Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

“Estimasi Populasi dengan Metode CMRR (Capture


Mark Release Recapture)”

Disusun Oleh:
Karima Widiyastuti 4411416048
Aulia Noormalitasari H. 4411416057
Tri Arifian N 4411416058
Mitzi Lieviamanda 4411416064
Ani Handayani 4411416065

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara


organisme dengan lingkungannya. Kehidupan organisme yang ada pada
suatu wilayah tertentu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan abiotik
maupun biotik. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap organisme dan proses perkembangannya. Apabila
terjadi gangguan terhadap lingkungannya, maka secara langsung akan
berdampak pada populasi dari organisme tersebut (Odum, 1971).
Populasi merupakan kumpulan individu dari suatu jenis organisme.
Dalam penyebarannya individu tersebut dapat berada dalam kelompok
yang terpisah dari organisme satu dengan lainnya. Pemisahan ini
disebabkan oleh kondisi geografis ataupun lainnya. Populasi dapat tersebar
secara merata atau tidak merata, hal ini tergantung dari kepadatan
pertumbuhan populasi suatu daerah. Pertumbuhan populasi dapat dilihat
dari dinamikanya dalam suatu komunitas. Pertumbuhan populasi adalah
kemampuan untuk meningkat jumlah individu yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti angka kelahiran (Yasin, 2009).
Suatu populasi adalah suatu kelompok individu terlokalisir yang
digolongkan sebagai spesies yang sama. Sampai saat ini, kita
mendefinisikan spesies sebagai suatu kelompok populasi yang tiap
individunya mempunyai potensi untuk saling mengawini dan
menghasilkan keturunan yang subur di alam bebas. Masing-masing spesies
memiliki suatu wilayah geografis, tempat individu tersebar secara tidak
merata, tetapi pada umumnya terpusat pada beberapa lokasi. Suatu
populasi mungkin terisolasi dari populasi lain yang berspesies sama dan
jarang sekali dapat mempertukarkan materi genetiknya. Namun demikian,
populasi tidak selalu terisolasi, juga tidak harus memiliki perbatasn yang
jelas (Campbell et al, 2008).

Tidak mungkin bagi kita untuk menghitung setiap individu yang


terdapat di alam suatu populasi ataupun di dalam suatu komunitas. Dalam
mempelajari populasi ataupun komunitas, biasanya dilakukan dengan cara
mengambil sampel (contoh) atau sebagian kecil individu dari populasi atau
komunitas tersebut, barulah dapat ditarik suatu kesimpulan tentang
populasi atau tentang komunitas yang sedang dipelajari. Dalam penarikan
contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling yang tepat, sebab
bila tidak hasil yang akan diperoleh akan bias (Heddy, 1986).
Metode Capture Mark Release Recapture (tangkap-tandai-lepas-
tangkap kembali-lepas) merupakan metode yang sudah populer digunakan
untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak
cepat seperti ikan, burung, atau mamalia kecil. Metode Capture Mark
Release Recapture yang biasa digunakan adalah metode Lincoln-Peterson.
Individu yang ditangkap diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam
periode waktu yang pendek (1 hari). Setelah jangka waktu tertentu
dilakukan penangkapan yang kedua yang kemudian diidentifikasi (Umar,
2013). Untuk itu dilakukan praktikum ini, agar kita dapat mengetahui
populasi di suatu area tertentu dengan menggunakan metode Lincoln-
Peterson dan metode Zippin.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah:


1. Menerapkan metode CMRR untuk memperkirakan besarnya populasi
simulasi.
2. Membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus yaitu Peterson dan
Schnabel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hewan sebagai komponen penyusun komunitas biotik dalam suatu


