Anda di halaman 1dari 12

A. Topik Praktikum.

Estimasi Populasi Hewan.

B. Tujuan Praktikum.

Untuk Mencoba Mengestimasi (menduga) Jumlah Anggota Populasi Dari Suatu Spesies
Pada Habitatnya.

C. Pendahuluan.

Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau
kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami
suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik
digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik
individu dalam kelompok itu (Soetjipta, 1992).
Estimasi populasi adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan
kepadatan suatu populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat
dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau
persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan
membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat
dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase
(Suin, 1989).
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan
ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per
satuan luas per satuan isi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu
secara absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat
dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per
satuan waktu. Cara mengukur kerapatan absolut ada dua, yaitu mengitung seluruh
individu dan metode sampling (Widyaleksono, dkk, 2012).
Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam satu spesies atau
kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang
bersangkutan, dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu.
Populasi memiliki karakterisitik kelompok (statistical measure) yang tidak dapat
diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah
kepadatan (density). Empat parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi
adalah natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi (Tarumingkeng,
1994). 
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola.
Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi mempertahankan ukuran populasi,
yang relatif konstan sedangkan populasi lain berfluktuasi cukup besar. Perbedaan
lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan
populasi tersebut. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan
keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk
memahami pada tersebut di alam (Naughton, 1973).
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan secara
langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung, yaitu dengan perkiraan besarnya
populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung.
Misalnya, untuk sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode
kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count
atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus,
belalang atau rumput dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark
release recapture (CMRR) (Suin, 1989).
Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan
menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode
yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi.
Populasimerupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah
dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan
mengidentifikasinya (Resosoedarmo, 1990).
Metode Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran populasi
alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture-Recapture sulit
dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan metode Removal Sampling yang tidak  
melepaskan kembali hewan yang telah disampling. Contoh metode Removal Sampling
adalah Metode Zippin yang dilakukan dengan cara penangkapan pertama tidak
dilepaskan kembali, kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali
penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali. Sehingga dengan
menggunakan persamaan Zippin dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal (Umar,
2009).
Secara umum untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai data suatu populasi
berdasarkan analisis data, dapat dilakukan dengan salah satu cara, yaitu dengan
melakukan estimasi pengamatan masa mendatang (estimasi atau prediksi). Jadi, estimasi
populasi adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan
suatu populasi dengan cara memprediksikannya (Anonim, 2011).
Suatu populasi dapat ditafsirkan sebagai suatu kelompok yang sama spesiesnya dan
mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi
deme atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan
kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa
karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu
anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan
(Soetjipta, 1992).
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan
ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per
satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari
kerapatan ekologik (kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa
persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa
persatuan ruang habitat (Hadisubroto, 1989).
Dalam kejadian yang tidak praktis, untuk menerapkan kerapatan mutlak suatu populasi,
ternyata dianggap cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu populasi. Kerapatan
populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara absolut dan secara relatif. Pada
kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti melainkan
dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu. Kepadatan relatif
biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Cara mengukur kerapatan absolut ada,
yaitu:
a.    Mengitung seluruh individu di suatu daerah, contoh: sensus
b.    Metode sampling, dengan metode Peterson atau metode Eschmeyer (capture and
recapture methode) (Widyaleksono, dkk, 2012).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menghitung kepadatan suatu populasi, namun
sebaiknya dipilih cara standar sehingga hasilnya representatif. Untuk mempelajari suatu
populasi tertentu dapat dilakukan dengan menghitung jumlah total individu dalam satu
area pada kurun waktu tertentu. Hasil dari perhitungan tersebut dapat dikatakan sebagai
kepadatan absolut. Namun, pada beberapa kasus perhitungan kerapatan populasi, cukup
dengan  hanya menentukan kepadatan relatifnya (Noerdjito, 2003).
Metode Peterson adalah salah satu metode dalam mengukur kepadatan absolut. Pada
dasarnya, model Peterson adalah metode dengan menangkap sejumlah individu dari
sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda
kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan
pengambilan (penangkapan ke-2) terhadap sejulah individu dari populasi yang sama.
Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi individu yang bertanda yang berasal dari
penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua
(Soegianto, 1994).
D. Alat Dan Bahan

No Nama alat dan bahan Jumlah

1 Senter 2 Buah

2 Pilok 1 Buah

3 Siput ( Achatina Fulica ) 4 Ekor

E. Prosedur Kerja
Menentukan Lokasi Kegiataan Sampling.

Menyiapkan Alat Sebagai Penanda Untuk


Melakukan Penangkapan Pertama Di lokasi
Penangkapan. Yang Ditentukan Dan Memberikan Tanda
Pada Hewan Dan Membiarkan nya Dilokasi
Yang Didapat

Melakukan Penangkapan Melakukan Penangkapan


Kedua setelah 1 minggu Sampel Pada Hewan Yang
Penangkapan Pertama. Bertanda Maupun Tidak
Bertanda.

Melakukan Penangkapan Kedua Usahakan Memperhatikan Waktu, Lokasi, Dan cara


Pada Penangkapan Pertama

Menghitung Jumlah Individu Yang bertanda dan tidak


Beranda Pada Penangkapan Kedua , Memasukan Data Yang
Diperoleh Kedalam Rumus
F. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 : Tabel Hasil Pengamatan

No Penangkapan Awal Penangkapan Terakhir


Bertanda Bertanda Tidak Bertanda
1. 4 2 1

G. Pengolahan Data

Jumlah Individu Yang Bertanda Dan Tidak Bertana Pada Penangkapan Kedua ,Dimasukan
Data Yang Diperoleh Kerumus Dibawah ini:

N= MxT

Keterangan:

N = Estimilasi Jumlah Anggota Populasi Spesies.

M= Jumlah Anggota Populasi Tangkap Pertama ( Yang Ditandai ).

T= Jumlah Anggota Populasi Tangkap Kedua ( Yang Ditandai Dan Tidak Ditandai ).

R= Jumlah Anggota Populasi Tangkap Kedua ( Hanya Yang Ditandai ).

Hasil Perhitungan :

N= MxT

= 4 x3

= 12

= 6

H. Diskusi
I Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Hadisubroto, Tisno (1989) dalam Dewi Suryani. 2011. Azas-azas dan Konsep
mengenai Organisasi pada Tingkat Populasi. Padang : Universitas Negeri
Padang
Soetjipta (1992) dalam Hendra Marihot Pasaribu. 2010. Simulasi Estimasi
Populasi Hewan. Jambi: Universitas Negeri Jambi
Tarumingkeng, R.C. (1994) dalam Harmin Adijaya. 2011. Metode Sampling
Biotik untuk Menduga Populasi Hewan Bergerak. Makassar: Universitas
Negeri Hasanudin
Umar, M. Ruslan. 2004. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai