JARINGAN MERISTEM
Dosen Pengampu:
Dr. Femmy R. Kawuwung, SP., M.Si
Disusun Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Jaringan Meristem” ini.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya
makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan,
baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan.
Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu,
kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan…………………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jaringan Meristem............................................................... 3
B. Klasifikasi Jaringan Meristem.............................................................. 4
C. Teori Histogen dan Tunika Korpus....................................................... 6
D. Kambium............................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B. Saran..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup tentu mengalami proses tumbuh dan berkembang .
Pada saat itu, sel-sel yang menyusun tubuh menjadi terspesialisasi untuk
menjalankan berbagai fungsi hidup. Beberapa sel di antaranya bergabung menjadi
satu kesatuan membentuk jaringan.
Jaringan merupakan sekelompok sel yang memiliki bentuk, susunan dan
fungsi yang sama. Pada umumnya, dikenal dua tipe jaringan, yaitu jaringan sederhana
(tersusun dari satu tipe sel).Berbagai macam jaringan dapat ditemukan pada organ
tubuh makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Berikut ini kita akan
membahas tentang macam jaringan yang dapat pada tumbuhan dan hewan.
Pada dasarnya, tubuh tumbuhan multiseluler merupakan satu unit morfologi.
Dikatakan demikian karena tubuh tumbuhan tersusun dari sel-sel yang berlekatan
dengan sel-sel lain melalui dinding selnya. Penyatuan sel-sel tersebut dimungkinkan
karena adanya zat-zat perekat antarsel. Beberapa tipe sel dengan ciri yang serupa
membentuk suatu kelompok sel yang dikenal sebagai jaringan tumbuhan. Berbagai
jaringan tumbuhan. Berbagai jaringan tumbuhan dapat ditemukan pada organ
tumbuhan, misalnya pada akar, batang, dan daun.
Ahli botani membedakan jaringan tumbuhan atas beberapa macam, yaitu
jaringan meristem, epidermis, parenkim, kolenkim, sklerenkim, dan pengangkut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang diamaksud dengan Jaringan Meristem?
2. Apa saja klasifikasi meristem?
3. Apa yang dimaksud dengan teori histogen dan Tunika Korpus?
4. Apa yang dimaksud dengan Kambium?
C. Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Jaringan Meristem
2. Menguraikan Klasifikasi dari Meristem
3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan teori Histogen dan Tunika
Korpus
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Kambium
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kambium gabus
Kambium gabus atau felogen adalah meristem yang menghasilkan
periderm. Periderm adalah jaringan pelindung yang terbentuk secara sekunder
dan menggantikan epidermis pada batang dan akar yang menebal karena
pertumbuhan sekunder. Periderm mencakup felogen (cambium gabus) yaitu
meristem yang menghasilkan periderm, felem ( gabus) yaitu jaringan
pelindung yang dibentuk kea rah luar oleh felogen dan feloderm yaitu jaringan
parenkim hidup yang dibentuk oleh felogen ke arah dalam (Gambar 8).
Sel felogen terdiri dari satu macam sel saja. Pada penampang
melintang felogen terlihat seperti sel empat persegi panjang yang memipih
pada arah radial. Pada arah memanjang sel felogen berbentuk empat persegi
panjang atau bersegi banyak dan kadang-kadang agak tidak teratur.. Sel
felogen biasanya tersusun rapat tanpa ruang antar sel . Sel dewasa tidak hidup
dan dapat beroso zat padat ataiu cairan. Sel gabus ditandai oleh adanya zat
gabus (suberin) dalam dinding sel nya
MERISTEM INTERKALAR
Meristem interkalar adalah bagian meristem apeks yang sewaktu tumbuhan
tumbuh terpisah dari apeks oleh daerah-daerah yang lebih dewasa. Pada batang yang
memiliki meristem interkalar, daerah buku akan menjadi dewasa lebih awal dan
meristem interkalar terdapat dalam ruas. Contoh paling dikenal untuk menunjukkan
meristem interkalar adalah yang terdapat pada batang rumput-rumputan (Gambar 9.).
Pada rumput, pemanjangan ruas dihasilkan oleh meristem interkalar yang membentuk
deretan sel sejajar sumbu. Mula-mula kegiatan meristem interkalar terjadi di seluruh
ruas namun setelah perkembangan ruang-ruang dalam batang yang biasa ditemukan
pada Poaceae, kegiatan itu terbatas pada aerah tepi dari dasar ruas yaitu terbatas pada
daerah tepi dari dasar ruas yaitu di dekat dan di atas buku.
