Oleh
Kelompok 7:
KUPANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, yang atas rahmat-Nya
dan karunia-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah "Struktur dan Perkembangan Jaringan Meristem Apikal,
Primer dan Sekunder"
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Dra. Maria Theresia Danong M.Si selaku dosen mata kuliah Perkembangan Tumbuhan
yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya baik dari segi penyususnan, bahasa, maupun
penulisannya. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami sebagai penulis, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami
sebagai penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................... i
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Jaringan meristem, memiliki ciri-ciri dinding sel tipis, bentuk sel isodiametris
dibanding sel dewasa, jumlah protoplasma sangat banyak. Biasanya protoplas sel
meristem tidak memiliki cadangan makanan dan kristal, sedangkan plastida masih pada
tahap pro plastida. Pada Angiospermae sel meristem memiliki vakuola kecil yang
tersebar diseluruh protoplas.
Pada meristem primer yang terletak pada ujung batang tumbuhan, terdapat
beberapa teori yang disebut dengan teori titik tumbuh, yaitu sebagai berikut:
a) Teori Sel Apikal–Hofmeister dan Nageli
Tidak ada perbedaan khusus pada asal-usul jaringan apikal pada pucuk
tumbuhan. Karena seluruh sel pada pucuk batang berawal dari satu sel tunggal.
b) Teori Histogen–Johannes Ludwig Emil Robert von Hanstein (15 Mei 1822 –
27 Agustus 1880).
Teori Histogen klasik yang diutarakan Hanstein pada 1868 menyatakan bahwa
ada sejenis stratifikasi (=pengelompokan, keadaan yang bertingkat–seperti pada
kata “strata sosial“) pada ujung batang tumbuhan angiospermae. Hanstein
menyatakan adanya bagian pusat tanaman yang diselimuti oleh beberapa lapisan
yang tersusun rapi, yang saling menyelubungi dengan ketebalan yang konstan
(kamsud gw, kalo misalnya lapisan X setebal 1 mm, maka lapisan X itu akan dan
hanya akan setebal itu di seluruh bagian meristem apikal).
Masing-masing lapisan dipercaya terdiri dari beberapa sel meristematis yang
saling bertumpukan, yang terletak pada bagian paling pucuk dari batang.Beberapa
tahun kemudian, interpretasi teori Hanstein terhadap peran masing-masing lapisan
sudah tidak digunakan lagi, tapi konsep dasar tentang adanya lapisan meristem yang
bertingkat pada ujung batang tetap digunakan. Berikut ringkasan teori histogennya
Hanstein:
Meristem primer terdiri dari 3 lapisan sel pembentuk jaringan, yaitu:
1) Dermatogen (pembentukan epidermis),
2) Periblem (pembentukan korteks), dan
3) Plerom (pembentukan silinder pusat).
c) Teori Tunika Korpus–Schmidt
Sebagai kelanjutan dari konsep yang dikemukakan Hanstein, Buder dan para
muridnya mengembangkan teori Tunika-Korpus.
Berbeda dengan Hanstein yang mengemukakan tiga lapisan, Buder hanya
megemukakan dua lapisan jaringan dalam teorinya, yaitu “tunika” yang terdiri dari
satu atau lebih lapisan sel yang menyelimuti “korpus” atau jaringan pusat.
Schmidt, muridnya Buder, mengembangkan kembali teori ini.Dia
menitikberatkan pada perbedaan dua lapisan ini.Dia menyampaikan ide bahwa
perbedaan utama dari tunika dan korpus adalah perbedaan antara pertumbuhan dan
pembelahan sel.
Pertumbuhan pada tunika, yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan
melengkung batang, mengakibatkan perluasan permukaan tumbuhan, namun tidak
berpengaruh pada ketebalan masing-masing lapisan. Pertumbuhan itu tidak
mengakibatkan bagian ujung (paling atas) menjadi tipis dan bagian tepi jadi tebal.
Model Tunika-Korpus dari “meristem apikal” (=pucuk tanaman–bagian atas–
yang mengalami pertumbuhan ke atas). Lapisan epidermis [L1] dan subepidermis
[L2] disebut tunika.[L3] disebut korpus. Sel-sel di L1 dan L2 membelah secara
melengkung untuk menjaga lapisan-lapisan ini tetap terpisah satu sama lain.
Sedangkan sel-sel L3 membelah dengan arah yang lebih random lagi.
Sedangkan, pertumbuhan silinder pusat (korpus) bertitik berat pada
pertambahan massa tumbuhan. Pertumbuhan pada jaringan ini cenderung tidak
reguler, yang mengakibatkan pertambahan massa tumbuhan tidak konstan. Kadang
cepat, kadang pelan.
Kerjasama yang baik antara pertambahan luas permukaan oleh tunika dan
pertambahan volume tumbuhan oleh korpus menghasilkan keserasian pertumbuhan
pada tanaman.
3. Jaringan Meristem Sekunder
Jaringan meristem sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari
jaringan dewasa dan selanjutnya berubah menjadi meristematis.Sel –sel meristem
sekunder berbentuk pipih atau prisma yang di bagian tengahnya terdapat
vakuola.Contohnya, kambium dan kambium gabus. Kambium dijumpai di dalam
batang dan akar da tumbuhan golongan dikotil dan Gymnospermae, serta beberapa
tumbuhan dari golongan monokotil ( Agave,Aloe, Jucca, dan Draceana). Kambium
gabus terdapat pada kulit batang tumbuhan dan dapat membentuk jaringan gabus yang
sukar dilalui air. Kambium biasa dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a) Kambium Vasikuler
Kambium Vasikuler adalah cambium yang berada di dalam berkas pengangkut,
yaitu di antara floem dan xylem.
b) Kambium Intervasikuler
Kambium Intervasikuler adalah kambium yang berada di antara berkas
pengangkut. Kesatuan antara kambium vasikuler dengan cambium intervasikuler
membentuk lingkaran cambium atau lingkaran vaskuler.
Pada meristem apeks primer dapat dibedakan antara promeristem dan daerah
meristematis dibawahnya dimana sel telah mengalami diferensiasi sampai taraf
tertentu.Promeristem terdiri dari pemula-pemula apeks bersama dengan sel
derivatnya yang masih berdekatan dengan pemula. Daerah meristematik di
bawahnya yang telah sebagian terdiferensiasi terdiri dari :
1) Protoderm yang menghasilkan epidermis
2) Prokambium yang membentuk jaringan pembuluh primer
3) Meristem dasar yang membentuk jaringan dasar seperti parenkim.
Anni Puji Astutik (2005) ‘Jaringan Pada Tumbuhan’, journal, 7(2), pp. 147–173. Available
at:http://dx.doi.org/10.1016/j.intell.2008.09.007%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/S0010-
9452(58)800106%0Ahttp://pss.sagepub.com/content/17/1/67.short%0Ahttp://dx.doi.o
rg/10.1016/j.cogdev.2013.06.002%0Ahttp://www.chabris.com/Hooven2008.pdf%0Ah
ttp://www.ncbi.nlm.
Iverson, B.L. and Dervan, P.B. (2020) ‘Jaringan Meristem’, journal, pp. 7823–7830.
Annisa, dkk.2016. "Jaringan Meristem Primer dan Sekunder". journal, Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Muhamadiyah
Novita dwi, dkk. 2016. "Klasifikasi Jaringan Meristem". Sekolah Tinggi Farmasi Muhamadyah
Tangerang