Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KULTUR JARINGAN

“Sumber-sumber Eksplan Dalam Kultur Jaringan”

Dosen Pengampu Mata Kuliah Kultur Jaringan


Dr. Ir. Ketut Srie Marhaeni Julyasih, M.Si.

Disusun oleh :

I Kadek Sandiase NIM. 1813091005


I Wayan Wahyu Indra Sari NIM. 1813091006
Gede Deva Maruta Ambara NIM. 1813091013

Semester VI Biologi

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nyalah beserta dibarengi dengan usaha dari kami
selaku tim penyusun sehingga makalah kultur jaringan yang berjudul “Sumber-
sumber Eksplan Dalam Kultur Jaringan” ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Ada pun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah kultur jaringan ini
adalah untuk mengkaji dan mengetahui mengenai sumber-sumber eksplan yang
digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan.

Dalam kesempatan ini, kami selaku tim penyusun mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Harapan yang kami inginkan semoga makalah kultur jaringan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan
maupun kekurangan, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca.

”Om Shanti Shanti Shanti Om”

Singaraja, 27 Maret 2021

Tim penyusun

Kelompok 1

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan ii


Program Studi S1 Biologi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembelajaran ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Pembelajaran ..................................................................................... 2
BAB II KAJIAN ISI
2.1 Pengertian Eksplan .......................................................................................... 3
2.2 Eksplan Daun .................................................................................................. 6
2.3 Ekspaln Biji ..................................................................................................... 8
2.4 Eksplan Anter .................................................................................................. 9
2.5 Eksplan Embrio ............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan iii


Program Studi S1 Biologi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini telah berkembang teknik perbanyakan tanaman yang dapat


memperbanyak tanaman hanya dengan mengambil bagian dari tanaman yang
berpotensi untuk melakukan pembelahan dan ditanam di dalam media tertentu.
Teknik ini dinamakan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu
metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan
dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi yang aseptik sehingga bagian-
bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh
kembali. Teknik ini didasarkan pada teori totipotensi (total genetik potensial) yang
dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden yang menyatakan bahwa sel-sel
bersifat otonom dan pada prinsipnya mampu beregenerasi menjadi tanaman
lengkap.

Induksi kalus merupakan tahapan penting dalam budidaya jaringan tanaman


karena kalus merupakan bahan penting untuk perbanyakan maupun rekayasa
genetik (Rashid et al., 2009). Kalus mempunyai kemampuan beregenerasi
membentuk akar, tunas, dan embrio yang dapat membentuk tanaman dewasa
lengkap (Farid, 2003). Daya regenerasi suatu kalus sangat penting untuk
menjamin keberhasilan produksi tanaman hasil rekayasa genetika. Salah satu
penentu keberhasilan dalam proses induksi kalus adalah eksplan.

Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jelas mengenai sumber-sumber


eksplan yang digunakan dalam proses induksi kalus dalam kultur jaringan
tumbuhan maka disusunlah makalah ini untuk membahas mengenai sumber-
sumber eksplan dalam teknik kultur jaringan tumbuhan.

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraikan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Mengapa dalam kultur jaringan tumbuhan menggunakan eksplan daun ?
1.2.2 Mengapa dalam kultur jaringan tumbuhan menggunakan eksplan anter ?
1.2.3 Mengapa dalam kultur jaringan tumbuhan menggunakan eksplan biji ?
1.2.4 Mengapa dalam kultur jaringan tumbuhan menggunakan eksplan embrio ?

1.3 Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini yaitu :

1.3.1 Mengetahui alasan penggunaan eksplan daun dalam kultur jaringan

1.3.2 Mengetahui alasan penggunaan eksplan anter dalam kultur jaringan

1.3.3 Mengetahui alasan penggunaan eksplan biji dalam kultur jaringan

1.3.4 Mengetahui alasan penggunaan eksplan embrio dalam kultur jaringan

1.4 Manfaat Pembelajaran

Adapun manfaat dari pembelajaran ini yaitu memberikan informasi


mengenai sumber-sumber eksplan dalam teknik kultur jaringan tumbuhan.