Gambar 9. Meristem interkalar pada batang bambu
1. Teori Histogen–Johannes Ludwig Emil Robert von Hanstein (15 Mei 1822 –
27 Agustus 1880)
Teori Histogen klasik yang diutarakan Hanstein pada 1868 menyatakan bahwa
ada sejenis stratifikasi (=pengelompokan, keadaan yang bertingkat–seperti pada kata
“strata sosial“) pada ujung batang tumbuhan angiospermae. Hanstein menyatakan
adanya bagian pusat tanaman yang diselimuti oleh beberapa lapisan yang tersusun
rapi, yang saling menyelubungi dengan ketebalan yang konstan.
Masing-masing lapisan dipercaya terdiri dari beberapa sel meristematis yang
saling bertumpukan, yang terletak pada bagian paling pucuk dari batang. Beberapa
tahun kemudian, interpretasi teori Hanstein terhadap peran masing-masing lapisan
sudah tidak digunakan lagi, tapi konsep dasar tentang adanya lapisan meristem yang
bertingkat pada ujung batang tetap digunakan.
D. Kambium
a) Kambium pembuluh
Kambium Pembuluh ialah meristem sekunder yang berfungsi
membentuk ikatan pembuluh (xylem dan floem) sekunder.Bentuk selnya
seperti pipa atau berkas-berkas memanjang sejajar permukaaan batang
atau akar. Meristem ini adalah meristem lateral karena terdapat di daerah
lateral akar dan batang. Ciri-ciri sel nya agak berbeda dengan cirri sel
meristem apeks.
b) Struktur Kambium Pembuluh
Kambium merupakan meristem lateral karena berada di daerah lateral
akar dan batang. Pada kebanyakan pohon dan semak, daerah kambium
berupa silinder yang berlapis banyak dan pada penampang melintang
membentuk cincin yang kontinu. Pada saat aktif, kambium terdiri dari
banyak lapisan sel, namun pada saat istirahat (dorman) hanya ada satu
lapisan sel. Lapisan sel itu dianggap bermuka dua karena dapat
membentuk turunan ke dua arah.
Setelah membelah secara perikrinal, sel yang ada di sebelah dalam
berkembang menjadi sel xylem dan sel yang berada di luar tetap aktif
sebagai kambium atau sel luar berkembang menjadi sel floem dan sel
dalam tetap berlaku sebagai kambium. Inilah tafsiran yang dianut secara
luas. Bukti yang paling meyakinkan adalah bahwa floem sekunder dan
xylem sekunder seakan-akan merupakan gambar cermin dari sesamanya.
Pada saat-saat tertentu kambium membentuk jari-jari empulur baru
yang kemudian di temukan baik di xylem mapun di floem. Selanjutnya,
sementara kambium terdorong ke luar seiring dengan menebalnya silinder
xylem di sebelah dalamnya kambium membelah dengan bidang
pembelahan antiklinal sehingga dapat menambah luas tangensial. Dengan
demikian, luas cambium mengimbang perluasan silinder xylem yang
dikelilinginya.
c) Perkembangan Kambium Pembuluh
Pada tumbuhan monokotil dan sejumlah dikotil basah, prokambium
akan habis terdiferensiasi menjadi jaringan pembuluh. Pada tumbuhan
berkayu, sebagian prokambium dalam setiap ikatan pembuluh akan
berkembang menjadi cambium fasikuler. Perubahan antara pertumbuhan
primer dan sekunder tidaklah tajam karena jaringan primer diperoleh
akibat pembelahan pada daerah subapikal dan seluruh pertumbuhan lateral
merupakan proses yang sinambung dari mulai apeks sampai batang yang
dewasa. Pada umumnya dianggap bahwa transisi terjadi secara bertahap
dan biasanya lambat, meskipun kadang-kadang cepat, dan baik
prokambium maupun cambium merupakan dua stadium perkembangan
dari satu macam meristem.Kambium dapat pula terjadi pada beberapa
tempat yang sebelumnya tidak menampakkan kambium, seperti pada
kambium interfasikuler.
Pada sejumlah tumbuhan hanya cambium fasikuler yang berperan dan
setiap ikatan pembuluh membesar, diiringi oleh sedikit pertumbuhan
sekunder.Pembelan difus (tersebar) dan proliferasi sel pada jari-jari
empulur medulla sudah cukup mengimbangi produksi kayu yang sedikit
itu.Kerangka kayu tumbuhan seperti itu menunjukkan pola kerangka
berkas ikatan pembuluh asal.Pada pohon dan semak yang banyak
membentuk kayu, cambium interfasikuler berdiferensiasi pada jari-jari
empulur medulla baik secara serentak bersama dengan cambium fasikuler
atau beberapa saat sesudahnya.Kambium interfasikuler berdiferensiasi
sebagai panel yang meluas dari tepi cambium fasikuler. Kedua panel dari
tepi dua ikatan pembuluh yang berdampingan akan bertemu sehingga
membentuk kambium interfasikuler yang sinambung. Dengan demikian,
pula terjadi kesinambungan dari seluruh kambium.Setelah beberapa bulan
atau tahun, kedua macam cambium tak dapat dibedakan dan seluruh
dinamakan kambium pembuluh saja.
