Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PUCUK NANGKA (Arthocarpus heterophyllus) DENGAN

METODE KULTUR JARINGAN

Oleh :
Bintang Adji Saputra
202010320311053

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Sekilas Tentang Kultur Pucuk...................................................................2
2.2 Manfaat Kultur Pucuk...............................................................................2
2.3 Pengaruh Penambahan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan
Eksplan.................................................................................................................2
BAB III METODE KERJA..................................................................................4
3.1 Alat............................................................................................................4
3.2 Bahan.........................................................................................................4
3.3 Cara Kerja..................................................................................................4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................6
4.1 Hasil...........................................................................................................6
4.2 Pembahasan...............................................................................................6
BAB V PENUTUP..................................................................................................9
5.1 Kesimpulan................................................................................................9
5.2 Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
LAMPIRAN..........................................................................................................11

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan bibit dan tanaman secara konvensional dihadapkan pada
kesulitan mendapatkan biji yang bermutu baik, seragam, dan dalam waktu
singkat. Secara konvensional perbanyakan bisa dilakukan dengan biji.
Perbanyakan menggunakan biji tersebut membutuhkan waktu yang lama, dan
jumlah bibit yang terbatas. Upaya mengatasi masalah tersebut adalah dengan
teknik kultur in vitro (Srilestari et al., 2019).
Kultur jaringan tumbuhan merupakan metode yang memberikan solusi
terbaik untuk memperbanyak tanaman dalam jumlah besar dan cepat
dibandingkan perbanyakan konvensional. Metode perbanyakan in vitro dapat
dilakukan dengan metode kultur jaringan atau kultur organ yang dilakukan
medium umum atau medium khusus (Elfiani & Jakoni, 2019) . Metode ini
banyak digunakan karena memiliki keuntungan diantaranya mudah dipreparasi,
dipindahkan, dikontrol secara otomatis dan dibersihkan.
Kombinasi zat pengatur tumbuh yang tepat merupakan salah satu factor
yang mempengaruhi keberhasilan kultur pucuk. Golongan zat pengatur tumbuh
yang banyak digunakan antara lain auksin, sitokinin dan asam giberelat (GA).
Berdasarkan penjabaran diatas perlunya mempelajari kultur pucuk agar dapat
memahami teknik pembuatan dan zat pengatur tumbuh yang sesuai untuk
perbanyakan tanaman menggunakan teknik kultur pucuk.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam kegiatan ini adalah
1. Mempelajari teknik pembuatan kultur pucuk tumbuhan dalam kultur
jaringan secara benar dan memperoleh akar dari eksplan yang di isolasi
dan ditumbuhkan dalam lingkungan yang terkendali.
2. Mengetahui berapa lama eksplan dapat berakar, dan menggunakan ZPT
apa yang paling efektif.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sekilas Tentang Kultur Pucuk
Teknik mikropropagasi merupakan teknik kultur jaringan dengan
menggunakan kultur tunas puuk. Kultur pucuk merupakan kultur yang
menggunakan pucuk (Short tip) atau tunas aksiler sebagai eksplan yang
ditanam pada suatu medium hara, sehingga terjadi diferensiasi dan
organogenesis membentuk tanaman sempurna (Ziraluo, 2021) . Pucuk
merupakan ekpslan yang paling baik digunakan sebagai perbanyakan
tanaman.
Teknik ini dilakukan secara in vitro dengan mengkulturkan eksplan
yang mengandung meristem pucuk dengan tujuan perangsangan dan
perbanyakan tunas-tunas atau cabang-cabang aksilar. Proses penggandaan
kultur sangat bergantung pada konsentrsasi zat pengatur pada media
kultur (Yushi Mardiana & Sumarji, 2022) . Tunas yang berhasil tumbuh
dapat diperbanyak lagi atau dapat diakarkan dan di tumbuhkan dalam
kondisi in vivo.
kultur tunas aksilar adalah kultur mata tunas untuk
merangsang munculnya tunas-tunas aksilar dari mata tunas
yang dikulturkan
kultur tunas aksilar adalah kultur mata tunas untuk
merangsang munculnya tunas-tunas aksilar dari mata tunas
yang dikulturkan
kultur tunas aksilar adalah kultur mata tunas untuk
merangsang munculnya tunas-tunas aksilar dari mata tunas
yang dikulturkan
kultur tunas aksilar adalah kultur mata tunas untuk
merangsang munculnya tunas-tunas aksilar dari mata tunas
yang dikulturkan
Kultur tunas aksilar banyak digunakan karena metode paling efektif
dan dan memiliki keberhasilan tinggi untuk perbanyakan tanaman. Metode
ini merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk tanaman
berkayu (Hendra Ahsan et al., 2019) . Kultur pucuk dapat memungkinkan
mengontrol tunas yang bebas virus dan laju perbanyakannya tinggi.
2.2 Manfaat Kultur Pucuk
Kultur pucuk memiliki beberapa manfaat, antara lain: memproduksi
bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat, memproduksi tanaman
bebas penyakit, melestarikan spesies tanaman langka atau hampir punah,
menciptakan tanaman dengan sifat yang identik dengan tanaman induknya,
menghemat waktu dalam perbanyakan tanaman, menyediakan metode yang
lebih efisien untuk tanaman bernilai ekonomis, mengizinkan modifikasi
genetik dan produksi tanaman hasil rekayasa genetika. Secara keseluruhan,
kultur pucuk merupakan teknik yang berguna untuk perbanyakan tanaman

2
yang memiliki banyak manfaat, antara lain kemampuan menghasilkan
tanaman dalam jumlah besar secara cepat dan efisien, melestarikan spesies
langka atau terancam punah, dan menciptakan tanaman dengan sifat yang
identik dengan induknya.
2.3 Pengaruh Penambahan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Pertumbuhan Eksplan
Kinetin merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin yang
aktif dalam proses pembelahan sel dan induksi tunas. Asam naftalenasetat
(NAA) merupakan golongan auksin yang biasa digunakan untuk induksi
akar. Kombinasi antara keduanya seringkali mampu memperbaiki induksi
tunas, penggandaan tunas, dsn induksi akar. Rasio auksin dan sitokinin
yang tinggi akan merangsang pembentukan akar, sebaliknya jika rasio
rendah akan merangsang pembentukan tunas dan jika rasio mendekati nilai
satu akan merangsang pembentukan kalus (Perdana et al., 2022).

3
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :
1. Scapel Blade Steril
2. Beaker Glass Steril
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :
1. Tunas Nangka ( Artocarpus heterophyllus )
2. Media MS + 500 mg/l Malt Ekstrak +25 mg/l Adenin (Asam
Amino)
3. ZPT Auksin : a. IBA 0,3 mg/l
b. NAA 0,3 mg/l
c. BAP 1 mg/l
4. Fungsida Dithane 2,5 g/l
5. Agrimicin 1 g/l
6. Alkohol 70%
7. Clorox 10%
8. Aquadest Steril
9. HgCl 0,1%
10. Spirtus
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :
a. Persiapan dan Penanaman Eksplan
1. Mengambil tunas Nangka
2. Mencuci dengan air mengalir/kran lalu menyikatnya
3. Memotong tunas (1 atau 2 mata tunas)
4. Merendam dengan fungisida : Dithane 2,5 g/l selama 60
menit
5. Merendam dengan agrimicin 1 g/l selama 30 menit
6. Membilas dengan aquadest steril
7. Merendam dengan clorox 10% selama 10 menit
8. Membilas dengan aquadet steril
9. Memotong satu mata tunas, merendam dalam HgCl 0,1%
selama 0,5-1 menit
10. Membilas dengan aquadest steril 3 kali
11. Menanam pada media yang tersedia