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
BAB II
KAJIAN ISI

2.1 Eksplan Dalam Kultur Jaringan Tumbuhan

Eksplan adalah bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bahan eksplan


dapat berupa organ, jaringan, maupun sel. Eksplan dari organ lebih mudah
dikulturkan, misalnya : daun, batang, akar.
Jaringan eksplan yang dipilih adalah jaringan yang masih berdiferensiasi,
matang dan tidak membelah. Setelah pemindahan eksplan yang baru dipotong ke
dalam kondisi yang memicu/mendorong pertumbuhan eksplan tersebut, nantinya
pada bagian permukaan potongan ekspaln tersebut akan mulai terjadi proses
pembelahan sel, dan sebagai bentuk dalam proses penyembuhan luka.
Pertumbuhan atau pembelahan sel tersebut terjadi secara terus-menerus dan tidak
beraturan inilah yang disebut kalus. Jaringan yang terdiferensiasi juga mengalami
modifikasi menjadi meristematik.

Sel kalus terus berkembang biak tanpa berdiferensiasi yang mengarah pada
pembentukan kultur primer. Akhirnya terjadi diferensiasi dalam massa jaringan
dengan bantuan zat pengatur tumbuh yang mengarah pada pembentukan
tanaman lengkap. Oleh karena itu kalus dapat digunakan sebagai bahan awal
untuk melakukan percobaan totipotensi jaringan terhadap regenerasi organ dan
tanaman.

Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang


pertama harus dilakukan adalah memilih tanaman induk yang hendak
diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya, serta
harus sehat dan bebas penyakit (Yusnita, 2003). Cara memilih eksplan harus
didasari oleh ilmu pengetahuan tentang sel, yaitu bagian-bagian tanaman yang
mempunyai sel aktif membelah (meristem). Pada bagian-bagian sel meristem
mengandung hormon tanaman, sehingga hasilnya dapat seperti yang diharapkan
3

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
(Hendaryono dan Wijayani, 1994). Jaringan meristem terdiri atas sel-sel yang
masih muda, dindingnya tipis, sitoplasma kaya akan plasma, vakuolanya kecil-
kecil. Bentuk selnya ke segala arah (kubus, isodiometris), tetapi ada juga yang
bentuknya pipih, panjang (seperti sel-sel kambium) (Santoso dan Nursandi,
2003).

Menurut Debergh dan Zimmerman (1991) banyak mikropropagasi


menggunakan eksplan dari tunas apikal dan aksilar. Hanya dalam jumlah
terbatas dari bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan lain, seperti daun
dan bunga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan eksplan yaitu sebagai


berikut.

1. Umur fisiologis (ontogenik) yang akan digunakan sebagai sumber eksplan


Umur fisiologis eksplan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan eksplan. Secara fisiologis, eksplan yang berasal dari jaringan
muda lebih responsif dalam kultur in vitro. Pada banyak kasus, jaringan tua
tidak akan membentuk kalus yang mampu beregenerasi. Di samping itu,
karena jaringan muda relatif baru terbentuk akan lebih untuk melakukan
sterilisasi permukaan, sehingga akan diperoleh kultur yang bebas kontaminan.
2. Musim
Musim berpengaruh terhadap kontaminasi dan respon dalam kultur. Hal
ini berkaitan erat dengan dormansi dari organ/jaringan tanaman induk.
Sebagai contoh, eksplan (tunas/mata tunas) yang diambil pada musim semi,
pada saat tunas baru muncul, akan lebih responsif dibandingkan eksplan yang
diambil pada musim lain (musim panas, gugur, atau dingin), pada saat eksplan
dalam keadaan dorman. Jaringan yang secara fisiologis dorman umumnya
tidak responsif dalam kultur hingga kebutuhan dormansinya dipenuhi.

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
3. Ukuran eksplan
Ukuran eksplan berpengaruh terhadap respon jaringan. Umumnya,
semakin kecil ukuran eksplan, maka akan semakin sulit untuk dikulturkan.
Dalam hal ini media kultur biasanya perlu dilengkapi dengan komponen
tambahan. Eksplan yang berukuran besar biasanya mengandung cadangan
makanan dan zat pengatur tumbuh lebih banyak yang akan mempertahankan
kultur. Ukuran eksplan yang besar juga akan mempersulit untuk mendapatkan
eksplan yang steril. Tanaman memiliki keseimbangan hormonal yang berbeda
bergantung pada lokasi eksplan. Sehingga eksplan dapat memiliki kandungan
zat pengatur tumbuh yang berbeda pula. Konsekuensi perbedaan hormon
internal tersebut akan berpengaruh terhadap respon eksplan secara in vitro.
4. Kualitas tanaman
Disarankan untuk mengambil eksplan dari tanaman induk yang sehat.
Jangan mengambil eksplan dari tanaman yang sedang mengalami cekaman
lingkungan, misalnya cekaman air/kekeringan, atau tanaman induk yang
terserang penyakit, terutama penyakitpenyakit sistemik.