ekosistem mempunyai peran dan fungsi penting untuk habitat dan lingkungan,
serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan adalah faktor-faktor di luar makhluk
hidup yang berpengaruh langsung pada hewan untuk dapat bertahan hidup,
tumbuh dan berkembangbiak. Lingkungan ada yang berhubungan langsung dan
ada yang tidak langsung dengan suatu organisme. Kondisi-kondisi lokal yang
berhubungan langsung dengan suatu organisme disebut lingkungan mikro,
sedangkan seluruh kondisi abiotik yang ada di luar lingkungan mikro disebut
lingkungan makro. Di dalam habitatnya organisme sudah menyesuaikan diri
dengan kondisi yang ada seingga mampu bertahan hidup, tumbuh dan
berkembangbiak.
Suatu komunitas terdiri dari berbagai kumpulan populasi yang saling
berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu dalam komunitas berarti ada
keanekaragaman jenis-jenis yang terkumpul membentuk populasi dan saling
berinteraksi antar populasi membentuk komunitas. Sehingga dapat dikatakan
bahwa di dalam komunitas salah satu ciri utamanya adalah adanya
keanekaragaman jenis. Keanekaragaman jenis dari seluruh jumlah jenis di dalam
komponen tropik atau dalam suatu komunitas secara keseluruhan ditentukan oleh
jenis yang jarang, dominan, atau umum (Odum, 1971). Untuk mengetahui
keanekaragaman suatu organisme maka kita harus mengetahui kemelimpahan
suatu individu, kemelimpahan dapat di ketahui dengan menggunakan beberapa
metode yaitu CMRR (Capture, Mark, Release, dan Recapture).
Metode CMRR terdiri dari beberapa cara yaitu single mark recapture
(Metode Petersen), repeated mark recapture (Metode Schnabel), multiple mark
recapture (Metode Jolly-Seber), dan triple catch method. Metode CMRR
dikembangkan untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan estimasi
ukuran populasi pada hewan. Prinsip umum per-cobaan CMRR adalah untuk
menandai individu dalam penangkapan sesi pertama dan kemudian untuk
mencatat proporsi individu yang ditandai dalam penangkapan sesi berikutnya
(Williams et al, 2001).
Metode ini sangat penting dalam ekologi hewan sebab tidak hanya
perkiraan kerapatan yang diperoleh tetapi perkiraan laju kelahiran dan laju
kematian populasi yang dikaji juga diketahui.syarat berlakunya metode CMRR
yaitu : Pergantian antar individu rendah (tidak mudah mati, tidak mudah besar,
tidak mudah berkembang biak). Metode ini mengasumsikan bahwa populasi
tertutup (tidak ada imigrasi, emigrasi, kelahiran atau kematian antara pemberian
tanda dan penangkapan kembali). Metode ini juga mengasumsikan semua anggota
populasi sama-sama mungkin untuk ditandai dan ditangkap kembali, dan hewan
ditandai secara acak di distribusikan dalam populasi hingga saat penangkapan
kembali (McFarlane, 2003).
Southwood (1971) dalam Adisendjaja et al (2001) menyebutkan dalam
pelaksanaan metode ini perlu diasumsikan bahwa:
1. Hewan yang ditandai tidak terpengaruh dan tidak mudah hilang.
2. Hewan yang tercampur secara homogen dalam populasi.
3. Populasi harus dapat sistem tertutup (tidak ada emigrasi atau imigrasi dapat
dihitung).
4. Tidak ada kelahiran dan kematian dalam periode sampling.
5. Hewan yang tertangkap sekali atau lebih, tidak akan mempengaruhi penangkapan
selanjutnya.
6. Populasi dicuplik secara random dengan asumsi:
a. Semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap secara proporsional.
b. Semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk tertangkap
(probabilitas tertangkapnya hewan yang ditandai sama untuk setiap anggota
populasi atau “equal catchability”.
7. Sampling dilakukan dengan internval waktu yang tetap termasuk penangannnya
tidak terlalu lama.
8. Hewan yang ditandai mempunyai probabilitas kesintasan.

Untuk mengetahui jumlah individu populasi hewan di tempat tertentu, ada


berbagai cara penaksiran yang dapat digunakan. Salah satunya adalah
menggunakan metode CMRR. Metode ini umum diterapkan pada hewan-hewan
yang berpindah. Rumus dasar yang digunakan untuk penghitungan adalah rumus
Peterson yaitu:
Setelah menentukan standar eror, kemudian ditentukan selang
kepercayaannya dengan rumus:
T : (df, ), lihat tabel distribusi t dengan
df= , dan adalah tingkat signifikansi
N : Cacah hewan di alam/ dalam populasi
M : Cacah hewan yang tertangkap pada
penangkapan pertama dan ditandai
N : Cacah hewan yang tertangkap pada
penangkapan kedua, terdiri atas hewan
yang tidak bertanda dan hewan yang
bertanda hasil penangkapan kedua
R : Cacah hewan yang bertanda dari
penangkapan pertama yang tertangkap
kembali pada penangkapan kedua
Untuk memperbaiki kekurangan akurasi metode Peterson (karena sampel
yang diambil relatif kecil), dapat digunakan metode Schnabel. Metode Schnabel
selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Petersen, juga
ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan pada periode
sampling yang berikutnya. Pada metode ini, penangkapan, penandaan dan
pelepasan kembali hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode
sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan
kembali. Dengan cara ini besarnya populasi dapat diduga dengan rumus:
Karena pengambilan sampel dengan cara diatas dilakukan berulang kali,
maka hal ini akan mengurangi kesalahan sampling. Kesalahan baku (SE) metode
ini dihitung dengan rumus:
Setelah ditentukan standar errornya, kemudian ditentukan selang
kepercayaannya dengan rumus :
T = (df, ), lihat tabel distribusi t dengan df = , dan  adalah
tingkat signifikasi
K = Jumlah periode sampling
N = cacah hewan di alam/dalam populasi
Mi = Jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke-i ditambah
periode sebelumnya/jumlah total hewan yang bertanda
Ni = Jumlah hewan yang tertangkap pada periode ke-i
Ri = Jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke-i
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai