pisang cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia. Hal ini menunjukkan bahwa
pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Relatif
besarnya volume produksi nasional dan luas panen dibandingkan dengan komoditas buah
lainnya, menjadikan buah pisang merupakan tanaman unggulan di Indonesia.
Pengembangan pisang berskala kebun rakyat dan besar akan membuka peluang
agribisnis hulu, seperti industri perbenihan dan industri peralatan mekanisasi pertanian, yang
tentunya akan membuka kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Selain sebagai buah
yang dimakan segar, pisang juga dapat diolah baik untuk skala rumah tangga seperti keripik,
getuk dan sale, maupun industri berskala besar seperti tepung, puree dan jam, yang dapat
merangsang tumbuhnya agribisnis hilir. Agribisnis hilir akan berkembang dengan cara
memberdayakan industri pengolahan skala keluarga (home industry) dan menengah maupun
skala besar (investor dalam dan luar negeri).
Permintaan pisang untuk industri pengolahan skala rumah tangga (10-50 kg/hari),
skala UKM kripik (100-120 kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre (70-120 kg/hari), puree (300-
500 kg/h) dan tepung (700-1000 kg/minggu). Skala besar, membutuhkan kapasitas + 10-12
ton pisang segar/hari.
Konsumsi pisang per orang telah mengalami peningkatan yang mencolok dibanding
apel dan satsuma mandarin (jeruk) atau Citrus reticulate yang telah menurun. Hasil kajian
ekonomi di Jepang menunjukan bahwa permintaan apel melemah disebabkan permintaan
pisang meningkat dari 4,4 kg pada tahun 1993-1994 menjadi 5,6 kg pada tahun 2003-2004.
Peningkatan konsumsi ini diduga karena harga pisang menurun.
Permintaan terhadap pisang telah meningkat secara signifikan pada beberapa tahun
terakhir di daerah perkotaan di negara ini, menjadikan perkebunan pisang intensif menarik
bagi petani setempat. Pembeli/distributor utama aktif mencari cara untuk meningkatkan
pasokan dari berbagai daerah produksi. Pada khususnya, perusahan ini memiliki kebutuhan
untuk menkonsolidasikan pasokan pisang mas dan pisang Barangan, pisang yang langka dan
hanya terdapat di daerah Medan, sebagai bagian dari produk yang ditawarkan ke pasar
setempat dan rantai supermarket di seluruh daerah.
Oleh karena itu, kebutuhan terhadap buah-buahan terutama buah pisang segar menjadi
kebutuhan primer. Selain itu manfaat dan kandungan gizinya dapat memacu permintaan buah
pisang yang terus meningkat. Hal semua diatas dapat memperbesar peluang agribisnis buah
pisang sehingga prospek buah pisang untuk pasar dunia dapat terus meningkat.
1. Permasalahan Buah Pisang Dari Segi Agribisnis
Kendala utama yang kini dihadapi dibeberapa sentra produksi buah pisang dalam 10
tahun terakhir ini adalah serangan layu Fusarium dan bakteri yang mengakibatkan kerusakan
cukup luas dan sulit ditanggulangi. Kemampuan untuk mengendalikan layu pisang masih
terbatas, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun kemampuan finansial. Apabila
kita asumsikan bahwa tanaman yang terserang tersebut akan rusak dan mengakibatkan gagal
panen, mutu serta penampilan luar buah pisang yang kurang menarik, maka secara
finansial/perhitungan ekonomi, petani akan menderita kerugian sebesar ± 18 milyar rupiah
(estimasi harga pisang Rp. 10.000,- per tandan). Selain itu, pisang yang bermutu rendah akan
mengakibatkan kelesuan pada eksport buah pisang yang seharusnya tidak terjadi, apabila
segala syarat pembudidayaan buah pisang dilakukan secara intensif dengan tekhnologi yang
maju. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada meningkatnya harga jual buah pisang dipasar.
Adapun kendala-kendala lainnya yang pernah terjadi adalah sbb :
a. Tingginya penyakit Sigatoka Hitam yang menyebabkan daun yang rendah pada saat
panen (kurang dari 6 per pohon) dan mengakibatkan kurangnya potensi produksi
sebesar 30% karena berat tandan yang berkurang. Penyakit ini juga mengakibatkan
matangnya pisang terlalu dini sehingga buah beresiko saat dikirimkan ke pasar yang
jaraknya jauh.
b. Kepadatan populasi yang rendah dan manajemen populasi pohon yang kurang
c. Kerusakan buah yang parah karena karat.
d. Tingkat tunas yang rendah – hanya sedikit anak tunas akar dari pohon induk, dan
pemilihan tunas yang kurang baik.
e. Insiden doble dan triple yang tinggi – pemangkasan tidak diterapkan untuk urutan
produksi induk – anak - cucu.
f. Ukuran tandan yang kecil (jumlah sisir sedikit dengan berat rendah) sebagai akibat
rendahnya jumlah pupuk yang digunakan.
g. Perlindungan buah tidak diterapkan (bakal buah tidak dipindahkan, tandan palsu tidak
dipotong, tidak ada pemangkasan sisir, bunga, dan daun dan pembersihan tandan
untuk melindungi buah dari kerusakan akibat gesekan dengan daun dan agen mekanik
lainnya).
h. Tidak ada sistem pengendalian umur/mutu untuk panen. Panen menggunakan tanda
visual seperti padatnya buah.
i. Praktek pertanian yang baik dan standar sanitasi dan fito sanitasi kurang memadai.
j. Beberapa lahan produksi terletak di bukit yang curam.
k. Kurangnya irigasi dan system drainase.
l. Akses terbatas terhadap input, materi, alat, peralatan yang diperlukan untuk produksi
dan pasca panen. Kurangnya alat lapangan untuk pemangkasan, pengurangan daun,
panen, dsb merupakan hal yang kronis dan hambatan utama.
m. Insiden gesekan dan luka yang tinggi karenya kurangnya penanganan yang
berorientasi pada perlindungan buah setelah panen. Tandan dipindahkan dari lapangan
dengan tangan dan dikirimkan ke pusat pengumpulan dan distribusi melalui berbagai
jenis kendaraan tanpa danya perlindungan.
n. Kendala dalam penyediaan bibit dengan skala komersial seperti ketersediaan bibit
unggul klonal yang seragam dalam jumlah banyak dan dapat tersedia dalam waktu
yang relatif singkat.
2. Agribisnis Buah Pisang
2.1. Farming System ( system perkebunan ).
Selama ini buah pisang hanya ditanam di pekarangan sebagai tanaman campuran
dengan tanaman pangan atau perkebunan,maupun dengan pola tumpang sari,serta dilahan
tegalan.Sentra produksinya tersebar dengan kepemilikan lahan yang kecil.Pertanaman pisang
rakyat tersebut tidak pernah tersentuh tekhnologi,dibiarkan tumbuh dan berkembang sesuai
alam sekitarnya.Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang farming system yang baik
untuk penanaman buah pisang. Teknologi budidaya pisang sebagai berikut:
A. Pemilihan bibit/benih .
Kualitas benih berperan besar dalam keberhasilan budidaya pisang. Sifat unggul benih
pisang akan terekpresi pada penampilan buahnya. Keunggulan tersebut menyangkut rasa
manis, produkasi tinggi. Benih yang baik berasal dari perbanyakan vegetatif : kultur
jaringan, biasanya tumbuh seragam tetapi cukup mahal. Memilih varietas seyogyanya
berdasarkan pada varietas yang mempunyai nilai pasar dan berpeluang dimasa depan yang
baik. Varietas pisang yang banyak diminati antara lain adalah Cavendish,ambon kuning dan
pisang mas.
Untuk memperoleh benih yang baik dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara
mandiri oleh petani atau memesan benih bersertifikat dan bila perlu mengetahui sejarah
benih yang akan dibeli. Hal ini dapat dipenuhi tentunya melalui penangkar yang terpercaya.
1. Bibit anakan .
Tanaman pisang selalu diperbanyak secara vegetatif dengan memakai anakan
( sucker) yang tumbuh dari bonggolnya .Ada 4 jenis anakan pisang ,yaitu :
Bibit tunas anakan yaitu berupa tunas yang belum berdaun sehingga menyerupai
rebung.
Bibit anakan yaitu tunas yang daunnya telah keluar tetapi masih menggulung.
Bibit anakan sedang yaitu dengan tinggi antara 101-150cm.