Proses kultur jaringan dimulai dengan memotong bagian tanaman yang


akan dibiakkan dalam media kultur. Bagian dari bahan tanaman yang diambil
sekecil mungkin untuk langsung dibuat kultur jaringan disebut eksplan, yang
harus memenuhi syarat berikut.
1. Jaringan tersebut sedang aktif pertumbuhannya bersifat meristematis, karena
memiliki daya regenerasi yang tinggi dan masih aktif membelah dan
diharapkan pada jaringan tersebut masih terdapat zat tumbuh yang masih
aktif sehingga membantu perkembangan jaringan selanjutnya.
2. Eksplan yang diambil berasal dari bagian daun, akar, mata tunas, serbuk sari
(anther) kuncup, ujung batang dan umbi yang dijaga kesterilannya. Apabila

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
perlu dapat diambil dari bagian yang masih terlindung secara alamiah seperti
tertutup rapat oleh sisik, daun pelindung, dan sebagainya.
3. Eksplan yang diambil dari jaringan yang masih muda (bila ditusuk pisau
akan terasa lunak sekali), kerena mempunyai kemampun untuk membelah
sehingga bersifat meristematik.
2.2 Eksplan Daun
Eksplan daun merupakan bagian daun dari tanaman yang akan dikulturkan.
Eksplan yang biasa digunakan dalam induksi kalus diambil dari bagian daun
muda, karena daun muda pada umumnya mempunyai regenerasi yang tinggi
dimana sel–selnya sedang aktif membelah atau bersifat meristematik
(Suharijanto, 2011). Selain eksplan, posisi penanaman juga mempengaruhi
proses pertumbuhan kalus terutama pada eksplan daun. Adapun posisi
penanaman eksplan daun dapat dilakukan secara adaksial (permukaan atas daun
meyentuh media) dan secara abaksial (posisi tulang daun menyentuh media).
Berdasarkan penelitian Coste et al., (2011) posisi penanaman eksplan secara
adaksial pada tanaman Peucedanum oreoselinum (L.) Moench memberikan
persentase eksplan berkalus lebih tinggi yaitu sebesar 20% sedangkan posisi
penanaman secara abaksial persentase eksplan berkalus sebesar 10%.
Pada bagian permukaan atas daun terdapat lapisan kutikula (lapisan lilin)
dan memiliki jumlah stomata yang sedikit, sedangkan pada bagian tulang daun
memiliki jumlah stomata yang banyak sehingga proses respirasi berjalan secara
optimal (Ethel, 2003).
Terdapat beberapa tahapan dalam mengambil daun tanaman yang akan
dijadikan eksplan yaitu :
 Pemilihan Eksplan Bagian Daun
1. Eksplan dapat dipilih dari tanaman yang tumbuh dalam kondisi alami
atau dari tunas in vitro yang sudah ditanam sebelumnya.
2. Buang bagian batang/daun yang rusak, pilih bagian yang sehat.
6

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
3. Eksplan harus dikumpulkan dari tanaman yang tidak terlalu muda atau
terlalu tua.
4. Cuci eksplan dengan air keran dan di dicuci lagi dengan menggunakan
aquades.
5. Potong pendek bagian batangnya jika terlalu panjang dan kumpulkan
di dalam gelas kimia.
6. Lepaskan daun dari batang dengan tangkai daun utuh dan kumpulkan
di cawan petri.
 Sterilisasi Eksplan Daun
1. Disterilkan dengan l0% Chlorox + I tetes tween 20 selama 5 menit.
2. Dicuci dengan air steril 3 - 5 kali. Sterilisasi dilakukan dalam kondisi
aseptis.
3. Daun dipotong dengan ukuran 3 mm x 3 mm kemudian ditanam pada
media kultur.
Untuk eksplan yang berasal dari daun yang diambil langsung dari
lapang (alam), sterilisasi sebaiknya dilakukan dua kali.
 Dengan Chlorox 10% + 1 tetes tween 20 selama l0 menit.
 Dengan Chlorox 10% + 1 tetes tween 20 selama 5 menit.
 Dicuci dengan air steril 3 - 5 kali.

