langkah yang harus dipenuhi untuk menulis kisi-kisi, yaitu: 1) memilih standar
kompetensi dasar, (2) memilih kompetensi dasar, (3) menulis indikator, dan (4)
menentukan bentuk tes. Secara garis besar, ada dua bentuk tes yang banyak digunakan
oleh guru, yaitu bentuk obyektif dan bentuk uraian atau nonobyektif. Sudah barang
tentu, masing-masing bentuk tes memiliki kelebihan dan kekurangan.
2.Kisi-kisi Instrumen nontes
Penyusunan instrumen nontes didahului dengan penentuan definisi konseptual,
kemudian dijabarkan lagi kedefinisi operasional. Dari definisi operasional ini kemudian
dijabarkan menjadi beberapa indikator yang selanjutnya dijabarkan menjadi butir-butir
instrumen. Seperti yang telah dijelaskan di muka, instrumen nontes ini dibedakan
menjadi dua, yaitu skala, angket, dan inventori. Skala digunakan untuk mengukur
konstruk atau konsep psikologis seperti: sikap, minat, motivasi, pendapat, dan trait
lainnya, sedangkan angket digunakan untuk mengukur fakta, atau yang dianggap fakta
seperti: pendidikan terakhir, jumlah anggota, penghasilan setiap bulan, dll. Sementara
itu, inventori digunakan untuk mengungkap kepemilikan benda nyata, seperti: jumlah
kursi, jumlah meja, dll. Secara ringkas, hubungan antara tujuan, metode dan instrumen
yang digunakan pada Tabel berikut.
Tujuan untuk
mengungkap: Metode Instrumen yg digunakan
- perilaku, kebiasaan, ketrampilan observasi, wawancara mendalam lembar
observasi, lembar penilaian, catatan, peneliti
sendiri
- potensi termasuk di dalamnya unjuk kerja tes, perintah mengerjakan soal tes,
lembar perintah
dilengkapi dg lembar observasi/ lembar penilaian
- afektif: motivasi, sikap,
minat , kesukaan, dll wawancara, survei pedoman wawancara, skala
- data pribadi, data nyata wawancara, survei angket, inventori,
- data yang lalu, data
sekunderdokumentasi daftar dokumen
Tabel di atas menjelaskan bahwa metode dan instrumen yang digunakan harus mengacu
pada tujuan pengukuran. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan pengukuran.
6. Cara memvalidasi instrumen
Di muka telah dijelaskan pengertian dan jenis validitas dan reliabilitas instrumen.
Secara ringkas cara memvalidasi dan mengestimasi reliabilitas instrumen dapat dilihat
pada instrumen berikut.
Jenis Validitas Cara Memvalidasi Keterangan
Validitas isi: validitas - menggunakan kisi-kisi -tanpa menggunakan teknik
kurikulum, validitas - konsultasi keahlinya statistik
tampang
Validitas kriteria terkait -mengkorelasikan dengan Korelasi product moment
atau validitas empirik: data di masa datang
validitas prediktif, validitas
konkuren
Validitas konstruk: validitas -mengkorelasikan skor butir - analisis faktor
faktor dengan total - product moment
-analisis butir