Bibit anakan dewasa yaitu berupa tunas yang berdaun mekar lebih dari 2
helai,tingginya antara 151-175cm.
Diantara bibit anakan,bibit anakan dewasa biasanya paling cepat menghasilkan
buah.Bibit anakan tunas jarang jarang dipergunakan sebagai bibit sebab pertumbuhannya
lambat serta peka terhadap kekeringan dan ulat penggerek batang pisang.
2. Bibit bit .
Bibit juga bisa diperoleh dari bonggol tanaman pisang .Belahan bonggol ini disebut
bit.Pembibitan ini mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
Dalam waktu singkat bisa didapatkan bibit yang seragam dalam jumlah
banyak,sehingga cocok untuk gerakan penghijauan dan perluasan areal baru .
Mudah pengiriman dan biayanya lebih murah .
Dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangan.
Umur panennya lebih pendek dibandingkan cara pembibitan lainnya
Produksinya lebih tinggi .
3. Melalui technology kultur jaringan
Yaitu merupakan suatu tekhnik perbanyakan klonal dalam kondisi aseptic secara
cepat. Bibit pisang hendaklah dipilih dari rumpun yang baik dan sehat ,dapat diperoleh dari
membeli/disediakan sendiri dengan sanitasi bibiy yang baik.
B. Pengolahan Media Tanam.
Pemilihan lahan harus memperhatikan aspek iklim ,dimana aspek iklim yang cocok
untuk komoditi pisang yaitu iklim basah ( lembab ),dengan curah hujan merata sepanjang
tahun.Hal ini dikarenakan pisang merupakan tanaman dataran rendah didaerah tropic.Aspek-
aspek lain yang harus diperhatikan yaitu prasarana ekonomi dan letak pasar,keamanan dan
social.Kemudian dibuat sengkedan dengan lebar target kemiringan lahan.Tumpang sari
dengan tanaman lain dapat dilakukan dengan baik.
C. Tekhnik Penanaman.
Pembuatan lubang tanam dilaksanakan 1-3 bulan sebelumnya.Dengan ukuran lubang
disesuaikan dengan tanah berat atau tanah gembur biasanya dengan ukuran
60cmx60cmx60cm,dan jarak tanam sekitar 3,3cm.Penanaman yang baik dilakukan pada awal
musim penghujan.Tanaman ysng diberi pupuk kandang/kompos akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas rasa buah.
2.2. Processing.
Pada dasarnya,pengolahan komoditi pisang tidak hanya mengolah daging buahnya
saja,tetapi segala unsure yang terdapat pada tanaman pisang dapat diolah dan dimanfaatkan
untuk berbagai kebutuhan.Seperti :
Kulit pisang.
Bisa diolah menjadi selai kulit pisang,anggur kulit pisang.Kulit pisang dari jenis
pisang raja dan ambon dapat diolah menjadi bahan baku minuman anggur.Lebih dari
itu kulit pisang juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nata de banana,yaitu
produk makanan yang terbentuk dari kumpulan biomassa yang terdiri dari selulosa
dan memiliki penampilan seperti agar-agar warna putih seperti nata de coco.
Daun Pisang.
Daun yang tua yang sudah robek bisa untuk pakan ternak karena banyak mengandung
unsure yang diperlukan oleh tubuh hewan.
Jantung Pisang.
Untuk makanan lauk pauk ( dendeng jantung pisang ).
Bonggol Pisang (Batang pisang bagian bawah ).
Bisa diolah menjadi keripik bonggol pisang,urap,lalapan,bisa juga dijadikan pupuk
dengan cara batang tersebut diiris-iris lalu dibakar jadi abu.Air bonggol pisang kapok
dan klutuk dapat dijadikan obat disentri,pendarahan usus,obat kumur,serta untuk
menghitamkan rambut.
Buah.
Industri pengolahan buah pisang skala besar lebih diarahkan pada industri tepung
(1,5-2 ton/mg ),puree (600kg-1,5 ton/hari ) dan jam ( 1-2 ton/hari ). Sebagai
contoh,pengubahan bentuk buah pisang menjadi tepung pisang akan mempermudah
dan memperluas pemanfaatan pisang sebagai bahan makanan,misalnya untuk
kue,roti,bubur,kerupuk,dan lain-lain. Untuk membuat tepung pisang,diperlukan
beberapa langkah diantaranya :
-pengupasan
-pengirisan
-pengeringan
-penepungan,dan
-penyimpanan.