Gambar 01. Eksplan dari daun

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
2.3 Eksplan Anter
Sel-sel tanaman haploid mengandung satuan kromosom yang lengkap, dan
tanaman-tanaman ini berguna dalam program pemuliaan tanaman untuk seleksi
sifat-sifat yang diinginkan. Fenotipe merupakan ekspresi informasi genetik
duplikat tunggal, tidak ada penutupan sifat-sifat melalui dominasi gen. Tujuan
kultur anter dan serbuk sari adalah untuk mendapatkan tanaman haploid melalui
induksi embryogenesis dan pembelahan spora monoploid secara berulang-
ulang, baik mikrospora maupun serbuk sari muda. Mikrospora menunjukkan
awal generasi gametofit jantan. Miksospora yang telah matang, terutama yang
telah keluar dari tetradnya dikenal sebagai serbuk sari (Bhojwani dan
Bhatnagar, 1974). Komplemen kromosom dari tanaman haploid dapat
digandakan dengan teknik kolkisin atau teknik regenerasi untuk mendapatkan
tanaman diploid homozigot yang fertile.
Pada tanaman-tanaman angiospermae dengan jumlah anter yang tidak
terbatas pada setiap tunas bunga, tunas-tunas dapat dipilih yang mengandung
sejumlah anter dengan berbagai tahap perkembangan serbuk sarinya. Pada
spesies dengan jumlah anter terbatas, beberapa tunas harus diperiksa guna
mendapatkan semua tahap perkembangan serbuk sari.
Dalam memperoleh eksplan anter dilakukan 2 tahap yang sangat penting
yaitu sterilisasi spadik dan isolasi anter.
a. Sterilisasi spadik
Spadik diletakkan di bawah air mengalir selama 0,5-1,0 jam, kemudian
dipindahkan ke dalam larutan 1% benomil + bactomycin selama 30 menit dan
dibilas dengan air destilasi beberapa kali hingga bersih. Setelah itu spadik
direndam sambil dikocok secara manual dengan tangan dalam larutan 2%
natrium hipoklorida (NaOCl) + 5 tetes Tween 20 selama 5 menit kemudian
dipindahkan ke dalam larutan 1% NaOCl selama 10 menit dan dibilas dengan

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
air destilasi steril hingga bersih (5-6 kali selama 5 menit) (Winarto et al.
2009).
b. Isolasi anter
Isolasi anter dilakukan dengan memotong spadik pada daerah transisi (± 2 cm).
Empat petal yang membungkus anter dibuka secara perlahan dan hati-hati
menggunakan pisau kultur kemudian dibuang. Selanjutnya setiap anter yang terlihat
mengelilingi empat sisi stigma dipotong pada bagian tengahnya menggunakan pisau
kultur yang berbeda dan langsung ditanam pada medium dengan posisi terbalik, di
mana bagian punggung anter menempel pada permukaan medium.

Gambar 02. Eksplan dari anther


2.4 Eksplan Biji
Dalam kultur biji menggunakan ekplan dari biji tanaman yang tidak dapat
dikecambahkan secara eks vitro ataupun kalau dapat berkecambah secara eks
vitro. Hal ini disebabkan karena biji-biji tersebut berukuran sangat kecil dan
sedikit atau tidak sama sekali memiliki endosperm (cadangan makanan).
Cadangan makanan pada biji diperlukan oleh embrio biji untuk proses respirasi
sehingga menghasilkan energi untuk berkecambah. Alasan ini menyebabkan
biji-biji tanaman ini harus dikecambahkan secara in vitro dengan memberikan
sumber karbohidrat eksternal untuk respirasi.

