DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL Halaman
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang..............................................................................................1
Tujuan Praktikum..........................................................................................3
Kegunaan Praktikum.....................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Inisiasi Eksplan...........................................................................4
Persyaratan Eksplan......................................................................................4
METODOLOGI
Waktu dan Tempat.......................................................................................10
Alat dan Bahan.............................................................................................10
Pelaksanaan Praktikum................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.............................................................................................................11
Pembahasan..................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan..................................................................................................14
Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Media Kultur Jaringan Tanpa MS (Murashige dan Skoog)..............................11
2. Media Kultur Jaringan Dengan MS (Murashige dan Skoog)............................12
iii
DAFTAR GAMBAR
No Lampiran Halaman
1. Pemotongan Eksplan.........................................................................................11
2. Pembersihan Eksplan dengan Sabun Cuci........................................................11
3. Perendaman Eksplan dengan Fungisida............................................................11
4. Pemotongan Eksplan.........................................................................................11
5. Penanaman Eksplan...........................................................................................11
6. Mengikat Botol Kultur......................................................................................11
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permintaan pasar yang tinggi mendorong perlunya upaya budidaya yang
berkelanjutan yaitu melalui penyediaan bibit dalam jumlah besar, relatif cepat
pengadaannya serta harga yang relatif murah. Perbanyakan menggunakan biji
memiliki kekurangan, salah satunya adalah perbedaan karakter awal dari genotipe
(Harahap et al., 2015).
Perbanyakan secara vegetatif melalui kultur jaringan dapat menjadi salah
satu pilihan. Perbanyakan dengan benih dapat menghasilkan anakan tanaman
dengan sifat yang relatif beragam sehingga masih memerlukan uji lapangan dalam
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan keseragaman sifat unggulnya. Sistem
perbanyakan kultur jaringan melalui organogenesis tunas pucuk diharapkan
mampu memenuhi ketersediaan bibit sengon yang seragam dalam waktu singkat
dan dengan harga yang relatif murah (Anita et al., 2019).
Kultur tunas pucuk memiliki beberapa keuntungan yaitu frekuensi
organogenesisnya tinggi, tingkat stabilitas genetiknya relatif tinggi, penggunaan
yang luas pada banyak jenis, terbukti berhasil untuk propagasi pohon dewasa, dan
secara ekonomi murah (Yuliani, 2019).
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti pucuk, daun dan mata tunas, serta
menumbuhkan bagian- bagian tersebut dalam media buatan secara aseptic yang
kaya nutrisi. Inisisi adalah pengambilan dan penamaan eksplan yang steril
kedalam media tanam. Tinamin dan asam nikotinat (vitamin) merupakan salah
satu unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai anti oksidan dan melancarkan
metabolism pada tumbuhan sehingga tumbuhan akan dengan cepat menyerap
unsur hara yang terdapat pada media (Zaenuddin et al., 2021).
Bahasa asing kultur jaringan disebut dengan tissue culture,
weefselcultus ,atau gewebe culture. Kultur adalah budidaya sedangkan kultur
jaringan berarti memudidayakan suatu jaringan tanaman sehingga menjadi
tanaman baru yang memiliki sifat sama seperti induknya. Prinsip utama dari
kultur jaringan adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam keadaan steril
baik teknisi maupun eksplan (bagian tanaman yang akan diuji) dan media yang
2
akan dipakai,kultur jaringan jua harus menggunakan eksplan yang masih muda
(meristem) sehingga sel-sel yang ada pada eksplan tersebut dapat dengan
cepat membelah sehingga menjadi tumbuhan baru yang berkualitas tinggi
(Sarpaini, 2015).
Kemampuan hidup eksplan pada kultur in vitro sangat tergantung dari
eksplan itu sendiri, jenis dan komposisi media serta kandungan zat pengatur
tumbuh yang diberikan. Jenis dan komposisi media sangat mempengaruhi
besarnya ketersediaan zat makanan bagi eksplan sehingga secara langsung dapat
mempengaruhi besarnya daya tahan eksplan untuk hidup pada media tersebut,
sedangkan zat pengatur tumbuh endogen dan eksogen berpengaruh utuk
menginduksi pola morfogenesis tertentu (Sundari et al., 2015).
Bidang bioteknologi pertanian kultur jaringan selain dimanfaatkan sebagai
cara untuk perbanyakan tanaman juga dimanfaatkan plasma nutfah, variasi
monoklonal dan sebagai sarana bagi rekayasa genetika untuk memperoleh
tanaman yang bernilai tinggi). Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu
bidang bioteknologi yang tidak hanya didominasi oleh kalangan akademis, tetapi
telah menjadi alat utama bagi perbanyakan tanaman dan pencaharian varietas
tanaman baru oleh industri hortukultura dan tanaman pangan (Fowler, 2019).