4
b. Pengambilan Eksplan

c. Pengamatan
Perlakua No. Saat Saat % %
n ZPT Eksplan Inisi Muncu Beraka Kontamina
Pada asi l Akar r si
Media (hsi) (hsi)
Tanam
MS + 1
IBA 0,3 2
mg/l 3
BAP 1 4
mg/l 5
6
7
MS + 1
NAA 0,3 2
mg/l 3
+BAP 1 4
mg/l 5
6
7

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Bedasarkan pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil
Perlakuan No. Saat Saat % %
ZPT pada Eksplan Inisiasi Muncul Eksplan Kontaminasi
Media (HSI) Akar Berakar
Tanam
B21-1 Tidak Tumbuh Akar
B21-2 Kontaminasi Hari ke-14
MS + IBA B21-3 Kontaminasi Hari ke-7
0,3 mg/l, B21-4 Kontaminasi Hari ke-7 0% 42%
BAP 1 mg/l B21-5 Tidak Tumbuh Akar
B21-6 Tidak Tumbuh Akar
B21-7 Tidak Tumbuh Akar
B22-1 Kontaminasi Hari ke-14
B22-2 Kontaminasi Hari ke-7
MS + NAA B22-3 Hari ke-14 Inisiasi Hari ke-14
0,3 mg/l, B22-4 Tidak Tumbuh akar 14% 57%
BAP 1 mg/l B22-5 Tidak Tumbuh Akar
B22-6 Kontaminasi Hari ke-7
B22-7 Kontaminasi Hari ke-7
Tabel 1. Pengamatan Kultur Jaringan Pucuk Tumbuhan Nangka

Keterangan :
HSI (Hari Setelah Inisiasi)
Penanaman Kultur Pucuk tanggal 5 juni 2023
Pengamatan Pertama tanggal 12 juni 2023
Pengamatan tanggal 19 juni 2023
4.2 Pembahasan
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa terdapat 2
sampel perlakuan ZPT media yang digunakan yaitu media MS + IBA 0,3
mg/l , BAP 1 mg/l, dan MS + NAA 0,3 mg/l. dan BAP 1 mg/l. Masing
masing perlakuan terdapat 7 botol sampel. Pada perlakuan MS +IBA dan
BAP sampel B21-1, B21-5, B21-6 dan B21-7 tidak tumbuh akar, dan
sampel B21-2, B21-3, dan B21-4 terkontaminasi. Sampel MS + NAA dan
BAP hanya sampel B22-3 yang muncul akar pada hari ke 14, sampel B22-
1, B22-2, B22-2, B22-6 dan B22-7 terkontaminasi, dan sampel B22-4 dan
B22-5 tidak tumbuh akar. Persentase eksplan berakar pada perlakuan MS +
IBA dan BAP adalah 0% dan terkontaminasi sebesar 42%, sedangkan pada
perlakuan MS + NAA dan BAP adalah 14% dan yang terkontaminasi
sebesar 57%.

