BAHAN AJAR
TEKNOLOGI
KULTUR JARINGAN TANAMAN
Oleh
Abd. Rohim, S.P., M.P.
NIP. 19750902 200801 1 011
Widyaiswara Ahli Muda
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
2019
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
3
1.5 Materi
1) Pengertian Kultur Jaringan
2) Teori Dasar Kultur Jaringan
3) Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan
4) Laboratorium Kultur Jaringan
5) Tahapan Kultur Jaringan
6) Kendala dan Masalah dalam Kultur Jaringan
7) Media Kultur Jaringan
8) Larutan Stok Media Dasar Kultur Jaringan
9) Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
4
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
5
BAB II
PENGERTIAN KULTUR JARINGAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
6
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
7
BAB III
TEORI DASAR KULTUR JARINGAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
8
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
9
BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KULTUR JARINGAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
10
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
11
BAB V
LABORATORIUM KULTUR JARINGAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
12
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
13
B. Ruang Steril
1) Ruang Planlet
Ruangan ini menggunakan alat pendingi (AC), maka temperatur ruangan
dapat mencapai sekitar 25°C sehingga ideal bagi pertumbuhan planlet.
Botol-botol yang berisi planlet jumlahnya dapat mencapai ratusan. Oleh
sebab itu, dalam ruangan ini perlu disediakan rak-rak alumuniaum yang
dasrnya berlobang-lobang untuk meletakkan botol-botol tersebut secara
teratur dan rapi.
2) Ruang Inkubator
Eksplan yang sudah ditanam dalam media kultur jringan perlu dipantau
pertumbuhannya setiap hari. Untuk pemantauan ini perlu ruangan khusus
yang keadaannya lebih steril dari ruang planlet, yaitu ruang inkubator.
Ruang inkubator harus memiliki suhu kurang lebih 25OC dan harus
dilengkapi dengan lampu-lampu neon, karena eksplan yang ditumbuhkan
dalam ruangan inkubasi membutuhkan temperatru dan cahaya yang dapat
diatur dan disesuaikan dengan jenis eksplannya.
3) Ruang Shaker dan Enkas.
Eksplan yang baru ditanam dan diinkubasikan dalam ruang inkubator
akan menghasilkan kalus. Bila kalus ini cukup umur, maka dapat
diperlukan suspensi sel, yaitu menumbuhkan suatu eksplan atau kalus
dengan menggunakan media cair (media yang tidak menggunakan zat
pemadat atau agar), kemudian digojok di atas shaker. Hasil pertumbuhan
kalus ini adalah berupa protokormus atau dalam istilah asing disebut plb
(protocorm like bodies). Bentuk protocormus adalah bulat-bulat padat dan
berwarna hijau. Bila keadaan protocormus sudah keadaan demikian maka
sudah siap dipindahkan kedalam media padat untuk di tumbuhkan
menjadi planlet. Enkas juga sering di letakkan dalam satu ruang dengan
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
14
shaker, kegunaan enkas ini sama dengan Laminar Air Flow Cabinet, yaitu
untuk menabur eksplan.
4) Ruang Penabur
Ruang penabur biasanya di buat dengan ukuran yang tidak terlalu besar,
yaitu 2×3 m2. tujuannya adalah agar pelaksanaan sterilisasi ruangannya
tidak membutuhkan waktu yang lama dan tidak mengalami kesulitan.
Dinding ruang penabur dilengkapi dengan porselin, sehingga sterilisasi
mudah dilakukan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan cara
menyemprotkan alkohol 96% dengan hand-sprayer. Sedangkan sterilisasi
lantai dengan menggunakan kain pel yang dibasahi alkohol 96%.
Sterilisasi ini mutlak harus dilakukan menjelang ruang penabur akan
digunakan.
Bila saat calon penabur akan memasuki ruangan, lampu ultra violet harus
dimatikan terlebih dahulu kemudian menyalakan lampu neon biasa dan
calon penabur diperbolehkan memasuki ruangan tersebut. Sebaiknya,
pada saat akan keluar lampu neon dimatikan dan setelah keluar menutup
daun pintu kembali lampu ultra violet dinyalakan. Dengan demikian steril
ruangan dapat dijamin.
