Anda di halaman 1dari 4

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Populasi dalam Ekologi


Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama (takson
tertentu) serta hidup/menempati kawasan tertentu pada waktu tertentu. Suatu populasi
memiliki sifat-sifat tertentu; seperti kepadatan (densitas), laju/tingkatkelahiran (natalitas),
laju/tingkat kematian (mortalitas), sebaran umur dan sex (rasio bayi, anak, individu muda,
dewasa dengan jenis kelamin betina atau jantan), dan lain-lain. Sifat-sifat ini dapat
dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui/memahami kondisi suatu populasi secara
alami maupun perubahan kondisi populasi karena adanya pengaruh perubahan
lingkungan. Sebagai salah satu sifat populasi, densitas merupakan cerminan ukuran
populasi (jumlah total individu) yang hidup dalam kawasan tertentu. Ukuran populasi
suatu spesies sangat penting diketahui; selain untuk mengetahui kekayaan/kelimpahannya
di suatu kawasan (alam), ukuran populasi merupakan data dasar untuk menilai
kemungkinan kelangsungan atau keterancaman keberadaannya di alam, dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan manajemen satwaliar. Ukuran populasi dapat juga digunakan
sebagai dasar dalam pendugaan kualitas lingkungan (habitat); walaupun secara umum
tidak akan lebih baik bila didasarkan pada keanekaragaman. Menurut Ewusie (1990),
walaupun istilah populasi itu dapat mencakup varietas, ekosipe / kelompok lain yang
mungkin saja merupakan satuan ekologi, populasi merupakan berbagai ciri khas
tambahan yang berbeda dari dan ciri lainnya yang merupakan tambahan pada, ciri umum
individunya yang membentuk kelompok itu. Di antaranya ciri yang sama-sama dimiliki
oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup
sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan
memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang
dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu. Ciri kelompok mencakup
berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, susunan
kelamin/sistem reproduksi, struktur umur, sebaran dan stuktur sosial.
Pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengaruh individu populasi merupakan
dasar untuk memahami struktur dan dinamika ekologi. Semua spesies memiliki potensi
tumbuh yang tinggi pada kondisi optimum. Jumlah kelahiran dan kematian mungkin
berfluktasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi
4

jumlah itu mendekati seimbang dalam waktu yang lama. Interaksi species seperti predasi,
kompetisi dan herbivore akan mengatup naik turunnya pertumbuhan populasi. Populasi
terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan geografis. Tetapi individu itu
tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan
tersebar. Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Di
satu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat
yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi
sosial. Misalnya perkawinan, di pihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar
individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu
lain dalam populasi. Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari
kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi (Hadisubroto,
1989).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam
dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume
atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk
menghitung produktifitas dan untuk membandingkan kepadatan suatu jenis dengan
kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut (Rakhmanda, 2011).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola.
Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi,
yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan
lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan
populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan
keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk tetap
bertahan di alam (Naughton, 1973).

2.2 Estimasi Jumlah Populasi


Ukuran populasi dan densitas merupakan parameter populasi yang saling
berkaitan. Bila densitas diketahui, maka ukuran populasi dalam suatu kawasan akan dapat
diduga; demikian juga sebaliknya. Berbagai metode telah banyak dikemukakan untuk
estimasi populasi; beberapa dapat diterapkan untuk berbagai spesies tetapi beberapa
metode umumnya hanya digunakan untuk spesies (takson) tertentu saja. Estimasi ukuran
populasi secara akurat sangat susah dilakukan, dan memerlukan teknik/metode tersendiri.
Metode-metode yang digunakan secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)
golongan, yaitu: penghitungan seluruh anggota populasi secara langsung, pendugaan
5

ukuran populasi berdasarkan densitas, dan pendugaan berdasarkan tanda-tanda khas (dari
suatu spesies) yang ditinggalkan. Estimasi ukuran populasi pada spesies-spesies primata
juga demikian halnya, dapat dilakukan dengan berbagai metode; namun demikian,
metode yang paling umum digunakan adalah yang didasarkan pada densitas, terutama
metode jalur (line transects method). Tulisan ini akan membahas tentang berbagai
metode yang memungkinkan diterapkan untuk penentuan/ pendugaan ukuran populasi
suatu spesies primata, terutama spesies-spesies primata yang ada di Indonesia (Tobing,
2008).
Capture-Mark-Release-Recapture (CMRR) eksperimen yang dikembangkan
untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan estimasi dari ukuran populasi pada
hewan bergerak. Prinsip umum percobaan CMRR adalah untuk menandai individu
dalam sesi capture pertama dan kemudian untuk merekam proporsi individu yang
ditandai dalam sesi merebut kembali berikutnya. Model sederhana, ukuran populasi N
lalu di estimasi dari rasio yang dtandai pada individu yang tidak ditandai di sesi
recapture. Semua individu yang ditandai atau tidak dtandai dicampur secara acak pada
saat awal penangkapan dan semua dijumlah hasil penangkapan selama sesi penangkapan
kembali. Ini prinsip simple yang menggunakan perkembangan statistic dari estimasi
varietas ukuran populasi N (Petit, 2006).
Metode Capture-Mark-Release-Recapture (CMRR) ini merupakan metode yang
sudah populer untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak
cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metode ini ada beberapa cara yaitu:
1) Metode Linceln-Peterson
Metode ini pada dasarnya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi
hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang
mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek.
Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi
(N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N = besarnya populasi total.
M = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
6

R = Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada
penangkapan kedua.
Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample,
selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture
dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)

2) Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample
relatif kecil), dapat digunakan schanabel. Metode ini selain membutuhkan asumsi
yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa
ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang
berikutnya.
Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk
periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan
dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode
sebelumnya,
ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode-i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke-i

Karena pengambilan sample diatas akan mengurangi kesalahan sampling,


maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
Dengan catatan:
K = jumlah periode sampling
Mi = Jumlah total hewan yang bertanda (Sutherland, 1997).

Anda mungkin juga menyukai