Anda di halaman 1dari 5

Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan medium semisintetik.

Media merupakan tempat


dimana terjadi perkembangan organism, organism menyerap karbohidrat dari kaldu kentang
dan gula serta dari agar yang telah dicampur. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa kentang
harus dipotong dadu, agar karbohidrat di kentang dapat di kelar dan menyatu dengan air
sehingga menjadi kaldu. Semakin kecil permukaan maka semakin besar daya osmosirnya (risda
2007)

Karena extra potato (kentang) merupakan sumber karbohidrat, dextrose (gugusan gula,
baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan, sedangkan agar
merupakan bahan media/tempat tumbuh bagi bikan yang baik, karena mengandung cukup air.
(winda 2009)
Agar-agar merupakan karbohidrat dengan molekul tinggi yang mengisi sel pada rumput
laut. Agar-agar termasuk pada kelompok peletin dan tergolong suatu polimer yang terbentuk dari
monomer glaktosa. Agar-agar juga bisa berbentuk bubuk dan dapat diperjual belikan. (bagus,
2010)

Potato Dextrose Agar is used for the cultivation of fungi. Conforms to Harmonized
USP/EP/JP Requirements.1,2,3 Product Summary and Explanation Potato Dextrose Agar (PDA)
is a general purpose medium for yeasts and molds that can be supplemented with acid or
antibiotics to inhibit bacterial growth. It is recommended for plate count methods for foods,
dairy products4-6 and testing cosmetics.
PDA can be used for growing clinically significant yeast and molds. The nutritionally rich
base (potato infusion) encourages mold sporulation and pigment production in some
dermatophytes.
Principles of the Procedure Potato Dextrose Agar is composed of dehydrated Potato
Infusion and Dextrose that encourage luxuriant fungal growth. Agar is added as the solidifying
agent. Many standard procedures use a specified amount of sterile tartaric acid (10%) to lower
the pH of this medium to 3.5  0.1, inhibiting bacterial growth. Do not reheat the acidified
medium, heating in the acid state will hydrolyze the agar.
Formula / Liter
Potato Infusion from 200 g.......................................................4 g*
Dextrose.................................................................................. 20 g
Agar ........................................................................................ 15 g
*4.0 g of potato extract is equivalent to 200 g of infusion from potatoes.
Final pH: 5.6 ± 0.2 at 25°C Formula may be adjusted and/or supplemented as required
to meet performance specifications.
Murray, P.R., E. J. Baron, M. A. Pfaller, F. C. Tenover, and R. H. Yolken (eds.). 1995.
Manual of clinical microbiology, 6th ed. American Society for Microbiology, Washington, D.C
Precaution 1. For Laboratory Use.
Directions
1. Suspend 39 g of the medium in one liter of purified water.
2. Heat with frequent agitation and boil for one minute to completely dissolve the
medium.
3. Autoclave at 121°C for 15 minutes.
(Marshall, R. T. (ed.). 1993. Standard methods for the microbiological examination of
dairy products, 16th ed. American Public Health Association, Washington, D.C)

Teknik inokulasi

Perbedaan Inokulasi Jamur dan Bakteri adalah :


1. Inokulasi jamur menggunakan jarum ose bentuk batang. Hifa yang berbentuk sepertibenang
mudah diambil dengan jarum ose batang dan mudah sekali tumbuh di dalamsuatu media.
2. Inokulasi bakteri menggunakan jarum ose bentuk bulat. Pada ujung jarum ose
yangberbentuk bulat, bakteri akan dapat terambil dalam jumlah yang relatif
banyak (Rohimat, 2002).
3. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murnimikroorganisme yaitu
:
4. 2.3.1 Metode gores
5. Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu,
tetapimemerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan
yangsempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di
permukaanmedia agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di
antaragaris-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat
tumbuhmenjadi koloni (Winarni, 1997).
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Biladilakukan
dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadangberbeda
pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuatgoresan
sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan (Kus Irianto, 2006)

Beberapa teknik goresan:


a. Goresan T
b. Kuadran
c. Radian
d. Sinambung
e. Metode tebar
f. Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam
cawanpetridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril.
Inokulasi itudisebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat
menginokulasikanpinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang
merata dengan baik. Padabeberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang
terpisah-pisah (Winarni, 1997)
g. Metode tuang
h. Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar
melakukanpengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada
suatu saat hanyaditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).
i. 2.3.4 Metode tusuk
j. Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung
jarumose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam
media (Winarni,1997)

Rohimat, I. 2002. Teknik Inokulasi Mycorrhizae arbuscular pada Bibit Jambu Mente.