6
Bahan eksplan yang digunakan pada kegiatan ini adalah tumbuhan
Nangka. Nangka memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : A. heterophyllus
Kultur pucuk bertujuan memperbanyak tanaman dalam jumlah yang
besar dan cepat dibandingkan perbanyakan secara konvensional. Kultur
pucuk merupakan kultur jaringan dengan menggunakan eksplan pucuk
yang akan dibudidayakan pada lingkungan yang terkendali. Teknik
pembuatan kultur pucuk dengan menggunakan ekplan pucuk Nangka yang
pertama dilakukan adalah mengambil tunas Nangka, lalu cuci dengan air
mengalir/kran dan menyikatnya agar getah Nangka tidak ikut dalam
eksplan. Memotong tunas (1 atau 2 mata tunas). Rendam mata tunas
dengan fungisida : Dithane 2,5 g/l selama 60 menit, lalu rendam dengan
agrimicin 1 g/l selama 30 menit, setelahnya bilas dengan aquadest steril.
Selanjutnya rendam dengan clorox 10% selama 10 menit, lalu bilas dengan
aquadet steril. Lalu memotong satu mata tunas, merendam dalam HgCl
0,1% selama 0,5-1 menit, bilas dengan aquadest steril 3 kali agar bahan
kimia tidak menempel pada eksplan, terakhit tanam eksplan pada media
yang tersedia. Penggunaan bahan kimia bertujuan untuk mensterilkan
bagian yang akan dikulturkan agar tidak membawa bakteri dari luar saat
akan ditanam pada media MS.
Media yang digunakan menggunakan MS. Media MS atau Murashige
and Skoog merupakan media yang kaya akan nutrisi yang digunakan untuk
kultur jaringan tanaman secara in vitro. Media MS mengandung campuran
yang seimbang dari makronutrien, mikronutrien, vitamin, dan regulator
pertumbuhan tanaman untuk memberikan kondisi yang optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komposisi nutrisi media MS
bervariasi tergantung pada spesies tanaman dan ekperimen tertentu, tetapi
biasanya termasuk sukrosa, garam anorganik, dan vitamin.
ZPT atau zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organic yang bukan
hara untuk mengontrol proses biologi dalam jaringan tanaman. ZPT dalam
jumlah sedikit dapat memavu, menghambat, dan merupah proses fisiologi
tumbuhan. Penggunaan ZPT pada tumbuhan dapat memacu pertumbuhan
tanaman, memperbaiki mutu benih, membantu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, merangsang pembesaran sel. Penggunaan ZPT
pada tumbuhan harus dilakukan secara tepat dan hati hati, karena dapar
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. ZPT yang

7
digunakan dalam kegiatan ini adalah IBA dan BAP, serta NAA dan BAP.
IBA atau Indole-3-butyric acid adalah salah satu ZPT jenis auksin yang
sering digunakan dalam kultur jaringan tanaman. IBA memiliki rumus
kimia C12H1NO2 dan berbentuk kristal putih, senyawa ini terdiri dari
gugus indol dan gugus butirat yang terikat pada atom karbon. IBA berguna
sebagai induksi akar pada tanaman, selain itu IBA juga dapat membantuk
dalam pembentukan akar tanaman, memperceat pertumbuhan tunas, dan
meningkatkan produksi tanaman. Konsentrasi IBA tergantung pada jenis
tanaman dan tujuan penggunaannya. BAP atau Benzyl Amino Purine
adalah sitokinin sintesis yang umumnya digunakan pada kultur jaringan
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan tunas. Konsentrasi
BAP tergantung pada spesies tanaman dan hasil yang diinginkan.
Komposisi BAP antara lain hara makro seperti nitrogen, fosfor, kalium,
kalsium, magnesium, dan sulfur yang penting bagi tumbuhan. NAA atau
Napthalane Acetic Acid adalah hormon tanaman sintesis yang digunakan
dalam kultur jaringan untuk pertumbuhan akar dan pertumbuhan tunas.
NAA merupakan senyawa putih yang larut dalam pelarut organic.
Konsentrasi NAA yang digunakan bergantung pada spesies tanaman dan
hasil yang diinginkan. Hormon NAA sangat toxic bagi tanaman pada
konsentrasi yang tinggi.
Hasil yang didapatakan pada kegiatan ini adalah MS + NAA dan BAP
memiliki persentase berakar 14% lebih baik daripada MS + IBA dan BAP
yang memiliki persentase 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa komposisi
media yang cocok digunakan adalah MS + NAA dan BAP. Komposisi
media yang cocok digunakan mempengaruhi jumlah eksplan yang berakar.
Sedikitnya jumlah persentase eksplan yang berakar dipengaruhi oleh
konsentrasi jaringan media kultur yang tidak sesuai. Komposisi inilah yang
menyebabkan kebanyakan sampel tidak tumbuh akar dan terkontaminasi.
Kontaminasi pada eksplan disebabkan oleh bakteri dan jamur yang masuk
pada eksplan dan media. Pemilihan jenis hormon dan konsentrasi yang
sesuai dapat membantu meningkatkan keberhasilan eksplan kultur jaringan.
Upaya pencegahan kontaminasi dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan dan sterilisasi alat dan bahan dalam proses kultur jaringan, alat
dan bahan yang terkontaminasi dapat merusak sampel media dan bahan.
Menjaga kebersihan area kerja dan memakai pakaian yang steril dan bersih,
bakteri berukuran sangat kecil oleh karena itu penggunaan pakaian yang
bersih dan steril dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi. Membuat
media tanam kultur jaringan dengan komposisi nutrient yang tepat.
Menjaga kelembaban suhu yang sesuai pada area kultur jaringan, suhu
yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat merusak media serta tanaman
yang sedang dikulturkan, oleh karena itu sangat penting untuk menjaga
suhu agar tetap stabil. Memastikan eksplan yang digunakan bebas dari

