Anda di halaman 1dari 8

PAPER

KULTUR ANTHER

AZMI DAROTULMUTMAINNAH
B2A016004

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016

1
A. Pendahuluan

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara


vegetative. Kulur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman
dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip
utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetative tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak
tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit untuk dikembangbiakan secara
generative. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dalam jumlah besar dalam waktu
yang singkat dan mutu bibit lebih terjamin. Kecepatan tumbuh bibit lebih cepat
dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. Salah satu gambaran dan
potensi yang bisa dimunculkan dalam kultur jaringan, yaitu kultur anther bisa
menghasilkan anggrek dengan genetik haploid (1n), sehingga bentuknya lebih
kecil jika dibandingkan dengan anggrek diploid (2n). Dengan demikian sangat
dimungkinkan untuk menghasilkan tanaman anggrek mini, selain itu dengan
kultur anther berpeluang memunculkan sifat resesif unggul yang pada kondisi
normal tidak akan muncul karena tertutup oleh yang dominan.

B. Kultur Anther

Kultur anther merupakan pembudidayaan tanaman melalui tehnik kultur


secara in vitro yang memanfaatkan anther tanaman. Anther adalah kepala sari,
anther mengandung serbuk sari (polen), sehingga kultur anther mengikutsertakan
pollen didalamnya. Pollen yang masih muda (immature) atau mikrospora yang
terkandung dalam anther dapat secara langsung bergenerasi membentuk embrio
disebut androgenesis atau membentuk jaringan kalus yang selanjutnya dapat
diinduksi untuk bergenerasi menjadi tanaman di bawah pengaruh zatpengatur

2
tumbuh yang terkandung dalam media tanam. Polen bersifat haploid dan tentunya
sel-sel yang diproduksi oleh pollen selama kultur adalah haploid.

Kultur anter merupakan salah satu tehnik dasar dalam penerapan


bioteknologi untuk pemuliaan tanaman. Kultur anther menghasilkan tanaman
haploid melalui induksi embryogenesis dari pembelahan berulang
mikrospora/polen tanaman donor antera yang berasal dari persilangan tetua yang
memiliki karakter yang diinginkan.Kombinasi karakter kedua tetua terjadi pada
tanaman haploid, sehingga bilakromosomnya digandakan atau terjadi
penggandaan spontan selama kultur akandiperoleh tanaman haploid ganda (DH)
yang homozigos atau galur murni (Herawati et al, 2008). Melalui kultur anther
akan diperoleh tanaman haploid yaitu melalui pembentukan kalus atau
androgenesisi langsung.
Menurut Crowder (1983) bahwa haploidisasi melalui kultur anther banyak
memberikan sumbangan dalam progam pemuliaan tanaman, diantaranya
menghemat waktu untuk memperoleh keturunan homozigot dibandingkan dengan
cara biasa (silang balik) serta kondisi yang homozigot untuk semua lokus pada
tanaman diploid tersebut mengurangi kesulitan didalam mengidentifikasi dan
memenipulasi sifat-sifat genetik yang diinginkan. Keuntungan lain dari melalui
kultur anther (Amrullah 2014), yaitu :
1. Tanaman haploid sangat penting bagi pemulia tanaman, yaitu untuk
memperpendek masa pemuliaan tanaman.
2. Karena hanya ada 1 set kromosom, maka mudah digunakan untuk
mengidentifikasi mutasi resesif.
3. Dapat menghasilkan homozygote double haploid (diploid) atau poliploid
dengan diberi colchicin untuk inbreeding dengan hasil hibrida unggul (super).
Kultur anther memiliki kelebihan namun demikian terdapat pula
kelemahan, antara lain produksinya regeneran albino dan tidak semua genotif
responsive terhadap kultur anther. Pada ku;tur anther yang dikulturkan adalah
atnther tanaman yang sedang dalam keadaan kuncup. Ketidakberhasilan dalam
kultur anther ini disebabkan karena penyimpanan yang terlalu lama (pra
perlakuan sebelum inisiasi). Kultur anther berpeluang memunculkan sifat resesif
unggul yang pada kondisi normal tidak akan muncul karena tertutup oleh yang
dominan.
1. Pembudayaan Tanaman Melalui Kultur Anther

3
Keberhasilan kultur anther telah diujudkan pada tanaman seperti
Daturainnoxia, nicotiana tabacum, karet, poplar, anggur, tanaman Gramineae
serta padatanaman angrek. Tingkat perkembangan androgenesis uninucleate
paling sesuaibila digunakan sebagai eksplan (Suwanto, 2012).
Dalam pelaksanaan tehnik kultur anther, anther terbaik dikoleksi sebelum
malai pecah dan sedang memasuki fase bunting dengan kandungan pollen yang
berada pada level mid uninucleate stage (Li et al, 2013).

(Gambar 1 : Stuktur Kepala Sari (Anther))

Media dasar yang digunakan untuk tanaman dikotil, umumnya adalah


media MS, media White dan media Nitsch and Nitsch, dengan berbagai
modifikasi dengan penambahan sukrosa sekitar 20-40 gram/liter. Zat Pengatur
Tumbuh diberikan dalam konsentrasi serendah mungkin untuk menghindari
terbentuknya kalus dari jaringan-jaringan diploid yang tidak diinginkan. Untuk
mendapatkan double haploid dipergunakan larutan colchicines 0,5% dengan
waktu perendaman 24-28 jam. Tanaman monokotil terutama tanaman
Gramineae seperti padi, media MS juga dapat digunakan. Tetapi selain
MS, dikembangkan juga beberapa media lain misalnya media N6. Media N6
mempunyai ciri perbandingan NH4 + dan NO3 -yang jauh perbedaannya.
Ammonium yang diberikan dalam bentuk (NH4)2SO4 hanya sebanyak 363
mg/l, sedangkan KNO3 : 2830 mg/l. Khusus untuk padi, ada beberapa media
lain yang dikembangkan di Cina, sesuai dengan kultivar padinya, misalnya
media SK3, He5 dan LB (Suwanto, 2012).
. Kunci keberhasilan kultur anther adalah memacu tahap pertama untuk
terjadi pembentukan kalus, setelah itu dilanjutkan pada tahap untuk
menumbuhkan plantet dengan beberapa metode. One Step Method adalah
metode dimana media tersebut sanggup menumbuhkan eksplan melalui kalus
kemudian menjadi plantula, contohnya pada medium VW pada kultur jaringan

4
anggrek. Two Steps Method adalah metode yang digunakan untuk
menumbuhkan plantet menjadi plantula dengan pindah media , karena pada
media pertama hanya terbentuk kalus kemudian tidak berkembang menjadi
tunas atau akar. Setelah terbentuk kalus, kalus dipindahkan ke media baru
dengan tujuan agar terjadi pertumbuhan yang sempurna.
Pada dasarnya tehnik kultur anter meliputi dua tahapan, yaitu fase
induksi kalus dan fase regenerasi tanaman

(Gambar 2. Teknik Kultur Anther)

2. Mekanisme Regenerasi Tanaman Melalui Androgenesis


Androgenesis ditujukan pada regenerasi tanaman secara langsung dari
mikrospora di dalam sistem kultur anther maupun kultur mikrospora. Prinsip
yang mendasari androgenesis adalah menghentikan perkembangan sel-sel
mikrospora, yang pada keadaan normal menjadi sel-sel gamet, dan memaksa
perkembangannya langsung menjadi tanaman lengkap. Proses ini menghambat
diferensiasi gametofitik, namun justru memungkinkan terjadinya pembelahan
dan regenerasi sel. Begitu gametogenesis (perkembangan mikrospora)
berlangsung, serbuk sari matang akan terbentuk melalui mitosis. Oleh karena
lintasan perkembangan belum ditentukan selama proses gametogenesis, ada
peluang untuk menginterupsi lintasan gametofitik normal dan menginduksi
perkembangan sporofitik. (Vicente et al.1992 ) dan (Mityk et al.1996) (dalam
Amrullah, 2014) menyatakan bahwa mikrospora dengan kisaran tahap
perkembangan uninukleat hingga pertengahan binukleat adalah bahan tanaman
yang sesuai untuk induksi perkembangan sporofitik haploid pada berbagai

5
spesies tanaman. Namun harus diingat bahwa hal ini sangat beragam
tergantung pada spesies tanaman. Sebagai hasil perkembangan sporofitik,
mikrospora multiseluler berkembang di dalam antera. Diferensiasi unit-unit
multiseluler ini menghasilkan embrio, yang kemudian berkembang menjadi
tanaman lengkap dengan jumlah kromosom haploid (2n = x)

3. Faktor yang Memperngaruhi Tingkat Keberhasilan Kultur Anther


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur anther
(Chu, 1982; Hu dan Zeng, 1984; Dixon, 1985 dalam Fauziyah, 2011;
Amrullah, 2014) diantaranya:
a Tahap Perkembangan Polen
Pollen pada tanaman padi, frekuensi pembentukan kalus yang
tertinggi diperoleh pada kultur anther dengan pollen yang nukleusnya
terletak di pinggir sel (mid-uninucleate microspore stage). Pembentukan
terbentuknya kalus pada berbagai stage adalah sebagai berikut:
1) 5.6% kultur membentuk kalus pada early-uninucleate stage, yaitusesudah
tetrad terbentuk.
2) 35,7% kultur membentuk kalus pada mid-uninucleate stage.
3) 10.5% pada saat late-uninucleate stage.
4) 6.7% pada saat mitosis pertama dari pollen.
5) 0% pada saat polen mencapai bi-nucleat stage.

