Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

“ORGANOGENESIS TANAMAN PISANG”

Oleh :

Agnes Fadiah Ariatama

Gol D-3/18025010155

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

SURABAYA

2020

1
DAFTAR ISI

Cover ...................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
III. URAIAN PELAKSANAAN ...................................................................... 5
3.1. Alat Dan Bahan ........................................................................................ 5
3.1.1. Alat .................................................................................................... 5
3.1.2. Bahan................................................................................................. 5
3.2. Cara Kerja................................................................................................. 5
3.2.1. Pembuatan Media MS dan Penanaman Bonggol Pisang .................. 5
3.2.2. Inisiasi Bahan Eksplan ...................................................................... 5
3.2.3. Aklimatisasi ...................................................................................... 6
3.2.4. Transplanting..................................................................................... 6
IV. PEMBAHASAN ......................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8

2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pisang merupakan buah yang banyak dikenal oleh masyarakat dan
memiliki nilai yang ekonomis, buahnya mengandung nilai gizi yang lengkap,
kandungan vitamin serta sumber kalori yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Pisang raja kinalun adalah salah satu jenis pisang unggul dimana buah pisang
seperti pisang perancis namun ukuran buah dan pohon lebih besar. Pisang ini
merupakan pisang hasil persilangan terbaru yang ditemukan pada tahun 2007
dan memiliki sifat yang tahan terhadap layu fussarium. Ketersediaan bibit
pisang yang bermutu tinggi, bebas penyakit, seragam, dan dalam jumlah besar
adalah masalah umum yang dialami petani pisang untuk meningkatkan
produksi pisang guna memenuhi kebutuhan baik dalam negeri maupun ekspor
(Prayoga dan Sugiyono, 2010).
Peningkatan produksi pisang Indonesia memerlukan perluasan
penanaman. Salah satu cara adalah dengan perkebunan pisang. Perkebunan
pisang membutuhkan bibit yang bermutu dalam jumlah besar. Ada dua cara
untuk menyediakan bibit, yaitu konvensional dan kultur jaringan.
Perbanyakan secara konvensional melalui anakan (sucker), bonggol dan
belahan bonggol membutuhkan waktu yang lama, bibit yang dihasilkan
sedikit, tidak seragam dan kesehatannya tidak terjamin. Sedangkan teknik
kultur jaringan (in vitro) dapat menghasilkan bibit pisang yang sehat dan
seragam dalam jumlah besar dalam kurun waktu yang relatif singkat dan tidak
tergantung iklim, sehingga ketersediaan bibit terjamin.
Kultur jaringan merupakan suatu metode mengisolasi bagian dari
tanaman, seperti protoplasma sel, sekelompok sel, jaringan, dan organ serta
menumbuhkannya dalam media yang sesuai dan kondisi aseptik, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap (Suliansyah, 2010). Teknologi yang diterapkan dalam
kultur jaringan pisang adalah induksi tunas mikro, multiplikasi tunas mikro,
perakaran tunas mikro dan aklimatisasi plantlet. Pada umumnya seluruh
proses tersebut menggunakan eksplan anakan muda/bonggol dan subkultur
pada media padat.
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum Dasar Bioteknologi materi “Organogenesis Tanaman
Pisang” adalah untuk mengetahui cara dan proses organogenesis pada
tanaman pisang.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Alternatif metode perbanyakan yang dapat digunakan adalah melalui kultur
in vitro. Metode kultur invitro ini mampu menghasilkan tanaman dalam skala besar
dengan waktu yang relatif cepat. Pada tanaman yang bernilai ekonomi tinggi atau
tanaman yang tergolong langka dan sulit dipropagasi dengan cara konvensional
dilakukan perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan. Perkecambahan
secara in vitro telah dilakukan yang menghasilkan data inisiasi perkecambahan
tercepat yaitu 18 hari pada media terbaik yang diuji (Dinarti dkk., 2010).
Menurut Ahmandian et al. (2013) perbanyakan dengan kultur organ dapat
dilakukan pada waktu yang singkat dibandingkan dengan perbanyakan tanaman
dengan cara konvensional. Tujuan dari kultur organ ini tentunya dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang besar yang memiliki sifat genetik
yang sama dengan tanaman induknya. Stress dapat dialami oleh tanaman hasil dari
teknik kultur jaringan akibat dari ketidak cocokan tempat penanamannya (Patel dan
Krishnamurthy, 2013).
Ada dua cara yang dijelaskan oleh Sulistiami dkk., (2012) untuk melakukan
perbanyakan in-vitro, yaitu organorgenesis dan embryogenesis. Organorgenesis
adalah suatu proses membentuk dan menumbuhkan tunas dari jaringan meristem.
Sedangkan embryogenesis adalah proses pembentukan embrio tanpa melalui fusi
gamet, tetapi berkembang dari sel somatic. Golongan sitokinin berperan untuk
menstimulus pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk.
Organorgenesis pada tanaman ini secara langsung dengan terbentuknya bagian-
bagian tanaman pada permukaan eksplan membentuk tunas, duri dan akar
Kalus dan organogenesis dalam kultur jaringan dapat dipengaruhi oleh
cahaya putih yang bertugas merangsang pembentukan kalus dan organogenesis
dalam kultur jaringan tumbuhan. Kalus yang berwarna putih kehijauan dan hijau
terbentuk pada perlakuan dengan penambahan BAP dengan konsentrasi tinggi.
Warna hijau ini disebabkan kalus mengandung klorofil, akibat interaksi NAA dan
BAP, terutama BAP (sitokinin) yang berperan dalam pembentukan klorofil pada
kalus serta faktor lingkungan yaitu paparan cahaya. Proses organogenesis eksplan
secara in vitro terjadi dengan dua cara yang berbeda yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Eksplan menunjukkan respon organogenesis secara tidak langsung
apabila eksplan tumbuh melalui kalus, kemudian akan berdiferensiasi menjadi
tunas dan akar. Eksplan menunjukkan respon secara organogenesis langsung
apabila eksplan tumbuh langsung membentuk tunas dan akar, tanpa melalui
pembentukan kalus (Nisak, 2012).

4
III. URAIAN PELAKSANAAN
3.1. Alat Dan Bahan
3.1.1. Alat
1) Pisau
2) Botol Kultur
3) Cawan Petri
4) Gelas Beaker
5) Polybag
6) Laminar Air Flow
7) Scalpel
8) Pinset
9) Bunsen
10) Shaker
3.1.2. Bahan
1) Tanaman Pisang bagian bonggol ( anakan )
2) Air
3) Larutan Disinfektan
4) Media Aklimatisasi
5) Aquades
6) Media Penanaman
7) Karet
8) Plastik
3.2. Cara Kerja
3.2.1. Pembuatan Media MS dan Penanaman Bonggol Pisang
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Menimbang semua larutan sesuai kadar yang diperlukan pada
bahan eksplan
3) Menambahkan agar, arang, gula 30 g/l ke dalam beaker glass
yang berisi aquadest steril lalu melarutkannya dengan cara
mengaduk larutan hingga tercampur semua
4) Mengukur pH larutan hingga mencapai pH 5,8 dan
menuangkannya ke dalam botol kultur
5) Memasukkan media ke dalam botol kultur, masing-masing 20-
30 ml/botol
6) Memasukkan botol kultur ke dalam autoclave dengan suhu dan
tekanan yang sudah ditentukan
7) Menyimpan media di ruang kultur
3.2.2. Inisiasi Bahan Eksplan
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Mengambil bonggol pisang yang telah dipilih dan
memotongnya menjadi potongan kecil - kecil
3) Mencuci potongan bonggol pisang tersebut dengan aquadest

5
4) Mensterilkan eksplan dengan menggunakan larutan fungisida,
bakterisida, alkohol, dan klorok
5) Memasukkan eksplan ke dalam LAF untuk dikulturkan pada
media MS
3.2.3. Aklimatisasi
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Planlet yang telah berukuran > 5 cm siap untuk di aklimatisasi
3) Membersihkan planlet dari agar
4) Merendamnya dengan menggunakan larutan fungisida
5) Memasukkan planlet ke dalam tray bag di sungkup
menggunakan plastic supaya lembab
6) menunggunya sampai 15 hari , kemudian dibuka
3.2.4. Transplanting
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Memindahkan planlet ke poly bag kemudian mencampurkan
tanah dan arang sekam
3) Merawat benih pisang dengen menyemprotkan pupuk daun
dan fungisida
4) Benih pisang berusia kurang lebih 2 bulan , siap untuk ditanam