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
Embrio dibentuk dengan penghubung seperti plasenta dari jaringan
yang menghalangi antara suplai vaskular induk dan embrio yang tepat
selama pengembangan benih. Keadaan ini menekan migrasi pasif
mikroorganisme ke dalam embrio yang sedang berkembang.
Oleh karena itu, embrio yang sedang berkembang cenderung
menyingkirkan patogen dan bahan asing yang mungkin terdapat pada
tanaman induknya. Jika embrio dilepaskan dari benih dengan prosedur
perkecambahan secara aseptik, maka akan dihasilkan bibit aseptic.
Dalam melakukan kultur biji, maka eksplan biji yang akan digunakan
harus benar-benar steril dan unggul. Adapun perawatan awal yang dilakukan
untuk mengambil biji sebagai eksplan kultur jaringan.
1) Pilihlah benih/biji yang sehat dan buang benih yang rusak
2) Benih dengan kulit biji yang tidak rata atau dengan penutup rambut dapat
menyebabkan masalah maka sebaiknya benih tersebut dicuci dengan
menggunakan beberapa tetes larutan deterjen, misalnya, Tween 80.
3) Cuci benih dengan menggunakan air kran kemudian dicuci dengan
menggunakan aquades.
Tanaman anggrek merupakan tanaman yang biasanya di kultur dengan
menggunakan biji. Untuk mendapatkan eksplan biji dari anggrek, ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu :
 Buah anggrek dicuci bersih, disikat dengan detergen dan dibilas dengan air
kran hingga bersih.
 Selanjutnya buah anggrek tersebut dicelup ke dalam spiritus dan diekspose
ke arah api, diulang hingga tiga kali, kemudian dimasukkan ke dalam
laminar.
 Di dalam laminar, buah tersebut kembali diekspose ke arah api satu kali,

10

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
kemudian diletakkan pada cawan petri steril.
 Buah ini dibelah dengan pisau steril dan bijinya ditabur pada media steril
yang sudah disiapkan. Proses penaburan biji anggrek ini semua berlangsung
dalam laminar.
 Biji anggrek yang berkecambah akan membentuk protokorm. Protokorm ini
berkembang menjadi plantlet.
2.5 Eksplan Embrio
Kultur embrio adalah suatu teknik isolasi dan pertumbuhan steril dari
embrio yang belum matang atau matang secara in vitro, dengan tujuan untuk
mendapatkan tanaman yang layak. Dalam pemuliaan tanaman, kultur embrio
telah menjadi alat yang berharga, terutama untuk transfer gen ketahanan biotik
dan abiotik dari kerabat liar ke tanaman tanaman. Kultur embrio telah digunakan
untuk menyelamatkan tanaman hibrida dari persilangan yang seringkali gagal
dalam menghasilkan benih yang layak dan dewasa.
Keuntungan penggunaan eksplan embrio dalam teknik kultur embrio
adalah rasio perkecambahan lebih tinggi daripada penaburan benih, menghemat
waktu karena kecepatan tumbuh biakan embrio lebih tinggi, dapat memulihkan
kesehatan tanaman, memfasilitasi pembentukan hibrida dan manajemen
konservasi karena biakan embrio dapat disimpan secara in vitro sebelum
penggunaan yang lebih luas, serta dapat digunakan untuk merakit varietas
pisang tahan penyakit penting (Bakry 2008; Rashid et al. 2013),
Embrio zigotik dapat digunakan sebagai bahan eksplan dalam kultur
jaringan namun untuk kondisi tertentu atau alasan tertentu sebagai berikut :
a) Embrio tidak bisa ditumbuhkan dalam kondisi biasa secara eks vitro
karena tidak memiliki cadangan makanan. Misalnya pada tanaman
anggrek. Biji-biji anggrek yang berukuran sangat kecil dan berjumlah
sangat banyak (mencapai ribuan sampai jutaan) dari sebuah kapsul tidak