Caranya :
Buah Pisang mentah dikupas kulitnya ,kemudian diiris dengan pisau atau mesin
pengiris.Tebal pengirisan kira-kira 1 cm setelah diiris lalu rendam dalam larutan
bisulfit,langsung dikeringkan dalam alat pengeringan pada suhu kira-kira 80 derajat
celcius.Buah pisang yang telah kering dengan kadar air kira-kira 10%,dibuatkan
tepung dengan menggunakan alat penepungan.Tepung pisang agar tahan
lama,disimpan dalam tempat yang tertutup rapat seperti tutup plastic.
2.3. Marketing.
Dalam skala industri,aspek pemasaran tidak hanya dijuruskan dalam negeri saja,tetapi
sudah mengarah untuk ekspor.Pemasaran buah pisang sebenarnya cukup mudah,karena buah
pisang memiliki keistimewaan tertentu.Oleh karena itu,banyak orang mencarinya.Selain
itu,harga buah pisang juga tergolong murah sehingga buah pisang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat berbagai golongan.Kenyataan demikian ini dapat dilihat dari terus meningkatnya
permintaan buah pisang dari tahun ke tahun.
Kegiatan pengumpulan dan pengangkutan dari sentra produksi ketempat
pemasarannya sebagian besar dilakukan oleh pedagang pengumpul yang sudah mempunyai
jaringan pemasarannya. Pedagang pengumpul pada umumnya merangkap sebagai tengkulak.
Buah pisang dikumpulkan dari petani dengan cara sistem ijon, yaitu dengan membayar buah
pisang yang masih muda dengan harga murah dan memanennya setelah agak tua. Disamping
itu, pengumpul juga membeli pisang dari petani yang menjual langsung kepadanya. Setelah
buah pisang yang terkumpul mencapai kapasitas 1 truk (4-5 ton), buah pisang diangkut ke
tujuan pemasaran.
Untuk pemasaran lokal,petani lebih suka memetik pada stadia matang penuh.Buah
yang dipetik pada stadia ini dalam 3-4 hari akan menjadi matang penuh. Pemasaran yang
memerlukan waktu, misal keluar daerah, keluar pulau atau untuk ekspor,maka buah dipanen
pada tingkat ketuaan ¾ penuh. Hal ini dimaksudkan agar daya simpan pisang menjadi lebih
lama.Buah menjadi matang setelah 7-19 hari penyimpanan.
Untuk konsumsi pasar swalayan,dipilih pisang yang tingkat ketuaanya
optimum,penampakannya menarik,tanpa cacat,dan dari varietas tertentu.Jenis0jenis pisang
yang dipasarkan di pasar swalayan adalah jenis pisang ambon dalam bentuk tangkaian dua-
dua yang dikemas dalam kantong plastik berlubang,pisang barangan,pisang raja bulu,dan
jenis-jenis lainnya dipasarkan dalam bentuk sisiran.
Selain pemasaran dalam bentuk buah segar,pemasaran dalam bentuk olahan juga
mempunyai peluang yang baik.Bentuk olahan yang umum diperdagangkan seperti sale
segar,sale goreng,dsb.
Namun dalam memasarkan buah pisang terdapat beberapa kendala yang dihadapi
petani,antara lain sebagai berikut :
1. Pola pemasaran sekarang tidak menghargai produk bermutu dan selalu
menerapakan harga borongan.
2. Penetapan harga cenderung dilakukan oleh pedagang pengumpul.
3. Sistem pemasaran yang ada saat ini belum berpihak kepada petani.
4. Fungsi kelompok tani untuk saat ini belum optimal.
5. Sebagian besar sentra produksi belum memiliki Sub Terminal Agribisnis (STA).
Maka dari itu untuk Pemerintah harus bisa mengatasinya,adapun diantaranya sebagai
berikut :
1. Menciptakan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis ( KUBA ) yang dijiwai oleh
semangat kemitraan dan koperatif.
2. Mendorong berkembangnya Koperasi pedesaan dengan kegiatan produktifnya
agribisnis komoditi pisang dan mampu bermitra usaha dengan pihak luar.