 Buletin Teknik Pertanian Vol.7 Nomor 2. Hal : 80-83.

Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-
ITS :Surabaya.

Widiyanti. 2004. Qualitative Analysis Of Coliform Bacteria At Some Shops Refilled Drinking Water In
Singaraja Bali.Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas PMIPA IKIP Negeri Singaraja. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol 3 No 1.
Kontaminasi

Kontaminasi dapat terjadi pada media ataupun pada eksplan yang digunakan. Kontaminasi bisa
terjadi kemungkinan disebabkan karena kurang sempurnanya sterilisasi pada saat proses penanaman
eksplan dalam laminator. Penyebab lain adalah pemotongan jaringan yang kurang hati-hati sehingga
sebagian embrio kebiul rusak. Sel-sel tersebut dapat juga mati karena pengaruh panas dari alat-alat yang
digunakan pada waktu pemotongan atau penanaman eksplan.

Menurut Gunawan (1987) kontaminasi merupakan faktor pembatas dalam keberhasilan kultur
jaringan yang dapat berasal dari (1) bahan tanaman baik eksternal maupun internal, (2) organisme kecil
yang masuk ke dalam media, (3) botol kultur dan peralatan yang kurang steril, (4) lingkungan kerja dan
ruang kultur, dan (5) kecerobohan dalam pelaksanaan.

Gunawan , L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas (PAU),
Bioteknologi, IPB. Bogor.

Kontaminasi udara paling sering menjadi masalah karena udara selalu kontak dengan partikel
debu dan umumnya banyak komunitas mikroorganisme didalamnya.Ketika wadah dibuka maka segera
ditangani agar tidak terkontaminasi dengan udara sekitar.Transfer aseptik pada kultur dari salah satu
medium ke medium yang lain harus lihaidengan loop inokulasi atau jarum harus disterilkan oleh
pembakaran pada nyala api. Dalampertumbuhan kultur dibutuhkan tempat yang mudah dipindahkan ke
permukaan agar datar,dimana pertumbuhan suatu koloni berasal dari pertumbuhan dan pembelahan
sel tunggal(Cappuccino, 1983).

Cappuccino. 1983. Microbiology. A laboratory manual (seventh edition). NY: Addison-wesley


publishing company

Kontaminasi pada media dan eksplan terjadi karena adanya jamur ataupun bakteri yang tidak
mati pada saat sterilisasi media maupun yang masuk dalam media pada saat proses penanaman, atau
saat pemeliharaan. Pada media atau eksplan yang terkontaminasi oleh jamur maka akan terdapat jamur
yang berwarna putih yang akan terus tumbuh menutupi botol kultur. Ketika jamur tumbuh pada media
atau eksplan maka embrio pertumbuhannya akan terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian
pada embrio. Terjadinya kontaminasi hampir merata terdapat pada setiap perlakuan media.

Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri pada media menunjukan ciri-ciri diantaranya media
menjadi berwarna lebih keruh atau berwarna kecoklatan dan media menjadi lebih cair.
Sumber kontaminasi dapat berasal dari eksplan tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke dalam media,
alat yang tidak steril dan lingkungan kerja yang kotor. Sehingga harus dilakukan: sterilisasi lingkungan
kerja, alat-alat, media dan bahan tanaman (Gunawan, 1988).

Gunawan, L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan, PAU Bioteknologi,
IPB.

Sterilisasi otoclaf menggunakan panas dan tekanan uap air. Temperatur sterilisasi biasanya 121o C,
sedang tekanan sekitar 17,5- 20 psi. Lama sterilisasi tergantung dari volume dan jenis bahan. Alat-alat
dan air disterilisasikan selama 1 jam, tetapi media hanya 20-40 menit. Sterilisasi media yang terlalu lama
menyebabkan: degradasi vitamin dan asamasam amino, inaktivasi sitokinin zeatin riboside dan
perubahan pH yang mengakibatkan depolimerisasi agar.

Anda mungkin juga menyukai