11

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
memiliki endosperm (cadangan makanan) yang diperlukan oleh biji untuk
perkecambahan. Biji-biji ini harus ditumbuhkan secara in vitro dengan
memberi nutrisi buatan untuk dapat berkecambah dan tumbuh menjadi
seedling (tanaman).
b) Embrio hasil fertilisasi tidak berkembang dan mati. Contohnya adalah
„embryo rescue’ pada embrio zigotik hasil persilangan buatan yang
dilakukan para pemulia tanaman jeruk keprok. Setelah melakukan
persilangan buatan, embrio muda diambil dari tanaman induk dan
ditumbuhkan secara in vitro karena pada tanaman induknya embrio
tersebut tidak berkembang dan mati.
Adapun cara mendapatkan eksplan embrio yaitu dengan cara sebagai
berikut.
1. Buah yang akan diambil embrionya disterilisasi dengan alkohol 96% selama
5 menit. Selanjutnya, buah dikupas dalam kondisi steril di dalam laminair
air flow cabinet (LAF) dan biji-bijinya diisolasi (dipisahkan dari daging
buahnya). Isolasi biji dilakukan secara hati-hati supaya biji tetap utuh dan
embrio tidak terluka.
2. Kulit biji dipotong secara bersilang dan diarahkan ke daerah yang dekat
dengan micropyle, tidak mengenai atau merusak daerah micropyle tersebut.
3. Selanjutnya, dilakukan isolasi embrio di bawah mikroskop binokuler dengan
perbesaran 50−200 kali. Dari hasil pengamatan di mikroskop akan tampak
embrio persis berada di bawah micropyle.
4. Kemudian embrio dipisahkan dari endospermanya secara hati-hati dengan
menggunakan scalpel.
5. Embrio yang dipilih untuk diisolasi adalah embrio yang berwarna putih susu
kekuningan dengan endosperma berwarna putih dan strukturnya berbentuk
butiran-butiran kecil, sedangkan embrio yang sudah cokelat atau yang
endospermanya sudah rusak, tidak dijadikan sebagai sampel.
12

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
6. Embrio-embrio diletakkan dan dikumpulkan dalam cawan petri yang berisi
kapas yang dilembabkan dengan air steril. Isolasi eksplan embrio
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga kondisi lembab sangat
diperlukan supaya embrio tidak mengalami dehidrasi.

13

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pemaparan materi diatas sebagai
berikut :
 Eksplan adalah bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bahan eksplan dapat berupa
organ, jaringan, maupun sel

 Jaringan eksplan yang dipilih adalah jaringan yang masih berdiferensiasi,


matang dan tidak membelah. Setelah pemindahan eksplan yang baru
dipotong ke dalam kondisi yang memicu/mendorong pertumbuhan eksplan
tersebut, nantinya pada bagian permukaan potongan ekspaln tersebut akan
mulai terjadi proses pembelahan sel, dan sebagai bentuk dalam proses
penyembuhan luka. Pertumbuhan atau pembelahan sel tersebut terjadi
secara terus-menerus dan tidak beraturan.

 Eksplan yang diambil berasal dari bagian daun, akar, mata tunas, serbuk sari
(anther) kuncup, ujung batang dan umbi yang dijaga kesterilannya.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan eksplan yaitu umur fisiologis,


musim, ukuran eksplan, dan kualitas tanaman.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bisa menjadi bahan belajar bagi teman-teman semua
yang ingin mengetahui mengenai sumber-sumber eksplan dalam kultur jaringan
tumbuhan.

Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan atau


kekeliruan, kami mohon kritikan dan masukan yang sifatnya membangun.

14

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi
DAFTAR PUSTAKA

Arie Hapsani dan Hasan Basri. Kajian Pemanfaatan Kultur Jaringan Dalam
Perbanyakan Tanaman Bebas Virus. Jurnal Agrica Ekstensia. 10 (1) : 64-73
Henuhili, Victoria. 2013. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.
John H. Dodds dan Lorin W. Robets. 1985. Experiment of Plant Culture Tissue 2th
edition. Cambridge University Press.
Silalahi, Marina. 2014. Bahan Ajar Kultur Jaringan. Prodi Biologi Universitas
Kristen Indonesia. [diakses pada 28 Maret 2021]
tersedia:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repos
itory.uki.ac.id/194/&ved=2ahUKEwjO1P_e9fPuAhXIdisKHYZnALIQFjAAeg
QIAxAD&usg=AOvVaw2IOQZASFoQiJXk9dG-U2uZ
Yusnita, Budi Sulistiyawan, Agus Karyanto dan Dwi Hapsoro. 2012. Organogenesis
Pada Eksplan Daun Melinjo (Gnetum gnemon L.) In Vitro sebagai Respons
terhadap Benziladenin (BA) dan Asam Naftalenasetat (NAA). Program Studi
Magister Agronomi, Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.

15

Mata Kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan


Program Studi S1 Biologi

Anda mungkin juga menyukai