b Perlakuan Fisik Sebelum Inokulasi


Perlakuan temperatur rendah sebelum inokulasi, meningkatkan
keberhasilan kultur anther dalam Nicotiana tabacum, Datura innoxia,
Hyosciamusniger, Hordeum vulgare dan Oryza sativa. Pada umumnya,
temperatur antara 3-10C. Bila dipergunakan temperatur rendah 3-5C,
maka waktu perlakuan dapat dipersingkat, sedangkan pada terperatur
rendah 10-15C, waktu perlakuan lebih panjang. Percobaan Wang dan
grupnya (Chen, 1986) dalam kultur padi hsien menunjukkan bila
temperature 3-5C digunakan, dibutuhkan 10 hari. Bila temperatur 6-8C,
dibutuhkan 15 hari. Bila temperatur 9-10C, dibutuhkan 20 hari.

c Perlakuan Kimia Sebelum Inokulasi


Anther yang dikultur dalam media cair yang ditambah dengan 50-250
mg/l colchisine selama 4 hari, meningkatkan frekuensi pembentukkan kalus
dan diferensiasi. Colchicine dapat meningkatkan tanaman double haploid
hingga 79%, sedangkan anther tanpa perlakuan pendahuluan, hanya
menghasilkan 53,8%t anaman. Jika konsentrasi colchicine ditingkatkan

6
hingga 500 mg/l akan mengakibatkan frekuesi tanaman anakan yang
abnormal seperti albino akan meningkat. Selain senyawa tersebut senyawa
ethrel juga sering digunakan untuk praperlakuan pada media cair + 5
g/l ethrel.

d Media Tumbuh
Komposisi media dasar tidak begitu kritis, namun dalam kultur
anther, NH4+ yang tinggi (35mM) akan menghambat pembentukan kalus.
Sukrosa yang diberikan, berkisar 2-12%. Pada serealia digunakan 6-9%,
sedangkan pada tanaman diploid 2-4%. Zat Pengatur Tumbuh pada kultur
anther Solanaceae tidak diperlukan cukup media dasar N6. ZPT yang biasa
digunakan untuk memacu pertumbuhan embriogenesis pada kultur anther
adalah senyawa TIBA (Tri iodobenzoic acid). Disamping itu penambahan 2
mg/l 2,4D pada media dasar digunakan untuk kultur anther padi, dan
kombinasi ZPT: 4 mg/l NAA + 1 mg/l 2,4D dan 1-3 mg/l kinetin sering
ditambahkan pada media dasar untuk kultur anther. Penambahan bahan-
bahan organik seperti: ekstrak pisang, air kelapa, ensdosperm serealia,
ekstrak ragi, alanin, folic acid dan Co-enzym A, dapat memacu
pertumbuhan pada kultur anther. Penambahan 2% arang aktif dapat
memperbaiki androgenesis

e Genotip Tanaman Donor


Tidak semua kultuvar dari setiap tanaman organ anthernya
dapatmenghasilkan tanaman haploid, seperti kultivar dari Lycopersicon
esculentum dari 43 kultivar hanya 3 kultivar saja yang anthernya dapat
ditumbuhkan. Triticumaestivum hanya 10 kultivar saja yang anthernya dapat
ditumbuhkan menjadi tanaman haploid dari 21 kultivar yang ada.

f Kondisi Tanaman Donor


Umur fisiologi tananam donor ternyata dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman enther. Bunga dari tanaman muda pada saat
permulaan pembungaan,ternyata lebih baik dari pada bunga yang keluar
kemudian

g Cara Peletakan Anther


Pada berbagai jenis tanaman, bagian yang melakukan kontak dengan
media ada bagian yang mendatar dan beberapa menghendaki bagian yang
melengkung. Anther tanaman yang diletakan dengan mendatar

7
memungkinkan seluruh permukaan anther dapat menyerap nutrisi yang
terdapat dalam media dengan lebih baik

h Lama Penyinaran
i Intensitas Cahaya dari Tanaman Donor
j Lingkungan Inkubasi

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, M., 2014. Aplikasi Kultur Anther Pada Tanaman Padi. Article
Hanarida et all. 2002. Induksi Kalus dan Regenerasi Tanaman Melalui
Kultur Anterapada Silangan Padi Tipe Baru. Balai Penelitian Bioteknologi
danSumberdaya Genetik Pertani Volume/Nomor : PP21/0
Herawati, R., Purwoko, B,S., Khumaida, N., Dewi, I.S. 2008. Pembentukan
GalurHaploid Ganda Padi Gogo dengan Sifat-Sifat Tipe Baru melalui
KulturAntera. Bul. Agron. (36) (3) 18 187 (2008)
Iswari et all. 2010. Galur Padi Beras Hitam Hasil Kultur Antera.http://pustaka.litban
g.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 11 april 2011
Li, Wang., Lin Gang, Zhao Deming, Wang Feng, and Chen Jiabin.
(2013). TissueCulture System for Different Hybrid of Indica Rice. Journal
of Northeast Agricultural University Vol. 18 No. 2 13-17
Suwanto. 2012. Kultur Haploid. Article

Anda mungkin juga menyukai