Banyak senyawa-senyawa kimia alami seperti antibiotik, alkaloid, steroid,
minyak atsiri, resin merupakan metabolit sekunder diperoleh secara komersial
dengan cara mengisolasi dari tanaman, dan hal ini menimbulkan permasalahan
yang serius dengan terbatasnya sumber bahan baku untuk diisolasi. Sehubungan
terbatasnya sumber bahan baku maka perlu dicari solusi alternatif lain dalam
usaha penyediaan metabolit sekunder. Salah satu alternatif tersebut adalah melalui
kultur jaringan tanaman yang sering disebut dengan kultur in vitro (Pierik, 2018).
Media kultur jaringan tumbuhan berisi garam garam mineral, hormon,
vitamin, sumber karbon, dan asam amino. Sumber karbon merupakan salah satu
faktor yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan kultur jaringan selain
kombinasi zat tumbuh. Sumber karbon berfungsi sebagai sumber energi yang
dibutuhkan oleh sel untuk dapat melakukan pertumbuhan (Kimball, 2021).
Glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis sukrosa dapat merangsang
3
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI
Hasil
Tabel 1. Media Kultur Jaringan Tanpa MS (Murashige dan Skoog)
No Pengamatan Gambar Keterangan
1 Pengamatan pertama
eksplan tumbuh dengan
baik dan tidak terjadi
Rabu, 01
kontaminasi
November 2023
mikroorganisme
3 Pengamatan ketiga
pertumbuhan eksplan tidak
berkembang
Rabu, 13
November 2023
1 Pengamatan pertama
eksplan dalam kondisi baik
dan tidak terjadi
Rabu, 01 kontaminasi
November 2023 mikroorganisme
Pembahasan
Pada pengamatan pertama media kultur jaringan tanpa MS, eksplan
tumbuh dengan baik karena pada proses penanaman sangat steril sehingga
pertumbuhan eksplan menjadi lebih baik dan tidak terjadi adanya kontaminasi.
Pada pengamatan kedua media kultur tanpa MS eksplan mulai muncul tunas
dikarenakan kondisi daripada medianya sangat stabil dan tidak terjadi kontaminasi
sehingga pertumbuhan eksplan tidak terganggu. Pada pengamatan ketiga
11
Kesimpulan
Pada praktikum kultur jaringan tentang inisiasi eksplan dapat saya
simpulkan bahwa inisiasi eksplan menggunakan media MS dan tanpa MS
pertumbuhan tanamannya sama. Pemilihan eksplan juga sangat menentukan
keberhasilan kultur jaringan
Saran
Adapun sedikit saran dari saya pribadi yaitu proses praktikum mungkin
dapat diperpanjang untuk melihat perkembangan eksplan pada media tanpa MS
dan dengan MS hingga proses aklimatisasi.
DAFTAR PUSTAKA
13
Fowler MW, Comersial and Economic aspect of Mass Olant Cell Culture,
Cambridge Univ. London, (2019).
Harahap, P.S., Siregar, L.A.M., & Husni, Y. (2015). Kajian Awal : Respon
Eksplan Nodus dalam Inisiasi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis Muell Arg.) dalam Medium MS. Agroekoteknologi, 3(2337),
229–237.
Michel Z, Hilaire KT, Mongomake K, Georges AN, Justin KY. (2018). Effect
ofgenotype, explants, growth regulators, and sugar on callus
inductionincotton (Gossypium hirsutum L.). Australian Journal of Crop
Science.2(1):1−9.
Putri, A. I., & Jayusman, D. (2017). Inisiasi Tunas Aksiler serta Kalus Toona
sinensis dan Toona sureni dengan Sumber Bahan Stek Cabang. Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan, 6(3), 167– 180.
Sundari, L., Siregar, L. A., & Hanafiah, D. S. (2015). Kajian awal: Respon
eksplan nodus dalam inisiasi tunas mikro tanaman karet (Hevea
brasiliensis Muell. Arg.) dalam medium WPM. Jurnal Agroekoteknologi
Universitas Sumatera Utara, 3(1), 102887.
Yuliani, S. E. (2019). Perbanyakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)
yang Berasal dari Tanaman Dewasa dengan Teknik Kultur Jaringan:
14
Zaenudin, M., Nitami, D., Husain, P., & Ihwan, K. (2021). Efektivitas Inisiasi
Kultur Jaringan terhadap Pertumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) dengan Menambahkan Dosis Tiamin dan Asam Nikotinat
pada Media Agar. EVOLUSI: JOURNAL OF MATHEMATICS AND
SCIENCES, 5(2), 102-106.
LAMPIRAN GAMBAR
15
LEMBAR ASISTENSI
16