6
IV. PEMBAHASAN
Praktikum proses organogenesis tanaman pisang kali ini tidak secara
langsung namun menggunakan video tutorial dari youtube yang sudah
direkomendasikan oleh dosen pembimbing dan asisten praktikum kepada praktikan
untuk dipahami dan dipelajari. Terdapat 3 video tutorial yang digunakan sebagai
referensi untuk pembelajaran mahasiswa agar lebih mengerti dan memahami.
Video pertama menunjukkan cara pembuatan atau proses organogenesis
tanaman pisang dega kultur jaringan. Bahan yang dipakai adalah bonggol anakan
dari tanamn pisang itu sendiri. Video pertama berdurasi 11 menit 19 detik yang
menjelaskan bagaimana dan apa saja yang dilakukan pada saat proses kultur
jaringan. Video pertama cukup jelas untuk dipahami dan diberikan pula teks yang
menunjukkan langkah-langkah pembuatan, sehingga memudahkan untuk
mengetahui langkah selanjutnya yang tidak hanya dari audio saja.
Video kedua juga menampilkan cara dan proses kultur jaringan tanaman
pisang sampai menjadi bibit yang bisa ditanam. Bahan yang digunakan sama
dengan video kedua yaitu bonggol anakan tanaman pisang. Video kedua sangat
jelas dan mudah dipahami karena didalam video diberikan teks seperti subtitle
berupa langkah kerja pada setiap gambar atau video. Video kedua berdurasi lebih
pendek yaitu 7 menit 3 detik, namun waktu yang singkat tidak mengurangi langkah
kerja yang disampaikan.
Video ketiga juga sama yaitu menampilkan bagaimana proses pembuatan
kultur jaringan tanaman pisang. Video ketiga menggunakan Bahasa Inggris untuk
menjelaskan bagaimana cara atau langkah kerja pada pembuata kultur jaringan
tersebut. Hampir sama dengan video pertama dan kedua, namun yang membedakan
hanya Bahasa yang digunakan untuk penjelasannya. Video ketiga berdurasi 5 menit
20 detik.

7
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadian, E., A. Lolaei, S. Mobasheri, and R. Bemana. 2013. Investigation of
Importance Parameters of Plant Tissue. Agriculture and Crop
Sciences, 5(8): 900-905.
Dinarti, D, U. Sayekti, dan Y. Alitalia. 2010. Kultur Jaringan Kantong Semar
(Nepenthes mirabilis). Hort. Indonesia, 1(2): 59-65.
Nisak, K, T. Nurhidayati, dan K. I. Purwani. 2012. Pengaruh Kombinasi
konsentrasi ZPT NAA dan BAP pada Kultur Jaringan Tembakau
Nicotiana tabacum var. Prancak 95. Sains Dan Seni Pomits, 1(1):
1-6.
Patel, H. and Krishnamurthy, R. 2013. Elicitors in Plant Tissue Culture.
Pharmacognosy and Phytochemistry, 2(2): 60-65.
Prayoga, L dan Sugiyono. 2010. Uji Perbedaan Media Dan Konsentrasi Bap
Terhadap Pertumbuhan Tunas Pisang Raja Secara Kultur In Vitro.
AGRITECH, Vol. XII No. 2 Des. 2010 : 89 – 99
Suliansyah, Irvan. Kultur Jaringan Tanaman. Program Studi Agroekoteknologi.
Universitas Andalas. Padang
Sulistiami, A., Waeniati., Muslimin dan N. Suwastika. 2012. Pertumbuhan Organ
Tanaman Buah Naga(Hylocerus undatus) Pada Medium Ms Dengan
Penambahan Bap Dan Sukrosa. Natural Science, 1.(1) 27-33.

Anda mungkin juga menyukai