d) Jenis Sel Kambium
Dari segi morfologi dapat dibedakan dua macam pemula sebagai
berikut: (1) Pemula yang meruncing di kedua ujungnya sehingga
berbantuk kumparan, disebut pemula kumparan atau pemula fusiform,
menghasilkan unsurbyang memanjang atau aksial (vertical)npada kayu
(xylem) dan bagian dalam kayu (floem); (2) pemula jari-jari empulur yang
tumbuh kea rah radial.
1) Pemula Fusiform
Sel yang berbentuk kumparan ini panjangnya berkisar 140 –
462 µm pada dikotil dan 700 – 4500 µm pada pinus. Panjang sel dapat
beragam dalam setahun, bergantung pada keseimbangan antara
pembelahan sel dan ekspansi sel. Pada sayatan radial, dindig ujung
tampak datar, namun pada sayatan tangensial berbentuk lancip, atau
meruncing secara bertahap atau langsung. Pada sayatan melintang sel
ini tampak seperti segi empat atau agak pipih.
Panjang pemula fusiform adalah penting karena sedikit banyak
mempengaruhi panjang turunannya. Namun, pengukuran xylem tidak
menunjukan panjang yang sama dengan cambium karena terjadi
pemanjangan sel sewaktu xylem tumbuh menjadi dewasa.
2) Pemula Jari-jari Empulur
Pemula jari-jari empulur lebih kecil daripada pemula fusirorm,
yakni pendek dan isodiametris, atau 2 – 3 kali lebih tinggi dri pada
lebarnya.Pada coniferae, pemula jari-jari empulur senantiasa tersusun
sebagai deretan sel kea rah vertical yang terdiri dari satu baris sel,
dinamakan berseri satu atau unisertiat.Kelompok pemula jari-jari
empulur dapat menjadi lebih panjang dengan hilangnya pemula
fusiform diantara dua kelompok pemula jari-jari empulur, sehingga
keduanya dapat menyatu.Atau pemula fusiform mengubah dirinya
dengan membelah melintang beberapa kali menjadi sederetan pemula
jari-jari empulur.Jika salah satu mekanisme tersebut mengakibatkan
jari-jari empulur menjadi berseri banyak atau multiseriat, maka pemula
segera hilang sehingga kondisi uniseriat diperoleh kembali.Pada
dikotil sering terdapat jari-jari empuluruniseriat maupun multiseriat
dan hal itu tercermin dalam pemula jari-jari empulurnya.Pada setiap
jenis, kelompok pemula dapat hanya mengandung pemula panjang
saja, isodiametris saja, atau campuran keduanya.Jika keduanya
ditemukan, maka pemula panjang hamper selalu bertempat di bagian
paling atas atau paling bawah jari-jari empulur atau di kedua tempat
itu; selebihnya terdiri dari pemula berbentuk isodiametris.
e) Susunan Sel Fusiform
Berdasarkan susunan sel fusiform, dapat dibedakan :
1) Kambium bertingkat Sel initial tersusun berjajar letak ujung sel sama
tinggi
2) Kambium tidak bertingkat Sel initial saling tumpang tindih tidak
membentuk deretan
Kambium Gabus
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kami simpulkan, Jaringan meristem adalah jaringan
yang sel –selnya mampu membelah diri dengan cara mitosis secara terus menerus
( bersifat embrional) untuk menambah jumlah sel – sel tubuh pada tumbuhan.
Jaringan meristem memiliki ciri-ciri sebagai berikut, Bentuk dan ukurannya
selnya sama (kubus), Dinding Selnya Tipis, Selnya penuh dengan protoplasma, Isi sel
tidak mengandung zat makanan, Sel muda dan belum mengalami diferensiasi dan
spesialisasi, berdinding tipis, protoplasma banyak, vakuola kecil, inti besar, plastida
belum matang dan berbentuk sama ke segala arah.
Jaringan meristem bermacam-macam, yaitu jaringan Promeristem,
Jaringanmeristem primer, Jaringan meristem sekunder. Jika dilihat dari posisi
jaringan meristem dalam tubuh tumbuhan maka jaringan meristem dibagi menjadi
jaringan meristem apikal, intekalar, dan lateral.
B. Saran
https://ovyofnature.weebly.com/jaringan-meristem.html
https://www.atobasahona.com/2017/01/jaringan-meristem-pengertian-macam.html
http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/04/jaringan-meristem-materi-lengkap.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Meristem