Metode Kultur Jaringan bisa dilihat dari sisi jenis media dan juga
asal atau sumber eksplan. Dari sisi jenis media, kultur jaringan dibedakan
kedalam 2 metode:
a. Metode Padat (Solid Method)
Metode pada dilakukan dengan tujuan mendapatkan kalus dan kemudian
dengan medium diferensiasi yang berguna untuk menumbuhkan akar dan
tunas sehingga kalus dapat tumbuh menjadi planlet. Media padat adalah
media yang mengandung semua komponen kimia yang dibutuhkan oleh
tanaman dan kemudian dipadatkan dengan menambahkan zat pemadat.
Zat pemadat tersebut dapat berupa agar-agar batangan, agar-agar bubuk,
atau agar-agar kemasan kaleng yang yang memang khusus digunakan
untuk media padat untuk kultur jaringan. Media yang terlalu padat akan
mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar sulit untuk menembus ke
dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan menyebabkan
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
15
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
16
BAB VI
TAHAPAN KULTUR JARINGAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
17
Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya
pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini
disebabkan oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang
timbul akibat pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman
induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan
atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.
b. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pembebasan dari mikroorganisme. Tujuan
sterilisasi yaitu untuk menciptakan kondisi kultur yang steril. Tahapan
Sterilisasi:
1. Sterilisasi peralatan gelas dan stainless dalam suhu 121°C di dalam
autoklaf
2. Sterilisasi bahan tanaman (eksplan)
Sterilisasi merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui
sebelum eksplan ditanam dalam media tanam. Proses sterilisasi
menjadi prosedur wajib sebagai bentuk antisipasi terhadap
kontaminasi.
Dalam kultur jaringan, inisiasi kultur yang bebas dari kontaminan
merupakan langkah yang sangat penting, karena tanaman yang dari
lapang mengandung debu, kotoran-kotoran dan berbagai kontaminan
hidup pada permukaannya. Kontaminan hidup dapat berupa cendawan,
bakteri, serangga dan telurnya, tungau serta spora-spora. Bila sumber
kontaminan ini tidak dihilangkan, maka pada media yang mengandung
gula, vitamin dan mineral akan ditumbuhi oleh jamur dan bakteri.
Apabila eksplan terkontaminasi, maka akan mati oleh persenyawaan
beracun yang diproduksi dan dikeluarkan oleh bakteri atau jamur.
Pada beberapa tanaman, ditemukan juga kontaminan yang
berasal dari dalam jaringan tanaman, terutama bakteri. Kontaminan
internal ini sangat sulit diatasi, karena sterilisasi permukaan tidak
menyelesaikan masalah. Pada bahan tanaman yang mengandung
kontaminan internal, harus diberi perlakuan antibiotik atau bakterisida
yang sistemik.
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
18
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
19
Alkohol 70 % 1 – 10 menit
Bayclin/sunclin 5 – 30 % 5 – 25 menit
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
20
d. Penanaman eksplan
Melalui sub kultur atau transfer, tanaman ditanam pada media tanam di
laminar air flow menggunakan alat-alat yang steril.
Syarat eksplan yang baik:
- Berasal dari induk yang sehat dan subur
- Berasal dari induk yang diketahui jenisnya
- Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik
- Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya
- Tunas langsung diproses sesegera mungkin
Tahapan sub kultur:
- Induksi tunas
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta
harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan
sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara
khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber
kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.
- Multiplikasi tunas
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Ini dilakukan untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.
Tabung yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
- Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Untuk pengakaran digunakan
media MS + NAA. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Proses perakaran pada
umumnya berlangsung selama 1 bulan. Eksplan yang terkontaminasi
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
21
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
22
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
23
BAB VII
KENDALA DAN MASALAH DALAM KULTUR JARINGAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
24
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
25
3) Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai
dengan:
Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal. Tanaman
yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil. Pertrumbuhan batang
cenderung ke arah penambahan diameter. Tanaman utuhnya menjadi
sangat turgescent. Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade.
4) Variabilitas Genetik
Bila kultur jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman yang
seragam dalam jumlah yang banyak, dan bukan sebagai upaya
pemuliaan tanaman maka variasi genetik adalah kendala. Variasi
genetik dapat terjadi pada kultur in vitro karena: Laju multiflikasi yang
tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur berulang yang tidak
terkontrol dan penggunaan teknik yang tidak sesuai. Variasi genetik
yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur suspensi sel, hal
tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom mungkin
akibat teknis kultur, media atau hormon. Cara mengatasi masalah
variasi genetik tentunya tidak sederhana, harus memperhatikan aspek
yang dikulturkan.
5) Pertumbuhan dan Perkembangan
Masalah utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila
eksplan yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
26
kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak tumbuh. Untuk menghindari
hal itu dapat dilakukan dengan preventif menghindari bahan tanam
yang tidak juvenil atau tidak meristematik. Karena awal pertumbuhan
eksplan akan dimulai dari sel-sel yang muda yang aktif membelah, atau
dari sel-sel tua yang muda kembali. Media juag dapat menjadi sebab
terjadinya stagnasi pertumbuhan, karena dari kondisi medialah suatu
sel dapat atau tidak terdorong melakukan proses pembelahan dan
pembesaran dirinya.
Pada proses klutur jaringan yang bersifa inderict embriogenesis,
tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan mendorong
induksi embriosomatik dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik
dapat secara endogen atau eksogen.
6) Praperlakuan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan
saja, pertumbuahn dan perkembangannya dlama botol saja tetapi juga
sangat bisa dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada
kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak
dilakukan. Prapelakuan dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan
tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan hambatan.
Hambatan apat berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan
berupa bahan kimia penanganannya harus dimulai dari pengenalan
senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan alternatif
pengelolaannya.
7) Lingkungan Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga
sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan
optimasi pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah aatau tinggi
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.
Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang lain berbeda,
namunddemikian solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya
ruangan inkubator suatu ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa
dibuat variasi antara satu ruangan dengan bagian ruangan yang
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
27
BAB VIII
MEDIA KULTUR JARINGAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
28
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
29
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
30
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
31
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
32
1. Agar-agar membeku pada suhu 45° C dan mencair pada suhu 100°
sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam
keadaan beku yang stabil.
2. Tidak dicerna oleh enzim tanaman.
3. Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaa penyusun
media.
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
33
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
34
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
35
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
36
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
37
b. Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam
Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara
mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan menambah konsentrasi
Ca2+ nya.
c. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan
konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur
pucuk Bougainvillea glabra.
Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi pengendapan
persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari
persenyawaan yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian
dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Senyawa
paling sedikit adalah senyawa yang mengandung unsur C, Mg, H, Si,
Mo, S, Ca dan Co. Setelah tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50% dari
Fe dan 13% dari PO4+, mengendap (Dalton et al, 1983). Pengendapan
unsur-unsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsur-unsur
tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh
pengendapannya belum diketahui. Untuk mengatasi pengendapan Fe,
Dalton dan grupnya menganjurkan supaya konsentrasi Fe dikurangi
sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap.
5. Media Gamborg B5 (media B5)
Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan
konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS.
Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan
suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi
seluruh bagian tanaman.. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk
kultur-kultur lain. Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini
menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang
lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat yang
diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan Mg2+ antara
0.5-3 mM (Gamborg et al, 1968).
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
38
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
39
3. Media dasar White (1934) yang sangat cocok untuk kultur akar tanaman
tomat.
4. Media dasar Vacin dan Went yang biasa digunakan untuk kultur
jaringan anggrek.
5. Media dasar Nitsch dan Nitsch yang biasa digunakan dalam kultur
tepung sari (pollen) dan kultur sel.
6. Media dasar schenk dan Hildebrandt (1972) atau media SH yang cocok
untuk kultur jaringan tanaman-tanaman monokotil.
7. Medium khusus tanaman berkayu atau Woody Plant Medium (WPM)
8. Media N6 untuk serealia terutama padi.
BAB IX
LARUTAN STOK MEDIA DASAR KULTUR JARINGAN
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
40
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
41
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
42
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
43
2) Contoh Perhitungan
Soal 1
Terdapat larutan stok NH4NO3 dengan konsentrasi 10 x konsentrasi
media. Jika kita membuat 2 liter media, berapa volume larutan stok
NH4NO3 yang diambil?
Jawaban
Vs x Cs = Vm x Cm
Vs x 10 Cm = 2000 ml x 1 Cm
Vs = 2000ml x 1 Cm / 10 Cm = 200 ml
Soal 2
Berapakah banyaknya bahan kimia ZPT Benzil Adenin (BA) yang harus
ditimbang untuk membuat 200 ml larutan stok BA yang berkonsentrasi 1
mM (BM BA = 225)
Jawaban
1 M BA = BM BA g/l = 225 g/l
1 mM BA = 225 mg/l = 225 mg/1000 ml
BA = 200 ml x 225 mg/1000 ml = 45 mg
Soal 3
Jika kita akan membuat 2 liter media MS dengan konsentrasi BA 5 µM,
berapa ml larutan stok BA di atas yang harus ditambahkan ke dalam
media?
Jawaban
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
44
BAB X
ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT)
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
45
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
46
2) Sitokinin
Golongan sitokinin adalah turunan dari adenine. Golongan ini sangat
penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Seperti
juga auksin, sitokinin ada yang alamiah dan sintetis. Sitokinin yang
pertama ditemukan, adalah kinetin yang diisolasi oleh. Skoog dalam
laboratorium Botany di University of Wisconsin. Kinetin diperoleh dari DNA
ikan Herring yang diautoklaf dalam larutan yang asam. Persenyawaan dari
DNA tersebut sewaktu ditambahkan ke dalam media untuk tembakau,
ternyata merangsang pembelahan sel dan differensiasi sel.
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
47
3) Giberelin
Penggunaan giberilin dalam kultur jaringan tanaman, kadang-kadang
membantu morfogenesis. Tetapi dalam kultur kalus dimana pertumbuhan
sudah cepat hanya dengan auksin dan sitokinin, maka penambahan
giberelin sering menghambat. Pada umumnya giberelin terutama GA 3
menghambat perakaran.
Pengaruh positif giberelin ditemukan dalam kultur bit gula, dimana
GA3 merangsang pembentukan pucuk dari potongan inflorescence
(Coumans et al., (1982 dalam Gunawan 1988). Pertumbuhan kultur pucuk
kentang juga baik bila 0.10-0.10 mg/l GA 3 dikombinasikan dengan 0.5-5.0
mg/l kinetin (Goodwin et al., (1980 dalam Gunawan 1988). Berat molekul
GA3 346.38.
Secara umum fungsi geberelin antara lain adalah:
a. Mematahkan dormansi
b. Memacu perkecambahan.
c. Memacu terjadinya proses imbibisi.
4) Abscisic acid
Asam Abscisat (ABA) adalah penghambat pertumbuhan merupakan
lawan dari gibberellins: hormon ini memaksa dormansi, mencegah biji dari
perkecambahan dan menyebabkan rontoknya daun, bunga dan buah.
Secara alami tingginya konsentrasi asam abscisat ini dipicu oleh adanya
stress oleh lingkungan misalnya kekeringan.
5) Ethylene
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
48
6) Polyamines
Polyamines mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang
paling mendasar seperti sintesis DNA dan ekspresi genetika.
Spermine dan spermidine berikatan dengan rantai phosphate dari asam
nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada interaksi ion
elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari polyamine
dan muatan negatif dari phosphat.
Polyamine adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan dan
diferensiasi pada tanaman dan hewan. Level metabolis dari polyamine
dan prekursor asam amino adalah sangat penting untuk dijaga, oleh
karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur secara ketat.
Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun
merekan juga memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut,
kesuburan, depot lemak, integritas pankreatis dan pertumbuhan
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
49
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020
50
Indrianto,A.2003.KulturJaringanTumbuhan.FakultasBiologiUniversitasGadj
ahmada,Yogyakarta.
Bahan Ajar “Kultur Jaringan”, Pelatihan Kultur Jaringan Model E-Learning BBPP Lembang 2020