8
kontaminan seperti bakteri atau jamur, ekplan yang terkontaminan dan
tidak di sterilkan menggunakan bahan kimia dapat merusak media yang
digunakan. Dengan menggunakan langkag Langkah tersebut diharapkan
dapat mengurangi resiko terjadinya kontaminasi dan memperoleh hasil
yang diharapkan dalam proses kultur jaringan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan
1. Teknik kultur jaringan menggunakan pucuk untuk dijadikan
eksplan dan diperbanyak secara in vitro.
2. ZPT yang sesuai mempengaruhi pertumbuhan eksplan.
3. Penggunaan komposisi MS + NAA dan BAP lebih efektif
dalam menumbuhkan akar pada kultur pucuk.
4. Kontaminasi disebabkan oleh bakteri dan jamur.
5. Perbandingan berakar komposisi MS + NAA dan BAP
sebesar 14%, sedangan MS + IBA dan BAP 0%
5.2 Saran
Saran pada kegiatan ini adalah :
1. Waktu yang digunakan lebih banyak
2. Runtutan kegiatan dilakukan mandiri oleh praktikan

9
DAFTAR PUSTAKA
Elfiani, E., & Jakoni, J. (2019). Sterilisasi Eksplan Dan Sub Kultur Anggrek, Sirih Merah, Dan Krisan
Pada Perbanyakan Tanaman Secara In Vitro. Jurnal Dinamika Pertanian, 30(2), 117–124.

Hendra Ahsan, M., Tambing, Y., & Latarang, B. (2019). Pengaruh Waktu Penyambung
Terhadap Tingkat Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Pada Tanaman Langka
(Artocarpus heteropyllus Lamk). Agrotekbis, 7(3), 330–337.
Perdana, M. A. P., Ratnadewi, D., & Ermayanti, T. M. (2022). Optimasi komposisi media
untuk mikropropagasi tanaman kupa (Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & L.M
Perry). Jurnal Agro, 9(2), 265–279. https://doi.org/10.15575/20958
Srilestari, R., Wijayani, A., & Supriyanto, B. (2019). Kultur Jaringan Pisang Abaka (I.
Indah, Ed.; 1st ed., Vol. 1). LPPM UPN Veteran Yogyakarta.
Yushi Mardiana, & Sumarji. (2022). Pengaruh Pemberian Pencahayaan dan Konsentrasi
Sukrosa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Umbi Mikro Kentang (Solanum
Tuberosum L.). Jurnal Multidisiplin Madani, 2(6), 2963–2976.
https://doi.org/10.55927/mudima.v2i6.583
Ziraluo, Y. P. (2021). Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas poiret)
Dengan Teknik Kultur Jaringan Atau Stek Planlet. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(3),
1037–1046.

10
LAMPIRAN

Proses pemotongan pucuk

Proses perendaman pucuk dengan senyawa kimia

Proses penanaman eksplan pada botol kultur yang sudah terisi media

11

Anda mungkin juga menyukai